Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

Dosen Pembimbing :

Ns. Hanik Rohmah I,M.Kep,Sp.Mat

Disusun Oleh :
DEBY MULIA SEPHIRA
11191016
REGULLER 12 A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TA 2019/2020

1. PENGERTIAN
Post-partum atau masa nifas disebut juga Puerperium yang berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata Puer yang berarti bayi dan Parous yang berarti melahirkan. Masa
nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran. Namun secara
populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi
kehamilan normal (Hughes, 1972 dalam Chunnigham, 2006).
Pendarahan postpartum adalah kehilangan darah antara 500 ml atau lebih selama
bersalin ataupun masa nifas. Pendarahan post partum pada 24 jam pertama
menyebabkan kematian sebesar 45%, 68%-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir,
dan 82%-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir . Penyebab pendarahan
postpartum yaitu 4T (Tonus, Tissu, Trauma, dan Trombin). Penyebab lain pendarahan
post partum antara lain oleh plasenta previa, retensio plasenta, atonia uteri, inversio
uteri, ruptur uteri, kehamilan ektopi, abortus, dan laserasi jalan lahir (Prawirohardjo,
2010).Post-Partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa postpartum berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha,2013)
Post-partum atau masa nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42
hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada
ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurangkurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal
yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari
ke-4 sampai dengan hari ke- 28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan
hari ke-42 pasca persalinan (Ambarwati E,R,Diah,W,2010).

2. TAHAPAN-TAHAPAN MASA POST-PARTUM

Tahapan-Tahapan Masa Post-Partum Pada masa nifas ini dibagi menjadi 3 tahapan
menurut Bobak (2004) yaitu :

1.Peurperium dini (immediate puerperium) Pada waktu 0-24 jam post-partum, yaitu
masa kepulihan yang dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan juga berjalan-jalan.

2. Puerpurium intermedial (early puerperium) Pada waktu 17 hari post-partum, yaitu


masa dimana kepulihan secara menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6-8 minggu.

3. Remote puerperium (later puerperium) Pada waktu 1-6 minggu post-partum, yaitu
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna
terutama bila selama hamil atau pada waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

3. PATOFISIOLOGI
ADAPTASI FISIOLOGIS:
1. Perubahan pada sistem Reproduksi

1. Uterus lanugo, meconium berlangsung


Setelah plasenta lahir, uterus 2 hari postpartum.
akan mulai mengeras karena b Lokia Sanguilenta berwarna
kontraksi dan rektraksi otot- merah kuning berisi darah dan
ototnya. Uterus berangsur-angsur 6 ensit berlangsung 3-7 hari
mengecil sampai keadaan sebelum postpartum.
hamil. Involusi atau pengurutan c Lokia Serosa berwarna kuning
uterus merupakan suatu proses karena mengandung serum,
dimana uetus kembali ke kondisi jariangan desidua, leukosit dan
sebelum hamil dengan berat sekitar eritrosit berlangsung 7-14 hari
60 gram. Proses ini dimulai segera post-partum.
setelah plasenta lahir ekibat
3. Endometrium
kontraksi otot-otot polos uterus.
Perubahan normal pada uterus Perubahan terjadi dengan

selama post-partum. timbulnya thrombosis, degenerasi

2. Lochea dan nekrosis ditempat implantasi

Yaitu cairan/ secret berasal dari plasenta. Bekas implantasi plasenta

kavum uteri dan vagina selama karena kontraksi sehingga

post-partum (Siti menonjol ke kavum uteri, hr 1

Soleha,2009).Lochea adalah endometrium tebal 2,5 mm,

eksresi cairan rahim selama masa endometrium akan rata setealah

nifas. Lochea mengandung darah hari ke3.

