Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Ketut Espana Giri, S.ST., M.Kes

Oleh :

Nama : Siska Ayu Nadi

Nim : 2006091061

Kelas : 1C

Absen : 18

PRODI D3 KEBIDANAN
JURUSAN ILMU KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2021

PEMBAHASAN

1. Perubahan adaptasi dan fisiologis pada ibu pasca persalinan artikel pertama
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.Masa nifas
(puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 3 bulan

 Tujuan Asuhan Masa Nifas


1.Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik secara fisik maupun psikologis.
2.Melaksanakan screening yang komprehensif, mendeteksi adanya
masalah,mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3.Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi,KB, menyusui ataupun pemberian imunisasi bayi, dan perawatan bayi
sehat
4.Memberikan pelayanan KB.

 Tahapan Masa Nifas


1.Puerperium dini: waktu 0-24 jam post partum, yaitu kepulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.Puerperium intermedial: waktu 1-7 hari post partum, yaitu kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.Remote puerperium: waktu 1-6 minggu post partum.,waktu yang
diperlukan.untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan dan tahun.

 Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1. Uterus
Proses involusio adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Proses involusi uterus menurut (Nanny dan
Sunarsi,2011) adalah:
a) Lochea
Lochea adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa
nifas.Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat,
dan volumenya berbeda-beda pada setiap ibu. Lochea mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu
dan warnanya di antaranya sebagai berikut (Nanny dan Sunarsih, 2011).
1) Lochea rubra/ merah
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa post
partum.Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah, jaringan sisa
desidua basalis, lemak bayi, lanugo, mekonium.
2) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh
plasma darah, pengeluarannya pada hari ketiga sampai hari kelima hari
postpartum.
3) Lochea serosa
Lochea ini muncul pada hari kelima samapai hari kesembilan
postpartum.Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan.
4) Lochea alba
Lochea ini muncul lebih dari hari kesepuluh postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
2. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks adalah bentuk serviks agak menganga
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Muara serviks yang berdilatasi
sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap.
Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam,
hanya dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke-6 post partum serviks sudah
menutup kembali
3. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.
4. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-
5,perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur seperti sebelum hamil.

2. Perubahan adaptasi dan fisiologis pada ibu pasca persalinan artikel kedua

Masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat


kandungan yang lamanya 6 minggu.Masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandugan kembali seperti pra hamil, lama nifas 6-8
minggu.
 Perubahan Sistem Reproduksi
1. Perubahan pada Uterus
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
o Autolysis
yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil
akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan
tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
o Aktifitas otot-otot
yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak
berguna.Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan peredaran darah
uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan
sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
o Ischemia
yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.
o Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi
dan retraksi otot-ototnya.
o Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium
baru dibawah permukaan luka.Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka
dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira
berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya
mengecil.Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm.
Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran,tempat melekatnya plasenta
biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis
yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.
o Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
o Lokhia
Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya
discharge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia.Secara
mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel – sel
epitel,dan bakteri.
Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan
pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil
dari rongga uterus.
Jenis – jenis Lochea :
• Lochea rubra ( cruenta): berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban,
sel- sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari
pasca persalinan.
• Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.
• Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari ke
7 sampai ke-14 pasca persalinan.
• Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
• Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk.
• Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
o Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan,sisa desidua berdiferensiasi
menjadi dua lapisan.Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas
lokhia.Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh
dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium
terbentuk dari proliferasi sisa –sisa kelenjar endometrium dan stroma
jaringan ikat antar kelenjar tersebut.Proses regenerasi endometrium
berlangsung cepat, kecuali pada tempat melekatnya plasenta. Dalam satu
minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi tertutup oleh epitel dan
seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
o Sub Involusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya
retardasi involusi,proses yang normalnya menyebabkan uterus
nifas kembali ke bentuk semula.Proses ini disertai pemanjangan masa
pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau irregular
dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual,
uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal untuk periode
nifas tertentu.Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi
potongan plasenta dan infeksi pamggul.
 Perubahan pada Vagina & Vulva
a. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
b. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal
hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
 Perubahan Sistem Pencernaan

Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal.


Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak
tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum
melahirkan diberikan enema.Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan ke belakang.

 Perubahan Sistem musculoskelet/diastasis rectie abdominis

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil


berlangsung secara terbalik pasca masa pascapartum.Adaptasi ini
mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan
perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.Stabilisasi sendi
lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita
melahirkan.Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal
sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah
melahirkan.
a. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada
wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis
sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau
berdiri atau mengejan.
b. Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar
dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan
yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding
abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.

