Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN JIWA

DIAGNOSA SEHAT
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN LANSIA

DISUSUN OLEH
CRISTI SUMAMPOW
SUSMA DJABU
INDRI ILIYAS
PRABOWO SARANAUNG
MARIA GORETI DHEY

POLIEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN LANSIA

A. Pengerian Lansia

Usia lanjut (usila) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Setiap
orang yang dikarunai umur panjang akan mengalami tahapan ini. Dengan berhasilnya
pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup maka kesempatan
menjadi USILA semakin besar sehingga diperkirakan jumlah USILA semakin bertambah

Sama seperti tahapan proses perkembangan yang lain, maka pada USILA terjadi peruperubahan
fisik, emosi, kognitif, social dan spiritual yang memerlukan penanganan khusus agar USILA
tetap adaptif, USILA dapat ,menjadi usia keemasan yang bahagia jika individu memiliki
kesehatan yang baik, ikatan keluarga dan lingkungan social yang kuat, kondisi ekonomi yang
memadai disertai hubungan interpersonal yang hangat.

Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok USILA perlu mendapat perhatian
dan pembinaan khusus baik oleh pemerinah atau swasta maupun berbagai disiplin ilmu termasuk
keperawatan. Agar para usia lanjut dapat mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap
produktif, berperan aktif di msyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.

B. Tugas Perkembangan Lansia

Adapun tugas perkembanhgan lansia antara lain penyesuaian diri terhadap ketahanan dan
kesehatan fisik yang berkurang, penyesuaian diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya
pendapatan, pernyesuaian diri terhadap kemungkinan ditinggal pasangan hidup karena kematian,
membina hubungan dengan teman sebaya dengan berperan serta dalam organisasi
kemasyarakatan.

C. Masalah-masalah yangsering terjadi pada usia lanjut

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut terkait dengan beberapa aspek
antara lain sebagai berikut:

1. fungsi fisiologis : masalah pendengaran, penglihatan, pencernaan dan nutrisi,


perkemihan, kardiovaskuler, pernafasan, mobilitas dan keamanan.
2. rasa nyaman: kulit, tidur dan istirshst, suhu tubu, dan fungsi seksual
3. fungsi psikosolial
4. fungsi kognitif
D. Respon usia lanjut terhadap proses penuaan

Response usia lanjut terhadap proses penuaan berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut, latar belakang social budaya masyarakat,
besarnya dukungan keluarga dan lain sebagainya.

Menurut Erickson (dikutip dari Stuart & Sundeen, 1993) bahwa kesiapan usia lanjut untuk
beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh
proses tumbu kembang sebelumnya. Apabila seorang pada tahap tumbu kembang sebelumnya
melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi
dengan orang-orang di sekitarny maka pada usia lanjut dia akan tetap melakukan tindakan yang
biasa dia lakukan pada usia mudanya, misalnya olah raga, ikut dalam organisasi social
kemasyarakatan dan masih dapat mengembangkan hobiny. Dengan demikian ia tidak mudah
sakit dan masi bisa menunjukan integritas diri yang baik.

Sebaliknya, jika seorang tersebut tidak berhasil dalam tahap tumbuh kembang sebelum lansia
dan tidak melakukan hal-hal yang disebutkan di atas dan lebih banyak stress dan keyakinan
terhadap agama kurang, maka individu tersebut akan cepat mengalami perbubahan struktur dan
fungsi tubuh yang ditandai dengan sering sakit, lekas pikun, merasa terisolasi, maka prosess
penuaan ini terjadi lebih cepat.

Usia lanjut akan produktif apabila ia dapat melakukan tugas perkembangan dengan baik. Tugas
perkembangan ini meliputi penyelesaian diri terhadap ketahanan dan kesehatan fisik yang
berkurang, penyesuaian diri terhadap masa pensiun dan berkurangnya pendapatan, penyesuaian
diri terhadap kemungkinan ditinggal pasangan hidup karena kematian, membina hubungan
dengan teman sebaya dengan berperan serta dalam organisasi social kemasyarakatan.

