Anda di halaman 1dari 98

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG

MOBILISASI DINI POST OPERASI APENDIKSITIS


DI RUANG BOUGENVIILE RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH (RSUD) KOTA
TANJUNGPINANG

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
ADI TRIANGGORO
NIM : PO7220112 1024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN
TAHUN 2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ADI TRIANGGORO

Tempat / Tanggal Lahir : Kebumen, 26 Oktober 1993

Agama : Islam

Nama Ayah : Sutarno

Nama Ibu : Suyati

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Saudara Kandung : 1. Wiwit Aji Liana (Kakak)

2. M. Fais Arraziq (Adik)

3. M. Rofi (Adik)

Riwayat Pendidikan : 1. SD N 023 Mapur 2002-2007

2. MTS Madani Unggulan Bintan 2007-2009

3. MA Madani Bintan 2009- 2012

4. Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang 2012-


2016

v
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
Karya Tulis ilmiah, Februari 2016

Adi Trianggoro1, Novian Aldo, SST., MM 2, Dewi Puspa Rianda, STT., MPH 3.
Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi Dini Post Operasi Apendiksitis di
Ruang Bougenville Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang Tahun
2016

Xviii + 59 halaman + 2 gambar + 11 tabel + 10 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Apendiksitis merupakan kedaruratan bedah abdomen paling sering di


lakukan. Menurut data survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2008
mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Dari
sekitar 589 pasien post operasi, ada sebanyak 65 (11.04%) pasien yang melakukan operasi
apendiktomi, dan merupakan ke dua tertinggi setelah operasi sectio caesarea di RSUD Kota
Tanjungpinang tahun 2014. Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat
proses pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah, pasien dengan post
operasi apendiksitis biasanya lebih sering berbaring di tempat tidur dan takut untuk
melakukan pergerakan karena rasa sakit, lemah dan takut jika jahitannya terlepas.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan pasien tentang mobilisasi
dini post operasi apendiksitis di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang.
Metode Penelitian : Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 07 Desember 2015 s/d 20
Januari 2016. Metode deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien pre operasi
apendiksitis, dengan teknik accidental sampling. Analisis data yang digunakan adalah
univariat.
Hasil Penelitian : Pengetahuan pasien post operasi apendiksitis tentang pengertian
mobilisasi dini yaitu cukup (73,3%), tujuan mobilisasi dini yaitu cukup (70,83%), manfaat
mobilisasi dini yaitu cukup (75,5%), tahap-tahap mobilisasi dini yaitu cukup (75%).
Kesimpulan dan Saran : Gambaran pengetahuan pasien post operasi apendiksitis tentang
mobilisasi dini di Ruang Bougenville Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Tanjungpinang yaitu cukup (74,15%). Diharapkan bagi RSUD Kota Tanjungpinang dapat
lebih meningkatkanlagi mutu pelayanan dan standar operasional prosedur yang telah ada,
juga lebih ditingkatkan promosi kesehatan terutama yang berkaitan dengan pengertian,
tujuan, manfaat dan tahap – tahap mobilisasi dini pada pasien post operasi apendiksitis.

Kata Kunci: Pengetahuan, Mobilisasi Dini, Pasien Post Operasi Apendiksitis.

Daftar Pustaka: 16 (2004-2014)

1. Mahasiswa Politeknik Kesehatan Tanjungpinang.


2. Dosen Pembimbing Pertama dan Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungpinang.
3. Dosen Pembimbing Kedua dan dosen Politeknik Kesehatan Tanjungpinang.

vi
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC TANJUNGPINANG
NURSING MAJOR
NURSING DIPLOMA PROGRAM III
Scientific Writing, March 10, 2016
1 2 3
Adi Trianggoro , Novian Aldo, SST., MM , Dewi Puspa Rianda, STT., MPH .
Overview Patient Knowledge About Early Post Operation Mobilization appendicitis in
Space Bougenville Regional General Hospital (Hospital) Tanjungpinang 2016

Xviii + 59 pages + 2 pictures + 11 tables + 10 appendicces

ABSTRACT

Background: appendicitis is the most common abdominal surgical emergency in doing.


According to demographic health survey data Indonesia (IDHS) in 2008 reached 591 819
people and the increase in 2009 amounted to 596 132 people. Of the approximately 589
patients post-surgery, there are as many as 65 (11:04%) patients undergoing surgery
apendiktomi, and is the second highest after the operation sectio caesarea in Tanjungpinang
City Hospital in 2014. Mobilization is a major factor in accelerating the recovery process and
prevent complications in the post surgery, postoperative patients with appendicitis usually
more often lay in bed and was afraid to move because of the pain, weak and scared if the
seams apart.
Objective: To determine the knowledge of the patient's description of early postoperative
mobilization appendicitis in Space Bougenville Tanjungpinang City Hospital.
Methods: This study was conducted on December 7, 2015 s/d January 20, 2016. The
descriptive method with a sample size of 30 patients with preoperative appendicitis, with
accidental sampling technique. Analysis of the data used are univariate.
Results: Knowledge of patients post surgery appendicitis on the definition of early
mobilization is sufficient (73,3%), the purpose of early mobilization is sufficient (70,83%), the
benefits of early mobilization is sufficient (77,5%), the stages of early mobilization is sufficient
(75%) ,
Conclusions and Recommendations: Overview postoperative patient knowledge about
early mobilization appendicitis in Space Bougenville Regional General Hospital (Hospital)
Tanjungpinang is sufficient (74,15%). Tanjungpinang City Hospital is expected to be more
meningkatkanlagi quality of service and operational standards existing procedures, it is also
further enhanced the promotion of health, especially with regard to the definition, purpose,
benefits and stage - the stage of early mobilization in patients post surgery appendicitis.

Keywords: Awareness, Early Mobilization, Operation Patient Post appendicitis

Bibliography: 16 (2004-2014)

1. Student Health Polytechnic Tanjungpinang.


2. First Supervisor and Director of Health Polytechnic Tanjungpinang.
3. Supervisor Second and Health Polytechnic lecturer Tanjungpinang.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan pikiran serta kelapangan

hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan

judul “Gambaran Pengetahuan Pasien tentang Mobilisasi Dini Post

Operasi Apendiksitis di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang”.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

Program Diploma III Keperawatan. Dalam proses penyusunan karya tulis

ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karna itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Novian Aldo, SST., MM., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Tanjungpinang dan sekaligus Pembimbing I, dengan

sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya

dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan

karya tulis ilmiah ini.

2. Adil Candra S. Kep Ners., M. Kep. Selaku ketua jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungpinang.

viii
3. Dewi Puspa Rianda, SST., MPH. sebagai pembimbing II yang telah

bersedia mengoreksi setiap penulisan karya tulis ilmiah ini serta

memberikan kritik dan saran juga dorongan kepada penulis.

4. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang

yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penelitian.

5. Kepada seluruh Dosen dan Staf Pegawai Politeknik Kesehatan

Kemenkes Tanjungpinang Jurusan Keperawatan.

6. Kepada orang tua saya Bapak La Arbani dan Ibu Suyati yang telah

bekerja keras dan menjadi donator selama pendidikan saya, selalu

mendo’a kan yang terbaik, meberikan dorongan dan motivasi serta

menjadi penasehat terbaik saya.

7. Kepada kakak Kandung Wiwit Aji Liana dan adik-adik saya M. Fais

Arraziq dan M.rofi yang selalu memberikan dukungan dan Motivasi

kepada saya.

8. Kepada pasien pre operasi apendiksitis yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Kepada mahasiswa baik Jurusan Keperawatan, Kesehatan

Lingkungan dan Kebidanan yang selalu membantu, mendukung

dan memotivasi saya selama penyusunan karya tulis ilmia ini.

10. Teman-teman seperjuangan, terima kasih untuk semuanya atas

semangat dan kekompakannya selama ini, baik suka maupun duka.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini.

ix
Semoga amal baiknya dinilai oleh Allah SWT. sebagai pahala dan

mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhirnya dengan segala keterbukaan hati penulis berharap semoga

hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kita semua,

khususnya bagi profesi keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Tanjungpinang, Maret 2016

Adi Trianggoro

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. v

ABSTRAK ........................................................................................ vi

ABSTRACT ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................ viii

DAFTAR ISI ...................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .............................................................................. xv

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 8

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 9

2.1 Pengetahuan ............................................................................... 9

2.1.1 Pengertian ......................................................................... 9

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ......................................................... 9

2.1.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ............ 11

2.2 Konsep Post Operasi Apendiksitis .............................................. 13

2.2.1 Pengertian .......................................................................... 13

2.2.1.1 Apendiks................................................................. 13

2.2.1.2 Apendiksitis ............................................................ 13

2.2.1.3 Apendiktomi ............................................................ 14

2.2.2 Penatalaksanaan Apendiksitis ........................................... 15

2.2.3 Komplikasi Apendiksitis ...................................................... 16

2.3 Konsep Mobilisasi Dini ................................................................ 17

2.3.1 Pengertian .......................................................................... 17

2.3.2 Tujuan Mobilisasi Dini ........................................................ 20

2.3.3 Manfaat Mobilisasi Dini ...................................................... 21

2.3.4 Tahap - Tahap Mobilisasi Dini ............................................ 21

2.3.5 Rentang Gerak dalam Mobilisasi ...................................... 23

2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi .................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 34

3.1 Kerangka Teori ............................................................................ 34

3.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 35

3.3 Definisi Operasional..................................................................... 36

xii
3.4 Desain Penelitian......................................................................... 39

3.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ..................................... 40

3.5.1 Populasi ............................................................................. 40

3.5.2 Sampel ............................................................................... 40

3.5.3 Kriteria Sampel ................................................................... 40

3.5.4 Teknik Sampling................................................................. 41

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................. 41

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 42

3.6.2 Instrumen Penelitian ......................................................... 42

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 44

3.8 Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 44

3.8.1 Pengolahan Data ............................................................... 44

3.8.2 Analisa Data ....................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 48

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 48

4.1.1 Data Umum ....................................................................... 48

4.1.2 Data Khusus ...................................................................... 50

4.2 Pembahasan .............................................................................. 53

BAB V PENUTUP ............................................................................. 58

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 58

5.2 Saran .......................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori Gambaran Pengetahuan Pasien

Tentang Mobilisasi Dini Post Operasi Apendiksitis ....... 34

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Pasien

Tentang Mobilisasi Dini Post Operasi Apendiksitis ..... 35

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 10 Kasus Post Operasi Tertinggi Di RSUD Kota

