POST PARTUM
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
DEBY MULIA SEPHIRA
11191016
REGULLER 12 A
1. PENGERTIAN
Post-partum atau masa nifas disebut juga Puerperium yang berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata Puer yang berarti bayi dan Parous yang berarti melahirkan. Masa
nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran. Namun secara
populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu berikutnya saat terjadi involusi
kehamilan normal (Hughes, 1972 dalam Chunnigham, 2006).
Pendarahan postpartum adalah kehilangan darah antara 500 ml atau lebih selama
bersalin ataupun masa nifas. Pendarahan post partum pada 24 jam pertama
menyebabkan kematian sebesar 45%, 68%-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir,
dan 82%-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir . Penyebab pendarahan
postpartum yaitu 4T (Tonus, Tissu, Trauma, dan Trombin). Penyebab lain pendarahan
post partum antara lain oleh plasenta previa, retensio plasenta, atonia uteri, inversio
uteri, ruptur uteri, kehamilan ektopi, abortus, dan laserasi jalan lahir (Prawirohardjo,
2010).Post-Partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa postpartum berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha,2013)
Post-partum atau masa nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42
hari pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada
ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurangkurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal
yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari
ke-4 sampai dengan hari ke- 28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan
hari ke-42 pasca persalinan (Ambarwati E,R,Diah,W,2010).
Tahapan-Tahapan Masa Post-Partum Pada masa nifas ini dibagi menjadi 3 tahapan
menurut Bobak (2004) yaitu :
1.Peurperium dini (immediate puerperium) Pada waktu 0-24 jam post-partum, yaitu
masa kepulihan yang dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan juga berjalan-jalan.
3. Remote puerperium (later puerperium) Pada waktu 1-6 minggu post-partum, yaitu
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna
terutama bila selama hamil atau pada waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
3. PATOFISIOLOGI
ADAPTASI FISIOLOGIS:
1. Perubahan pada sistem Reproduksi
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama post melahirkan.
Kadangkadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphinter ani selama
persalinan. Kadang-kadang edema dari triogonium menimbulkan obstruksi
dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine, kandung kemih dalam
puerperium sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine
residual. (normal kurang lebih 150cc).
a) Hormon plasenta Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang
besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon
yang diproduksi oleh plasenta.ahormon plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan.
b) Hormon pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak
menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hormon oksitosin Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian
belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama
tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta. Kemudian
seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi, mengurangi tempat plasenta
dan mencegah perdarahan.
a. Suhu badan
Dalam 24 jam post-partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oc – 38oc) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan dan kelelahan apabila
keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik
lagi karena ada pembendungan asi, buah dada akan menjadi bengkak berwarna
merah karena ada banyak asi bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
endometrium, mastitis, traktus urognitalis atau sistem lain.
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal maka pernapasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan kusus di saluran pernapasan . Perubahan pada
sistem kardiovaskuler pada persalian pervagina akan kehilangan darah sekitar 300-
400 cc. Bila kelahiran melalui Section Caesaria (SC) kehilangan darah akan dua kali
lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi. Apabila
persalinan pervagina haemokonsentrasi akan naik dan pada SC haemokonsentrasi
cenderung stabil dan kembali normal setelah 4 – 6 minggu.
ADAPTASI PSIKOLOGIS:
a. Takking In (1-2 hari post-partum) : Pada fase ini dikenal dengan fase
ketergantungan yang dimana wanita menjadi sangat pasif dan sangat tergantung
serta berfokus pada dirinya sendiri. Pada fase ini juga ibu mengenang pengalaman
melahirkan yang baru saja ia alami. Untuk pemulihan, ibu perlu beristirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur.
b. Taking Hold (2-4 hari post-partum) : Pada fase ini disebut dengan fase
ketergantungan dan ketidaktergantungan. Pada tahap ini ibu khawatir akan
kemampuannya dalam merawat bayinya dan juga khawatir tidak mampu
bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Ibu berusaha untuk menguasai
kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan menyusui,
memberikan minum dan menggantikan popok. Pada tahap ini ibu sangat sensitif
akan ketidakmampuannya dan mudah tersinggung.
c. Letting Go : Tahap ini dimulai pada minggu ke lima sampai minggu ke enam dan
pada fase ini keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi. Ibu merawat bayinya
dengan kegiatan sehari-hari yang telah kembali.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jumlah darah lengkap HB/HT : mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek dari kehilangan darah pada pembedahan.
Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.
7. PENALATAKSAAN
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post
partum adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
meingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu
8. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir menurut Eny dan Diah (2009). perdarahan dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Perdarahan post-partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri
2) Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab perdarahan
sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi postpartum.
