Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)


DI RUANG KASWARI RSUD WANGAYA

OLEH :

I MADE ADI ASTAWA


NIM. 229012923

PROGRAM STUDI NERS PROGRAM PROFESI SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN STIKES WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR 2023
A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik
akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala
berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri
pada mata, otot dan persendian hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) sering disebut juga Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010). Dengue
Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegepty atau oleh AedesAlbopictus (Titik Lestari, 2016).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam ringan disertai dengan
sakit kepala, nyeri pada mata, nyeri otot dan nyeri sendi hingga perdarahan
spontan.
2. Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah virus
dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae yang
dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 37
derajat celcius. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah
menurut (Nursalam,2008) adalah :
1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar
rumah seperti bak mandi
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila hal
dibawah ini dipenuhi :
1. Demam, riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
a) Uji bendung positif
b) Petekie, ekimosis, purpura
c) Perdarahan mukosa
d) Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
a) Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia dan jenis
kelamin
b) Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilaihematokrit sebelumnya.
c) Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia
3. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:

1. Derajat I : Demam 2-7 hari disertai gejala klinis lain atau perdarahan
spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di
kulitdan atau perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya
nadi cepat danlemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin,
lembab dangelisah.
4. Derajat IV : Renjatan berat/ syok hebat dengan nadi tidak teratur dan
tekanan darah yang tidak dapat diukur.
4. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka
terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang
tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah
karenareaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit
(trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi
perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes
(kebocoranplasma)keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental,
aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup
mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan. Pada keadaan hipoksia
akan terjadi metabolisme anaerob, hipoksia dan asidosis jaringan yang
akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan
semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti
jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian.
Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien
mengeluh mual, muntah dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar,
maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja hepar, dimana salah
satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena hati
terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak
tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar
atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen
dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody
maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan
merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan
derajat I,II,III, dan IV
Menurut WHO 2009, dikatakan bahwa DBD memiliki beberapa fase
yaitu fase febris dapat berlangsung sekitar 2-7 hari disertai dengan gejala
lainnya, fase kritis dan fase pemulihan, Seperti yang terlihat dalam gambar
dibawah ini :
1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam
akut biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan
kemerahan pada wajah,eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia
dan sakit kepala. Beberapa pasienmungkin memiliki sakit tenggorokan
faring, noreksia, mual dan muntah. Haltersebut bisa sulit untuk
membedakan secara klinis dari demam berdarah nondengue penyakit
pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase
inimeningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak
dapat dibedakanantara kasus demam berdarah parah dan tidak parah.
Oleh karena itu pemantauanuntuk peringatan tanda-tanda dan
parameter klinis lainnya adalah penting untukmengenali
perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan
sepertimembran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan
gusi). Massivependarahan vagina (pada wanita usia subur) dan
perdarahan gastrointestinal dapat terjadi selama tahap ini tetapi tidak
umum terjadi. Hepar sering membesar setelahbeberapa hari demam.
Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalahpenurunan
progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter
untukkemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat
suhu turun menjadi 37,5-380C atau kurang dan tetap di bawah tingkat
ini, biasanya pada hari 3-7 penyakit terjadi peningkatan kapiler
permeabilitas secara paralel dengan tingkat hematokrit meningkat
yang menandai awal fase kritis. Periode kebocoran plasma klinis
signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. leukopenia Progresif
diikutidengan penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya
mendahului kebocoranplasma.Pada titik pasien tanpa peningkatan
permeabilitas kapiler akan membaik, sementara dengan peningkatan
permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih buruk sebagai Hasil volume
plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma bervariasi.Efusi pleura
dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada derajat
kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena itu dada x-
ray dan USG perut bisa bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat
kenaikan atas dasar hematokrit sering mencerminkan tingkat
keparahan kebocoran plasma. Shock terjadi ketika volume kritis
plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini seringdidahului oleh tanda-
tanda awal. Suhu tubuh dapat di bawah normal saat shockterjadi.
Dengan shock yang berkepanjangan, hasil organ konsekuensi
hipoperfusidi progresif organ penurunan, asidosis metabolik dan
koagulasi intravasculardisebarluaskan. Ini pada gilirannya
menyebabkan perdarahan parah menyebabkanhematokrit turun dan
menjadi shock berat. Leukopenia biasanya terlihat selamafase demam
berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada
pasiendengan pendarahan hebat.
3. Fase Pemulihan
Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam
berikutnya. Pada umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan,
gejala gastrointestinalmereda,status hemodinamik stabil dan diuresis
terjadi kemudian. Beberapa pasien mungkin memiliki ruam dari
"pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkinmengalami
pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi
biasaterjadi selama tahap ini. Hematokrit yang stabil atau mungkin
lebih rendah karena efek pengenceran yang diserap cairan. Jumlah sel
darah putih biasanya mulai naik segera setelahpenurunan suhu badan
sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombositbiasanya lebih
dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari
efusipleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan
intravena yangberlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau
pemulihan fase, terapi cairanyang berlebihan berhubungan dengan
edema paru atau kongestif gagal jantung.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain :
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot (myalgia), tulang sendi (atralgia), abdoment, dan ulu hati
6. Sakit kepala.
7. Perdarahan
8. Pembengkakan sekitar mata.
9. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
10. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan
darahmenurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat
dan lemah).
6. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
1. Darah Lengkap
a. Trombosit menurun
b. HB meningkat lebih 20%
c. HT meningkat lebih 20%
d. Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
e. Protein dalam darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah
2. Serologi : HI (Hemaglutination Inhibition Test)
a. Rontgen thorax : efusi ureum
b. Uji tes tuorniket (+)

7. Penatalaksanaan Medis
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak.
3. Pada pasien dengan demam tinggi, anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, susu dan bila
mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat
anti piretik dan kompres air biasa.
4. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, NaCl). Pada
pasien rejatan berat, cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat
pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem infus tetapi
biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak
mencapai yang diharapkan, makauntuk mengatasinya dimasukkan
cairan secara paksa dengan spuitdimasukkan cairan sebanyak 200 ml,
lalu diguyur.
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N, RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari
8. Komplikasi
Dalam penyakit DBD jika tidak segera ditangani akan menimbulkan
komplikasi adalah sebagai berikut :

1. Pendarahan
2. Kegagalan sirkulasi
3. Hepatomegali
4. Efusi pleura
B. TINJAUAN ASKEP
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
no. rekam medis, diagnosa medis.
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis,
purpura pada ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi),
kadang – kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 –
7 hari, terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput
mukosa mulut kering, epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar,
kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi,
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade)
DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda
tanda vital dan nadi lemah.
b. Grade II kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan: ptekie, perdarahan gusi, telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
c. Grade III kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah kecil, tidak teratur serta tensi menurun.
d. Grade IV kesadaran coma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekremitas dingin,
berkerigat, kulit tampak biru.
1) Sistem intergumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin dan lembab, kuku sianosis/tidak.
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epsitaksis). Pada grade I,II,III,IV pada mulut didapatkan mukosa
mulut kering.
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang kadang terasa sesak, pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura),rales, ronchi yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan
asites.
5) Ekstremitas
Akral teraba dingin serta terjadi nyeri otot, sendi, tulang.
D. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan nafsu makan
berkurang/menurun
2) Eliminasi/ buang air besar : kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade III- IVsering terjadi
hematuria.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering
kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. pada DHF grade IV sering
terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersihkan tempat sarang nyamuk
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan

E. Data Penunjang
1. Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.
2. Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.
3. Masa perdarahan dan protombin memanjang.
4. Ig G dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
6. Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia,
aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.
7. SGOT / SGPT mungkin meningkat.
8. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
9. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Deficit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi


b. Ansietas b/d kurang terpapar informasi
c. Ketidak efektifan pola nafas b/d pola nafas abnormal
d. Termoregulasi tidak efektif b/d gangguan kongggulasi (
trombositopenia)
e. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan nadi
perifer
f. Resiko ketidakseimbangan cairan b/d pendarahan
g. Hipertermi b/d proses penyakit (virus dalam darah)
h. Nyeri akut b/d agen pecedera fisiologis
i. Resiko syok b/d kurangnya volume cairan tubuh akibat pendarahan
j. Deficit nutrisi b/d ketidak mampuan mencerna makanan
k. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Deficit pengetahuan b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1. Agar dapat mengetahui tanda
kurang terpapar informasi selama ... x 24 jam diharapkan masalah - gejala yang muncul pada penyakit
teratasi dengan kriteria hasil : N: dengan tepat.
1. pasien dan keluarga mampu - Gambarkan tanda dan gejala yang 2) Agar dapat mengetahui gambaran
menjelaskan kembali apa yang bias muncul pada penyakit, proses penyakit dengan tepat.
dihelaskan perawat / tim kesehatan. dengan cara yang tepat.
- Gambarkan proses penyakit yang 3) Agar dapat mengatahui perubahan
tepat . gaya hidup yang dapat mencegah
E: komplikasi.
- Diskusikan perubahan gaya hidup 4) Agar pasien dapat memilih terapi
yang mungkin diperlukan untuk atau penanananya sendiri
mencegah komplikasi dimasa
hyang akan dating dan atau proses
pengontrolan penyakit.
C:
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
2. Ansietas b/d kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1) Agar dapat mengetahui perubahan
terpapar informasi selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Identifikasi saat tingkat ansietas pada tingkat ansietas
teratasi dengan kriteria hasil : berubah. 2) Agar pasien mampu mengambil
1. Vital sign dalam batas normal. - Identifikasi kemampuan keputusan
2. Postur tubuh, ekspresi wajah, mengambil keputusan.
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas N: 1) Agar mengetahui situasi yang dapat
menunjukkan berkurangnya - Pahami situasi yang membuat menyebabkan ansietas
kecemasan ansietas. 2) Agar dapat memberikan kenyamanan
- Tempatkan barang pribadi yang pada pasien
memberikan kenyamanan.
E: 1) Agar klien tidak merasa sendiri
- Anjurkan keluarga untuk tetap 2) Agar klien mengetahui prosedur
bersama pasien (jika perlu). yang akan dialami
- Jelaskan prosedur atau sensasi
yang mungkin dialami. 1) agar ansietas cepat tertangani
C:
- Kolaborasi pemberian obat
ansietas bila perlu.
3. Ketidak efektifan pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1) Untuk mengetahui apakah ada pola
nafas b/d pola nafas selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Monitor pola pernafasan pernafasan yang abnormal
abnormal teratasi dengan kriteria hasil : abnormal. 2) Untuk mengetahui frekuensi irama
1. Ttv dalam rentang normal (tekanan - Monitor frekuensi dan irama nafas
darah, nadi dan pernafasan) pernafasan.
2. Frekuensi pernafasan dalam N: 1) Untuk memberikan kenyamanan
rentang normal ( tidak ada suara - Atur posisi pasien ( semi pada klien
nafas abnormal) fowler/fowler) 2) Agar klien merasa nyaman
- Beri minuman hangat 3) Untuk membantu menangani pola
- Beri oksigen jika perlu nafas tidak efektif pada klien
E:
- Anjurkan asupan cairan 1) Agar tidak terjadi dehidrasi
2000ml/hari 2) Agar pasien bisa batuk dengan benar
- Ajarkan teknik batuk efektif
C: 1) untuk mempercepat proses
- Kolaborasi pemberian keefektifan pola nafas
bronkodilator, eksprektoral dan
mukillitil jika perlu
4. Resiko perdarahan b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1) Untuk memantau apakah ttv klien
gangguan kongggulasi ( selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Pemantauan ttv. masih dalam batas normal
trombositopenia) teratasi dengan kriteria hasil : - Pemantauan cairan. 2) Untuk mengetahui keseimbangan
1. Tidak ada hematuria dan - Monitor tanda tanda pendarahan. antara intake dan outtake cairan
hematemesis. N:
2. Hemoglobin dalam batas normal - Pertahankan bed rest selama 1) Agar pendarahan tidak semakin
3. Hematokrit dalam batas normal pendarahan aktif. parah
4. Tekanan darah dalam batas normal - Lakukan manual pressure (tekan 2) Agar darah yang keluar dapat
sistol dan diastole. pada area pendarahan). berhenti /tiak semakin deras
5. Suhu tubuh dalam batas normal - Gunakan ice pack dalam area 3) Untuk memperlambat pendarahan
pendarahan.
E: 1) Agar anak tetap aman
- Edukasi meningkatkan asupan 2) Agar kluarga klien mengetahui
cairan anak. proses penyakit
- Edukasi proses penyakit. 3) Untuk memperlambat pendarahan
C:
- Pemberian produk darah (platelet 1) Agar asupan cairan anak tetap
atau fresh frozen plasma) jika terpenuhi
perlu. 2) Agar klien dan keluarga mengetahu
proses penyakit.
3) Untuk memperlambat proses
pendarahan.
5. Ketidak efektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1) Untuk mengetahui apakah ada
jaringan perifer b/d selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Monitor adanya daerah tertentu daerah tertentu yang hanya peka
penurunan nadi perifer teratasi dengan kriteria hasil : yang hanya peka dengan dengan panas/dingin/ tajam/ tumpul.
1. Tidak ada tanda tanda peningkatan panas/dingin/ tajam/ tumpul. 2) Untuk mengetahui adanya paretese
tekanan intrakranial (tidak lebih - Monitor adanya paretese. 3) Untukmengetahui adanya
dari 15mmH). - Monitor adanya tromboplebitis. tromboplebitis.
2. Tekanan systole dan diastole dalam N :
rentang yang di harapkan. - Batasi gerak pada leher kepala 4) Untuk megetahui proses penyakit
dan punggung 5) Untuk engetahui proses pengobatan
E:
- Edukasi proses penyakit. 6) Untuk mempercepat proses
- Edukasi program pengobatan. penyembuhan
C:
- Pemberian analgetik jika perlu .
6. Resiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1. Untuk mengetahui status dehidrasi
ketidakseimbangan cairan selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Monitor status dehidrasi. pasien
b/d pendarahan teratasi dengan kriteria hasil : - Monitor ttv. 2) Untuk mengetahui keadaan umum
1. Tidak ada tanda tanda dehidrasi. N: pasien