dan sisa jaringan desidua yang


nekrotik dari dalam uterus. Berikut
ini beberapa jenis lokia :
a Lokia Rubra berwarna merah 4. Serviks
karena berisi darah segar dan
Setelah persalinan serviks
sisa-sisa selaput ketuban,
menganga, setelah 7 hari dapat
desidua, verniks kaseosa,
dilalui 1 jari, setelah 4 minggu proses persalinan dan akan kembali
rongga bagian luar kembali normal. secara bertahap dalam 6-8 minggu
Serviks menjadi lunak segera post-partum. Segera setelah
setelah ibu melahirkan 18 jam melahirkan, perineum menjadi
setelah pasca partum, serviks kendur karena sebelumnya
memendek dan konsistensinya terenggang oleh tekanan kepala
menjadi padat dan kembali ke bayi yang bergerak maju.
bentuk semula. Warna serviks Perubahan pada perineum pasca
sendiri berwarna kehitam-hitaman melahirkan terjadi pada saat
karena penuh pembuluh darah, perineum mengalami robekan,
bentuknya seperti corong karena pada post-natal hari ke 5, perineum
disebabkan oleh korpus uteri yang sudah mendapatkan kembali
mengadakan kontraksi, sedangkan sebagian besar tonusnya sekalipun
serviks tidak berkontraksi sehingga tetap lebih kendur dari pada
pada perbatasan antara korpus uteri keadaan sebelum melahirkan.
dan servik terbentuk cincin
6. Mamae/ Payudara
5. Vulva,Vagina dan Perineum
Semua wanita yang telah
Vagina secara berangsur- melahirkan proses laktasi terjadi
angsur luasnya berkurang tetapi secara alami. Ada 2 mekanisme :
jarang sekali kembali seperti produksi susu, sekresi susu atau let
ukuran nullipara, hymen tampak down. Selama kehamilan jaringan
sebagai tonjolan jari gan yang kecil payudara tumbuh dan menyiapkan
dan berubah menjadi karunkula fungsinya mempersiapkan
mitiformis. Minggu ke 3 rugae makanan bagi bayi. Pada hari
vagina kembali. Perineum yang ketiga setelah melahirkan efek
terdapat laserasi atau jahitan serta proklatin pada payudara mulai
udem akan berangsur-angsur pulih dirasakan, sel acini yang
sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. menghasilkan ASI mulai berfungsi.
Oleh karena itu vulva hygiene Ketika bayi menghisap putting,
perlu dilakukan. Vulva dan vagina oksitosin merangsang ensit let
mengalami penekanan serta down (mengalirkan) sehingga
peregangan yang besar selama menyebabkan ejeksi ASI.

2. Perubahan pada sistem Pencernaan


Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan
pada waktu persalinan. Dehidrasi, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan
lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau
makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

3. Perubahan pada sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama post melahirkan.
Kadangkadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphinter ani selama
persalinan. Kadang-kadang edema dari triogonium menimbulkan obstruksi
dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine, kandung kemih dalam
puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine
residual. (normal kurang lebih 150cc).

4. Perubahan pada sistem Musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu


persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi,
karena rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit
dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil,
dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan
dibantu dengan latihan.

Perubahan endokrin yaitu :

a) Hormon plasenta Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang
besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon
yang diproduksi oleh plasenta.ahormon plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan.

b) Hormon pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hormon oksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama
tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta
dan mencegah perdarahan.

5. Perubahan Tanda-tanda Vital

a. Suhu badan

Dalam 24 jam post-partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oc – 38oc) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan dan kelelahan apabila
keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik
lagi karena ada pembendungan asi, buah dada akan menjadi bengkak berwarna
merah karena ada banyak asi bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
endometrium, mastitis, traktus urognitalis atau sistem lain.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan


biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah
abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum
tertunda.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah kemungkina tekanan darah akan rendah setelah


melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post-partum
menandakan terjadinya prekeklamsi post-partum.

d. Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal maka pernapasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan kusus di saluran pernapasan . Perubahan pada
sistem kardiovaskuler pada persalian pervagina akan kehilangan darah sekitar 300-
400 cc. Bila kelahiran melalui Section Caesaria (SC) kehilangan darah akan dua kali
lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi. Apabila
persalinan pervagina haemokonsentrasi akan naik dan pada SC haemokonsentrasi
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4 – 6 minggu.
ADAPTASI PSIKOLOGIS:

