Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

IMUNISASI

DISUSUN OLEH :

Luh Eka Purnami Yanti (2006091029)


Desak Kadek Ari Purnami (2006091038)
Cening Ayu Restiana Dewi (2006091033)

PRODI D3 KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Imunisasi
Sub pokok bahasan Imunisasi Dasar Lengkap
Sasaran Neonatus, Bayi, Balita
Hari/tanggal Kamis, 19 Oktober 2022
Waktu 20 menit
Tempat Poli KIA
Penyuluh Luh Eka Purnama Yanti
Desak Kadek Ari Purnami
Ni Cening Ayu Restina Dewi

A. LATAR BELAKANG
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan
efisien dalam mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian seperti cacar,
polio, tubercolosis, hepatitis B, difteri, campak, rubella dan sindrom kecacatan
bawaan akibat rubella (congenital rubella syndrome/CRS), tetanus, pneumonia
(radang paru) serta meningitis (radang selaput otak). Pelaksanaan imunisasi pada
balita menyelamatkan sekitar 2–3 juta nyawa di seluruh dunia setiap tahun dan
berkontribusi besar pada penurunan angka kematian bayi global dari 65 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 29 pada tahun 2018 (Nandi & Shet,
2020).
Pelaksanaan imunisasi diharapkan dapat menurunkan jumlah balita yang
meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31)
(InfoDatin Kementerian Kesehatan, 2016). Namun dalam beberapa tahun terakhir,
angka kematian balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah
dengan imunisasi masih terbilang tinggi. Laporan WHO tahun 2020 menyebutkan
bahwa terdapat 20 juta anak belum mendapatkan pelayanan imunisasi untuk balita
di seluruh dunia secara rutin setiap tahun. Tingginya jumlah anak yang belum
mendapatkan imunisasi mengakibatkan beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian, yang seharusnya dapat dicegah
dengan vaksin, muncul kembali di negara maju dan berkembang. Penyakit
tersebut antara lain campak, pertusis, difteri dan polio (Hidayah et al., 2018;
UNICEF, 2020).
Pelaksanaan imunisasi dasar lengkap merupakan hal yang sangat penting
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan, diharapkan terjadi perubahan
perilaku masyarakat atau ibu yang memiliki bayi/balita untuk melengkapi
imunisasi dasar anaknya.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapat penyuluhan tentang imunisasi, diharapkan ibu dapat
memahami tentang :
a. Pengertian imunisasi
b. Jenis dan tujuan imunisasi
c. Meknisme imunisasi
d. Efek samping imunisasi
e. Perawatan pasca imunisasi
f. Jadwal imunisasi
g. Tempat pelayanan imunisasi

C. METODE
Adapun metode yang digunakan untuk penyuluhan ini yaitu sebagai berikut.
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

D. MEDIA DAN ALAT


Adapun media dan alat yang digunakan untuk penyuluhan ini yaitu sebagai
berikut.
1. Poster
E. MATERI PENYULUHAN
(Terlampir)

F. PENGORGANISASIAN
Pembimbing klinik : Bdn. I D A Dwi Apneni, S.ST.Keb
Pembimbing institusi : Nyoman Ayu Desy Sekarini, S.S.T.M.keb
Ns. I Dewa Agung Gde Fajar, M.kep

Moderator : Ni Cening Ayu Restiana Dewi


Penyaji & Fasilitator : Desak Kadek Ari Purnami & Luh Eka Purnama yanti

G. PROSES PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN
PESERTA
1 3 menit Pembukaan: 1. Menjawab salam
1. Memberi salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memberi respon
3. Menjelaskan tujuan dari 4. Menyetujui kontrak
penyuluhan waktu
4. Melakukan kontrak waktu
2 10 menit Pelaksanaan: 1. Mendengarkan
1. Menjelaskan dan menguraikan 2. Memberi respon
materi tentang: 3. Menjawab
a. Pengertian imunisasi 4. Bertanya
b. Jenis dan Tujuan Imunisasi
c. Meknisme imunsasi
d. Efek samping imunissi
e. Perwatan pasca imunisasi
f. Jadwal Imunisasi
g. Tempat pelayanan imunisasi.
3 5 menit Evaluasi:
1. Memberikan kesempatan 1. Menjawab
kepada perserta untuk bertanya pertanyaan
2. Mengajukan pertanyaan secara
lisan
4 2 menit Penutup: Menjawab salam
1. Mengucapkan terimakasih
2. Menutup dengan salam penutup
(Lampiran)

IMUNISASI DASAR LENGKAP


1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Kemenkes,2017). Imunisasi adalah suatu proses
untuk membuat suatu sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi
mikroorganisme (bakteri atau virus) yang dapat menyebabkan infeksi
sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang
tubuh kita (Marmi & Kukuh, 2015).
2. Tujuan pemberian imunisasi
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Polio, Hepatitis B, Pertusis,
Difteri, Haemophilus Influenzae Tipe B, Campak Dan Tetanus. (PD3I).
3. Jenis Imunisasi
a. Imunisasi Dasar
1. Hepatitis B (HB-0)
 Pengertian
Imunisasi Hepatitis B0 merupakan pelayanan pemberian
Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mencegah penyakit
hepatitis B, yaitu infeksi hati yang dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati.
 Waktu pemberian imunisasi
dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya interval minimum
4 minggu (1 bulan). Dengan memberikan vaksin hepatitis B
dalam waktu cepat setelah dilahirkan bisa membantu melindungi
bayi dari virus yang sampai saat ini sulit disembuhkan. Virus
hepatitis B ini biasanya menyebar melalui kontak darah atau
cairan tubuh lainnya.
Virus hepatitis B sangat mudah menular dan dapat bertahan
hidup selama 1 minggu hingga berbulan-bulan di luar tubuh.
Salah satu penyebab penularannya adalah dari ibu penderita
hepatitis B kepada bayinya saat dalam kandungan atau
dilahirkan.
 Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di
sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah 2 hari.
 Perawatan pasca imunisasi
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI).
- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam
(maksimal 6 kali dalam 24 jam).
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

2. Vaksin BCG
 Pengertian: Vaksin BCG salah satu vaksin untuk mencegah TB
atau tuberculosis, yang disebabkan oleh infeksi
bakteri mycobacterium tuberculosis.
 Tujuan :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.
 Waktu pemberian
sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin
sebelum bayi berumur 1 bulan. Jika anak terlambat melakukan
imunisasi BCG yang seharusnya diberikan sebelum usia 3 bulan,
maka harus dilakukan uji tuberkulin untuk mengetahui apakah
bayi sudah terkena bakteri TBC. Imunisasi bisa diberikan bila
hasil tes tuberkulin terbukti negatif.
 Efek samping
- Efek samping yang paling sering dijumpai adalah munculnya
benjolan atau bekas luka kecil pada kulit bekas suntik.
- 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan
timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan
dapat terjadi ulserasi dalam waktu.
- 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10 mm.
 Perawatan pasca imuisasi :
- Jaga kebersihan bagian yang disuntik
- Pakai air hangat dan bersih saat hendak membersihkan
bagian itu
- Hindari penggunaan salep, krim, atau obat antiseptic
- Bekas suntikan tak boleh diplester, melainkan harus dijaga
selalu kering
- Bila perlu, gunakan perban yang kering dengan plester
untuk menjaganya tetap menempel pada kulit
- Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin
membesar anjurkan orangtua membawa bayi ke ke tenaga
kesehatan.
3.Vaksin DPT – hB – hIB
 Pengertian : Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6
penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT), Hepatitis B
(HB, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang
selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hemophilus
Influenz ipe B (HIB).
 Waktu pemberian
Tiga imunisasi DPT pertama diberikan pada usia 2 bulan, 3
bulan, dan 4 bulan. Imunisasi yang ke-4 diberikan pada saat
usia anak 18 bulan, dan pemberian terakhir pada usia 5 tahun.
Anak akan menerima dosis satu suntikan setiap jadwal
imunisasi.
 Efek samping
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam
sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti
demam tinggi, rewel, dan menangis dengan nada tinggi dapat
terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
 Perawatan pasca imunisasi
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau sari buah).
- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam).
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
- Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
4. Oral Polio Vaccine (OPV)
 Pengertian
Vaksin polio tetes atau OPV (Oral Poliomyelitis Vaccine)
merupakan vaksin yang diberikan secara oral atau diteteskan ke
mulut untuk mencegah penyakit Poliomielitis (polio).
Poliomielitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus polio. Virus tersebut dapat menyerang sistem saraf dan
dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian
 Waktu pemberian
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu
 Efek samping
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti
biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang.
 Perawatan pasca imunisasi
Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.
5.Inactive Polio Vaccine
 Pengertian
Imunisasi IPV atau inactivated poliovirus vaccine merupakan
salah satu vaksin untuk mencegah polio.
 Tujuannya,
untuk melindungi tubuh dari kondisi paralytic poliomyelitis.
Paralisis adalah gejala paling parah yang terkait dengan polio,
karena dapat menyebabkan kecacatan permanen dan kematian.
 Waktu pemberian
IPV dapat diberikan pada usia 4 bulan. Imunisasi IPV bekerja
dengan cara menghasilkan antibodi di dalam darah untuk
menangkal virus polio.
Cara kerja imunisasi IPV adalah, antibodi yang telah terbentuk
dapat melawan virus tersebut dan mencegah ke sistem saraf
pusat.
Oleh karena itu, tubuh pun terlindung dari kelumpuhan akibat
polio.
 Efek samping
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan,
indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah
penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
 Perwatan pasca imunisasi
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI).
- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
6.MR
 Pengertian
Vaksin MR atau Measles and Rubella vaccine adalah vaksin
untuk mencegah measles (campak) dan rubella (campak Jerman).
Campak dan rubella disebabkan infeksi virus yang berbeda,
tetapi sama-sama bisa menular melalui udara yang
terkontaminasi virus.
 Waktu pemberian imuisasi
Vaksin MR (measles dan rubella) wajib diberikan kepada anak
mulai dari usia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun.
 Efek samping
Vaksin MR aman dan jarang menimbulkan efek
samping berbahaya. Namun, pada beberapa orang bisa muncul
keluhan, seperti demam, ruam, bengkak, atau nyeri di area
penyuntikan.
 Perawatan pasca imunisasi
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI).
- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
- Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
7. pneumococcal conjugate vaccine (PCV)
 Pengertian
Vaksin PCV atau pneumococcal conjugate vaccine adalah
vaksin yang dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri pneumokokus, penyebab penyakit berbahaya seperti
meningitis dan pneumonia. Untuk melindungi diri dan
keluarga dari penyakit tersebut, pemberian vaksin PCV bisa
dilakukan sebagai salah satu bentuk langkah pencegahan yang
tepat.
 Waktu pemberian
Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk anak sasaran
bayi 2 bulan, 3 bulan dan 12 bulan.
 Efek samping
pemberian vaksin PCV juga dapat menimbulkan efek samping
berupa demam serta nyeri, kemerahan, dan bengkak di lokasi
suntik. Efek samping ini tergolong ringan dan bisa membaik
dengan sendirinya.
 Perawatan pasca imunisasi
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI).
- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
- Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
8. Japanese Encephalitis (JE)
 Pengertian
Vaksin JE adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah
penyakit radang otak (ensefalitis) yang disebabkan oleh virus
Japanese Encephalitis dan ditularkan oleh nyamuk.
 Waktu pemberian
Imunisasi Je dapat di berikan pada usia 10 bulan.
 Efek samping
Efek Samping yang terjadi minimal dapat berupa nyeri,
bengkak ringan dan kemerahan di lokasi suntikan. Dapat juga
berupa demam ringan, muntah, menangis berlebihan,
mengantuk, kehilangan nafsu makan dan rewel yang akan
menghilang dalam 2-3 hari.
 Perawatan pasca imunisasi
- Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI).
- Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
- Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
- Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4
jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
- Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
- Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
9. DPT-HIB-HB lanjutan dan Campak-rubella lanjutan
Sementara Setelah imunisasi, antibodi anak akan meningkat. Tetapi
suatu saat antibodi tersebut akan turun lagi, sehingga harus
diberikan imunisasi ulangan (booster). Tujuannya agar antibodi
akan meningkat kembali sehingga anak tidak mudah terserang
penyakit. untuk pemberian imunisasi tambahan (booster) berupa:
- Imunisasi pentabio pada usia 18 bulan.
- Imunisasi campak rubella pada usia 18 bulan.
b. Jadwal Imunisasi