2. Ttv dalam batas normal. - Pemantauan ttv. 3) Untuk mengetahui keadaan umum
- Pantau intake dan outtake cairan. pasien
- Pertahankan cairan intake dan 4) Untuk mengetahui intake dan output
output cairan yang akurat. cairan pasien
E: 5) Untuk mempertahankan intake dan
- Berikan penggantian nesogatrio output cairan yang akurat
sesuai output. 6) Untuk mengganti intake
- Timbang popok jika di perlukan. 7) Untuk mengetahui jumlah cairan yg
C: keluar
- Kolaborasi pemberian cairan 8) Untuk memberikan cairan melalui
intravena jika perlu. intravena
7. Hipertermi b/d proses Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1. Untuk mengetahui penyebab
penyakit (virus dalam selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Identifikasi penyebab hipertermia. hipertermi
darah) teratasi dengan kriteria hasil : - Minitor suhu tubuh . 2. Untuk mengetahui suhu tubuh
1. Nadi dan respirasi dalam - Mmonitor kasar elektrolit. pasien
rentang normal N: 3. Untuk mengetahui elektrolit
2. Tidak ada perubahan warna - Berikan cairan oral. pasien
kulit dan tidak ada pusing - Sediakan lingkungan yang 4. Untuk menjaga cairan pasien
nyaman. 5. Atar pasien merasa nyaman
- Lakukan pendinginan eksternal. selama perawatan
E: 6. Untuk menurunkan suruh tubuh
- Anjurkan tirah baring. pasien
C: 7. Untuk mempertahankan kondisi
- Kolaborasi pemberian cairan dwn pasien
elektrolit intravena jika perlu. 8. Untuk menjaga dan mengatur
cairan dan elektrolit pasien
8. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1. Untuk mengetahui lokasi,
pecedera fisiologis selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Identifikasi lokasi, karakteristik, karakteristik, durasi, frekuensi,
teratasi dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, kualitas, dan intensitas nyeri
1. Pasien mampu melapor bahwa intensitas nyeri. 2. Untuk mmengetahui skala nyeri
nyeri berkurang. - Indentifikasi skala nyeri. pasien
2. Menyatakan rasa nyaman - Identifikasi respon nyeri non 3. Untuk mengetahui respon verbal
setelah nyeri berkurang. verbal. non verbal pasien
N: 4. Untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkubgan yang pasien dengan lingkungan yang
memperberat rasa nyeri. nyaman
- Berikan teknik non farmakologis 5. Agar pasien dapet melakukan
untuk mengurangi rasa nyeri teknik non farmakologi untuk
(terapi pijat( mengurangi nyeri
E: 6. Agar pasien dapat mengetahui
- Jelaskan penyebab periode dan penyebab nyeri
pemicu nyeri. 7. Agar pasien mengetahui strategi
- Jelaskan strategi pereda nyeri. pereda nyeri
C:
- Kolaborasi pemberian analgetik.
9. Resiko syok b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1) Untuk mengetahui suhu dan
kurangnya volume cairan selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Monitor suhu dan pernafasan. pernafasan
tubuh akibat pendarahan teratasi dengan kriteria hasil : - Minitor input dan output. 2) Untuk mengetahui keseimbangan
1. Nadi dalam batas yang di harapkan - Monitor tanda awal syok. input dan output
2. Frekuensi nafas dalam batas yang - Manajemen cairan 3) Untuk mengetahui tanda awal syok
di harapkan N: 4) Ugar dapat memanajemen cairan
- Tempatkan pasien pada posisi
supine kaki elevasi untuk 5) Untuk meningkatkan preload dengan
meningkatkan preload dengan tepat
tepat.
E: 6) Agar kluarga tau tanda dan gejala
- Ajarkan keluarga tentang tanda syok
dan gejala syok. 7) Agar kluarga tau langkah menangani
- Ajarkan keluarga tentang langkah syok
mengatasi syok 8) Untuk dapat melakuka tindak
- Edukasi dehidrasi. lanjutjika terjadi dehidrasi
C:
- Kolamborasi dalam pemberian
terapi oksigen, intravena dan
tranfusi darah jika diperlukan.
10. Deficit nutrisi b/d ketidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1) Untuk mengetahui kebiasaan
mampuan mencerna selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Identifikasi kebiasaan makan dan makan dan prilaku makan yang di
makanan teratasi dengan kriteria hasil : prilaku makan yang di ubah. ubah.
1. Intake dan output cairan seimbang. - Monitor intake dan output csiran 2) Untuk dapat megetahui intake dan
nilai hemoglobin tekanan darah output csiran nilai hemoglobin
kenaikan bb. tekanan darah kenaikan BB.
N: 3) Untuk mengetahui faktor faktor
- Pertimbangkan faktor faktor yang yang mempengaruhi pemenuhan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi (misalnya
kebutuhan gizi (misalnya usia,tahap pertumbuhan dan
usia,tahap pertumbuhan dan perkembangan).
perkembangan). 4) Untuk mengetahui standar nutrisi
- Gunakan standar nutrisi sesuai diet yang di berikan
program diet dalam mengevaluasi
kecukupan asupan makanan. 5) Untuk dapat modifikasi diet
E: (misalnya penurunan/
- Informasikan perlunya modifikasi penambahan bb pembatasan
diet (misalnya penurunan/ natrium atau cairan, pengurangan
penambahan bb pembatasan kolesterol
natrium atau cairan, pengurangan
kolesterol. 6) Untuk mempercepat proses
C: penyeimbangan nutrisi
- Rujuk pada ahli gizi jika perlu.
11. Intoleransi aktifitas b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan O: 1) Untuk mengetahui respon fisik,
kelemahan selama ... x 24 jam diharapkan masalah - Monitor respon fisik, emosi, emosi, sosial dan spiritual
teratasi dengan kriteria hasil : sosial dan spritual
1. Ttv normal N: 2) Agar jadwal latihan waktu luang
2. Mampu berpindah dengan / tanpa - Bantu klien untuk membuat klien tersusun dengan baik
bantuan jadwal latihan di waktu kuang. 3) Agar mengetahui aktivitas yang
3. Mampu melakukan aktifitas sehari - Bantu klien mengidentifikasi mampu dilakukan klien.
- hari ADL secara mandiri aktivitas yang mampu di lakukan.
E: 4) Agar klien bisa beraktivitas
- Ajarkan klien latihan fisik. 5) Untuk mempertahankan kenyamanan
- Ajarkan klien teknik ambulasi. klien
C:
- Kolaborasi dalam pemberian obat 6) Untuk mempercepat proses
inhalasi jika perlu. penyembuhan
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik untuk
menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan. Implementasi dilakukan
berdasarkan rencanan yang telah dibuat sesuai diagnose. Setiap kali
melakukan tindakan keperawatan hendaknya mengevaluasi tindakan
tersebut dengan evaluasi formatif.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Evaluasi berpatokan pada kriteria hasil saat
merencanakan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Elyas, Y.(2013)." Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. T Dengan Masalah


Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan: Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan". Dalam
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351449-PR-Yudi%20Elyas.pdf. Diakses
pada 21 September 2019.

