Anda di halaman 1dari 13

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
menimilkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Program keselamatan pasien (patient safety) dikelola oleh panitia KPRS (Keselamatan Pasien
Rumah Sakit). Sesuai sistematika program yang telah ditetapkan oleh panitia KPRS, maka
tatalaksana bidang Keselamatan Pasien mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.
Penyelenggaraan Keselamatan Pasien dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan yang
menerapkan:
a. Tujuh Standar Keselamatan Pasien;
b. Enam Sasaran Keselamatan Pasien;
c. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien.
Standar Keselamatan Pasien meliputi 7-standar:
1. Hak Pasien;
2. Pendidikan Bagi Pasien Dan Keluarga;
3. Keselamatan Pasien Dalam Kesinambungan Pelayanan;
4. Penggunaan Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi Dan Peningkatan
Keselamatan Pasien;
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien;
6. Pendidikan Bagi Staf Tentang Keselamatan Pasien;
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien.
Enam Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal:
1. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar;
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif;
3. Meningkatkan Keamanan Obat-Obatan Yang Harus Diwaspadai;
4. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada
Pasien Yang Benar;
5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan;
6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh.
Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien terdiri atas:
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien;
2. Memimpin Dan Mendukung Staf;
3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko;
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan;
5. Melibatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien;
6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien;
7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien.

Tatalaksana bidang Keselamatan Pasien mengacu pada hal tersebut diatas dengan metode dan
uraian sebagai berikut:
1.1. Kriteria standar hak pasien meliputi:

a. harus ada dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP);


b. rencana pelayanan dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan;
c. penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya dilakukan DPJP.
1.2. Kriteria standar pendidikan kepada pasien dan keluarga meliputi:
a. memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap, dan jujur;
b. mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga;
c. mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti; memahami konsekuensi
pelayanan; memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
d. mematuhi nasihat dokter dan menghormati tata tertib fasilitas pelayanan kesehatan;
e. memperlihatkan sikap saling menghormati dan tenggang rasa;
1.3. Kriteria standar Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan meliputi:
a. pelayanan secara menyeluruh dan terkoordinasi mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, pemindahan
pasien, rujukan, dan saat pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan;
b. koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan ketersediaan
sumber daya fasilitas pelayanan kesehatan;
c. koordinasi pelayanan dalam meningkatkan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan
keluarga, asuhan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi, rujukan, dan tindak lanjut;
d. komunikasi dan penyampaian informasi antar profesi kesehatan sehingga tercapai
proses koordinasi yang efektif.
1.4. Kriteria standar penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan Keselamatan Pasien di RSU Bina Kasih meliputi:
a. RSU Bina Kasih melakukan pengumpulan data kinerja yang terkait dengan pelaporan
insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, dan keuangan;
b. RSU Bina Kasih melakukan evaluasi semua insiden dan secara proaktif melakukan
evaluasi 1 (satu) proses kasus risiko tinggi setiap tahun;
c. RSU Bina Kasih menggunakan semua data dan informasi hasil evaluasi dan analisis untuk
menentukan perubahan sistem (redesain) atau membuat sistem baru yang diperlukan,
agar kinerja dan Keselamatan Pasien terjamin.
1.5. Kriteria standar peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan Pasien di RSU Bina
Kasih meliputi:
a. terdapat tim antar disiplin untuk mengelola Keselamatan Pasien;
b. tersedia kegiatan atau program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan Insiden;
c. tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap Insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko, dan penyampaian informasi yang benar dan
jelas untuk keperluan analisis;
d. tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan Insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang analisis akar masalah
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), KTD, dan kejadian sentinel;
e. tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis Insiden, atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan kejadian sentinel;
f. tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan perbaikan Keselamatan Pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut;
g. tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
Keselamatan Pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
1.6. Kriteria standar pendidikan ke staf tentang Keselamatan Pasien di RSU Bina Kasih adalah :
a. RSU Bina Kasih memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik Keselamatan Pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing;
b. RSU Bina Kasih mengintegrasikan topik Keselamatan Pasiendalam setiap kegiatan
pelatihan/magang dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan Insiden; dan
c. RSU Bina Kasih menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama tim (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
1.7. Kriteria standar komunikasi di RSU Bina Kasih, memiliki:
a. RSU Bina Kasih menyediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
Keselamatan Pasien; dan
b. RSU Bina Kasih menyediakan mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