Tanjungpinang Tahun 2014 ......................................... 2

Tabel 3.3 Definisi Operasional .................................................... 36

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Di

Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang ……… 48

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Di Ruang Bougenville RSUD Kota

Tanjungpinang ............................................................. 49

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Di Ruang Bougenville RSUD Kota

Tanjungpinang ............................................................ 49

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pekerjaan Di Ruang Bougenville RSUD Kota

Tanjungpinang ............................................................. 50

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

Responden Tentang Pengertian Mobilisasi Dini

Di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang ....... 50

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

Responden Tentang Tujuan Mobilisasi Dini Di

Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang .......... 51

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

xv
Responden Tentang Manfaat Mobilisasi Dini Di Ruang

Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang ...................... 51

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

Responden Tentang Tahap - Tahap Mobilisasi

Dini Di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang . 52

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

Responden Tentang Mobilisasi Dini Post Operasi

Apendiksitis Di Ruang Bougenville RSUD Kota

Tanjungpinang ….. ……………………………………….. 52

xvi
DAFTAR SINGKATAN

An : Anak

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

Nn : Nona

Ny : Nyonya

POLTEKKES : Politeknik Kesehatan

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SD : Sekolah Dasar

SDKI : Survei Demografi Kesehatan Indonesia

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

Tn : Tuan

WHO : World Health Organisation

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Kisi – Kisi Kuesioner

Lampiran 5 : Surat Izin Pengumpulan Data

Lampiran 6 : Surat Izin Persetujuan Pengambilan Data

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Izin Balasan Penelitian

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi

Lampiran 10 : Master Tabel

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Petugas kesehatan khususnya perawat dalam hal ini

memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan untuk memberikan suatu pelayanan kesehatan yang baik

kepada masyarakat. Kesehatan dan gaya hidup dipengaruhi oleh

perkembangan zaman. Salah satu contohnya adalah kurangnya konsumsi

makanan berserat dalam menu makanan sehari-hari, sehingga

menyebabkan terjadinya masalah kesehatan yaitu apendiksitis.

(Sulistiyawati, 2012)

Menurut WHO (World Health Organisation) Insiden terjadinya

apendiksitis akut di negara maju lebih tinggi di bandingkan dengan negara

berkembang. Di Amerika Serikat, apendiksitis merupakan kedaruratan

bedah abdomen paling sering di lakukan, dengan jumlah penderita pada

tahun 2008 sebanyak 734.138 orang dan meningkat pada tahun 2009

menjadi 739.177. Insiden ini semakin menurun pada 25 tahun terakhir,

namun di negara berkembang justru semakin meningkat, hal ini

kemungkinan disebabkan oleh perubahan ekonomi dan gaya hidup

(Ibrahim M.N, 2013).

1
2

Menurut data survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) pada

tahun 2008 mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009

sebesar 596.132 orang kelompok usia yang umumnya mengalami

appendiksitis yaitu pada usia antara 10 sampai 30 tahun, dimana insiden

laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan (Eylin, 2009 dikutip dalam jurnal

Ibrahim M.N, 2013).

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Tanjungpinang didapatkan data 10 kasus operasi tertinggi pada tahun

2014 yaitu :

Tabel 1.1
10 Kasus Post Operasi Tertinggi Di Rumah Sakit Umum Daerah
KotaTanjungpinang (RSUD) Tahun 2014

Jumlah Bentuk
No Jenis Operasi
Post Operasi Persen (%)
1. Sectio Caesarea 317 53.82%
2. Apendiktomi 65 11.04%
3. Katarak 46 7.81%
4. Tonsil 44 7.47%
5 Hill 33 5.60%
6. Roid/orif 23 3.90%
7. Soft Tissue 21 3.57%
8. Pteregium 17 2.89%
9. Ca Mammae 13 2.21%
10. FAM 10 1.70%
Jumlah 589 100%
(Sumber : Subag Medical Record, 2014)

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah kasus post operasi

tertinggi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang tahun 2014

sekitar 589 pasien, dengan data tertinggi adalah Sectio Caesar sebanyak
3

317 pasien (53.82%), dan post operasi terendah adalah FAM sebanyak 10

pasien (1.70%), dari sekitar 589 pasien yang di operasi, ada sebanyak 65

(11.04%) pasien yang melakukan operasi apendiktomi, operasi

apendiktomi masih tergolong ke dua tertinggi setelah operasi sectio

caesarea pada tahun 2014.

Apendektomi adalah merupakan pengobatan yang paling baik bagi

penderita apendiksitis. Teknik tindakan apendiktomi ada dua macam yaitu

open apendiktomi dan laparoscopy apendiktomi. Open apendiktomi yaitu

dengan acara mengiris kulit daerah Mc Burney sampai menembus

peritoneum, sedangkan laparascopy apendiktomi adalah tindakan yang

dilakukan dengan menggunakan alat laparascopy yang dimasukan lewat

lubang kecil di dinding perut. Keuntungan laparascopy adalah luka dinding

perut lebih kecil, lama hari rawat lebih cepat, proses pemulihan lebih

cepat, dan dampak infeksi luka operasi lebih kecil. (Schwart, el al, 1999

dalam Rimalia, 2010).

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

akibat operasi pembuangan apendiks (apendiktomi) adalah kurangnya

atau tidak melakukan mobilisasi sedini mungkin. Mobilisasi merupakan

faktor yang utama dalam mempercepat proses pemulihan dan mencegah

terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam

percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama

seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di

seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan pernapasan dan


4

gangguan peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2000 dikutip dalam

Jurnal Keperawatan HKBP Balige, 2013).

Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

bernafas, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

ke luar kamar (Smeltzer, 2001 dikutip oleh Rismalia, 2010). Mobilisasi dini

pada pasien pasca bedah dapat mempertahankan keadaan homeostasis

dan komplikasi yang timbul akibat immobilisasi dapat ditekan seminimal

mungkin (Kozier, 1991 yang dikutip oleh Rismalia, 2010).

Pasien dengan post operasi apendiksitis biasanya lebih sering

berbaring di tempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut

untuk bergerak, padahal sangat penting untuk melakukan pergerakan

atau mobilisasi. Banyak masalah yang akan timbul jika pasien pasca

operasi tidak melakukan mobilisasi segera mungkin, seperti pasien tidak

bisa BAK (retensi urin), perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi

keakuan otot, dan sirkulasi darah tidak lancer (Smeltzer, 2001 yang dikutip

oleh Rismalia, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal

16 sampai 18 Juni di Ruang Bougenville Lantai 2 RSUD Tanjungpinang

dengan melakukan wawancara pada 10 orang pasien (100%) post operasi

apendiksitis, diperoleh data bahwa 8 orang pasien (80%) hanya terlentang

di tempat tidur, terkadang mengubah posisi miring kanan dan kiri dengan
5

wajah meringis dan takut untuk melakukan pergerakan. 2 orang pasien

(20%) mengatakan bahwa iya tidak berani untuk melakukan pergerakan

karena rasa sakit, (nyeri), lemah dan takut jika jahitannya terlepas. Salah

seorang keluarga pasien mengetahui bahwa pergerakan post operasi

sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan sehingga tidak

memperpanjang lamanya hari rawat, akan tetapi karena pasien merasa

kondisinya lemah dan khawatir jahitan pada luka operasinya terlepas,

pasien enggan untuk melakukan mobilisasi dini. Anggapan bahwa pasien

tidak boleh melakukan pergerakan setelah operasi membuat pasien

khawatir untuk melakukannya. Kekhawatiran tersebut dikarenakan

kurangnya pengetahuan pasien tentang manfaat dari mobilisasi dini

(Ibrahim M.N. 2013).

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Gambaran

pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis di

ruang bougenville RSUD Kota Tanjungpinang”

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana gambaran pengetahuan

pasien tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis di Ruang

Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang”.


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah Untuk mengetahui Gambaran

pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis di

Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang pengertian

mobilisasi dini post operasi apendiksitis di Ruang Bougenville

RSUD Kota Tanjungpinang.

2. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang tujuan mobilisasi

dini post operasi apendiksitis di Ruang Bougenville RSUD Kota

Tanjungpinang.

3. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang manfaat melakukan

mobilisasi dini post operasi apendiksitis di Ruang Bougenville

RSUD Kota Tanjungpinang.

4. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang tahap-tahap

melakukan mobilisasi dini post operasi apendiksitis di Ruang

Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah wawasan pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan

pasien tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis di Ruang

Bougenville RSUD kota Tanjungpinang.

1.4.2 Aspek Praktis

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjungpinang

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan kepada

Rumah Sakit dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas

pelayanan kesehatan khususnya mengenai pengetahuan pada

pasien tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada profesi keperawatan dan membantu meningkatkan

kemampuan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan

khususnya pada pasien tentang mobilisasi dini post operasi

apendiksitis.
8

3. Bagi Pihak Institusi Pendidikan

Sebagai bahan tambahan informasi ilmiah mengenai gambaran

pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post operasi

apendiksitis.

4. Bagi Peneliti Lainnya

Hasil penelitian ini bisa di gunakan sebagai informasi atau bahan

rujukan untuk peneliti selanjutnya khususnya tentang gambaran

pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post operasi

apendiksitis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu mengetahui “Gambaran

pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis di

Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki nya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan

sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra penginderaan (telinga),

dan indra penglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan

yang tercakup dalam domain kognitif, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

9
10

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek

yang dipelajari.

c. Menerapkan (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.


11

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan

untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, menyesuaikan,

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaianpenilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo S, 2010) ada beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang baik langsung maupun tidak

langsung diantaranya adalah :


12

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi

respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan akan berfikir

sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh dari

gagasan tersebut.

b. Paparan Media Masa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronika, berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seorang yang baik

sering terpapan media masa (TV, radio, majalah, pamphlet) akan

memperoleh informasi yang lebih hanya dibandingkan dengan orang

yang tidak terpapar informasi media masa.

c. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu disekitar individu, baik lingkungan fisik,

biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berbeda dalam

lingkungan tersebut.
13

e. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan

oleh karena pengalaman yang diperoleh dapat memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

2.2 Konsep Post Operasi Apendiksitis

2.2.1 Pengertian

2.2.1.1 Apendiks

Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang dikenal

dimasyarakat awam sebenarnya kurang tepat karena usus yang buntu

sebenarnya adalah sekum. Organ yang tidak diketahui fungsi ini sering

menimbulkan masalah kesehatan, perdanggang akut apendiks memerlukan

tindakan bedah segera untuk menceggah komplikasi yang umumnya

berbahaya. (Andra Saferi Wijaya, 2013).