3.Perubahan adaptasi dan fisiologis pada ibu pasca persalinan artikel ketiga

A. Sistem Integumen

Klosasma kehamilan (topeng kehamilan) biasanya menghilang pada akhir


kehamilan. Hiperpigmentasi areola dan linea nigra mungkin tidak akan
menghilang sepenuhnya setelah melahirkan. Beberapa wanita akan
mempunyai wama yang lebih gelap secara permanen pada area tersebut.
Strinea gravidarium (stretch marks) di payudara, abdomen, panggul, dan paha
akan memudar tapi biasanya tidak menghilang.Abnormalitas pembuluh darah
seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis secara umum akan
menghilang sebagai renspons terhadap penurunan estrogen yang cepat setelah
melahirkan. Untuk beberapa wanita spider nevi akan menetap Pertumbuhan
rambut akan menjadi lambat pada periode postpartum. Beberapa wanita dapat
mengalami rambut rontok karena rambut yang rontok sementara lebih banyak
daripada rambut yang tumbuh. Rambut-rambut halus yang banyak pada saat
hamil akan menghilang setelah melahirkan. Meski demikian, rambut yang
kasar yang muncul selama kehamilan biasanya menetap. Kuku akan kembali
ke konsistensi dan kekuatannya seperti sebelum hamil.Perubahan pada sistem
integumen yang paling terlihat adalah munculnya keringat berlebih.

B. Sistem Respirasi

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut


nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa
post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
Pembahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali
hampir seperti sediakala dalam 24 minggu setelah persalinan.

C. Sistem Endokrin

1. Hormon plasenta

Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar


pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon
yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental
lactogen (Hpl), estrogen, dan kortisol, serta placental enzyme insulinase
membalik efek diabetegenik kehamilan, sehingga ladar gula darah menurun
secara yang bermakna pada masa puerperium. Ibu diabetik biasanya
membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama beberapa
hari. Karena perubahan hormon normal ini membuat masa puerperium
menjadi suatu periode transisi untuk metabolisme karbohidrat, interprestasi tes
toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.Kadar estrogen dan progesteron
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar. kadar terendahnya dicapai
kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan
dengann pembengkakan payudata dan diuresis cairan ekstraselular berlebih
yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah setelah
melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
pascapartum hari ke-17.

2. Homon Hipofisis dan Fungsi Ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan oovulasi. Karena kadar follicle-
stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH
ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).Kadar prolaktin meningkat
secara progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar
prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes,
1991). Kadar prolaktin serum dipengaruhi leh kekerapan menyusui, lama
setiap kali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan.
Perbedaan individual dalam kekuatan mengisap kemungkinan juga
mempengaruhi kadar prolaktin. Hal ini memperjelas bukti bahwa menyusui
mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil
dalam dua minggu.Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni
dalam 27 hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari
pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari
(Bowes, 1991). Di antara wanita yang menyusui, 15 % mengalami menstruasi
dalam enam minggu dan 45% dalam 12 minggu. Di antara wanita yang tidak
menyusui, 40% mengalami menstruasi dalam enam minggu, 65% dalam 12
minggu, dan 90% dalam 24 minggu Pada wanita menyusui, 80% siklus
menstruasi pertama tidak mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak
menyusui, 50% siklus pertama tidak mengandung ovum (Scott, dkk;
1990).Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak
daripada normal. Dalam tiga sampai empat siklus, jumlah cairan menstruasi
wanita kembali seperti sebelum hamil.

3. Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap kala
III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu
uterus kembali kebentuk normal.

4. Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari


bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovanum yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol
ovanum kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang
normal, pertumbuhan folikel ovulasi dan menstruasi.

5. Estrogen dan progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya


secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang
tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah.
Disamping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat mempengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari 3 artikel diatas yaitu Periode Postpartum adalah jangka waktu
lahirnya bayi dengan kembalinya organ reproduksi seperti semula. Pada masa ini
banyak terjadi perubahan yang di alami oleh wanita postpartum pada beberapa
sistem seperti integument, respirasi dan endokrin. Perubahan-perubahan tersebut
ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena itu, tenaga kesehatan
khususnya perawat harus mampu mengetahui dan memahami dengan baik
mengenai perubahan tersebut. Hal ini dapat membantu perawat dalam
menentukan tindakan keperawatan dan pemberian pendidikan kesehatan yang
tepat bagi ibu postpartum.

DAFTAR PUSTAKA

http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1304/4/BAB
%202%20PAKSI.pdf http://bidan.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/08/1.-
Perubahan-Fisiologi-Nifas.pdf
https://www.academia.edu/31953885/MAKALAH_SISTEM_REPRODUKSI_Peruba
han_Adaptasi_Fisiologis_pada_Masa_Popstpartum

Anda mungkin juga menyukai