NANDA. (2010). Nursing diagnosis – definition and classification 2009-


2011.Jakarta:EGC.
Natalia, A.(2012)."Askep demam berdarah". Dalam
https://www.academia.edu/5535978/Askep_demam_berdarah?auto=downlo
ad. Diakses pada 14 September 2019.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis& NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Jogja.
Price,styvia A Wilson. (2005). Patofisiologi konsep klinis proses proses penyakit
volume 2 edisi 6 Jakarta:EGC.
Soedarmo, S.S. P. (2005). Demam berdarah pada anak. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. DPP PPNI.
Wahidayat, Iskandar. (2015). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: info media.
WOC

Gigitan nyamuk aedes aegpty

Masuknya virus dengue dalam tubuh


Kurang Deficit pengetahuan
Kontak dengan antibodi
informasi
Virus bereaksi dengan antibody
-Ansietas pada anak
-Ansietas pada orangtua
Terbentuk kompleks virus antibody MRS stress hospitalisasi

Sistem Kardiovaskular Brain Bladder Sistem Bone


Pada pernapasan virus masuk ke Gastrointestina
Aktivasi C3 dan C5
Mengaktifkan sistim Agregasi dalam pembuluh Pelepasan Perpindahan
Aktivasi C3 dan C5
komplemen trombosit darah neurotransmitter cairan ke
(histamine, bradikinin, hepato-splenomegali ekstravaskuler
 Permeabilitas Menstimulasi sel prostaglandin)
Aktivasi C3 dan C5 Melepas  Permeabilitas mendesak lambung
dinding pembuluh host inflamasi Peurunan
adenosin di (seperti mikrofag, dinding pembuluh
darah Berikatan dengan kebutuhan O2,
Pelepasan
phosphat (ADP) neutrofil) darah  HCL
reseptor nyeri (IP-3) nutrisi
anafilatoksim
(C3a,C5a) Thrombosis
Menghilangnya Menghilangnya  SGOT,SGPT
plasma melalui Memproduksi Metabolism
mengalami Impuls nyeri plasma melalui
endotel dinding endogenus pirogen Mual muntah, menurun
Permiabilitas kerusakan masuk ke endotel dinding
pembuluh darah (IL-1, IL-6)
Thalamus pembuluh darah nafsu makan 
dinding metamorfosis
pembuluh Endothelium Lemah, pusing,
darah Nyeri akut Masukan
Trombositopenia Kebocoran hipotalamus Kebocoran plasma frekuensi nadi
plasma (ke extra meningkatkan produksi (keextravaskuler) nutrisi kurang dan pernapasan
Menghilangnya meningkat
vaskuler) prostaglandin dan
plasma melalui
neurotransmiter  sirkulasi ke
endotel dinding Resiko Deficit nutrisi
pembuluh darah pendarahan ginjal
Syok Prostaglandin berikatan Intoleransi
dengan neuron prepiotik aktivitas
Kebocoran plasma Resiko perfusi renal
Resiko di hipotalamus
(ke ekstravaskuler) Hipotensi, nadi tidakefektif
Penyempitan ketidak
cepat dan lemah
dan seimbangan
Meningkatkan thermostat
Penumpukan cairan tersumbat cairan Nausea
Penurunan O2 “set point” pada pusat
pada pleura
dalam jaringan termoregulator
Penumpukan
Pola Nafas lendir dan
sekret Demam Hipertermi
Tidakefektif Resiko syok
Bersihan jalan nafas
Tidakefektif
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. V DENGAN

DIAGNOSA DHF GRADE I DI RUANG KASWARI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA

TANGGAL 20 – 23 APRIL 2023

OLEH

I MADE ADI ASTAWA

229012923

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI DENPASAR

2023
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

STIKES WIRA MEDIKA BALI

Nama Mahasiswa : I Made Adi Astawa


NIM : 229012923
Tempat Praktek : Ruang Kaswari RSUD Wangaya
Tanggal : Pengkajian : 20 April 2023
Praktik : 17 April 2023

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. V
No Rekam Medis : 797383 Tanggal pemeriksaan Tanggal lahir
Tempat/ tanggal lahir : Karangasem 10 – 12-2018
Umur : 4 Tahun 4 bulan 10 hari 2022 04 20
Jenis Kelamin : Perempuan 2018 12 10
Suku bangsa : Bali Indonesia
Bahasa yang dimengerti : Indonesia 4 4 10
Agama : Hindu
4 tahun 4 bulan 10 hari
Nama Ayah/ Ibu/ wali : Ibu. Ar
Pendidikan ayah/ibu/wali : SMA Apabila hari dibawah 15 dibulatkan kebawah
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Ibu rumah tangga
Alamat/ no telp : Jln GN Batur Gg Nangka III no menjadi
7A Dps 5/082339358453
tahun 4 bulan
Diagnosa medis : DHF gr I
Tanggal MRS : 20 April 2023

II. KELUHAN UTAMA


Saat MRS : Panas sejak 3 hari yang lalu (17/4/2023 malam)
Saat Pengkajian : badan lemas

III. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Pasien datang ke IGD RSUD Wangaya pada hari Kamis (20/4/23),siang dengan keluhan
demam. Awalnya pasien dikatakan demam sejak Senin (17/4/23) pkl.21.00 wita.
Kemudian pasien diajak berobat ke klinik pada Selasa pagi (18/4/23), dan diberi
paracetamol puyer. Demam sempat turun Rabu pagi tetapi suhu naik lagi pada rabu
malam sehingga pasien diantar ke Puskesmas pada Kamis pagi untuk cek lab,didapatkan
trombosit turun (plt = 109) sehingga pasien dirujuk ke IGD RSUD Wangaya. Di IGD
pasien sempat diberikan dumin supp (125 mg) karena didapatkan suhu tubuh pasien 38,5
C. Hasil lab dari Puskesmas tgl 20/4/23 pkl 07.38 WBC = 4,27, RBC = 5,41, HB = 14,3
HCT = 41,4 PLT = 109.
Di IGD pasien dilakukan pemeriksaan swab antigen dengan hasil negative, pasien di
konsulkan ke dr. Siska,Sp.A, dx DHF grade I terapi IVFD RL 16 tpm, Ranitidin 3 x 15
mg IV, paracetamol sy cth 1,5 k/p, cek DL evaluasi besok pagi (21/4/23)
Setelah diobservasi di IGD pasien di Rawat Inap di Ruang Kaswari. Di Ruang Kaswari
kondisi pasien didapatkan pasien tampak lemas, mukosa bibir tampak kering mual ada
muntah tidak ada, pasien mau makan cuma ¼ porsi RS minum sedikit, BAK lancar warna
jernih kuning.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Pre natal
Saat hamil : Ibu merokok : (ya/ tidak)
Ibu minum minuman keras : (ya/ tidak)
b. Intra dan post natal
Intranatal
• Lama persalinan : 4 jam
• Saat persalinan : prematur/ matur/ serotinus
• Komplikasi persalinan : Tidak ada
• Terapi yang diberikan : Tidak terkaji
• Cara melahirkan : Pervaginam normal ( ya )
Dengan vakum ekstraksi ( - )
Operasi caesar ( - )
Lainnya : -
• Tempat melahirkan : Rumah Sakit (-)
Rumah Bersalin (-)
Rumah (-)
Lainnya : Bidan (ya)
Postnatal
• Usaha nafas : Dengan bantuan (-)
Tanpa bantuan (ya)
• Kebutuhan resusitasi : Tidak ada
• Apgar skor : tidak terkaji
• Bayi langsung menangis : ya/ tidak
• Tangisan bayi :kuat/lemah/ lainnya (sebutkan)
• Obat-obatan yang diberikan setelah lahir : tidak ada
• Trauma lahir : Ada (-) Tidak (√)
• Narkosis : Ada (-) Tidak (√)
• Keluarnya urin/ BAB : Ada (√) Tidak (-)
• Respon fisiologis atau prilaku yang bermakna : tidak terkaji
c. Penyakit yang pernah diderita : Demam, batuk, pilek
d. Hospitalisasi : Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak
pernah dirawat di RS
e. Operasi : Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya tidak
pernah menjalani operasi
f. Injuri/ kecelakaan : ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah
mengalami kecelakaan
g. Alergi : Tidak ada
h. Imunisasi : BCG, Polio , DPT, Hepatitis B, Campak
i. Pengobatan : tidak ada