2.1.1.2 Apendiksitis

Apendiksitis adalah peradangan/inflamasi pada apendiks. Apendiksitis

penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari

rongga abdomen, untuk bedah abdomen darurat. (Mubarak, 2009 dikutip oleh

Andra Saferi Wijaya, 2013)


14

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

umbaqai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sukem (sekum).

Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan

tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya

berbahaya. (Wim de jong . 2005 di kutip dalam buku Nanda NIC-NOC. 2013)

2.2.1.3 Apendiktomi

Apendiktomi Adalah pembedahan dengan cara pengangkatan

apendiks. Apendiksitis merupakan indikasi tersering pengangkatan apendiks,

(Sylvia A. Price, 2006).

Apendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dapat

dilakukan pada pasien dengan menggunakan pendekatan endoscopy, namun

adanya perlengkapan multiple posisi retroperitoneal dari apendiks atau robek

perlu dilakukan prosedur pembukaan. (Andra Saferi Wijaya, 2013)

Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang

telah meradang (Smeltzer, 2001 Andra Saferi Wijaya 2013). Apendiktomi

merupakan pengobatan yang paling baik bagi penderita apendiksitis. Teknik

tindakan apendiktomi ada 2 macam, yaitu open apendiktomi dan laparoscopy

apendiktomi.

Open apendiktomi yaitu dengan cara mengiris kulit daerah Mc. Burney

sampai menembus peritoneum, sedangkan laparoscopy apendiktomi adalah

tindakan yang dilakukan dengan menggunakan alat laparoscopy yang


15

dimasukkan lewat lobang kecil di dinding perut. Keuntungan laparoscopy

apendiktomi adalah luka dinding perut lebih kecil, lama hari rawat lebih cepat,

proses pemulihan lebih cepat, dan dampak infeksi luka operasi lebih kecil

(Schwartz, et al., 1999 di kutip oleh Andra Saferi Wijaya, 2013 ).

2.2.2 Penatalaksanaan Apendiksitis

Penatalaksanaan apendiksitis tergantung dari nyeri apendiksitis akut

atau kronis.

Penatalaksanaan bedah ada dua cara yaitu non bedah (non surgical)

dan pembedahan (surgical).

a. Non Bedah (non surgical)

1. Batasi diet dengan makan sedikit dan sering (4-6 kali perhari)

2. Minum cairan adekuat pada saat makan untuk membantu proses

pasase makanan.

3. Makan perlahan dan mengunyah sempurna untuk menambah

saliva pada makanan.

4. Hindari makan bersuhu ekstrim, pedas, berlemak, alcohol, kopi,

coklat, dan jus jeruk.

5. Hindari makan dan minum 3 jam sebelum istirahat untuk

mencegah masalah refluks nonturnal

6. Tinggikan kepala tidur 6-8 inci untuk mencegah refluks nonturnal


16

7. Turunkan berat badan bila kegemukan untuk menurunkan gradient

tekanan gastro esophagus.

b. Pembedahan

Yaitu dengan apendiktomi. Operasi apendiksitis dapat dipersiapkan

hal-hal sebagai berikut :

Insisi tranversal 5 cm atau oblik dibuat di atas titik maksimal nyeri

tekan atau masa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot

dipisahkan ke lateral rektus abdominalis. Masenterium apendikular dan

dasar apendiks diikat dan apendiks di angkat. Tonjolan ditanamkan ke

dinding sekum dengan menggunakan jahitan purse string untuk

meminimalkan kebocoran intra abdomen dan sepsis.

Kavum peritoneum dibalas dengan larutan tetrasiklin dan luka ditutup.

Diberikan antibiotic profilaksis untuk mengurangi luka sepsis post

operasi yaitu metronidazol supositoria (Syamsuhidayat, 2004).

2.2.3 Komplikasi Apendiksitis

Menurut (Andra Saferi Wijaya, 2013) yang paling sering adalah :

a. Perforasi

Insidens perforasi 10-32%, rata-rata 20%, paling sering terjadi pada

usia muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak-anak

dibawah 2 tahun antara 40-75% kasus usia diatas 60 tahun keatas.

Perforasi jarang timbul dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
17

insiden meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi terjadi 70% pada

kasus dengan peningkatan suhu 39,5oC tampak toksik, nyeri tekan

seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat prforasi dan

pembentukan abses.

b. Peritonitis

Adalah trombofebitis septic pada sistem vena porta ditandai dengan

panas tinggi 39oC-40oC menggigil dan ikterus merupakan penyakit

yang relative jarang.

1. Tromboflebitis supuratif dari sistem portal, jarang terjadi tetapi

merupakan komplikasi yang letal.

2. Abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominallain.

3. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.

2.3 Konsep Mobilisasi Dini

2.3.1 Pengertian

Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas

guna mempertahankan kesehatannya. (Alimul, 2009 yang dikutip oleh

Jurnbal Keperawatan HKPB Balige, Vol.1 No 2, 2013 )

Mobilisasi dini yaitu proses ativitas yang dilakukan pasca pembedahan

dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan

batuk efektif dan menggerakan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun
18

dari tempat tidur, berjalan kekamar mandi dan berjalan ke luar kamar

(Smeltzer, 2001 yang dikutip oleh Rismalia, 2010) .

Berdasarkan dari hasi penelitian yang dilakukan Riska Rismalia, 2010

di RSUP Fatmawati didapatkan bahwa hampir semua informan baik pasien

maupun keluarga tidak mengetahui mengenai mobilisasi dini terkait dengan

pengertian, tujuan, tahap-tahap, dan manfaat mobilisasi dini seperti yang

ditemukan oleh Nuryani (2002) dalam jurnal Riska Rismalia, 2010 bahwa

faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien

post operasi apendiksitis yaitu salah satunya karena faktor pengetahuan,

yaitu pengetahuan pasien kurang mengenai mobilisasi dini sebesar 83,33%.

Hal ini terlihat dari pernyataan informan yang mengungkapkan bahwa mereka

tidak mengetahui mengenai mobilisasi dini karena tidak ada pengalaman

sebelumnya, kurangnya fasilitas yang ada di ruang perawatan seperti poster

yang menggambarkan mobilisasi dini, serta adanya keyakinan informan

bahwa setelah operasi tidak boleh banyak bergerak. Notoatmodjo (2007)

mengungkapkan bahwa faktor yang dapa mempengaruhi pengetahuan

seesorang adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas,

penghasilan, dan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan

ketidaktahuan informan mengenai mobilisasi dini.

Kurangnya pengetahuan yang dimiliki informan kemungkinan

disebabkan kurangnya informasi yang diterima oleh informan. Misalnya,

setelah operasi perawat hanya menganjurkan untuk melakukan gerakan-


19

gerakan seperti duduk, miring kiri miring kanan, dan berjalan tanpa

menjelaskan secara lengkap apa yang dapat diperoleh dari melakukan

kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Sebagian informan post operasi apendiksitis memperoleh informasi melalui

mata dan telinga. Meskipun informan telah mendapatkan informasi mengenai

mobilisasi dini sebelum pelaksanaan operasi maka pengetahuan informan

tersebut akan lebih baik dari yang tidak mendapatkan informasi, tetapi

tergantung dari penginderaan mata dan telinga dalam memperoleh informasi

tersebut.

Hampir semua informan kurang mengetahui tahap-tahap atau

langkah-langkah untuk melakukan pergerakan setelah operasi. Semua

informan melakukan pergerakan seperti miring kiri miring kanan, duduk, dan

berjalan jika sudah mendapatkan instruksi dari dokter atau perawat.

Pengetahuan informan mengenai tujuan dan manfaat mobilisasi dini

cukup baik. Hampir semua informan mengatakan bahwa tujuan dan manfaat

melakukan pergerakan setelah operasi adalah agar aliran darah dalam tubuh

menjadi lancar sehingga badan tidak terasa pegal, untuk pemulihan kondisi

tubuh misalnya angin yang ada dalam perut dapat keluar dan bisa

memperlancar buang air kecil, kemudian agar kaki tidak terasa kaku, cepat

sembuh (mempercepat proses penyembuhan), dan cepat pulang


20

(memperpendek lama perawatan). Hal ini seperti yang terdapat dalam

Garrison (2004) di kutip dalam Riska Rismalia, 2010 bahwa tujuan yang

diperoleh dari mobilisasi dini yaitu memperlancar peredaran darah,

memperlancar BAB dan BAK, pasien dapat kembali normal sedangkan

manfaat melakukan mobilisasi dini yaitu luka operasi cepat sembuh,

menghilangkan distensi abdomen, mempercepat pemulihan peristaltik usus

yang ditandai dengan terjadinya flatus atau buang gas (Kozier, 2004 di kutip

dalam Riska Rismalia, 2010).

2.3.2 Tujuan Mobilisasi Dini

Kottke (1998) yang dikutip oleh Rismalia, (2010) menyebutkan tujuan

untuk mobilisasi yaitu mencegah terjadinya bronkopneumonia, kekuatan

sendi, mencegah tromboplebitis, atropi otot, penumpukan secret,

memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur, dekubitus serta

memelihara faal kandung kemih agar tetap berfungsi secara baik dan pasien

dapat beraktivitas.

Mobilisasi dini bertujuan untuk mengurangi komplikasi paska bedah,

terutama atelektasis dan pneumonia hipostatis, mempercepat terjadinya

buang air besar dan buang air kecil secara rasa nyeri pasca operasi (E.

Oswari. 2005 yang dikutip oleh Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol.1 No 2,

2013)
21

2.3.3 Manfaat Mobilisasi Dini

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,

memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,

menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem

respirator meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan

ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan

penngembangan diafragma pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju

metabolisme basal, peningkatan penggunaan glukosa dan asam lemak,

meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuluskletal

memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki

toleransi otot untuk latihan, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi

terhadap stres (Potter yang dikutip oleh Rismalia, 2010).

2.3.4 Tahap-Tahap Mobilisasi Dini

Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernapasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai

dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan

berjalan keluar kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Smeltzer, 2001,

yang dikutip oleh Rismalia, 2010).

