Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas atau postpartum adalah periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6
minggu walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis.

Pada masa ini perubahan yang terjadi tidak hanya secara fisiologis maupun
sosiokultural, tetapi juga psikologi. Perubahan kompleks pada ibu postpartum atau setelah
proses persalinan memerlukan penyesuaian terhadap diri dengan pola hidup dan kondisi
setelah proses tersebut (Prawihardjo, 2013). Beberapa dari perubahan tersebut mungkin
hanya sedikit mengganggu “ibu baru” walaupun komplikasi serius juga dapat terjadi
(Cuninghamet al., 2013).

Masa nifas terjadi perubahan-perubahan anatomi fisiologi pada payudara ibu.


Perubahan fisiologis terjadi sangat jelas walaupun dianggap normal. Banyak faktor yang
mempengaruhi termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan
perawatan. Dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan, baik dokter, perawat ikut
membentuk respon yang baik terhadap ibu dan bayi selama masa nifas ini.

Masa nifas atau setelah proses persalinan tepatnya setelah plasenta keluar maka
timbul rangsangan untuk memicu laktasi. Laktasi didukung oleh dua jenis hormon yang
sangat penting yaitu prolaktin dan oksitosin. Fungsi prolaktin yaituuntuk menghasilkan
produksi air susu yang bekerja di epitel alveolus. Sedangkan oksitosin berperan dalam
pengeluaran susu. Pengeluaran kedua hormon tersebut dirangsang oleh hisapan bayi pada
puting payudara saat menyusui. Semakin sering menyusui akan memperlancar pengeluaran
kedua hormon tersebut. Setiap ibu menghasilkan air susu yang disebut ASI sebagai ini
merupakan makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses
menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM
yang berkualitas. Selain itu dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan
perkembangan jasmani, emosi dan spiritual yang baik dalam kehidupannya (Soleha, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas pada Uterus ?
2. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas pada Vulva dan Vagina ?
3. Bagaiman perubahan fisiologis masa nifas pada system pencernaan?
4. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas pada system musculoskelef/diastasis
rectie abdominis?
5. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas pada system endokrin ?
6. Bagaimana perubahan fisiologis masa nifas pada system kardiovaskuler?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas pada uterus
2. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas pada Vulva dan Vagina
3. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas pada Sistem pencernaan
4. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas pada system musculoskelef/diastasis
rectie abdominis
5. Mengetahui perubahan fisiologis masa nifas pada Sistem endokrin
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandugan kembali seperti prahamil, lama nifas 6-8 minggu.

B. Perubahan Sistem Reproduksi


1. Perubahan pada Uterus
a. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum
hamil.

Proses involusi terjadi karena adanya

- Autolysis
Yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan
menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian
dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
- Aktifitas otot-otot
Yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otototot setelah anak lahir yang diperlukan
untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan
berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi
menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
- Ischemia
Yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot
uterus. Involusi pada alat kandungan meliputi: Uterus Setelah plasenta lahir uterus
merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya

Berat Diameter bekas


Involusi TFU Keadaan Cervix
Uterus melekat Plasenta
Setelah plasenta Lembik
Sepusat 1000 gr 12.5 cm
lahir
Pertengahan
1 minggu 500 gr 7.5 cm Dapat dilalui 2 jari
pusat Symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2.5 cm
minggu
8 minggu normal 30 gr

- Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut
karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka.
Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran
sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu
kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm
Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta
biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang
selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.

- Perubahan pembuluh darah rahim


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri
harus mengecil lagi dalam masa nifas.

- Lokhia
Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya
discharge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secara mikroskopis,
lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme
ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga
ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus.

Jenis – jenis Lochea :

 Lochea rubra ( cruenta): berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel
desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari pascapersalinan.
 Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-3
sampai ke-7 pascapersalinan.
 Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada hari ke-7 sampai
ke-14 pascapersalinan.
 Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.
 Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
 Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

b. Regenerasi Endometrium

Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasi menjadi
dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum
basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan
endometrium baru.

Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium dan stroma
jaringan ikat antar kelenjar tersebut. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat,
kecuali pada tempat melekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas
menjadi tertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.

c. Sub Involusi

Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi


involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula.
Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang
berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat

Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding
normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain
retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul

2. Perubahan pada Vagina dan Vulva


a. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap berada dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.

b. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan
sebelum melahirkan.

3. Perubahan Sistem Pencernaan

Kerapkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami
penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat
menghalangi keinginan ke belakang

4. Perubahan Sistem musculoskelet/ diastasis rectie abdominis

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik padsa masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita
melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal sebelum hamil, kaki
wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan.

a. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadangkadang pada wanita yang asthenis
terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di
garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini
menonjol kalau berdiri atau mengejan.

b. Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan
mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie.
Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal
kembali dalam beberapa minggu

c. Striae
Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan
membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga
terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian
keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama
tonus otot kembali normal

d. Perubahan
Ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
e. simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan
penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidakmampuan
jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai
peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau saat berjalan.

f. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa
bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu
atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi
roda.

5. Perubahan Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron
turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam darah berangsurangsur hilang

6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal.

Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi
meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan
pada ambulasi dini.
Perubahan Tanda-Tanda Vital

Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan Normal Penemuan Abnormal


Tekanan darah < 140/90 Tekanan darah > 140/90
mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat persalinan
Tanda-tanda Vital
1-3 hari post partum
Suhu tubuh < 38oC Suhu > 38 oC
Denyut nadi: 60-100 X/menit Denyut nadi: >100 X/menit
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa nifas atau postpartum adalah periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6
minggu walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis.

Pada saat masa nifas terjadi beberapa perubahan, salahsatunya yaitu perubahan
fisiologis. Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas yaitu perubahan pada uterus,
vulva dan vagina, system pencernaan, pada system musculoskelef/diastasis rectie abdominis
dan pada Sistem endokrin.

Anda mungkin juga menyukai