V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
BB : 14 kg TB : 96 cm LP : 50 cm
LLA : 42 cm LK : 50 cm

VI. TINGKAT PERKEMBANGAN (Gunakan Format DDST II dan lampirkan)


a. Sosial.
Ibu pasien mengatakan anaknya bisa mengambil makanan
b. Motorik halus
Pasien bisa memilih garis yang lebih panjang
Pasien bisa mencontohkan membuat tanda tambah (+)
Pasien bisa menggambar orang 6 bagian
Pasien bisa menggambar lingkaran
Pasien bisa membuat gambar kotak
c. Bahasa
Pasien bisa membedakan kata berawalan
Pasien bisa mengetahui 4 kata depan
d. Motorik kasar
Pasien bisa berdiri 1 kaki selama 6 detik
Pasien bisa berjalan dengan tumit

VII. RIWAYAT SOSIAL


a. Pengasuh : Orang tua
b. Pembawaan secara umum : Pasien tampak lemah, mukosa bibir tampak
kering
c. Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien merupakan anak kedua dan memiliki
satu saudara laki – laki dan hubungan dengan kedua orang tuanya sangat baik
d. Hubungan dengan teman sebaya : Pasien sering bermain dengan teman-teman
sebayanya.
VIII. RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial ekonomi :
Keluraga pasien mengatakan sosial ekonomi keluarga bekecukupan, ibu pasien tidak
bekerja dan ayah pasien bekerja sebagai pekerja swasta
b. Lingkungan rumah :
Pasien dan keluarga tinggal di rumah yang cukup luas, dan tinggal berenam.
c. Penyakit keluarga :
Ibu pasien mengatakan keluarga hanya pernah mengalami demam, batuk maupun
pilek kurang dari tiga hari.
d. Genogram

• Ket
= Pria

= Wanita

= Anak

= Tinggal dalam 1 rumah

IX. POLA KESEHATAN


a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan
Ibu pasien mengatakan kesehatan sangat penting, dan jika ada salah satu keluarga
yang sakit biasanya akan diobati dengan obat warung namun ketika belum sembuh
juga baru akan dibawa ke pelayanan Kesehatan
b. Nutrisi
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya makan 3x sehari,
makan nasi lengkap dengan lauk.
Saat sakit dan pengkajian : Ibu pasien mengatakan anak makannya Cuma habis ¼
porsi RS, ibu mengatakan anaknya mengeluh mual, bibirnya terasa
pahit, tampak sisa makanan RS ¾ porsi
c. Aktifitas
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya aktif, tidak ada
kesulitan saat beraktifitas
Saat sakit : Ibu pasien mengatakan anaknya hanya terbaring maupun duduk di
tempat tidur, masih kesulitan untuk beraktifitas dan tidak bisa
bersekolah, saat berpindah ingin digendong dan rewel.
d. Tidur dan istirahat kuantitas dan kualitas
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya biasa tidur siang
dengan waktu kurang lebih 1-2 jam, dan di malam hari 8 jam, tidak
ada keluhan saat tidur
Saat sakit : Sejak panas anaknya sering terbangun di malam hari
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/ minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi ditempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi ROM √

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.

e. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan BAB pasien 1x sehari feses kental, berwarna kuning
kecoklatan, BAK pasien 6 sampai 8 kali sehari.
Saat sakit : Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien BAB 1x sehari,saat
pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya belum BAB hari ini,
pasien BAK 6 x sehari warna kuning jernih
f. Pola hubungan
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga maupun teman
sebayanya sangat baik. Keluarga pasien mengatakan saat sakit pasien diantar oleh
kedua orang tuanya, yang menjaga pasien di RS yaitu ibunya sendiri karena ayahnya
masih bekerja
g. Koping
Ibu Pasien mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya, tampak wajah ibu pasien
gelisah dan tegang.
h. Kognitif dan persepsi
Ibu pasien mengatakan anaknya terkena DHF, anak tidak mengalami gangguan
pendengaran, pengelihatan, peraba, perasa, pendengaran
i. Konsep diri
Citra Tubuh : Tidak terkaji.
Harga Diri : Tidak terkaji
Peran : Tidak terkaji
Identitas : Tidak terkaji
Ideal Diri : Tidak terkaji
j. Seksual
Ibu pasien mengatakan tidak ada kelainan pada organ. reprodukusi, pasien berjenis
kelamin perempuan, umur pasien yaitu 4 tahun 4 bulan
k. Nilai
Pasien beragama Hindu

X. PEMERIKSAAN FISIK (inspeksi – auskultasi)


a. Keadaan umum : Sedang
Tingkat kesadaran : Composmetis E: 4 M: 5 V: 6
TD : 100/60 mmHg Nadi : 96 x/menit RR : 24 x/menit
BB : 14 kg TB :96 cm Suhu badan : 37o C
LLA : 42 cm LK : 51 cm LP : 50 cm
b. Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada luka, ptekie tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, turgor elastis, akral hangat
c. Kepala
Inspeksi : simetris kanan kiri, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada luka
d. Mata
Inspeksi : konjungtiva ananemi, pupil isokor, mata terlihat hitam, mata cowong
tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Telinga
Inspeksi : Simetris kanan kiri, tidak lesi, tidak ada lendir, warna sawo
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
f. Hidung
Inspeksi : Simetris kanan kiri, tidak lesi, epistaksis tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
g. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, tidak ada lesi, bibir simetris, perdarahan gusi
tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
h. Leher
Inspeksi : Simetris kanan kiri, tidak ada lesi, ptekie tidak ada
Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jungularis, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
i. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris dengan pengembangan dada seimbang antara
kanan dan kiri,retraksi otot dada tidak ada, sesak tidak ada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
Perkusi : Suara sonor di ics 2,4,6
Auskultasi : suara tambahan tidak ada
j. Jantung
Inspeksi : Bentuk dada simetris, iktus kordis tidak tampak, tidak ada luka, dan
tidak ada jejas
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Suara dulnes
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal regular
k. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, umbilikus simetris, tidak tampak asites
Auskultasi : Bising usus 12x/menit
Perkusi : Bunyi timpani disemua lapang abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
l. Genetalia
Tidak terpasang kateter, tidak terdapat hemoroid, bersih, tidak adanya tanda-tanda
iritasi.