Apabila tugas perkembangan tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik oleh usia lanjut, maka
mereka akan bisa mengalami berbagai masalah antara lain: kecemasan, sakit-sakitan, merasa
kesepian, depresi, penolakan, bermusuhan dengan orang disekitarnya, harga diri rendah, dan
bahkan ada yang putus asa sampai bunuh diri, terutama apabila keyakinan agamanya kurang
kuat.
Selain USILA sendiri harus mampu melakukan perawatan dirinya sendiri, keliuarga dan orang-
orang disekitarnya pun perlu memahami bagaimana melakukan asuhan keperawatan yang tepat
pada usia lanjut tersebut. Karena hal ini akan membantu USILA untuk lebih bergairah hidup dan
melakukan kegiatan dengan penuh semangat dan ia akan tetap produktif dan berbahagia pada
usianya yang lanjut.

E. perkembangan psikososial lanjut usia

Perkembangan pesikososial lanjut usia adalah tercapainya intergritas diri yang utuh. Pemahaman
terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi
berikutnya berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak mencapai intergritas diri akan
merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna

F. Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan

Kesiapan peningkatan perkembangan lansia

2. Tindakan Keperawatan

a. Lansia

1. Tujuan

a. Lansia dapat menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang


normal (merasa disayangi dan dibutuhkan keluarganya dan mampu
mengikuti kegiatan social dan keagamaan dilingkungannya.

b. Lansia dapat menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang


normal dan merasa hidupnya bermakna.

c. Lansia melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial


yang normal.

2. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan bagi perkembangan psikososial lansia

a. Jelaskan ciri perilaku perkembangan lansia yang normal dan menyimpang


b. Mendiskusikan cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk mencapai
integritas diri yang utuh:

1. Mendiskusikan makna hidup lansia selama ini

2. Melakukan life review (menceritakan kembali masa lalu, terutama


kebeerhasilannya)

3. Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai oleh lansia

4. Mengikuti kegiatan social di lingkungannya

5. Melakukan kegiatan kelompok

c. Membimbing lansia membuat rencana kegiatan untuk mencapai integritas


diri yang utuh

d. Memotivasi lansia untuk menjalankan rencana yang telah dibuatnya

b. Keluarga

1. Tujuan

a. Keluarga dapat menjelaskan perilaku lansia yang menggambarkan


perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang

b. Keluarga dapat menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan lansia

c. Keluarga dapat melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan


lansia

d. Keluarga merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan


psikososial lansia

2. Tindakan Keperawatan

a. Menjelaskan perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang


pada keluarga

b. Mendiskusikan cara memfasilitasi perkembangan lansia yang normal


dengan keluarga
1. Bersama lansia mendiskusikan makna hidupnya selama ini

2. Mendiskusikan keberhasilan yang telah dicapai lansia

3. Mendorong lansia untuk mengikuti kegiatan social (arisan, menengok


yang sakit, dll) di lingkungannya

4. Mendorong lansia untuk melakukan kegiatan

5. Mendorong lansia untuk melakukan life review (menceritakan kembali


masa lalunya terutama keberhasilannya)

c. Melatih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia

d. Membuat stimulasi perkembangan psikososial lansia


DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. and Perry, Anee G. (1985). Fundamental of Nursing concept, process, and
practice. St. Louis: The C.V. Mosby Company

Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008). Draft Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta: Program Magister Keperawatan Jiwa FIK UI

Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC


Standar Prosedur
Kesiapan Peningkatan Perkembangan Lansia
Tahap pra interaksi
1) mempersiapkan alat dan tempat
2) menyiapkan pasien

Tahap Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri
c) Menanyakan perasaan klien
d) Menjelaskan tujuan kegiatan
e) Menjelaskan manfaat kegiatan
f) Menanyakan kesiapan klien