Tahap-tahap mobilisasi pada pasien pasca operasi meliputi (Catrione,

2009 dikutip oleh Rismalia, 2010) :


22

a. Pada saat awal (6 sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan fisik bisa

dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki

yang bisa ditekuk dan diluruskan, mengkontraksikan otot-otot

termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke

kanan.

b. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan

sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase

selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan

atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan.

c. Pada hari kedua setelah operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat

di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan,

semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar

atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau kamar mandi sendiri. Pasien

harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin,

hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi

untuk mengembalikan fungsi pasien kembali normal.


23

2.3.5 Rentang Gerak dalam Mobilisasi

Menurut Carpenito, (2000) yang dikutip oleh Riska Rismalia, 2010 mobilisasi

ada tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang Gerak Pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot

dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b. Rentang Gerak Aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan

cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien

menggerakkan kakinya.

c. Rentang Gerak Fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan

aktifitas yang diperlukan.

2.3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi

Mobilisasi dini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor Lauro (1985)

dalam Riska Rismalia, 2010 mengemukakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi mobilisasi dini adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu ilmu tentang suatu bidang yang disusun

secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat


24

digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang

pengetahuan itu (Kurnia, 2002 yang dikutip oleh Riska Rismalia,

2010). Pengetahuan individu terhadap sesuatu dan yakin akan

manfaat menyebabkan seseorang untuk mencoba menerapkan dalam

bentuk perilaku. Pengetahuan tersebut dapat didapatkan dari

informasi, membaca, dan melalui pendidikan formal. Tingkat

pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku individu

tersebut. Pengetahuan mengenai mobilisasi dini pasca operasi bisa

didapatkan dari informasi atau pendidikan kesehatan yang diberikan

oleh seorang perawat kepada pasien yang akan menjalani tindakan

operasi seperti appendectomy. Pendidikan kesehatan tersebut dapat

diberikan sebelum tindakan operasi dilakukan yaitu pada fase

praoperatif. Sehingga setelah tindakan operasi selesai dilaksanakan,

pasien telah mengetahui manfaat dari mobilisasi dan hal itu dapat

mempengaruhi pasien tersebut untuk melakukan mobilisasi dini tanpa

rasa takut

b. Emosi

Menurut Goleman, (2000) yang dikutip oleh Riska Rismalia, 2010

emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,

suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian

kecenderungan untuk bertindak. Emosi adalah suatu kesatuan reaksi

fisiologis dalam diri manusia untuk menghadapi rangsangan atau


25

stimulus yang ada. Terbentuknya emosi dipengaruhi oleh lingkungan

dan pengalaman selama masa perkembangan individu. Seseorang

dengan emosi yang stabil adalah yang dapat mengendalikan

perasaan-perasaannya meskipun dihadapkan pada suatu kondisi yang

memungkinkan mengganggu kestabilan emosinya, yang juga dapat

mengekspresikan emosinya tersebut pada waktu dan tempat yang

tepat, sehingga dapat menjalankan aktivitasnya tanpa terganggu.

Emosi adalah perasaan dalam diri seseorang yang timbul karena ada

suatu stimulus dan memperlihatkan reaksi kognisi, reaksi fisiologis,

reaksi biologis, dan bahkan reaksi behavioral tertentu. Sedangkan

Sarwono dalam Riska Rismalia, 2010 berpendapat bahwa emosi

merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna

afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang

luas (dalam). Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan bahwa

emosi itu merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan

atau perilaku individu. Maksud warna afektif di sini adalah

perasaanperasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu

situasi tertentu, seperti gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci

(tidak senang), dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa contoh

tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu, yaitu :

1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas

atas hasil yang didapat.


26

2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena

kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya

rasa putus asa (frustasi).

3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila

sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan

sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.

4. Terganggu dalam penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa

cemburu dan iri hati.

5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa

kecil akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik

terhadap dirinya maupun orang lain. Cedera merupakan stressor

bagi seseorang yang dirawat di rumah sakit. Perasaan yang

dialami pasien pasca operasi appendectomy terhadap luka operasi

yang belum sembuh akan menimbulkan rasa takut untuk

melakukan mobilisasi, sehingga rasa takut tersebut dapat menjadi

penghambat bagi mereka untuk melakukan mobilisasi.

c. Sosial

Sosial adalah hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat dan

kebersamaan, kekuatan masyarakat tersebut berada di sekitar individu

tersebut dalam berinteraksi (Yusuf, 2008 di kutip oleh Riska Rismalia,

2010). Adanya interaksi antara individu yang satu dengan individu

yang lain dapat memberikan kekuatan pada individu tersebut. Dimana


27

definisi interaksi social menurut Nurdin, 2006 dikutip dalam Riska

Rismalia, 2010 adalah adanya hubungan dua orang atau lebih yang

perilaku atau tindakannya direspon oleh orang lain. Interaksi yang

dilakukan pasien dengan keluarga dan orang-orang di sekitar akan

mempengaruhi pasien tersebut untuk melakukan mobilisasi post

operasi, sehingga dengan mobilisasi tersebut akan memotivasi pasien

untuk sembuh.

d. Fisik

Fisik adalah postur tubuh, kesehatan (sehat atau sakit), keutuhan

tubuh, keberfungsian organ tubuh seseorang (Yusuf, 2008 dikutip oleh

Riska Rismalia, 2010). Keadaan fisik seseorang yang lemah secara

langsung akan berpengaruh terhadap mobilisasi yang dilakukan.

Keadaan tersebut akan membatasi dari pergerakan karena kurangnya

energi di dalam tubuh. Pada pasien yang baru saja menjalani operasi

seperti operasi apendiktomi, keadaan fisik pasien tersebut belum

kembali pulih pada keadaan sebelumnya. Hal tersebut dapat membuat

pasien merasa enggan untuk melakukan mobilisasi, selain itu rasa

nyeri yang dirasakan juga membuat pasien merasa lemah dan hanya

ingin berbaring di tempat tidur.

e. Stimulus Lingkungan

Stimulus lingkungan adalah rangsangan dari luar yang mempengaruhi

dan menggerakkan individu untuk berbuat (Handoko, 1997 di kutip


28

dalam Riska rismalia, 2010). Stimulus lingkungan tersebut dapat

berupa dukungan perawat atau keluarga. Adanya dukungan dan

dorongan dari perawat serta keluarga dapat menimbulkan motivasi

pada pasien yang dirawat untuk melakukan aktivitas, seperti pasien

yang baru saja menjalani operasi. Aktivitas yang dapat dilakukan yaitu

berupa mobilisasi sehingga dengan melakukan mobilisasi dapat

mempercepat penyembuhan pasien. Sarana atau fasilitas ruang rawat,

peran serta perawat, peran serta keluarga yang mendukung dan tidak

mendukung agar pasien berinisiatif dan mau melakukan mobilisasi.

Suasana lingkungan yang nyaman juga dapat mendukung terhadap

aktivitas seseorang yang dilakukan. Sedangkan menurut Kozier

(1995), dikutip dalam Riska Rismalia, 2010 faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi adalah :

f. Gaya Hidup

Istilah gaya hidup merupakan prinsip yang dapat dicapai sebagai

landasan untuk memahami perilaku seseorang yang melatarbelakangi

sifat khas seseorang, terlihat dari beberapa pengertian yang

diungkapkan di bawah ini. Menurut Adler dalam Hall (1993)

mendefinisikan gaya hidup sebagai sistem utama yang memungkinkan

berfungsinya kepribadian individu sebagai keseluruhan yang

menggerakkan bagian-bagiannya. Semua perilaku manusia bersumber

dari gaya hidup yang dimilikinya, dimana ia mempersepsi,


29

mempelajari, dan menyimpan atau mempertahankan hal-hal yang

sesuai dengan gaya hidupnya serta menyisihkan hal-hal yang tidak

sesuai dengan gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan pola tingkah

laku sehari-hari segolongan manusia didalam masyarakat. Kebiasaan

seseorang pada masa hidupnya, termasuk kebiasaan dalam

memperhatikan kesempurnaan penampilan fisik (Prahmawati, 2001

dikutip dalam Riska Rismalia, 2010). Sedangkan menurut Kotler dalam

Wiroreno (1994), dikutip dalam Riska Rismalia, 2010 gaya hidup lebih

kepada pola hidup seseorang di dalam dunia yang diekspresikan

dalam aktivitas, minat, dan pendapat orang tersebut. Gaya hidup

adalah cara hidup yang dikenali dari bagaimana orang menggunakan

waktu dan aktivitas mereka, dari minat mereka yaitu apa yang mereka

anggap penting di dalam kehidupan mereka, dan dari pendapat

mereka tentang diri mereka sendiri serta dunia sekitar mereka. Gaya

hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang

dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan

pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa

melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.

g. Proses Penyakit dan Injury

Proses penyakit adalah keadaan dimana seseorang sedang menderita

suatu penyakit tertentu. Keadaan tersebut mengakibatkan keadaan


30

kesehatan seseorang menjadi terganggu sehingga sulit melakukan

aktivitas seperti biasa. Adanya penyakit tertentu yang diderita

seseorang akan mempengaruhinya mobilitasnya, misalnya seseorang

yang baru saja menjalani operasi akan kesulitan untuk mobilisasi

secara bebas karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan

mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya pasien

harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu. Hal

tersebut dikarenakan kondisi fisik pasien yang lemah dan energi yang

kurang menyebabkan pasien beristirahat di tempat tidur dan tidak

dapat melakukan mobilisasi.

h. Kebudayaan

Menurut Berger kebudayaan adalah produk manusia; produk itu lalu

menjadi kenyataan objektif yang kembali mempengaruhi yang

menghasilkannya (Lawang, 1994 dikutip dalam Riska Rismalia, 2010).

Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa manusia berposisi sebagai

subyek yang menghasilkan kebudayaan sebagai obyek. Tetapi setelah

kebudayaan itu menjadi obyek, dengan sendirinya ia akan

mempengaruhi manusia dan kehidupan lingkungannya. Kebudayaan

merupakan penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku

individu, dikarenakan kebudayaan berisikan kumpulan nilai-nilai dasar,

persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh anggota

masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Kebudayaan


31

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah

yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi

anggota kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 2003 dikutip dalam

Riska Rismalia, 2010). Kebudayaan dimana seseorang hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

seseorang. Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu

dikarenakan mendapat penguatan atau ganjaran (reinforcement) dari

masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut. Dapat diketahui bahwa

diantara masyarakat terlihat berbagai budaya dan dengan taraf hidup

perkembangan yang berbeda, maka penyakit yang dideritanya pun

akan berbeda-beda. Budaya masyarakat bisa dilihat dari cara

hidupnya atau ‘way of life’nya yaitu dengan menentukan perilaku

masyarakatnya. Misalnya, apa saja yang boleh dilakukan dan

bagaimana cara melakukannya sehingga budaya jugamdapat

dipandang sebagai pedoman untuk suatu kegiatan sehari-hari.