m. Ekstrimitas
Atas
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, ptekie tidak ada
Palpasi : Akral hangat, turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan, CRT < 2
detik.
Bawah
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi dan edema. Ptekie tidak ada
Palpasi : Turgor Kulit elastis, tidak ada nyeri tekan , CRT kembali < 2 detik.
n. Neurologi
- Tidak terkaji
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (20/04/2023 Pk. 07.28) : di Puskesmas I DenBar

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

DL 5 DIFF

Jumlah Leokosit 4,27 10^3/uL 3,5-10,0

Jumlah eritrosit 5,41 10^6/uL 4.00-5.30

Hemoglobin 14,3 g/dL 12.0-16.0

Hematokrit 41,4 % 35.0-45.0

MCV 76,5 80-97

MCH L 26,3 pg 25.0-33.0

MCH 34,4 g/L 31.0-37.0

Jumlah Trombosit 109 10^3/ul 150- 390

PCT 112 % .100-.500

2. Pemeriksaan Swab Nasofaring tgl 20 April 2023 pukul 10:50 WITA di RSUD
Wangaya
Jenis Pemeriksaan Hasil Result Nilai Rujukan Metode
Test
Reference Range

SARS-Cov-2 Negatif Negative Rapid Antigen

Negarive Negative

XII. TERAPI YANG DIPEROLEH


Nama obat Dosis Rute Indikasi

IVFD RL 15 tpm IV Mengganti cairan tubuh

Ranitidin 15 mg @ 8 IV Untuk menghambat


jam produksi asam lambung
yang berlebih
Paracetamol syr 1,5 cth KP Oral Untuk penurun demam

XIII. INFORMASI LAIN (mencakup rangkuman kesehatan klien dari gizi, fisioterapis, dll)
GIZI
a. Kebutuhan cairan 1500 ml/hari
b. Kebutuhan energi perhari 1800 kal
c. Kebutuhan kalori 1500 kkal/hari
d. Kebuthan protein 1.8 gr/kg/ hari-→ 36 gr/hari
e. Dibeikan diit snack pediasure 2 x 200cc pagi dan sore hari

XIV. ANALISIS DATA


DATA MASALAH/ PENYEBAB/ ETIOLOGI
PROBLEM
S : Ibu pasien mengatakan anak Nausea Terbentuknya kompleks virus antibody
makannya cuma habis ¼
porsi RS, ibu mengatakan
anaknya mengeluh mual, Sistem gastrointestinal
bibirnya terasa pahit
O : tampak sisa makanan RS ¾
porsi Hepato-splenomegali

Mendesak lambung

HCL meningkat

Nausea

S : Ibu Pasien mengatakan Ansietas pada orang MRS

khawatir dengan kondisi tua

anaknya, Stress hospitalisasi


O : tampak wajah ibu pasien
gelisah dan tegang.
Ansietas pada orang tua
S:- Resiko hipovelemia Aktivitas C3 dan C5

O : mukosa bibir kering,


faktor resiko DHF grade I hari Permeabilitas dinding pembuluh darah
ke 3 meningkat

-
Menghilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah

Kebocoran plasma (ke ekstravaskuler)

Resiko hipovolemia

S: Resiko Perdarahan Virus dengue

O : trombositopenia (PLT = 109),


DHF grade I hari ke 3 masuk ke tubuh

kontak antibody

terbentuk kompleks virus antibody

sistem kardiovaskuler

agregasi trombosit

melepas ADP

trombosit mengalami kerusakan


metamorphosis

trombositopenia

resiko perdarahan
XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1. Nausea berhubungan dengan peningkatan asam lambung dd Ibu pasien mengatakan
anak makannya cuma habis ¼ porsi RS, ibu mengatakan anaknya mengeluh mual,
bibirnya terasa pahit, tampak sisa makanan RS ¾ porsi
2. Ansietas pada orang tua berhubungan dengan stres hospitalisasi ditandai dengan Ibu
Pasien mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya, tampak wajah ibu pasien
gelisah dan tegang.
3. Resiko hipovelemia berhubungan dengan faktor resiko peningkatan permealibitas
dinding pembuluh darah dd mukosa bibir tampak kering
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan faktor resiko trombositipenia, DHF grade I
hari ke 3, ditandai dengan trombositipenia (PLT = 109)
XVI. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Nama/TTD
Keperawatan
1 Nausea Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama: Manajemen Mual
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi Observasi
dengan tingkat nausea menurun dengan
1. Identifikasi pengalaman mual 1. Mengetahui faktor yang
kriteria hasil:
peningkatan asam
Luaran Utama: Tingkat Nausea memungkinkan terjadinya mual.
lambung dd Ibu
1. Nafsu makan meningkat 2. Identifikasi faktor penyebab mual 2. Mengetahui faktor yang
pasien
(5), makanan habis 1 porsi memungkinkan terjadinya mual.
mengatakan anak
2. Keluhan mual menurun (5)
makannya cuma
3. Perasaan asam, pahit 3. Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi dan 3. Mengetahui tingkat mual yang
habis ¼ porsi RS, dimulut menurun (5) tingkat keparahan dialami pasien.
ibu mengatakan
4. Monitor asupan nutrisi dan kalori. 4. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi
anaknya mengeluh
dan mencegah terjadinya mual
mual, bibirnya
dan muntah yang berlanjut.
terasa pahit,
Terapeutik Terapeutik
tampak sisa
makanan RS ¾
1. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab 1. Mempertahankan saturasi
porsi
mual oksigen pada pasien agar tetap
stabil

2. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi


2. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
dan mencegah terjadinya mual
menarik
dan muntah yang berlanjut.
Edukasi
Edukasi
1. Dapat membuat klien jadi lebih
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
baik dan melupakan mual.
2. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan
2. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi
rendah lemak
dan mencegah terjadinya mual
dan muntah yang berlanjut.

Kolaborasi
Kolaborasi
1. Antiemetik dapat memblok
1. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika
reseptor mual dan mengurangi
perlu
rasa mual.

2 Ansietas pada Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas


orang tua keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Mengetahui tingkat
1. Monitor tanda-tanda ansietas
berhubungan diharapakan ansietas pada orang kecemasan keluarga pasien
dengan stres tua menurun atau orang tua 2. Meningkatkan rasa aman dan
hospitalisasi pasien dapat tenang dengan 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk nyaman
ditandai dengan kriteria : menumbuhkan kepercayaan 3. Dapat mengurangi tingkat
Ibu Pasien 3. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan kecemasan
SLKI :
mengatakan persepsi 4. Dukungan orang terdekat dapat
khawatir dengan Tingkat ansietas 4. Memberikan edukasi tentang perawatan mengurangi tingkat kecemasan
kondisi anaknya, anaknya selama di RS 5. Teknik relaksasi dapat
1. Menyingkirkan tanda
tampak wajah ibu 5. Anjurkan keluarga untuk selalu mengurangi tingkat kecemasan
kecemasaan.
pasien gelisah dan disamping dan mendukung pasien
2. Tidak terdapat perilaku
tegang. 6. Latih teknik relaksasi
gelisah, khawatir, tegang
3. Menggunakan teknik
relaksasi untuk menurunkan
cemas.