Tahap Kerja
Menurut (Keliat, 2011)
a. Membina hubungan saling percaya dengan lansia dan keluarga
dengan waktu
1. Memperkenalkan diri
2. Menanyakan nama klien, kabar klien, suasana hati klien
3. Menjelaskan tujuan pertemuan
4. Memperhatikan dan memberikan rasa empati
b. Menjelaskan karakteristik perkembangan psikososial lansia yang
normal dan menyimpang (dengan waktu 1x30 menit)
1. Menanyakan apakah klien memiliki harga diri yang tinggi
2. Menanyakan cara pandang pasien terhadap sesuatu hal
3. Menanyakan apakah merima nilai dan keunikan orang lain
4. Menanyakan kesiapan tentang kematian
5. Menanyakan apakah hidup yang dijalani memiliki arti dan
makna
c. Menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial lansia yang
normal dengan waktu 30 menit
1. Menanyakan keikutsertaan dalam kegiatan masyarakat
2.Menanyakan apakah klien mengikuti kegiatan secara
berkelompok
3. Menanyakan apakah klien menilai kehidupan yang dijalani
selama ini bermakna
4. Menanyakan penilaian diri lansia
5. Menanyakan sistem pendukung keagamaan
6. Menanyakan apakah klien menerima dan menyesuaikan diri
dengan kematian pasangan/orang berarti
7. Menanyakan cerita tentang masa lalu, terutama keberhasilan
d. Melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial
lansia yang normal (dengan waktu 30 menit)
1. Mengikuti kegiatan sosial seperti pengajian, arisan, senam,
posyandu lansia

Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Rencana tindak lanjut
c. Kontrak waktu, kontrak tempat
DAFTAR PUSTAKA
Djalali, F. U. dan M. A. (2016). Jurnal Proses Menua. Jurnal Keperawatan Lansia, 5(1), 15–27.
Elviana K, Bidjuni H, M. (2015). PENGARUH PENERAPAN TERAPI OKUPASI
TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WERDHA DAMAI
RANOMUUT MANADO. Jurnal Keperawatan, 3, 1–8.
Gati, N. W., Susanti, Y., & Putri, E. (2016). Peningkatan integritas diri lansia melalui terapi
kelompok terapeutik dan. Keperawatan Jiwa, 4, 31–39.
Guslinda. (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Landia Terhadap Kemampuan
Adaptasi Dan Perkembangan Integritas Diri Lansia di
Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1, 15–16.
Hartono, K. dan. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat Budi Anna. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa:
CMHN (Intermediate Course). (N. H. Keliat BUdi Anna, Ed.). Jakarta: EGC.
Maryam R.S, dkk. (2009). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. (R. Angriani, Ed.) (1st ed.).
Jakarta.
Nurul F, R. T. dan P. Y. . (2017). HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA
DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL. Jurnal
Psikolgi Universitas Udayana, 1(1), 1–11.
Putri. (2016). Kualitas hidup lansia yang tinggal bersama keluarga dan panti, 4, 1.
Ramdani. (2015). Kontribusi Kecerdasan Spiritual dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepuasan
Hidup Lansia Serta Implikasinya Dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling, 2(2), 70–81.
Reny Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Geronik. Jakarta.
RI, K. (2017). SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 INDONESIA
GAMBAR STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2017, 1, 2.
Rohmah, Purwaningsih, & Khoridatul, B. (2012). Kualitas Hisup Lanjut Usia. Jurnal
Keperawatan, 3(2), 120–132.
Septiningsih, D.S & Na’imah, T. (2012). Kesepian pada lanjut usia: studi tentang bentuk, faktor
pencetus dan strategi koping. Jurnal Psikologi Univesritas Diponegoro, 1(1), 1–9.
Supriadi, S.Ag., M. P. (2015). Jurnal Lanjut Usia Dan Permasalahannya. Ppkn & Hukum, 10(2),
84–94.
Triwanti, S. P., Ishartono, I., & Gutama, A. S. (2018). Peran Panti Sosial Tresna Werdha Dalam
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Lansia. Share : Social Work Journal, 4(2), 411–417.
https://doi.org/10.24198/share.v4i2.13072

Anda mungkin juga menyukai