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan

aktivitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena

kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak

sembuh.

i. Tingkat Energi

Tingkat energi merupakan jumlah energi yang diperlukan seseorang

untuk melakukan aktivitas. Tingkat energi yang rendah akan


32

menyebabkan kondisi fisisk seseorang menjadi lemah. Kondisi yang

lemah akan mengakibatkan orang untuk bergerak atau melakukan

mobilisasi lebih lamban. Seseorang yang melakukan mobilisasi jelas

membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan

berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang yang dalam kondisi

sehat. Untuk itu asupan makanan yang bergizi sangat diperlukan bagi

orang yang sedang sakit apalagi orang yang baru menjalani tindakan

operasi agar energi atau tenaga orang tersebut dapat kembali optimal

sehingga dapat melakukan mobilitas sebagaimana yang dianjurkan.

j. Usia dan Status Perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya

dibandingkan dengan seorang remaja atau dewasa. Seorang anak

dapat melakukan mobilisasi yang lebih aktif karena mobilisasi

yangdilakukan anak-anak tidak berdasarkan instruksi yang diperintah

oleh seseorang. Apabila seorang anak tersebut baru saja menjalani

tindakanappendectomy dan anak tersebut melakukan mobilisasi yang

sangat aktif maka akan berakibat robeknya luka operasi yang masih

belumsembuh. Sedangkan mobilisasi yang dilakukan pasien pasca

operasi apendiktomi harus bertahap dan harus sesuai dengan instruksi

yang telah diberikan oleh perawat. Berdasarkan teori yang

diungkapkan oleh dua orang ahli mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi didapatkan bahwa dari factor-faktor tersebut


33

terdapat beberapa kesamaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah

pengetahuan, emosi, fisik, stimulus lingkungan, dan usia & status

perkembangan.
BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Kerangka ini didapat dari konsep ilmu atau teori yang dipakai

sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka atau

dikatakan oleh penulis adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang

dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.

Gambar 3.1
Kerangka Teori Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi
Dini Post Operasi Apendiksitis

Domain kognitif : 1. Pengertian Mobilisasi Dini

1. Tahu (Know) Pengetahuan 2. Tujuan Mobilisasi Dini


3. Manfaat Mobilisasi Dini
2. Memahami (comprehension)
4. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis) Ket :
5. Sintesis (synthesis) = Yang diteliti
6. Evaluasi (evaluation) = Yang tidak diteliti

(Sumber : Notoadmodjo, 2007)

34
35

3.2 Kerangka Konsep

Pada bab ini akan diuraikan kerangka konsep yang mendasari

penelitian. Kerangka ini mengacu pada tujuan penelitian yaitu

mendapatkan gambaran pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post

operasi apendiksitis di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang.

Kerangka konsep yang digunakan mengacu kepada variabel dan

subvariabel.

Gambar 3.2
Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi
Dini Post Operasi Apendiksitis

Subvariabel Variabel
Pengetahuan post operasi Gambaran pengetahuan
apendiksitis : pasien tentang mobilisasi dini
post operasi apendiksitis
1. Pengertian mobilisasi dini
2. Tujuan mobilisasi dini Pengetahuan :
3. Manfaat mobilisasi dini
4. Tahap-tahap mobilisasi dini 1. Baik : 76-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : ≤ 56%

(Sumber : Arikunto. 2006)


36

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.3 Definisi Operasional

No Variabel/Subvariabel Definisi Skala Alat Ukur Hasil Ukur


Ukur
1 Variabel
Gambaran Segala sesuatu yang Kategori Kuesioner Baik : 76-100%
pengetahuan Pasien diketahui oleh pasien Cukup : 56-75%
Tentang Mobilisasi Dini tentang mobilisasi dini Kurang : ≤ 56%
Post Operasi post operasi apendiksitis
Apendiksitis

Subvariabel Pengetahuan pasien


- Pengertian tentang pengertian Kategori Kuesioner Baik : 76-100%
mobilisasi dini mobilisasi dini. Cukup : 56-75%
Kurang : ≤ 56%
1. Setelah operasi
pasien harus
melakukan
pergerakan sedini
mungkin.
Ya =1
Tidak =0

2. Pergerakan sangat
penting dilakukan
pada pasien setelah
operasi usus buntu.
Ya =1
Tidak =0

3. Pergerakan dilakukan
setelah operasi
dimulai dari latihan
ringan di atas tempat
tidur (latihan
pernafasan, latihan
batuk efektif dan
menggerakkan
tungkai) sampai
dengan pasien bisa
duduk, turun dari
tempat tidur, berjalan
ke kamar mandi dan
berjalan ke luar
kamar.
Ya =1
Tidak =0

3 - Tujuan Pengetahuan pasien Kategori Kuesioner Baik : 76-100%


mobilisasi dini tentang tujuan mobilisasi Cukup : 56-75%
Kurang : ≤ 56%
37

dini post operasi


apendiksitis meliputi :

1. Melakukan
pergerakan
bertujuan untuk
mengurangi
komplikasi setelah
operasi.
Ya =1
Tidak =0

2. Memperlancar buang
air kecil dan buang
air besar bukan
merupakan tujuan
melakukan
pergerakan setelah
operasi.
Ya =1
Tidak =0

3. Melakukan
pergerakan setelah
operasi usus buntu
dapat memperlancar
peredaran darah.
Ya =1
Tidak =0

4. Mempertahankan
fungsi tubuh pasien
merupakan tujuan
melakukan
pergerakan setelah
operasi.
1=Ya
0=Tidak

4 - Manfaat Pengetahuan pasien Kategori Kuesioner Baik : 76-100%


mobilisasi dini tentang manfaat Cukup : 56-75%
mobilisasi dini post Kurang : ≤ 56%
operasi apendiksitis :

1. Melakukan
pergerakan bertujuan
untuk mengurangi
komplikasi setelah
operasi.
Ya =1
Tidak =0

2. Memperlancar buang
air kecil dan buang
air besar bukan
38

merupakan tujuan
melakukan
pergerakan setelah
operasi.
Ya =1
Tidak =0

3. Melakukan
pergerakan setelah
operasi usus buntu
membuat benang
jahitan pada luka
operasi menjadi
putus.
Ya =1
Tidak =0

4. Melakukan
pergerakan setelah
operasi dapat
mengurangi
kelemehan dan rasa
sakit pada luka
operasi usus buntu.
Ya =1
Tidak =0

5 - Tahap-tahap Pengetahuan pasien Kategori Kuesioner Baik : 76-100%


mobilisasi dini tentang tahap-tahap Cukup : 56-75%
melakukan mobilisasi Kurang : ≤ 56%
dini post operasi
apendiksitis :

1. Pergerakan pasien
setelah operasi
dilakukan secara
berangsur-angsur
sesuai dengan tahap-
tahapnya.
Ya =1
Tidak =0

2. Tahap pertama (6
sampai 8 jam)
setelah operasi
pasien dianjurkan
melakukan
pergerakan seperti
menggerakkan
tangan dan kaki yang
bisa di tekuk dan
diluruskan serta
miring kanan dan
miring kiri.
39

Ya =1
Tidak =0

3. Tahap berikutnya (12


sampai 24 jam)
setelah operasi
pasien sudah boleh
duduk di atas tempat
tidur, baik bersandar
maupun tidak dan
selanjutnya duduk
diatas tempat tidur
dengan kaki yang
dijatuhkan atau
ditempatkan di lantai
sambil digerak-
gerakkan.
Ya =1
Tidak =0

4. Pada hari ketiga


setelah operasi
pasien sudah boleh
berjalan ke sekitar
kamar atau keluar
kamar, misalnya ke
toilet atau ke kamar
mandi dengan
bimbingan keluarga
maupun perawat.
Ya =1
Tidak =0

3.4 Desain Penelitian

Desain penelitian ini penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang

terjadi pada masa kini (Nursalam, 2008). Desain penelitian yang akan

digunankan adalah pendekatan deskritif yakni untuk menggambaran

pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis di

Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang.


40

3.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien)

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan. Pertimbangan kriteria populasi meliputi biaya, praktik

kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam penelitian pertimbangan

rancangan penelitian Nursalam. 2008). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh pasien pre operasi apendiksitis yang menjalani perawatan

di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang dengan jumlah populasi

sebanyak 65 responden.

3.5.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Sampel

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pre operasi apendiksitis yang

menjalani perawatan di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang

dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden.

3.5.3 Kriteria Sampel

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,

maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria


41

inklusi maupun kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri

yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil

sebagai sampel. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2012).

Sampel dengan menggunakan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Pasien pre operasi apendiksitis.

b. Mampu berkomunikasi dengan baik.

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

d. Tidak memiliki penyakit penyulit.

Dan sampel dengan kriteria ekslusi sebagai berikut :

a. Pasien post operasi apendiksitis

b. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik

c. Tidak mau bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

d. Memiliki penyakit penyulit

3.5.4 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Teknik sampling

dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling yang

dilakukan dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan

ada atau tersedia disuatu tempat sesaiu dengan konteks penelitian.

(Notoadmodjo, 2012). Menurut Arikunto (2006) mengatakan bahwa


42

“apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan populasi. Tetapi, jika jumlah subjek besar, dapat

diambil antara 10-15% atau 15-25% atau lebih,” pendapat tersebut

menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011) “ukuran sampel yang layak

dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 sampel.” Sesuai

pendapat tersebut, awalnya penliti laksanakan penelitian selama kurang

lebih sebulan dimulai pada tanggal 7 Desember 2015 sampai dengan 7

Januari 2016, peneliti hanya mendapatkan 20 responden, kemudian

peneliti menambahkan waktu penelitian selama lebih kurang 2 minggu

dimulai pada 7 Januari sampai dengan 20 Januari 2016 mendapatkan 30

responden.

dalam penelitian ini jumlah pasien pre operasi yang menjalani

perawatan di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang berjumlah 30

responden.

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini,

maka peneliti mengambil dua jenis data sebagai dasar penelitian ini yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang peneliti peroleh dari hasil pembagian

kuesioner kepada responden, yaitu pasien pre operasi apendiksitis


43

yang menjalani perawatan di ruang Bougenville RSUD Kota

Tanjungpinang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari Rumah

Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang.