3 Resiko Setelah diberikan intervensi Observasi


hipovelemia selama 3 x 24 jam maka status 1. Mengetahui kondisi pasien
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
berhubungan cairan membaik, dengan kriteria
(mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
dengan faktor hasil :
terba lemah, tekanan darah menurun,
resiko peningkatan
1. Membrane mukosa tekanan nadi menyempit, turgor kulit
permealibitas
membaik menurun, membrane mukosa kering,
dinding pembuluh
2. Kadar ht membaik volume urin menurun, hematocrit
darah dd mukosa
bibir tampak 3. Intake cairan membaik meningkat, haus, lemah)
kering 2. Monitor intake dan output cairan 2. Mengetahui status cairan pasien
Terapeutik

1. Hitung kebutuhan cairan 1. Mengetahui kebutuhan cairan


pasien perhari
2. Berikan asupan cairan oral 2. Meningkatkan asupan cairan
Edukasi pasien

1. Anjurkan menghindari perubahan 1. Menghindari terjadinya


penurunan tekanan darah secara
posisi mendadak
mendadak
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV


1. Menjaga jumlah cairan
isotonis (mis. NaCl, RL) dalam pembuluh darah dan
mengganti cairan yang
hilang
2. Kolaborasi pemberian produk darah
(TC) 2. Meningkatkan kadar
trombosit

2.

4 Setelah diberikan asuhan Observasi


keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
diharapkan perdarahan tidak terjadi 1. Mengetahui tanda dan gejala
dengan kriteria hasil : perdarahan
2. Monitor nilai DL
1. Kelembapan membarane 2. Mengetahui kadar Hb, HCT
mukosa meningkat dan PLT
3. Monitor tanda-tanda vital
2. Kadar trombosit membaik
3. Mengetahui adanya perubahan
3. Tidak terjadi perdarahan gusi, tanda – tanda vital
epitaksis, hematuri.
Terapeutik
1. Pertahankan bed rest selama akut 1. mengurangi resiko terjadinya
2. Batasi tindakan invasif, jika perlu
perdarahan

2. mengurangi resiko terjadinya


Edukasi perdarahan
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan 1. meningkatkan kewaspadaan
2. Anjurkan segera lapor segera jika terjadi keluarga terhadap tanda dan gejala
perdarahan perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika
perlu
XVII. IMPLEMENTASI

No Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/


Diagnosa TTD
1 20/4/23 1 15.00 - Memonitor dan DS : ibu pasien
WITA mengidentifikasi mengatakan anaknya
keluhan mual masih mual setiap mau
makan
DO : tampak sisa
makanan RS (siang) ¾
porsi

1 15.00 - Delegative dalam DS :


WITA pemberian ranitidine DO : obat masuk reaksi
15 mg alergi tidak ada

2 15.00 - Memonitor tanda – DS : ibu pasien


WITA tanda ansietas ibu mengerti dan paham
pasien, memberikan tentang penjelasan yang
lingk terapiutik, diberikan
menjelaskan kondisi DO : ibu pasien tampak
anak dan program lebih tenang
perawatan

3,4 16.00 - Memonitor TTV, DS : ibu pasien


WITA tanda – tanda mengatakan mengerti
perdarahan , dan akan melaporkan
bila terjadi perdarahan.
memberikan cairan
DO: N = 90 x/mnt, R =
peroral, 24 x/mnt, S = 36, tanda
menganjurkan segera – tanda perdarahan tidak
melapor bila terjadi ada. Pasien tampak mau
perdarahan minum ¼ gelas.

- Memberikan asupan
1 18.00 DS : ibu pasien
makanan dalam
Wita mengatakan anaknya
porsi kecil tapi
mulai bisa makan walau
sering
sedikit
DO : pasien tampak
makan perlahan.habis ½
porsi RS
- Melatih teknik
2. 18.30 DS ; Ibu pasien
relaksasi nafas
wita mengatakan mau
dalam kepada ibu
mencoba teknik nafas
pasien
dalam
DO : ibu pasien tampak
mencoba teknik nafas
No Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Diagnosa TTD
dalam, ibu pasien
tampak lebih tenang.

3 19.30 - Memonitor intake DS ; ibu pasien


wita dan output cairan mengatakan anaknya
mau minum 200cc / 6
jam , dan sudah kencing
DO : infus 300 cc/ 6 jam
jumlah urine kurang
lebih 300 cc/ 6 jam

1. 23.00 - Delegative dalam DS:


wita pemberian ranitidine DO: obat masuk reaksi
15 mg alergi tidak ada.
2 21/04/2023 1,3,4 06.00 - - Memonitor TTV, DS :
WITA tanda – tanda DO : N = 94, R =
perdarahan , tanda 25x/mnt, S = 36.6, gusi
dan gejala berdarah tidak ada,
hipovolemi, mimisan tidak ada.
menganjurkan pasien Mukosa bibir kering,
bedrest turgor kulit elastis, nadi
teraba kuat, mata
cowong tidak ada.
Pasien tampak tiduran di
TT

1,3,4 07.00 - Delegative dalam DS:


wita pemberian ranitidine DO: obat masuk reaksi
15 mg , menghitung alergi tidak ada. 1000
kebutuhan cairan ml + 50(14-10) = 1200
pasien + 10% = 1320 ml/hr

- Memonitor DL DS
DO : WBC/HB/HT/PLT
7.75/ 14.1/ 43.5/ 79

1 08.00 - Memberikan asupan DS : ibu pasien


WITA makanan dalam mengatakan anaknya
porsi kecil tapi mulai bisa makan secara
sering perlahan
DO : pasien tampak
makan perlahan.habis ½
porsi RS

1,3,4 12.00 - Memeriksa DS : ibu pasien


WITA Memberikan asupan mengatakan anaknya
No Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Diagnosa TTD
makanan dalam mulai bisa makan secara
porsi kecil tapi perlahan
sering, memonitor DO : pasien tampak
CM CK, memonitor makan perlahan.habis ½
tanda – tanda porsi RS, Produksi Urine
perdarahan, 06.00 wita -12.00 wita :
500 : 14 : 6 = 5.9
cc/kgBB/jam, balance
cairan + 60,5 cc

1 15.00 - Delegative dalam DS :


WITA pemberian ranitidine DO : obat masuk reaksi
15 mg alergi tidak ada

3,4 16.00 Memonitor TTV, tanda DS :


WITA – tanda perdarahan , DO : N = 94, R =
tanda dan gejala 25x/mnt, S = 36.6, gusi
hipovolemi, berdarah tidak ada,
mimisan tidak ada.
Mukosa bibir kering,
turgor kulit elastis, nadi
teraba kuat, mata
cowong tidak ada.

