Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Demam Thypoid Pada An.R


Di Ruang Perawatan Anak RSUD Kota
Makassar

OLEH :

Nava Syafaat Arafat Usman

(14420231070)

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XII


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
A. Konsep Teori Demam Thypoid

1. Definisi
Demam Thypoid merupakan suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, yang
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh atau panas yan Panjang,
penyakit ini dapat menyebar pada orang lain dengan media
makanan atau air liur yang telah dikontaminasi oleh bakteri (Huda
dan Kusuma, 2016).
Demam thypoid merupakan penyakit yang sering dijumpai
di negara yang beriklim tropis, untuk salah satu gejala awat
penyakit ditandai dengan demam yang berkepanjangan. Adapun
demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini
umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat
(sangat tinggi) naik- turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam
hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal inilah
yang biasanya tidak disadari oleh penderita maupun keluarga
penderita (Dinkes, 2013).

Penyakit demam thypoid yang biasa disebut tifus adalah


jenis penyakit menyerang penderitanya pada bagian saluran
pencernaan, selama terjadi infeksi kuman tersebut bakteri akan
bermultipasi dalah sel fagositik mononuclear dan berkelanjutan
dilepaskan ke aliran darah (Hasta, 2020).

2. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi)
90 % dan salmonella parathypi (S. Parathypi A dan B serta C).
Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela,
dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat
mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu:
1. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena
rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena
rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat
karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2009).

3. Patofisiologi

Patofisiologi demam tyhpoid awalnya disebabkan oleh kuman yang


masuk dalam tubuh baik itu melalui makanan minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri Salmonella thypi, saat kuman masuk
dalam tubuh melalui lambung sebagian dapat di lawan oleh tubuh
menggunakan asam Hcl pada lambung dan sebagian diteruskan
masuk kedalam usus halus, seseorang dengan respon imunistas
humoral mukosa (igA) usus yang kurang baik, maka bakteri akan
dapat dengan mudah menembus sel epitel atau (sel m) menuju
Lamina Propia dan akan berkembang biak di jaringan Limfoid plak
nyeri di Ileum Distal serta kelenjar getah bening kemudian akan
masuk dalam aliran darah tubuh penderita (Lestari, 2016).

Penyakit demam thypoid ini penularan oleh bakteri salmonella typhi


dapat melalui beberapa cara istilah yang digunakan yaitu 5F antara
lain Food (Makanan), Fingers (tangan), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), serta melalui Feses. Kuman juga dapat ditularkan melaului
perantara lalat, jika tidak memperhatikan kebersihan diri, lingkungan
sekitar maka akan mudah bakteri Salmonella typhi tersebut masuk
dalam tubuh baik melaui makanan yang masuk lewat mulut. kuman
yang masuk melalui makanan lewat mulut akan dibawa masuk ke
dalam lambung dan usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid, dalam jaringan tersebut kuman dapat berkembang biak
serta dapat masuk kedalam aliran darah dan mencapai sel sel
retikuloendotel, sel-sel ini akan melepaskan bakteri dalam sirkulasi
darah yang akan mengakibatkan bakterimia, selanjutnya bakteri yang
lain akan masuk usus halus, limpa, dan kandung empedu (Padila,
2013).

PENYIMPANGAN KDM/ PATHWAY


4. Manifestasi Klinik

4. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari

5. Demam meninggi sampai akhirminggu pertama

6. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak


tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma.

7. Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari

8. Nyeri kepala, nyeri perut

9. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi

10. Pusing, bradikardi, nyeri otot

11. Batuk

12. Epistaksis

13. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta
tremor)

14. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus

15. Gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosis

5. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Leukosit
Menurut buku – buku disebutkan pada demam typoid terdapat
leucopenia dan limfositosis relative, tetapi kenyataan
leucopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus
demam typoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
batas- batas normal, malahan kadang-kadang terdapat
leukositosis. Walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosis demam typoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke
normal setelah sembuhnya demam typoid. kenaikan SGOT dan
SGPT ini tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
3. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan
darah negatif menyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan
karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa factor
antara lain :
a. Teknik Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan yang lain,
malahan hasil satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke
waktu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan, karena jumlah kuman yang berada
dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah,
maka untuk keperluan pembiakan. Pada anak – anak 2 – 5 ml.
Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa
negative,terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan
spesifik .Selain ini darah tersebut harus langsung dikirim ke
laboratorium. Waktu pengambilan darah paling baik adalah saat
demam tinggi pada waktu bakterimia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit
Pada demam typoid biakan darah terhadap S.Typhi terutama
positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang pada
minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan bias
positif lagi.
c. Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan
antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan
bakteriemia
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibody, aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat
dalam serum pasien demam typoid pada orang yang pernah
ketularan salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi
terhadap demam typoid.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
laboratorium.Maksud uji widal adalah menentukan adanya
agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam
typoid.Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien membuat anti bodi
(aglutini),yaitu:
a. Aglutinin O,yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela
kuman).
c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapi
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis. Mungkin tinggi titernya,
mungkin besar kemungkinan pasien menmderita demam typoid.
Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada
pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.
iter widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 ,
1/320 , 1/640. Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3
minggu) : dinyatakan (+). - Titer 1/160 : masih dilihat dulu
dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika
ada, maka dinyatakan (+).
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung
dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala klinis khas.
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,


pendidikan, no register, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medis dan penanggung jawab.

b. Alasan Masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan demam, perut tersa
mual dan kembung, nafsu makan menurun, diare/konstipasi, nyeri
kepala.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya penyakit pasien typoid adalah demam, anorexia,
mual , muntah, diare, perasaan tidak enak diperut, pucat, nyeri
kepala, nyeri otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa
samnolen sampai koma.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit demam
typoid atau pernah menderita penyakit lainnya?
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang pernah menderita penyakit
demam typoid atau penyakit keturunan?
d. Genogram
e. Pengkajian
1) Nutrisi
2) Eliminasi
3) Aktivitas/ istirahat
4) Sirkulasi
5) Kenyamanan
6) Seksual/reproduksi
7) Psikososial
8) Keselamatan
9) Proteksi
10) Kebutuhan komunikasi dan pengajaran
11) Kebutuhan spiritual

2. Masalah keperawatan
f. Hipertermi b.d proses penyakit
g. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
h. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan

3. Intervensi

No

Tgl Dx Tujuan Intervensi


Kep
1 Setelah diberikan asuhan Observasi
keperawatan selama 3x24jam,
diharapkan termogulasi a. Identifikasi penyebab
membaik dengan kriteria hasil: hipertermia (mis, dehidrasi,
a. Suhu tubuh membaik terpapar lingkungan panas,
(5) penggunaan incubator)
b. Suhu kulit (5) b. monitor suhu tubuh
c. Pucat menurun (5) c. monitor kadar elektrolit
d. Ventilasi membaik (5) d. monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Kompres
pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena (IV)
- Kolaborasi pemberian
antipiretik dengan dokter

2 Setelah diberikan asuhan Observasi


keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan status kenyamanan
meningkat dan pola tidur - Identifikasi lokasi,

membaik dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,

a. Keluhan tidak nyaman kualitas, intensitas nyeri

memurun (5) - Identifikasi skala nyeri


b. Gelisah menurun (5) - Identifikasi faktor yang
c. Rileks meningkat (5) memperberat dan memperingan
d. Mual menurun (5) nyeri
e. Lelah menurun (5)
f. Merintih menurun (5)
Terapeutik
g. Keluhan sulit tidur
menurun (1) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman
- Berikan bantal yang tepat
pada leher
- Hindari menempatkan pada
posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
- Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi

Edukasi

a. Anjurkan rileks dan


merasakan sensasi relaksasi
b. Demontrasikan dan latih
teknik relaksasi
3 Setelah diberikan asuhan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi - Identifikasi alergi
membaik dengan kriteria dan intoleransi
hasil : makanan
a. Porsi makanan yang - Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat (5) disukai
- Monitor asupan dan keluarnya

b. Nafsu makan membaik (5) makanan dan cairan serta


c. Frekuensi makan membaik kebutuhan kalori
(5)
Terapeutik
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetic)

DAFTAR PUSTAKA
PPNI, D. S. T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016a). Psikologis. In Standar

Diagnosis Keperawatan
Indonesia (1st ed., pp. 328–xiv). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016b). Standar diagnosa keperawatan


indonesia. In Dewan Pengurus Pusat.
https://doi.org/10.1103/PhysRevLett.77.1889

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016c). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Universiras sahid. 2016. Laporan Pendahuluan Thypoid.
Surakarta: https://www.studocu.com/id/document/universitas-sahid-
surakarta/pharmachyst/lp-thypoid-l/29108182. (diakses 8 oktober 2023).

Anda mungkin juga menyukai