3.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat - alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. (Notoadmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara

pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang

umumnya banyak menyangkut kepentingan umum. (Notoadmodjo, 2012).

Kuesioner ini pernah dijadikan penelitian oleh (Muthiara, 2014) dan di

modifikasi oleh peneliti dengan sesuai teori yang ada, kuisioner ini terdiri

dari 15 pernyataan dengan rincian pernyataan masing-masing terdiri dari

pengertian mobilisasi dini 3 soal, tujuan mobilisasi dini 4 soal, manfaat

mobilisasi dini 4 soal, tahap-tahap mobilisasi dini 4 soal, dengan memiliki

13 pernyataan positif dan 2 pernyataan negatif, kuisioner ini

menggunakan pilihan jawaban “Ya’’ atau “Tidak’’. Apabila responden

menjawab “benar’’ maka mendapat skor 1, dan jika menjawab “salah”

mendapat skor 0 (Hidayat, 2007).


44

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Ruang Bougenville Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang. Waktu penelitian awalnya

penliti laksanakan selama kurang lebih sebulan dimulai pada tanggal 7

Desember 2015 sampai dengan 7 Januari 2016, peneliti hanya

mendapatkan 20 responden. menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011)

“ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menambahkan

waktu penelitian selama lebih kurang 2 minggu dimulai pada 7 Januari

sampai dengan 20 Januari 2016 mendapatkan 30 responden.

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

a. Penyuntingan Data (Editing)

Setelah kuisioner diisi dan di kumpulkan dari responden, dilakukan

pengecekan serta klasifikasi terhadap kelengkapan data yang

sudah terkumpul baik nomor responden, nama/inisial, umur, jenis

kelamin, status pendidikan maupun pekerjaan dari responden.

Proses penyuntingan langsung peneliti lakukan di lokasi (Ruang

Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang) pada saat pelaksanaan

penelitian tersebut agar dapat segera diperbaiki apabila terdapat

data yang kurang atau salah dari responden. Hal ini peneliti lakukan

untuk meminimalisir terjadinya kesalahan jika data telah


45

dimasukkan dan peneliti tidak perlu datang berulang kali

kehadapan responden untuk memperbaiki data.

b. Pengkodean (Coding)

Setelah semua kuesioner diedit atau dilakukan pengecekan serta

klarifikasi terhadap kelengkapan data dari responden, selanjutnya

peneliti melakukan pengkodean atau coding yang berupa angka.

Berdasarkan kuesioner yang peneliti sebarkan kepada responden,

peneliti melakukan pengkodean pada tingkat pendidikan, pekerjaan

dan jawaban kuesioner sesuai dengan yang peneliti buat yaitu :

pada tingkat pendidikan 1 = tidak tamat SD / tamat SD, 2 = SMP, 3

= SMA, 4 = perguruan tinggi, pada pekerjaan 1 = tidak bekerja, 2 =

pegawai swasta, 3 = Pegawai Negri Sipil, 4 = Lain-lain, sedangkan

pada pernyataan pengetahuan jawaban benar (Ya) = 1, jawaban

salah (Tidak) = 0.

c. Memasukkan Data (Data Entery)

Setelah dilakukan pengkodean pada data tersebut, selanjutnya

data di dalam kuesioner dimasukkan ke dalam mesin pengolahan

data, mesin pengolahan yang peneliti gunakan adalah Microsoft

Excel. Peneliti memilih menggunakan program Microsoft Excel

untuk pengolahan data karena program tersebut peneliti anggap

mampu dan mudah untuk peneliti gunakan sebagai pengolahan

data.
46

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Setelah data yang diperoleh dari kuesioner yang diisi responden

dimasukkan ke mesin pengolahan data yakni Micrisoft Excel,

peneliti mengecek kembali data agar tidak terjadi kesalahan dalam

memasukkan data tersebu.

3.8.2 Analisa Data

Pada penelitian ini analisa data dilakukan secara univariat yaitu

dengan mendeskripsikan variable-variabel yang diteliti meliputi analisis

persentase dan distribusi Frekuensi. (Notoadmojo, 2012).

Dari hasil kuisioner pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post

operasi apendiksitis akan diolah dan setiap responden memperoleh nilai

sesuai dengan pedoman perilaku kuisioner. Jika jawaban responden

benar akan diberi skor 1 (satu), sedangkan jika jawaban salah akan diberi

skor 0 (nol).

Kemudian dari skor tersebut ditentukan skor total pada masing-

masing responden dengan rumus :

P= × 100%

Keterangan :

P = Persentase

f = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah soal
47

100% = Konstanta

Dari persentase diatas kemudian ditafsirkan kedalam bentuk data

kualitatif dengan menggunakan skala (Arikunto, 2006). Yaitu :

1. Baik : bila hasil 76%-100%

2. Cukup : bila hasil 56%-75%

3. kurang : bila hasil ≤56%


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tentang gambaran pengetahuan pasien post operasi

apendiksitis tentang mobilisasi dini di Ruang Bougenville Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang ini telah di laksanakan pada

tanggal 7 Desember 2015 sampai dengan 20 Januari 2016 di Ruang

Bougenville Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang.

Hasil penelitian diperoleh dari lembaran pengisian kuesioner terhadap 30

pasien pre operasi apendiksitis dengan meliputi informasi dan didapatkan

data yang sebenarnya dan selanjutnya data yang diperoleh akan disajikan

dalam bentuk univariat yang menggambarkan distribusi frekuensi dan

narasi dari responden, sedangkan data khusus meliputi variable yang

diteliti.

4.1.1 Data Umum

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Di Ruang
Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1 13 – 20 9 30%
2 21 – 64 21 70%
3 65 – 75 0 0%
Jumlah 30 100%
Potter & Perry (2005)

48
49

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (70%) responden berumur 21 - 64 tahun.

Tabel 4.2
Dustribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1 Laki-laki 12 40%
2 Perempuan 18 60%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data bahwa dari 30 responden

lebih dari separuh (60%) responden berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang

No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)


1 Tidak tamat SD/Tamat SD 5 17%
2 SMP 4 13%
3 SMA 18 60%
4 Perguruan Tinggi 3 10%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan data bahwa dari 30 responden.

Lebih dari separuh (60%) responden berpendidikan SMA.


50

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Ruang Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


1 Tidak Bekerja 15 50%
2 Pegawai Swata/Wiraswasta 8 27%
3 Pegawai Negri Sipil 3 10%
4 Lain-lain 4 13%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

separuh (50%) responden tidak bekerja.

4.1.1 Data Khusus

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Pasien
Tentang Pengertian Mobilisasi Dini Di Ruang Bougenville
RSUD Kota Tanjungpinang

No Pertanyaan Frekuensi Persentase (%)


1 Benar 66 73,3%
2 Salah 24 26,7%
Jumlah 90 100%

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (733%) responden menjawab benar tentang pengertian

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (26,7%) responden menjawab

salah.
51

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Pasien
Tentang Tujuan Mobilisasi Dini Di Ruang Bougenville RSUD
Kota Tanjungpinang

No Pertanyaan Frekuensi Persentase (%)


1 Benar 85 70,83%
2 Salah 35 29,17%
Jumlah 120 100%

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (70,83%) responden menjawab benar tentang tujuan

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (29,17%) responden menjawab

salah.

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Pasien
Tentang Manfaat Mobilisasi Dini Di Ruang Bougenville RSUD
Kota Tanjungpinang

No Pertanyaan Frekuensi Persentase (%)


1 Benar 93 77,5%
2 Salah 27 22,5%
Jumlah 120 100%

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (77,5%) responden menjawab benar tentang manfaat


52

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (22,5%) responden menjawab

salah.

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Pasien
Tentang Tahap - Tahap Mobilisasi Dini Di Ruang Bougenville
RSUD Kota Tanjungpinang

No Pertanyaan Frekuensi Persentase (%)


1 Benar 90 75%
2 Salah 30 25%
Jumlah 120 100%

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (75%) responden menjawab benar tentang tahap-tahap

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (25%) responden menjawab

salah.

Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan PasienTentang
Mobilisasi Dini Post Operasi Apendiksitis Di Ruang
Bougenville RSUD Kota Tanjungpinang

No Pengetahuan Benar (%) Salah (%) Persentase (%)


1 Pengertian Mobilisasi Dini 73,3% 26,7% 100%
2 Tujuan Mobilisasi Dini 70,83% 29,17% 100%
3 Manfaat Moobilisasi Dini 77,5% 22,5% 100%
4 Tahap -Tahap Mobilisasi Dini 75% 25% 100%
Jumlah 74,15% 25,85% 100%
53

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (74%) responden menjawab benar dengan kriteria

cukup tentang pengetahuan mobilisasi dini post operasi apendisitis.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran penegetahuan pasien

tentang mobilisasi dini post operasi apendiksitis di Ruang Bougenville

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (73,3%) responden menjawab benar tentang pengertian

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (26,7%) responden menjawab

salah. Pengetahuan pasien tentang pengertian mobilisasi dini masih

dalam criteria cukup, karena sebagian responden menegetahui tentang

pengertian mobilisasi dini. Peneliti berpendapat bahwa tingkat

pengetahuan didukung oleh pendidikan, dilihat dari 30 responden dalam

peneltian ini sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA (60%),

hampir seluruh responden dalam penelitian ini berusia 21 – 64 tahun

(60%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010). Bahwa

pengetahuan responden didukung oleh pendidikan, informasi, usia,

pekerjaan dan pengalaman. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki dan sebagian responden sebelumnya juga

telah mendapatkan informasi dari rumah sakit tentang mobilisasi dini.


54

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (70,83%) responden menjawab benar tentang tujuan

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (29,17%) responden menjawab

salah. Pengetahuan pasien post operasi apendiksitis tentang tujuan

mobilisasi dini masih dalam criteria cukup, karena kurang dari sebagian

masih tidak mengetahui dari tujuan mobilisasi dini. Peneliti berpendapat

bahwa pengetahuan responden tentang tujuan mobilisasi dini masih

kurang, hal ini dibuktikan dari 30 responden sebagian respoden menjawab

salah (29,17%) tentang tujuan mobilisasi dini. Menurut teori Notoatmodjo

(2010). Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman.