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina
serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
apabila tidak segera diatasi. Menurut Prawirohardjo (2006) robekan jalan lahir atau
ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan
mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan
yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang besar, episitomi luas, ada
penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada penundaan antara persalinan dan
perbaikan episitomi.
b. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah
persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman
kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum.
Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril, luka robekan
jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan kebersihan daerah perineum yang kurang
terjaga.
Infeksi masa postpartum dapat terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain
pengetahuan yang kurang, gizi, pendidikan, dan usia :
1) Pengetahuan
Adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh
setiap manusia. Pengalaman yang didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri
maupun pengalaman yang didapat dari orang lain.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu karena
ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih rendah akan sulit untuk
menerima masukan dari pihak lain.
3) Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada orang tua
sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai darah yang
kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit penyerta seperti
diabetes melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda
dari pada usia tua.
4) Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya protein,
vitamin (terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan tembaga. Kolagen
adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein
yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat
mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka.
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian data dasar klien
Meninjau ulang catatan prenatal dan intraoperative dan adanya indikasi untuk
kelahiran abnormal. Adapun cara pengumpulan data meliputi observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik yaitu mulai inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi.
2. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
Pendidikan, suku, Bahasa, yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk RS dan
jam, tanggal pengkajian, alamat, rumah.
Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan, agama, Pendidikan,
suku.
3. Riwayat Keperawatan
Riwayat Kesehatan
Yang harus dikaji antara lain keluhan utama saat masuk RS, factor-faktor yang
mempengaruhi, Adapun yang berkaitan dengan diagnose yang perlu dikaji adalah
peningkatan TD, eliminasi, mual/muntah, penambahan BB, edema, pusing, sakit
kelapa, nyeri epigastric.
Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau antenatal care (ANC) dan imunisasi yang
diberikan pada ibu selama hamil.
Riwayat Melahirkan
Yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus,
tipe melahirkan, analgetic, masalah jahitan pada perineum dan perdarahan.
Data bayi
Yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan BB bayi. Kesulitan dalam
melahirkan, APGAR score untuk menyusui atau pemberan susu formula dan
kelainan kongenital yang tampak pada saat dilakukan pengkajian.
Pengkajian masa post-partum yang dilakukan meliputi keadaan umum.
Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaran lochea, keadaan perineum,
abdomen, payudara, episiotomy, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap
bayi.
4. Pemeriksaan Fisik
5. TTV
Mengkaji TTV meliputi suhu, nadi, pernafasan dan TD selama 24 jam pertama masa
post partum.
Rencana Tindakan :
1) Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan
catatan kelahiran.
2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy, perhatikan edema,
ekimosis, nyeri. Tekan local, eksudat purulent / kehilangan perlekatan
jahitan.
3) Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama
setelah proses kelahiran.
4) Anjurkan relax dengan nafas dalam.
5) Inspeksi hemoroid pada perineum, anjurkan penggunaan kompres es
selama 20 menit setiap 4 jam.
b) Dx : Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan & kerusakan kulit, penurunan
Hb
Tujuan : resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi setelah dilakukan Tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan Teknik-teknik untuk menurunkan resiko atau
meningkatkan penyembuhan.
2. Menunjukan luka yang bekas dari drainage purulent bebas dari infeksi
dan karakteristik normal.
Rencana Tindakan :
1) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat tanda-
tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
2) Infeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam, perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, edema atau adanya laserasi.
3) Perhatikan frekuensi / jumlah berkemih.
4) Anjurkan klien mandi setiap hari dan ganti pembalut. Anjurkan klien
untuk menggunakan krim antibiotic pada perineum sesuai indikasi.
5) Berikan antipiretik.
c) Dx : Kurang pengetahuan b.d dengan kurang pemajanan / mengingat
Tujuan : pengetahuan dapat berubah setelah dilakukan Tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi, kebutuhan-
kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.
Rencana Tindakan :
1) Mengkaji kesiapan & motivasi klien utnuk belajar, bantu klien /
pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan.
2) Berikan rencana penyulujan tertulis dengan menggunakan format yang
distandarisasi atau ceklis.
3) Mengkaji keadaan fisik klien. Rencanakan sesi kelompok atau
individu.
4) Berikan / kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan
pasca partum lanjutan.
5) Demonstrasikan Teknik-teknik perawatan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Umu Qonitun1, Fitri Novitasari2, STUDI PERSALINAN KALA IV PADA IBU BERSALIN YANG
MELAKUKAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI RUANG MINA RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH TUBAN, JURNAL KESEHATAN Vol 11 No 1 Tahun 2018
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3.%20Chapter%202.doc.pdf
Rinata E., Rusdiyanti T., Sari A. P. Teknik menyusui posisi, perlekatan dan
keefektifan menghisap - studi pada ibu menyusui di rsud sidoarjo. Jurnal ilmiah
penelitian dan pengabdian masyarakat. (2016). 129-139