Perubahan sistem reproduksi post-partum yaitu: Masa nifas adalah masa 2


jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Waktu yang tepat
dalam rangka pemulihan post-partum adalah 2-6 jam, 2 jam 6 hari, 2 jam 6
minggu atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari, 6 minggu. Menjadi orang tua
adalah krisis dari melewati masa transisi menurut Marmi (2012). Penyesuaian
psikologi pada masa nifas menurut Reva Rubbin 1960 dalam (Cuninngham, et
all, 2006) yang dibagi dalam 3 tahap yaitu :

a. Takking In (1-2 hari post-partum) : Pada fase ini dikenal dengan fase
ketergantungan yang dimana wanita menjadi sangat pasif dan sangat tergantung
serta berfokus pada dirinya sendiri. Pada fase ini juga ibu mengenang pengalaman
melahirkan yang baru saja ia alami. Untuk pemulihan, ibu perlu beristirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur.

b. Taking Hold (2-4 hari post-partum) : Pada fase ini disebut dengan fase
ketergantungan dan ketidaktergantungan. Pada tahap ini ibu khawatir akan
kemampuannya dalam merawat bayinya dan juga khawatir tidak mampu
bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Ibu berusaha untuk menguasai
kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui,
memberikan minum dan menggantikan popok. Pada tahap ini ibu sangat sensitif
akan ketidakmampuannya dan mudah tersinggung.

c. Letting Go : Tahap ini dimulai pada minggu ke lima sampai minggu ke enam dan
pada fase ini keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi. Ibu merawat bayinya
dengan kegiatan sehari-hari yang telah kembali.

4. TANDA & GEJALA / MANIFESTASI KLINIS


Tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
5. PATHWAY

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Jumlah darah lengkap HB/HT : mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek dari kehilangan darah pada pembedahan.
 Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.

7. PENALATAKSAAN
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post
partum adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
meingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu

8. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir menurut Eny dan Diah (2009). perdarahan dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Perdarahan post-partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri
2) Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab perdarahan
sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi postpartum.
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina
serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
apabila tidak segera diatasi. Menurut Prawirohardjo (2006) robekan jalan lahir atau
ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan
mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan
yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang besar, episitomi luas, ada
penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada penundaan antara persalinan dan
perbaikan episitomi.

b. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah
persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman
kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum.
Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril, luka robekan
jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan kebersihan daerah perineum yang kurang
terjaga.
Infeksi masa postpartum dapat terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain
pengetahuan yang kurang, gizi, pendidikan, dan usia :
1) Pengetahuan
Adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh
setiap manusia. Pengalaman yang didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri
maupun pengalaman yang didapat dari orang lain.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu karena
ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih rendah akan sulit untuk
menerima masukan dari pihak lain.
3) Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada orang tua
sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai darah yang
kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit penyerta seperti
diabetes melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda
dari pada usia tua.
4) Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya protein,
vitamin (terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga. Kolagen
adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein
yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat
mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka.

9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian data dasar klien
Meninjau ulang catatan prenatal dan intraoperative dan adanya indikasi untuk
kelahiran abnormal. Adapun cara pengumpulan data meliputi observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik yaitu mulai inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi.
2. Identitas Klien
 Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
Pendidikan, suku, Bahasa, yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk RS dan
jam, tanggal pengkajian, alamat, rumah.
 Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan, agama, Pendidikan,
suku.