Menurutnya bahwa pengalaman diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun orang lain, sebagian responden mengatakan belum ada

pengalaman melakukan mobilisasi dini dan tidak mengetahui tentang

tujuan mobilisasi dini. Menurut (E. Oswari. 2005 yang dikutip oleh Jurnal

Keperawatan HKBP Balige, Vol.1 No 2, 2013) Mobilisasi dini bertujuan

untuk mengurangi komplikasi paska bedah, terutama atelektasis dan

pneumonia hipostatis, memoerlancar sirkulasi darah, mempercepat

terjadinya buang air besar dan buang air kecil secara rasa nyeri pasca

operasi dan bisa beraktivitas.

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (77,5%) responden menjawab benar tentang manfaat

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (22,5%) responden menjawab

salah. Pengetahuan pasien post operasi apendiksitis tentang manfaat


55

mobilisasi dini masih dalam kriteria cukup. Peneliti berpendapat bahwa

dari 30 responden sebagian kecil masih belum mengetahui tentang

manfaat dari mobilisasi dini dilihat dari jawaban responden yang salah

(22,5%). Menurut Potter dan perry, (2006) yang dikutip oleh Rismalia,

(2010). Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,

memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,

menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem

respirator meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan,

meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan,

meningkatkan penngembangan diafragma pada sistem metabolik dapat

meningkatkan laju metabolisme basal, peningkatan penggunaan glukosa

dan asam lemak, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem

muskuluskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri,

memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mengurangi kelemahan,

meningkatkan toleransi terhadap stress.

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan data bahwa dari 30 responden,

lebih dari separuh (75%) responden menjawab benar tentang tahap-tahap

mobilisasi dini, dan kurang dari separuh (25%) responden menjawab

salah. Pengetahuan pasien post operasi apendiksitis tentang tahap –

tahap mobilisasi dini masih dalam criteria cukup. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Notoatmodjo (2010). Bahwa pengetahuan responden

didukung oleh pendidikan, informasi, usia, pekerjaan dan pengalaman.


56

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Dari hasil penelitian yang di lakukan pada tanggal 07 Desember

2015 – 20 Januari 2016 bahwa gambaran pengetahuan tentang mobilisasi

dini post operasi apendiksitis di ruang Bougenville Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang, dari hasil penelitian yang di

dapatkan terhadap 30 responden dengan menjawab benar sebanyak

(74,15%) dengan criteria cukup tentang mobilisasi dini post operasi

apendiksitis, hal tersebut dibuktikan dari hasil persentase yang telah

diteliti. Sebagian responden masih banyak tidak mengetahui mengenai

penegetahuan tentang pengertian, tujuan, manfaat, dan tahap – tahap

mobilisasi dini post operasi apendiksitis dan faktor – faktor yang melatar

belakangi pelaksanaan mobilisasi pada pasien post operasi apendiksitis

yaitu salah satunya pengetahuan, yaitu pengetahuan pasien diantarnya

masih kurang mengenai mobilisasi dini. Hal ini terlihat dari pernyataan

responden yang mengungkapkan dengan keyakinannya setelah operasi

tidak boleh banyak bergerak karna membuat benang jahitan terputus dan

luka menjadi robek. Notoatmodjo (2003) dikutip Ibrahim M.N (2013)

mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang adalah pengalaman , tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas,

penghasilan dan social budaya. Faktor – faktor tersebut yang

menyebabkan ketidaktahuan responden mengenai mobilisasi dini.

Menurut peneliti perlu ditingkatkan lagi pendidikan kesehatan secara jelas


57

dan menambahkan fasilitas foto atau poster di ruang rawat yang

menggambarkan mobilisasi dengan tujuan untuk menambah pengetahuan

dan wawasan pasien pre operasi apendiksitis mengenai pengertian,

tujuan, manfaat, dan tahap – tahap mobilisasi dini post operasi

apendiksitis.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengetahuan pasien tentang

mobilisasi dini post operasi apendiksitis di Ruang Bougenville Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang sebagai berikut:

1. Pengetahuan pasien tentang pengertian mobilisasi dini post operasi

apendiksitis (73,3%) dengan kriteria cukup.

2. Pengetahuan pasien tentang tujuan mobilisasi dini post operasi

apendiksitis (70,83%) dengan kriteria cukup.

3. Pengetahuan pasien tentang manfaat mobilisasi dini post operasi

apendiksitis (77,5%) dengan kriteria cukup.

4. Pengetahuan pasien tentang tahap - tahap mobilisasi dini post operasi

apendiksitis (75%) dengan kriteria cukup.

5. Gambaran pengetahuan pasien tentang mobilisasi dini post operasi

apendiksitis di ruang Bougenville Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kota Tanjungpinang dengan kriteria cukup (74,15%).

58
59

1.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat dikemukakan saran-saran

yang perlu ditindak lanjuti, yaitu :

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Disarankan untuk lebih meningkatkan kembali mutu pelayanan dan

standar operasional prosedur yang telah ada, juga lebih ditingkatkan

promosi kesehatan terutama yang berkaitan dengan pengertian,

tujuan, manfaat dan tahap – tahap mobilisasi dini pada pasien post

operasi apendiksitis.

2. Institusi Pendidikan

Untuk institusi pendidikan khususnya Diploma III keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungpinang diharapkan penelitian

ini dapat memberikan informasi dan wawasan, serta dapat dijadikan

sebagai dokumentasi ilmiah.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan

rujukan khususnya tentang gambaran pengetahuan pasien tentang

mobilisasi dini post operasi apendiksitis dengan motode dan variabel

yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta:


Salemba Medika.

Ibrahim M.N 2013. Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi Post


Operasi Appendiksitis Di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. H. Aloe. Saboe
Kota.Gorontolo.http://digilib.stikeskusumahusada.ac.ad/download.php?id=4
90.Diakses tanggal 10 Juni 2015.

Jurnal Keperawatan HKBP Balige, Vol. 1 No. 2. 2013. Hubungan Mobilisasi Dini
Dengan Lamanya Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi Di Zall
C Rumah Sakit HKBP Balige Tahun 2013. Ippm@akperhkbp.ac.id. Diaskes
pada tanggal 8 juli 2015.

Muthiara Ald. 2014. Gambaran Tentang Pelaksanaan Teknik Mobilisasi Dini Oleh
Perawat Pada Post Operasi Apendiksitis di Ruang Bedah RSU AL Fatah
Ambon. Thyaijal.blogspot.co.id/2014/01/contoh-kuisioner-mobilisasi-post-
op.html?=1. Diaskes pada tanggal 6Jjuli 2015.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurarif dan Kusuma. 2013. NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Edisi 2 Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter dan Perry. 2005. “Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum” in
Sjamsuhidayat R danWim De Jong (ed). 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
II. Jakarta: ECG.

Rismalia, Riska. 2010. Gambaran Pengetahuan dan Prilaku Pasien Pasca


Operasi Apendiktomy tentang Mobilisasi Dinidi RSUP Fatmawati. Di askes
dari. http://perpus.fikik.uinjkt.ac.id/file_digital/skripsi%20lengkap.pdf. pada
tanggal 5 juni 2015.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang (Subag Medical Record),


Tahun 2014. 10 Kasus Post Operasi Tertinggi Di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang. Tanjungpinang.
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta
: ECG.

Sulistiyawati, dkk. 2012.Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka


Post Operasi Apendiksitis.
http://Respository.unri.ac.id/bitstream/12345678/1895/1/MANUSKRIP3.df.
Diaskes pada tanggal 6 Juli 2015.

Wijaya S.A, dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://www.scribd.com/mobile/documents/227534527/device_features.
Diaskes tanggal 10 Juni 2015.
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Pasien Pre Operasi Apendiksitis di Ruang Bougenville
RSUD Kota Tanjungpinang
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang Program
Studi Diploma III Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk
penulisan Karya Tulis Ilmiah sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan
pendidikan program studi Diploma III Keperawatan. Saya akan melakukan
penelitian tentang ”Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi
Dini Post Operasi Apendiksitis di Ruang Bougenville RSUD Kota
Tanjungpinang” untuk memperoleh gambaran pengetahuan pasien Post
Operasi Apendiksitis tentang Mobilisasi Dini.

Sehubungan dengan hal tersebut saya mohon kesediaan pasien


untuk menjadi responden, dengan menjawab lembar pertanyaan dalam
bentuk kuesioner penelitian, dimohon responden dapat menjawab dengan
jujur dan apa adanya. Jawaban akan dijaga kerahasiaannya.
Demikian permohonan ini dibuat, atas bantuan dan partisipasinya
diucapkan terimakasih.

Tanjungpinang, Desember 2015


Peneliti

Adi Trianggoro
NIM. PO72201121024
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti tentang tujuan penelitian


untuk memperoleh “Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi
Dini Post Operasi Apendiksitis di Ruang Bougenville RSUD Kota
Tanjungpinang’’, maka dengan ini kami menyatakan bersedia menjadi
responden untuk membantu dan berperan serta mengisi lembar kuisioner
tersebut demi kelancaran penelitian ini.

Tanjungpinang, Desember 2015

Peneliti Responden

( Adi Trianggoro ) ( )
KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG MOBILISASI DINI


POST OPERASI APENDIKSITIS DI RUANG BOUGENVILLE RSUD
KOTA TANJUNGPINANG

Nomor Responden
A. Petunjuk Responden
a. Isilah Identitas saudara dengan benar.
b. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
c. Apabila ada kata-kata yang kurang jelas atau kurang dimengerti
tanyakan kepada petugas yang memberi kuesioner.
d. Berilah tanda checklist (√) setiap pernyataan yang dianggap benar.