1 18.00 Memonitor tanda – DS : ibu pasien


WITA tanda ansietas ibu pasien mengatakan sudah
Melatih teknik relaksasi khawatirnya berkurang
nafas dalam DO: ibu pasien tampak
lebih tenang, gelisah
tidak ada, dapat
melakukan teknik nafas
dalam dengan baik

1, 3 18.00 Memberikan asupan DS : ibu pasien


WITA makanan dalam porsi megatakan mual sudah
kecil tapi sering, berkurang, makan mulai
bisa dan habis ½ porsi
Mengevaluasi keluhan DO : pasien tampak
mual batuk- pasien tampak
makan perlahan.habis
½ porsi RS Produksi
Menghitung balance Urine 12.00 wita -18.00
cairan wita : 500 : 14 : 6 = 5.9
cc/kgBB/jam
No Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Diagnosa TTD
Balance Cairan : + 60.5 cc

1 23.00 - Delegative dalam DS :


wita pemberian ranitidine DO : obat masuk reaksi
15 mg alergi tidak ada

3 22/04/2023 1,3,4 06.00 - - Memonitor TTV, DS :


WITA tanda – tanda DO : N = 96, R =
perdarahan , tanda 24x/mnt, S = 36,5, gusi
dan gejala berdarah tidak ada,
hipovolemi, mimisan tidak ada.
menganjurkan pasien Mukosa bibir kering,
bedrest turgor kulit elastis, nadi
teraba kuat, mata
cowong tidak ada.
Pasien tampak tiduran di
TT

1,3,4 07.00 - Delegative dalam DS:


wita pemberian ranitidine DO: obat masuk reaksi
15 mg , alergi tidak ada.

- Memonitor DL DS
DO : WBC/HB/HT/PLT
12.76/ 13.2/ 39.3/ 60

1 08.00 - Memberikan asupan DS : ibu pasien


WITA makanan dalam mengatakan anaknya
porsi kecil tapi mulai bisa makan secara
sering perlahan
DO : pasien tampak
makan perlahan.habis ½
porsi RS

1,3,4 12.00 - Memeriksa DS : ibu pasien


WITA Memberikan asupan mengatakan anaknya
makanan dalam mulai bisa makan secara
porsi kecil tapi perlahan
sering, memonitor DO : pasien tampak
CM CK, memonitor makan perlahan.habis ½
tanda – tanda porsi RS, Produksi Urine
perdarahan, 06.00 wita -12.00 wita :
500 : 14 : 6 = 5.9
No Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Diagnosa TTD
cc/kgBB/jam, balance
cairan + 60,5 cc

1 15.00 - Delegative dalam DS :


WITA pemberian ranitidine DO : obat masuk reaksi
15 mg alergi tidak ada

3,4 16.00 Memonitor TTV, tanda DS :


WITA – tanda perdarahan , DO : N = 94, R =
tanda dan gejala 25x/mnt, S = 36.6, gusi
hipovolemi, berdarah tidak ada,
mimisan tidak ada.
Mukosa bibir kering,
turgor kulit elastis, nadi
teraba kuat, mata
cowong tidak ada.

1 18.00 Memonitor tanda – DS : ibu pasien


WITA tanda ansietas ibu pasien mengatakan sudah
Melatih teknik relaksasi khawatirnya berkurang
nafas dalam DO: ibu pasien tampak
lebih tenang, gelisah
tidak ada, dapat
melakukan teknik nafas
dalam dengan baik

1, 3 18.00 Memberikan asupan DS : ibu pasien


WITA makanan dalam porsi megatakan mual sudah
kecil tapi sering, berkurang, makan mulai
bisa dan habis ½ porsi
Mengevaluasi keluhan DO : pasien tampak
mual batuk- pasien tampak
makan perlahan.habis
½ porsi RS Produksi
Menghitung balance Urine 12.00 wita -18.00
cairan wita : 500 : 14 : 6 = 5.9
cc/kgBB/jam
Balance Cairan : + 60.5 cc

1 23.00 - Delegative dalam DS :


wita pemberian ranitidine DO : obat masuk reaksi
15 mg alergi tidak ada
No Tanggal No. Jam Implementasi Evaluasi Nama/
Diagnosa TTD
4 23/4/2023 1,3,4 06.00 - - Memonitor TTV, DS :
WITA tanda – tanda DO : N = 96, R =
perdarahan , tanda 24x/mnt, S = 36,5, gusi
dan gejala berdarah tidak ada,
hipovolemi, mimisan tidak ada.
menganjurkan pasien Mukosa bibir kering,
bedrest turgor kulit elastis, nadi
teraba kuat, mata
cowong tidak ada.
Pasien tampak tiduran di
TT

1,3,4 07.00 - Delegative dalam DS:


wita pemberian ranitidine DO: obat masuk reaksi
15 mg , alergi tidak ada.

- Memonitor DL DS
DO : WBC/HB/HT/PLT
13.78/13.5/40.3/48

1 08.00 - Memberikan asupan DS : ibu pasien


WITA makanan dalam mengatakan nafsu
porsi kecil tapi makan anaknya
sering meningkat
DO : pasien tampak
makan perlahan.habis ¾
porsi RS

1,3,4 12.00 - Memeriksa DS : ibu pasien


WITA Memberikan asupan mengatakan nafsu
makanan dalam makan anaknya
porsi kecil tapi meningkat, mual
sering, memonitor berkurang, rasa pahit
CM CK, memonitor dan asam dimulut
tanda – tanda anaknya berkurang
perdarahan, DO : pasien tampak
makan habis 3/4 porsi
RS, Produksi Urine 06.00
wita -12.00 wita : 500 : 14
: 6 = 5.9 cc/kgBB/jam,
balance cairan + 60,5 cc,
gusi berdarah tidak ada,
epitaksis tidak ada,
hematuri tidak ada
XVIII. EVALUASI

No Tanggal No. Evaluasi Nama/TTD


Diagnosa
1 23/04/2023 pkl 1 S : ibu pasien mengatakan nafsu makan ADIA
14.00 anaknya meningkat, mual berkurang, rasa
pahit dan asam dimulut anaknya berkurang
O : pasien tampak makan habis 3/4 porsi
RS
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 23/04/2023 pkl 2 DS : ibu pasien mengatakan khawatirnya ADI
14.00 sudah berkurang
DO: ibu pasien tampak lebih tenang, gelisah
tidak ada, dapat melakukan teknik nafas
dalam dengan baik
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
3 23/04/2023 pkl 3 S: ADI
14.00 O : Mukosa bibir kering, HCT = 40,3,
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
4 23/4/2023 pkl 4 S: ADI
14.00 O : Mukosa bibir kering, PLT = 48, gusi
berdarah tidak ada, epitaksis tidak ada,
hematuri tidak ada
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Pemeriksa : I Made Adi Astawa Nama : An. V
Tanggal : 20/04/2023 Tanggal Lahir : 10/12/2018
No. CM : 797383
Denpasar,…………..2023

Mengetahui,
Mahasiswa
Pembimbing Klinik /CI

(Ns. Ni Nyoman Suriarti, S.Kep)


( I Made Adi Astawa)
NIP: 196908211989022001
NIM : 229012923

Clinical Teacher/CT

(Ns. I Gusti Ayu Putu Satya Laksmi, S.Kep., M.Kep)

NIK : 209012762

Anda mungkin juga menyukai