Umur Jenis imunisasi

< 24 jam Hepatitis B

1 bulan BCG, OPV 1

2 bulan DPT-Hb-HIB 1, OPV 2, PCV 1

3 bulan DPT-Hb-HIB 2, OPV 3, PCV 2

4 bulan DPT-Hb-HIB 3, OPV 4, PCV 3

9 bulan Campak / MR

10 bulan JE
18 bulan DPT-Hb-HIB Campak Lanjutan

c. Kondisi yang tidak diperbolehkan imunisasi


Umumnya, anak dengan kondisi berikut ini masih boleh mendapat
imunisasi:
- Demam ringan, kurang dari 38 derajat Celcius
- Infeksi telinga
- Diare ringan
- Batuk atau pilek
- Sedang mengonsumsi antibiotic
Meski pemberian imunisasi bisa menyebabkan efek samping, seperti
demam atau nyeri di tempat suntikan, imunisasi tidak memperburuk
kondisi anak yang sakit ringan.
Anak yang sakit ringan masih diperbolehkan mendapat imunisasi. Namun,
jika anak menderita sakit yang cukup serius, baik disertai demam atau tidak,
imunisasi tentunya harus ditunda sampai anak dalam keadaan baik.
Beberapa kondisi yang membuat imunisasi pada anak harus ditunda antara
lain:
1. Imuniasasi pada anak sebaiknya ditunda jika anak mengalami demam
tinggi hingga lebih dari 38 derajat Celsius.

4. Tempat pelayanan imunisasi


a. Posyandu
b. Puskesmas
c. Bidan atau Rumah Bersalin atau dokter
d. Rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan , 22-89. Soedjatmiko, M. N. (2020)


Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2016
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indo
nesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Marmi, Rahardjo,(2015). Asuhan neonatus, Bayi, balita dan Anak prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyati, E., Keb, M., Ratnaningsih, E., Fia Sofiati, S. S. T., Saputro, H., MKM,
A., ... & Sopandy, D. (2014). Buku Ajar Imunisasi.
Ranuh et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi kelima. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014

Anda mungkin juga menyukai