B. Identitas Responden
a. Nama : (Inisial)
b. Umur :
c. Alamat :
d. Jenis Kelamin :
e. Pendidikan :
1. Tidak tamat SD/ Tamat SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan Tinggi
f. Pekerjaan :
1. Tidak Bekerja
2. Pegawai Swasta / Wiraswasta
3. Pegawai Negeri Sipil
4. Lain - Lain
JAWABAN ( √ )
NO PERNYATAAN
YA TIDAK
1 Setelah operasi usus buntu pasien harus melakukan
pergerakan sedini mungkin.
2 Pergerakan sangat penting dilakukan pada pasien setelah
operasi usus buntu.
3. Pergerakan dilakukan setelah operasi dimulai dari latihan
ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk
efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien
bisa duduk, turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi
dan berjalan ke luar kamar.
4 Melakukan pergerakan bertujuan untuk mengurangi
komplikasi setelah operasi usus buntu.
5 Memperlancar buang air kecil dan buang air besar bukan
merupakan tujuan melakukan pergerakan setelah operasi
usus buntu.
6 Melakukan pergerakan setelah operasi usus buntu dapat
memperlancar peredaran darah.
7 Salah satu tujuan melakukan pergerakan setelah operasi
usus buntu dapat mempertahankan fungsi tubuh pasien.
8 Manfaat melakukan pergerakan setelah operasi untuk
memulihkan otot-otot perut agar kembali normal.
9 Melalukan pergerakan setelah operasi dapat
memperpendek hari perawatan dan pasien bisa cepat
pulang.
10 Melakukan pergerakan setelah operasi usus buntu
membuat benang jahitan pada luka operasi menjadi putus.
11 Melakukan pergerakan setelah operasi dapat mengurangi
kelemehan dan rasa sakit pada luka operasi usus buntu.
12 Pergerakan pasien setelah operasi dilakukan secara
berangsur-angsur sesuai dengan tahap-tahapnya.
13 Tahap pertama (6 sampai 8 jam) setelah operasi pasien
dianjurkan melakukan pergerakan seperti menggerakkan
tangan dan kaki yang bisa di tekuk dan diluruskan serta
miring kanan dan miring kiri.
14 Tahap berikutnya (12 sampai 24 jam) setelah operasi
pasien sudah boleh duduk di atas tempat tidur, baik
bersandar maupun tidak dan selanjutnya duduk diatas
tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan
di lantai sambil digerak-gerakkan.
15 Pada hari ketiga setelah operasi pasien sudah boleh
berjalan ke sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke
toilet atau ke kamar mandi dengan bimbingan keluarga
maupun perawat.

Sumber : Diadopsi dan dimodifikasi dari Muthiara Ald, (2014).


KISI-KISI KUESIONER

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN POST OPERASI APENDIKSITIS


TENTANG MOBILISASI DINI DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD KOTA TANJUNGPINANG

JUMLAH NOMOR KUNCI


NO VARIABEL SUBVARIABEL
SOAL SOAL JAWABAN
1. Pengetahuan  Pengertian 3 1 Ya
Pasien Tentang mobilisasi dini 2 Ya
Mobilisasi Dini 3 Ya
Post Operasi
Apendiksitis  Tujuan 4 1 Ya
mobilisasi dini 2 Tidak
3 Ya
4 Ya

 Manfaat 4 1 Ya
mobilisasi dini 2 Ya
3 Tidak
4 Ya

 Tahap-tahap 4 1 Ya

mobilisasi dini 2 Ya
3 Ya
4 Ya
MASTER TABEL

PERNYATAAN KUISIONER
NO NAMA / PENDIDI PEKERJ PENGERTIAN MANFAAT MOBILISASI TAHAP-TAHAP MOBILISASI
UMUR ALAMAT JENIS KELAMIN TUJUAN MOBILISASI DINI PERSENT
RESPONDEN INISIAL KAN AAN MOBILISASI DINI n % PREDIKAT n % PREDIKAT DINI n % PREDIKAT DINI n % PREDIKAT SKOR PREDIKAT
ASE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Tn. A 37 Tahun Kp. Terandan Laki-Laki 3 4 1 0 1 2 67% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 0 0 1 1 2 50% KURANG 11 73% CUKUP

2 Ny. E 34 Tahun Jln. Kp. Bugis Perempuan 2 1 0 0 1 1 33% KURANG 0 1 0 1 2 50% KURANG 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 1 0 3 75% CUKUP 9 60% CUKUP

3 An. L 19 Tahun Jln. Hutan Lindung Perempuan 1 1 0 0 1 1 33% KURANG 0 0 1 1 2 50% KURANG 1 0 0 1 2 50% KURANG 0 1 1 1 3 75% CUKUP 8 53% KURANG

4 Ny. J 25 Tahun Jln. Taman Bahagia Perempuan 3 1 1 0 1 2 67% CUKUP 1 1 1 0 3 75% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 11 73% CUKUP

5 An. G 18 Tahun Tg. Unggat Perempuan 1 1 1 1 0 2 67% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 0 1 0 1 2 50% KURANG 1 0 1 1 3 75% CUKUP 10 67% CUKUP

6 Nn. P 21 Tahun Perumnas Valia Perempuan 3 1 1 1 0 2 67% CUKUP 1 1 0 0 2 50% KURANG 1 1 1 0 3 75% CUKUP 1 1 1 0 3 75% CUKUP 10 67% CUKUP

7 Ny. P 22 Tahun Tg. Uban Perempuan 3 1 1 1 0 2 67% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 0 0 1 2 50% KURANG 1 1 0 1 3 75% CUKUP 10 67% CUKUP

8 Nn. M 20 Tahun Kp. Banjar Perempuan 3 1 0 1 1 2 67% CUKUP 0 0 1 1 2 50% KURANG 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 11 73% CUKUP

9 Ny. Y 24 Tahun Kijang Kencana III Perempuan 3 1 1 1 1 3 100% BAIK 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 1 0 3 75% CUKUP 14 93% BAIK

10 Tn. P 35 Tahun Jln. Bukit Kapita Laki-Laki 3 2 1 1 0 2 67% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 12 80% BAIK

11 Tn. A 18 Tahun Jln. Adi Sucipto Laki-Laki 3 1 1 1 1 3 100% BAIK 1 0 1 0 2 50% KURANG 0 1 0 0 1 25% KURANG 1 1 1 1 4 100% BAIK 10 67% CUKUP

12 Tn. S 36 Tahun Senayang Laki-Laki 3 2 1 1 1 3 100% BAIK 0 1 1 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 12 80% BAIK

13 Nn. K 19 Tahun Jln. Batu Kucing Perempuan 1 1 0 0 1 1 33% KURANG 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 11 73% CUKUP

14 Tn. S 28 Tahun Penyengat Laki-Laki 3 4 1 1 0 2 67% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 12 80% BAIK

15 An. M 20 Tahun Kp. Lengkuas Laki-Laki 2 1 1 0 1 2 67% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 11 73% CUKUP

16 Ny. R 25 Tahun Bintan Plaza Perempuan 3 2 1 1 1 3 100% BAIK 1 1 1 0 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 0 1 0 2 50% KURANG 12 80% BAIK

17 Tn. A 36 Tahun Malang Rapat Laki-Laki 2 4 1 1 1 3 100% BAIK 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 13 87% BAIK

18 An. R 18 Tahun Jln. Bali Perempuan 1 1 0 0 0 0 100% BAIK 1 0 1 0 2 50% KURANG 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 0 0 2 50% KURANG 7 47% KURANG

19 Tn. H 49 Tahun Jln. DI Panjaitan Laki-Laki 4 3 1 1 1 3 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 13 87% BAIK

20 Ny. L 34 Tahun Dabo Singkep Perempuan 3 2 0 0 1 1 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 0 1 0 1 2 50% KURANG 1 1 1 1 4 100% BAIK 10 67% CUKUP

21 Tn. H 29 Tahun Kp. Bugis Laki-Laki 3 4 1 1 0 2 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 0 1 1 1 3 75% CUKUP 1 0 0 1 2 50% KURANG 10 67% CUKUP

22 Tn. S 31 Tahun Sri Bintan Laki-Laki 3 2 1 1 0 2 100% BAIK 0 1 1 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 0 1 3 75% CUKUP 12 80% BAIK

23 Nn. R 19 Tahun Kijang Perempuan 3 1 1 1 1 3 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 1 1 0 3 75% CUKUP 12 80% BAIK

24 Nn. H 24 Tahun Lembah Purnama Perempuan 3 1 1 1 1 3 100% BAIK 0 1 1 1 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 0 1 3 75% CUKUP 13 87% BAIK

25 Ny. R 33 Tahun Bt. 8 Atas Perempuan 4 3 1 1 1 3 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 12 80% BAIK

26 Ny. R 27 Tahun Kp. Jati I Perempuan 3 2 1 1 1 3 100% BAIK 1 1 1 0 3 75% CUKUP 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 0 0 2 50% KURANG 12 80% BAIK

27 Tn. T 51 Tahun Bukit Cermin Perempuan 3 2 0 0 1 1 100% BAIK 1 0 1 1 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 1 0 1 1 3 75% CUKUP 10 67% CUKUP

28 Tn. Y 30 Tahun Jln. Kp. Baru Keke Laki-Laki 4 3 1 1 1 3 100% BAIK 1 0 0 1 2 50% KURANG 1 1 1 0 3 75% CUKUP 1 1 0 1 3 75% CUKUP 11 73% CUKUP

29 Tn. S 53 Tahun Tg. Uban Laki-Laki 2 2 1 1 1 3 100% BAIK 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 1 1 4 100% BAIK 1 1 0 1 3 75% CUKUP 14 93% BAIK

30 An. F 19 Tahun Senayang Perempuan 1 1 1 1 1 3 100% BAIK 0 0 1 1 2 50% KURANG 1 0 1 0 2 50% KURANG 1 1 1 1 4 100% BAIK 11 73% CUKUP

BENAR 23 21 22 66 73,3% BAIK 23 12 26 24 85 70,83% BAIK 26 23 18 26 93 77,5% BAIK 28 20 19 23 90 75% CUKUP 296,63 74,15% CUKUP
TOTAL
SALAH 7 9 8 24 26,7% BAIK 7 18 4 6 35 29,17% BAIK 4 7 12 4 27 22,5% BAIK 2 10 11 7 30 25% KURANG 103,37 25,85% KURANG

RATA - RATA 77 70 73 220 73,3% BAIK 77 40 87 80 283 70,83% BAIK 87 77 60 87 310 77,5% BAIK 93 80 80 90 300 75% CUKUP 278 74,15% CUKUP

BAIK : 18 60% BAIK : 3 10% BAIK : 10 33% BAIK : 5 53%

JUMLAH/KRITERIA CUKUP : 9 30% 73,3% CUKUP : 19 63% 70,83% CUKUP : 14 47% 77,5% CUKUP : 20 37% 75%

KURANG : 3 10% KURANG : 8 27% KURANG : 6 20% KURANG : 5 10%

KETERANGAN :STATUS PENDIDIKAN PEKERJAAN 1 : JIKA JAWABAN BENAR ARIKUNTO (2006)

1. TIDAK TAMAT SD / TAMAT SD 1. TIDAK BEKERJA 0 : JIKA JAWABAN SALAH BAIK : ≥76%-100%
2. PEGAWAI SWASTA / WIRASWASTA CUKUP : 56-75%
2. SMP

3. SMA 3. PEGAWAI NEGERI SIPIL KURANG : ≤56%

4. PERGURUAN TINGGI 4. LAIN - LAIN

KESIMPULAN : CUKUP 74,15%

Anda mungkin juga menyukai