3. Riwayat Keperawatan

 Riwayat Kesehatan
Yang harus dikaji antara lain keluhan utama saat masuk RS, factor-faktor yang
mempengaruhi, Adapun yang berkaitan dengan diagnose yang perlu dikaji adalah
peningkatan TD, eliminasi, mual/muntah, penambahan BB, edema, pusing, sakit
kelapa, nyeri epigastric.
 Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal care (ANC) dan imunisasi yang
diberikan pada ibu selama hamil.
 Riwayat Melahirkan
Yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus,
tipe melahirkan, analgetic, masalah jahitan pada perineum dan perdarahan.
 Data bayi
Yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan BB bayi. Kesulitan dalam
melahirkan, APGAR score untuk menyusui atau pemberan susu formula dan
kelainan kongenital yang tampak pada saat dilakukan pengkajian.
 Pengkajian masa post-partum yang dilakukan meliputi keadaan umum.
Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaran lochea, keadaan perineum,
abdomen, payudara, episiotomy, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap
bayi.

4. Pemeriksaan Fisik
5. TTV
Mengkaji TTV meliputi suhu, nadi, pernafasan dan TD selama 24 jam pertama masa
post partum.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma mekanis, edema / pembesaran
jaringan.
b) Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan dan kerusakan kulit, penurunan Hb.
c) Kurang pengetahuan b.d dengan kurang pemajanan.

11. INTERVENSI KEPERAWATAN


a) Dx : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d dengan trauma mekanis, edema /
pembesaran jaringan.
Tujuan : nyeri dapat hilang / berkurang setelah dilakukan Tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil :
1. Klien tampak rileks
2. Rasa nyaman nyeri dapat berkurang
3. Skala nyeri 1-2.
4. TTV normal

Rencana Tindakan :

1) Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan
catatan kelahiran.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy, perhatikan edema,
ekimosis, nyeri. Tekan local, eksudat purulent / kehilangan perlekatan
jahitan.
3) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama
setelah proses kelahiran.
4) Anjurkan relax dengan nafas dalam.
5) Inspeksi hemoroid pada perineum, anjurkan penggunaan kompres es
selama 20 menit setiap 4 jam.
b) Dx : Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan & kerusakan kulit, penurunan
Hb
Tujuan : resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi setelah dilakukan Tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan Teknik-teknik untuk menurunkan resiko atau
meningkatkan penyembuhan.
2. Menunjukan luka yang bekas dari drainage purulent bebas dari infeksi
dan karakteristik normal.

Rencana Tindakan :

1) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat tanda-
tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
2) Infeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam, perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, edema atau adanya laserasi.
3) Perhatikan frekuensi / jumlah berkemih.
4) Anjurkan klien mandi setiap hari dan ganti pembalut. Anjurkan klien
untuk menggunakan krim antibiotic pada perineum sesuai indikasi.
5) Berikan antipiretik.
c) Dx : Kurang pengetahuan b.d dengan kurang pemajanan / mengingat
Tujuan : pengetahuan dapat berubah setelah dilakukan Tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi, kebutuhan-
kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.
Rencana Tindakan :
1) Mengkaji kesiapan & motivasi klien utnuk belajar, bantu klien /
pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan.
2) Berikan rencana penyulujan tertulis dengan menggunakan format yang
distandarisasi atau ceklis.
3) Mengkaji keadaan fisik klien. Rencanakan sesi kelompok atau
individu.
4) Berikan / kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan
pasca partum lanjutan.
5) Demonstrasikan Teknik-teknik perawatan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Umu Qonitun1, Fitri Novitasari2, STUDI PERSALINAN KALA IV PADA IBU BERSALIN YANG
MELAKUKAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI RUANG MINA RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH TUBAN, JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018

Wahyuningsih Sri, Mahasiswi D3 keperawatan. Mei 2019. BUKU AJAR ASUHAN


KEPERAWATAN POST PARTUM DILENGKAPI DENGAN PANDUAN PERSIAPAN
PRAKTIKUM MAHASISWA KEPERAWATAN. Sleman : Penerbit Deepublish.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3.%20Chapter%202.doc.pdf

Rinata E., Rusdiyanti T., Sari A. P. Teknik menyusui posisi, perlekatan dan
keefektifan menghisap - studi pada ibu menyusui di rsud sidoarjo. Jurnal ilmiah
penelitian dan pengabdian masyarakat. (2016). 129-139

Anda mungkin juga menyukai