2.1. Kegiatan Yang Dilaksanakan untuk Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar :


1. Pelaksanaan identifikasi Pasien di RSU Bina Kasih dilakukan secara verbal menyebut nama
pasien dan secara visual melihat gelang pasien.
2. Identifikasi Pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 Identitas, yaitu Nama sesuai
KTP, Tanggal lahir, Nomor Rekam Medik.
3. Identifikasi Pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, terapeutik,
pemberian obat, darah, produk darah, pengambilan spesimen, dan pemberian diet.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intra-vena,
hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi thdp Pasien koma.
2.2. Kegiatan Yang Dilaksanakan untuk Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif :
1. Pemesanaan obat/permintaan obat secara verbal atau melalui telpon sebaiknya dihindari;
2. Ditetapkan panduannya meliputi permintaan pemeriksaan, penerimaan hasil pemeriksaaan
dalam keadaan darurat, identifikasi dan penetapan nilai kritis, hasil pemeriksaaan
diagnostik, serta kepada siapa dan oleh siapa hasil tes kritis dilaporkan;
3. Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi (tulis) penulisan secara
lengkap permintaan atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi, penerima membaca
kembali (read-back) permintaan atau hasil pemeriksaaan, dan pengirim memberi
konfirmasi (stempel CABAK) atas apa yang telah ditulis secara akurat.
4. RSU Bina Kasih memiliki daftar singkatan yang diperkenankan dan dilarang.
5. Memperbaiki komunikasi saat serah terima asuhan Pasien (hand over) di dalam RS pada
saat pertukaran shift atau jika Pasien dipindah dari ICU ke unit perawatan atau dari unit
darurat ke kamar operasi;
6. Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal ditulis lengkap, dibaca ulang, dan
dikonfirmasi pemberi pesan secara lengkap. CaBaK = Catat-Bacakan kembali-Konfirmasi .
7. RS menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik. Harus dilaporkan segera
ke peminta tes dan dicatat di RM. Tes diagnostik kritis termasuk : pemeriksaan lab;
radiologi ; prosedur ultrasonografi; magnetic resonance imaging; diagnostik jantung;
2.3. Kegiatan Yang Dilaksanakan untuk Meningkatkan Keamanan Obat-Obat Yang Harus
Diwaspadai (High Alert Medications) :
1. RSU Bina Kasih membuat daftar semua obat high alert termasuk risiko terjadi salah
pengertian tentang NORUM/LASA.
2. Obat-obat ini dikelola dalam menyimpan, menata, dan menggunakannya termasuk
administrasinya, contoh dengan memberi label atau petunjuk tentang cara
menggunakan obat dengan benar pada obat-obat high alert.
3. RSU Bina Kasih memperhatikan aspek peresepan, menyimpan, menyiapkan, mencatat,
menggunakan, serta monitoringnya di bawah tanggung jawab apoteker.
Obat yang perlu diwaspadai/ high alert terdiri atas ;
 Obat Risiko Tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan
kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau kemoterapeutik;
 Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (Look
Alike), bunyi ucapan sama (Sound Alike), LASA seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine
dan hydroxyzine atau disebut juga Nama Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM);
 Elektrolit Konsentrat seperti potasium klorida dg konsentrasi ≥ 2 mEq/ml, potasium
fosfat dengan konsentrasi ≥ 3 mmol/ml , natrium klorida dengan konsentrasi > 0,9% dan
magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
2.4. Kegiatan Yang Dilaksanakan Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang
Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar di RSU Bina Kasih :
1. Ada regulasi untuk prosedur bedah aman dengan menggunakan 'surgical check list '
(Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety 2009).
2. Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan, ada 'checklist' untuk mencatat, apakah
informed consent sdh benar dan lengkap, apakah semua dokumen dan peralatan yang
dibutuhkan sdh siap tersedia dengan lengkap dan berfungsi dengan baik.
3. Menggunakan Komponen Time-Out terdiri atas identifikasi Tepat-Pasien, Tepat-
Prosedur, dan Tepat-Lokasi, persetujuan atas operasi.
4. Menggunakan ketentuan yang sama tentang Tepat- Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-
Pasien jika operasi dilakukan di luar OK termasuk prosedur tindakan medis dan gigi.
2.5. Kegiatan Yang Dilaksanakan Mengurangi Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan:
1. RSU Bina Kasih melaksanakan program kebersihan tangan (hand hygiene) di seluruh RS
sesuai dengan regulasi yang mengacu pada standar WHO terkini.
2. Staf RSU Bina Kasih dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur.
3. Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan (Do It 5 Moments).
4. Prosedur disinfeksi di RSU Bina Kasih dilakukan sesuai dengan regulasi.
5. Ada bukti RSU Bina Kasih melaksanakan evaluasi thdp upaya menurunkan angka infeksi
terkait pelayanan kesehatan.
2.6. Kegiatan Yang Dilaksanakan Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh :
1. RSU Bina Kasih memiliki regulasi yang mengatur tentang mencegah Pasien cedera
karena jatuh.
2. RSU Bina Kasih melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua Pasien rawat inap
dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko tinggi jatuh
sesuai dengan regulasi.
3. RSU Bina Kasih melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen ulang
dari Pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi risiko jatuh.
Menggunakan Sekala Morse untuk dewasa dan Humty-Dumty untuk anak-anak.
4. Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi Pasien dari situasi dan
lokasi yang menyebabkan Pasien jatuh.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit


RSU Bina Kasih melaksanakan pelayanan kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan
kerja yang dilakukan, sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi pekerja :
a. Pemeriksaan fisik lengkap
b. Kesegaran jasmani
c. Pemeriksaan penunjang dasar (foto thorax, laboratorium rutin, EKG)
d. Pemeriksaan khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya.
e. Pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul khusus untuk pekerjaan tertentu
f. Jika tiga bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter
(pemeriksa berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/ pelatihan tentang kesehatan kerja dan
memberikan bantuan kepada pekerja di RSU Bina Kasih dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental terhadap pekerjaannya. Yang diperlukan antara lain :
a. Informasi umum rumah sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3RS
b. Informasi tentang resiko dan bahaya khusus di tepat kerjanya.
c. SPO kerja, SPO peralatan, SPO penggunaan alat pelindung diri dan kewajibannya.
d. Orientasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3RS) di tempat kerja.
e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan kesehatan kerja
secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka menciptakan
budaya K3RS.
3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pajanan di
RSU Bina Kasih :
a. Setiap pekerja rumah sakit wajib mendapatkan pemeriksaan berkala minimal
setahun sekali.
b. Sedangkan untuk pemeriksaan khusus disesuaikan dengan jenis dan besar pajanan
serta umur dari pekerja.
c. Adapun jenis pemeriksaan khusus yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :
 Pemeriksaan audiometri untuk pekerja yang terpajan bising seperti pekerja unit
pemeliharaan sarana rumah sakit, operator telephone, dll.
 Pemeriksaan gambaran darah tepi untuk pekerja radiologi.
 Melakukan upaya preventif (vaksinasi hepatitis B pada pekerja yang terpajan
roduk tubuh manusia)
 Pemeriksaan kesehatan HBsAg dan HIV untuk pekerja yang berhubungan dengan
darah dan produk tubuh manusia (dokter, dokter gigi, perawat, laboratorium,
petugas kesling, dll)
 Pemeriksaan fungsi paru untuk pekerja yang terpajan debu seperti petugas
incenerator.
4. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik SDM di
RSU Bina Kasih :
a. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM Rumah
Sakit yang dinas malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas kesling dll;
b. Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
c. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
d. Pembinaan mental/rohani.
5. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM di RSU Bina Kasih
yang menderita sakit :
a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh SDM Rumah Sakit;
b. Memberikan pengobatan dan menanggung biaya pengobatan untuk SDM di RSU
Bina Kasih yang terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK);
c. Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan
khusus;
d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja di RSU Bina Kasih yang akan
pensiun atau pindah kerja:
a. Pemeriksaan kesehatan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium legkap, EKG, paru (foto torak dan fungsi paru)
7. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap SDM di RSU Bina Kasih dan pasien:
a. Pertemuan koordinasi dan Pembahasan kasus;
b. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial.
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :
a. Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi jenis bahaya
dan besarnya risiko;
b. Melakukan identifikasi pekerja berdasarkan jenis pekerjaannya, lama pajanan dan
dosis pajanan; Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus;
c. Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus (dirujuk
ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan pemberian istirahat kerja);
d. Melakukan pemantauan perkembangan kesehatan SDM di RSU Bina Kasih.
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja yang berkaitan dengan kesehatan kerja
(Pemantauan/pengukuran faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi).
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan kepada
Direktur Utama RSU Bina Kasih dan Unit teknis terkait di wilayah kerja RSU Bina Kasih.

B. Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit


Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan
peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan :
1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan dan keamanan sarana, prasarana, dan Alkes:
a. Teknis bangunan RSU Bina Kasih, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dengan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
b. Lokasi RSU Bina Kasih memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan.
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggara Rumah Sakit.
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil
petugas/ operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan RSU Bina Kasih).
e. Membuat pogram pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan
dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus memenuhi
standar pelayanan, pesyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan layak pakai.
g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan
harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau
institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang
h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap pekerja
a. Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM
di RSU Bina Kasih.
b. Membuat program kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan resiko ergonomi.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.
b. Pemantauan / pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
secara rutin dan berkala.
c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan prasarana sanitarian,
yang memenuhi syarat, meliputi:
a. Penyehatan makanan dan minuman
b. Penyehatan air
c. Penyehatan tempat pencucian
d. Penanganan sampah dan limbah
e. Pengendalian serangga dan tikus
f. Sterilisasi/desinfeksi dan Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
g. Perlindungan radiasi
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
a. Pembuatan rambu – rambu arah dan tanda – tanda keselamatan
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri (APD)
c. Membuat SPO peralatan keselamatan kerja dan APD
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap keputusan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD
6. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja
a. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM di RSU Bina Kasih.
b. Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3RS kepada petugas K3RS.
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan tempat kerja dan
pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan/ keamanan
a. Melibatkan petugas K3RS di dalam perencanaan, desain pembuatan tempat kerja dan
pemilihan serta pengadaan sarana, prasaran dan peralatan keselamatan kerja.
b. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku
dan standar keamanan dan keselamatan.
8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
a. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka
b. Membuat SPO pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka dan
celaka.
9. Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran (MSPK)
a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
c. Membuat SPO
d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
e. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
10. Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja yang
disampaikan kepada Direktur dan Unit teknis terkait di wilayah kerja RSU Bina Kasih.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan, maka fungsi
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam Rumah Sakit secara bertahap perlu terus
ditingkatkan agar menjadi efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien,
keluarga maupun masyarakat. Dengan latar belakang diatas, maka program
pengendalian/peningkatan mutu pelayanan merupakan prioritas utama di semua rumah sakit.
Di Unit ICCU RSU Bina Kasih, program pengendalian/peningkatan mutu pelayanan disusun
berdasarkan sistematika sebagai berikut:
1. Penetapan alur pelayanan teknis dan alur pelayanan administrative
2. Penetapan sistem pengadaan logistik dan fasilitas penunjang terkait
3. Penetapan standar pelayanan medis dan penunjang medis (penerapan standar
pelayanan minimal, indikator mutu, dan penyusunan SPO)
4. Penetapan sistem rekruitmen dan pengembangan ketenagaan
5. Penetapan media monitoring layanan beserta standar layanan, meliputi :
- Morning report
- Ronde pelayanan medis
- Case presentation
- Rapat rutin mingguan
- Rapat bulanan
6. Pelaksanaan program Monev (monitoring dan evaluasi) serta perumusan langkah
perbaikan/peningkatan mutu.
7. Secara periodik perlu dilakukan studi banding untuk melihat layanan ICCU Rumah Sakit
lain, baik Rumah Sakit pemerintah maupun swasta.
Kegiatan “Bench Marking” diatas diperlukan untuk memperluas wawasan staf ICCU dalam
pengelolaan unit layanan terkait.
Dalam sistem ”Pengendalian Mutu” ICCU RSU Bina Kasih secara sistematis melalui berbagai
tahapan sebagai berikut:
a. Pembuatan atau penetapan standar, indicator mutu dan SPO (alur kerja) yang relevan atau
terkait.
b. Sosialisasi standar mutu
c. Menetapkan sistem monitoring dan evaluasi (Monev)
d. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Monev dirumuskan Action Plan terkait
Sedangkan uaraian sistematika program “Pengendalian Mutu’” diatas adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan atau penetepan standar mutu, meliputi:
a. Penetapan standar pelayanan medik, khususnya pembuatan pada 10 kasus penyakit
terbanyak dan kasus kegawatdaruratan medik secara umum.
b. Penetapan standar asuhan keperawatan
c. Pembuatan atau penetapan SPO tindakan medis dan tindakan keperawatan.
d. Pembuatan atau penetapan SPO manjerial dan alur pelayanan.
2. Sosialisasi standar mutu
Dalam langkah sosialisasi dimaksud dengan menggunakan media, yaitu: surat, rapat
rutin, “morning report”.
3. Menetapkan atau melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi (Monev) kegiatan ini
bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauh mana standar mutu yang telah
ditetapkan diatas terlaksana/dilaksanakan oleh petugas di lapangan. Aplikasi kegiatan
Monev ini meliputi:
a. Supervisi rutin: dilaksanakan oleh Ka. Instalasi ICCU dan supervise unit terkait
b. Morning report (harian)
c. Rapat Manajerial mingguan
d. Rapat rutin bulanan
4. Ditetapkan acion plan terkait tindaklanjut dari kegiatan monev. Penetapan dengan
“action plan” ditentukan oleh temuan teknis dalam kegiatan monitoring dan evaluasi.
Dalam penerapan “action plan” tersebut diharapkan mampu memfasilitasi percepatan
pencapaian standar mutu yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai