Anda di halaman 1dari 28

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MASA NIFAS

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas merupakan suatu fase setelah ibu melahirkan

dengan rentang waktu kira-kira 6 minggu. Masa nifas (puerperium)

di mulai setelah plasenta keluar sampai alat-alat kandungan

kembali normal seperti sebelum hamil. (Eni Purwanti 2012)

2. Tujuan asuhan masa nifas

Asuhan pada masa nifas di perlukan karena periode ini

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya terutama dalam 24

jam pertama.Adapun tujuan asuhan masa nifas normal di bagi dua

yaitu:

a. Tujuan Umum

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal

mengasuh anak

b. Tujuan Khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi.

7
8

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,

pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

Memberikan pelayanan keluarga berencana (Astutik Yuli Reni,

2015).

3. Tahapan masa nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap,yakni:

a. Puerperium dini

Suatu masa pemulihan di mana ibu di perbolehkan untuk

berdiri dan berjalan-jalan

b. Puerperium intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi

selama kurang lebih enam minggu

c. Remote puerperium

Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat kembali

dalam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama

hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi

4. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Involusi uterus

Involusi uterusatau pengerutan uterus merupakan suatu

proses di mana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.

proses involusi uterus adalah sebagai berikut:


9

1) Iskemia miometrium

Hal ini di sebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta

sehingga membuat uterus pengeluaran plasenta

sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan

menyebabkan serat atrofi.

2) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormon estrogen saat pelepasan plasenta

3) Autolysis

Merupakan prosespenghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan

memendekan jaringan otot yang telah mengendur hingga

panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya

5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama

kehamilan. Hal ini di sebabkan karena penurunan

hormon estrogen dan progesteron.

4) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan dan retraksi

otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah

yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke

uterus. Prosesini membantu untuk mengurangi situs atau


10

tempat implantasi plasenta serta mengurangi

pendarahan.

5) Perubahan vulva, vagina dan perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagian dan hilangnya rugaevagina

yang semula sangat teregang akan kembali secara

bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu

setelah bayi lahirrugae akan kembali sekitar minggu

keempat walaupun tidak akan menonjol pada wanita

multipara.

Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah

pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina,

kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus

(dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali

normal dan mentruasidi mulai lagi biasanya wanita di

anjurkan menggunakan pelumas larut air saat

melakukan hubungan seksual untuk mengurangi

nyeri.(Vivian Nanny Lia Dewi, Dkk, 2013)

b. Involusi tempat plasenta

Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan

luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri.

segera setelah plasenta lahir dengan cepat luka mengecil

pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada


11

akhir nifas 1-2 cm penyembuhan luka bekas plasenta khas

sekali.

Pada pemulaan nifas bekas plasenta mengandung

banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh

thombus, luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut.Hal

ini di sebabkan karena di ikuti pertumbuhan endometrium

baru di bawah permukaan luka.

Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi

plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar

endometrium ini berlangsung di dalam desidua basalis,

pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang

membeku pada tempat implantasi plasenta hingga

terkelupas dan tak di pakai lagi pada pembuangan lokia.

5. Perubahan ligamen

Setelah bayi lahir,ligamen dan diafragma pelvis fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan antara lain :

ligamentum rotundum menjadi kendor yangmengakibatkan

letak uterus menjadi retrofleksi : ligamen fasie, jaringan,

penunjang alat genitalia menjadi agak kendor.

6. Perubahan pada serviks

Segera setelah melahirkan,serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai dan berbentuk seperti corong. hal ini di sebabkan

korpus uteri berkontraksi sedangkan serviks berbentuk tidak


12

berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus dan serviks

uteri berbentuk cincin, warna serviks merah kehitaman karena

pembuluh darah.

Segera bayi di lahirkan tangan pemeriksa masih dapat di

masukan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jarisaja yang

dapat masuk oleh karena itu hiperpalpasi dan retraksi serviks

robekan serviks dapat sembuh.

7. Lochea

Lochea adalah ekskresicairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme

berkembang lebih cepat dari padat kondisi asam yang ada

pada vagina toilet.

Lochea mempunyai bau yang amis(anyir)meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap

wanita.lochea mengalami perubahan karena proses involusi,

pengeluaran lochea dapat di bagi menjadi 4 perbedaan sebagai

berikut:

a) Lochea Rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,sel

desidua,verniks caseosa,lanuga dan mekonium selama 1-3

hari pasca persalinan.


13

b) Lochea Sanguilenta

Berwarna putih bercampur merah berisi darah dan lendir

hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochea Serosa

Berwarna kekuningan/kecoklatan,lebih sedikit darah dan

lebih banyak serum jugaterdiri dari leokosit dan robekan

laserasi plasenta,pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochea Alba

Cairan putih,mengandung leokosit,selaput lendirserviks dan

serabutjaringan yang mati setelah >14 hari.

8. Payudara

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih di hambat oleh

kadar estrogen yang tinggi. pada hari kedua atau ketiga pasca

persalinan kadar estrogen dan progesteron turun drastis

sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan pada saat inilah

mulai terjadi seksresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini

terjadi perangsangan puting susu terbentuklah proklaktin

hipofisis sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks

pada ibu sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks

prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan puting

susu oleh isapan bayi.


14

a) Refleks prolaktin

Sewaktu menyusui ujung saraf peraba yang terdapat

pada puting susu merangsang rangsangan tersebut oleh

serabut afferent di bawa ke hipotalamus di dasar otak lalu

memangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan

hormone proklaktin ke dalam darah melalui sirkulasi

proklatin yang di sekresi dan jumlah susu yang di produksi

berkaitan dengan stimulus isapan yaitu frekuensi intensitas

dan lamanya bayi menghisap.

b) Refleks aliran(let down refelks)

Rangsangan yang di timbulkan oleh bayi saat menyusui

selain memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan

hormon prolaktin juga memengaruhi hipofise posterior

mengeluarkan hormon oksitosin di mana setelah oksitosin

di lepas ke dalam darah mengacu oto-otot polos yang

mengelilingi alveolidan duktulus berkontsertraksi sehingga

memeras air susu dari alveoli,duktulus dan sinus menuju

puting susu.

Refleks let down dapat di rasakan sebagai sensasi

kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun

tanda-tanda lain let down adalah tetesan pada payudara

lain yang sedang di hisap oleh bayi,refleks ini di pengaruhi

oleh kejiwaan ibu.(Elisabet Siwi Walyani, Dkk, 2015)


15

5. Adaptasi psikologi pada masa nifas

Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang

wanita merasa down banyak wanita merasa tertekan pada saat

setelah melahirkan sebenarnya hal tersebut adalah wajar.

perubahan peran seorang ibu semakin besar dengan lahirnya

bayi yang baru lahir dorongan perang seorang ibu dalam

menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu akan mengalami

fase-fase sebagai berikut:

1. Fase Taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang

berlangsung pada hari pertama sampai harikedua setelah

melahirkan pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada

dirinya sendiri pengalaman selama proses persalinan

berulang kali di ceritakannya.hal ini membuat ibu menjadi

pasif terhadap lingkunganya kemampuan mendengarkan

(listening skills) dan menyediakan waktu yang cukup

merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu kehadiran

suami dan keluarga untuk mendengarkan semua yang di

sampaikan oleh ibu agar dia dapat melewati fase ini dengan

baik.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada

fase ini adalah sebagai berikut:


16

a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang di

inginkan tentang bayinya misalkan jenis kelamin tertentu,

warna kulit, dan sebagainya

b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari peubahan fisik

yang di alami ibu misalkan rasa mules akibat dari

kontraksi rahim,payudara bengkak akibat luka jahitan

dan sebagainya

c. Rasabersalah karena belum bisa menyusui bayinya

d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara

merawat bayinya dan cederung melihat saja tanpa

membantu ibu akan merasa tidak nyaman karena

sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab

ibu saja tetapi tanggung jawab bersama.

2. Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung

antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu

merasa khawatir akan tidak mampuannya dan rasa tanggung

jawabnya dalam merawat bayi,ibu memiliki perasaan sangat

sensitif sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi

dengan ibu.

Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalammerawat diri dan bayinya sehingga timbul


17

percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah

misalkan yang di perlukan ibu seperti gizi, istrahat,

kebersihan diri dan lain-lain.

3. Fase letting go

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari

setelah melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri,

merawat diri dan bayinya serta kepercayaan dirinya sudah

meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada

fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu lebih mandiri

dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.(Vivian Nanny

lia dewi, dkk, 2013)

6. Asuhan masa nifas

1) Nutrisi ibu menyusui

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian

khusus karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu.

Diet yang di berikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,

tinggi protein dan banyak mengandung cairan Ibu harus

memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:

a. Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein

mineral dan vitamin yang cukup


18

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

d. Tablet zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan

e. Minum kapsul vit A (200.000 unit)untuk memberi asupan vit

A juga kepada bayinya yaitu dengan melalui Asinya

2) Kebersihan pada ibu dan bayi

a. Kebersihan ibu

Pada masa nifasibu sangat rentan terhadap infeksi oleh

karena itu kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan

lingkungan sangat penting untuk tetap di jaga.

Langkah –langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga

kebersihan diri ibu nifas sebagai berikut:

1) Anjurkan kebersihan diri

2) Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain

pembalut(buatan sendiri)

4) Sarankan ibu untuk mencuci kedua tangan dengan air dan

sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelaminya

5) Jika ada luka episitomi ataulaserasi sarankan ibu agar

jangan menyentuh daerah luka


19

b. Kebersihan bayi

Kebersihan kulit bayi perlu di jaga walaupun mandi

dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus di lakukan

setiap hari tetapi bagian-bagian seperti muka,bokong dan tali

pusat perlu di bersihkan secara teratur sebaiknya mencuci

tangan terlebih dahulusebelum memegang bayi untuk

menjaga tetap bersih,hangat dan kering,setelah BAK popok

bayi harus segera di ganti minimal 4-5 kali perhari.

3) Istrahat dan tidur

a. Anjurkan ibu untuk istrahat yang cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan

b. Sarankan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah

tangga (mengurangi produksi ASI, memperlambat proses

involusio uterus dan memperbanyak pendarahan

menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri)

4) Latihan/senam hamil

a. Diskusikan pentingnya pengembalikan fungsi otot-otot perut

dan panggul kembali normal.ibu akan merasa lebih kuat

dan otot perutnya menjadi kuatsehingga mengurangi rasa

sakit pada panggung

b. Jelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit

setiap hari sangat membantu dengan tidur terlentang dan


20

lengan di samping,tarik otot perut selagi menarik perut,

angkat dagu kedada tahan mulai hitungan 1 sampai 5,

rileks dan ulangi sebanyak 10 kali dan untuk memperkuat

otot tonus jalan lahir dan dasar panggul lakukan senam

kegel.

5) Pemberian ASI

Untuk mendapatkan ASI yang banyak sebaiknya ibu

mengkonsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan dan minum

sedikit 8 gelas sehari. berikut beberapa cara untuk

memperbanyak ASI:

a. Makanan yang bergizi

b. Minum susu madu

c. Minum air putih minimal 8 gelas sehari

d. Makan sayur hijau seperti bayam, jantung pisang dll

e. Kacang-kacangan

f. Buah-buahan

g. Jangan stress, sedih, marah atau perasaan negatif lainnya

6) Perawatan payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering

b. Menggunakan bra/Bh yang menyokong payudara

c. Bila puting susu lecet oleskan kolpstrum ASI yang keluar

pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui


21

kegiatan menyusui tetap di lakukan mulai di lakukan mulai

dari puting susu yang tidak lecet.

7) Keluarga berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2

tahun sebelum ibu hamil kembali.setiap pasangan menentukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan

tentang keluarganya namun petugas kesehatan dapat

membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan

kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak di

inginkan.

Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur atau ovulasi

sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui oleh

karena ibu metode amenore laktasi dapat di gunakan sebelum

haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan

baru. Resiko cara ini adalah sebesar 2% jadi kehamilan terkait

metode KB hal berikut sebaiknya di jelaskan terlebih dahulu

pada ibu :

a. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan

efektifitasnya

b. Kelebihan dan keuntungan

c. Kekurangan

d. Efek samping

e. Bagaimana menggunakan metode ini


22

f. Kapan metode itu dapat mulai di gunakan untuk wanita

pasca persalinan yang menyusui,jika seseorang ibu atau

pasangan telah memilih metode KB tertentu sebaiknya

untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk

mengetahui apakah ada masalah bagi pasangan dan

apakah metode tersebut bekerja dengan baik.

7. Pengawasan masa nifas

Semakin meningkatnya angka kematian ibu di indonesia pada saat

nifas (sekitar 60%) mencetuskan perbuatan program dan kebijakan

teknis yang lebih baru mengenai jadwal kunjungan masa nifas

paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas,di lakukan untuk

menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi,

frekuensi kunjungan pada masaa nifas adalah:

a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan :

1. Mencegah pendarahan masa nifas karena otonia uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan,rujuk

jika pendarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga,bagaimana mencegah pendarahan masa nifas

karena otonia uteri

4. Pemberian Asi awal


23

5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah terjadi hipotermi

b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal,uterus

berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus tidak

ada pendarahan abnormal atau tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau pendarahan

abnormal

3. Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan

istrahat

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari

c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal,uterus

berkontraksi dengan baik , fundus di bawah umbilikus dengan

baik dan tidak ada pendarahan abnormalatau tidak ada bau

2. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau pendarahan

abnormal

3. Memastikan ibu cukup mendapat makanan,atau pendarahan

abnormal
24

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi,tali pusat,menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari

d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

1. Menanyakan pada ibu penyulit yang ia atau bayi alami

2. Memberikan konseling KB secara dini

B. Konsep dasar ruptur perineum

1. Pengertian ruptur perineum

a. Luka perineum adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan

pada bagian perineum di mana muka janin menghadap.

b. Robekan perineum terjadi pada hampir sema persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.

Robekan perineum umumnya te0rjadi di garis tengah dan bisa

menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat sudut arkus

pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu

panggul awah dengan ukuran yang lebih besar dari pada

sirkumferensia subak sipito bregmatika. (Icesmi Sukarni, dkk,

2014)

2. Etiologi ruptur perineum

a. Kepala janin terlalu cepat lahir

b. Pimpinan persalinan yang salah


25

c. Kepala janin terlalu besar

d. Pada letak sungsang

e. Distosia bahu

3. Tingkat ruptur perineum

Robekan perineum di bagi atas 4 tingkatan yaitu:

a. Robekan tingkat I

Robekan hanya pada selaput lendir vagina atau tanpa

mengenai kulit perineum

b. Robekan tingkat II

Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum

tetapi tidak mengenai otot spingter ani

c. Robekan tingkat III

Robekan mengenai perineum sampai dengan otot spingter ani

d. Robekan tingkat IV

Robekan sampai mukosa rektum

4. Penanganan ruptur perienum

Penanganan ruptur perineum di antaranya dapat di lakukan

dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis dan

memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke

arah vagina yang biasanya dapat di masuki bekuan-bekuan darah

yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka selain

itu dapat di lakukan dengan cara memberikan antibiotik yang


26

cukup. Prinsip yang harus di perhatikan dalam menangani ruptur

perineum adalah:

a. Bila seorang ibu bersalin mengalami pendarahan setelah anak

lahir segera memeriksa pendarahan tersebut berasal dari

retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap

b. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik dapat

di pastikan bahwa pendarahan tersebut berasal dari perlukaan

pada jalan lahir,selanjutnya di lakukan penjahitan. Prinsip

melakukan jahitan pada perineum :

1. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah

dalam /proksimal ke arah luar/distal.jahitan di lakukan

lapis demi lapis robekan perineum

2. Robekan perieum tingkat I

tidak perlu jahit jika tidak ada pendarahan dan posisi luka

baik,namun jika terjadi pendarahan segera di jahit dengan

menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan

cara angka delapan.

3. Robekan tingkat II

Untuk laserasi tingkat I dan II jika di temukan robekan

tidak rata atau bergerigi harus di ratakan terlebih dahulu

sebelum di lakukan penjahitan. Pertama ototdi jahit

dengan catgut kemudian selaput lendir,vagina di jahit

dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur,


27

penjahitan mukosa vagina di mulai dari puncak robekan

kulit perineum di jahit dengan benang catgut secara

jelujur.

4. Robekan tingkat III

Penjahitan yang pertama pada dinding depan rektum yang

robek kemudian fasia perirektal dan fasia septum

rektovagina di jahit dengan catgut kromik sehingga

bertemu kembali.

5. Robekan perineum tingkat IV

Ujung-ujung otot spingter ani yang terpisah karena

robekan di klem kemudian di jahit antara 2-3 jahitan

catgut kromik sehingga bertemu kembali selanjutnya

robekan di jahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan

perineum tingkat I.

5. Perawatan ruptur perineum

Perawatan khususnya perineum bagi wanita setelah melahirkan

anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah

infeksi dan meningkatkan penyembuhan,lingkup perawatan

perineum adalah :

a. Mencegah kontaminasi dan rektum

b. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena

trauma
28

c. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan

bau

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, prosedur yang disarankan

pada ibu adalah :

a. Mencuci tangan

b. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah

mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam

kantong plastik

c. BAK dan BAB di toilet

d. Cuci kembali tangan

Perawatan robekan perineum :

1. Persiapan alat dan bahan

a. Satu pasang handscoen

b. Kasa steril

c. Kom berisi bethadine

d. Kapas Savlon

e. Nierbekken

2. Cara kerja

1. Vulva hygiene

a. Membantu ibu untuk mengambil posisi litotomi

b. Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang

bersih yang mengalir

c. Pakai sarung tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril


29

d. Dengan menggunakan 1 kapas savlon, oleskan dari atas

kebawah pada labia minora (dimulai dari bagian yang

terjauh dari petugas). Terakhir oleskan 1 kapas savlon

dari bagian atas sampai kebawah vulva 1 kali.

2. Vagina toilet

a. Gulungkan kasa bethadine pada jari telunjuk dan jari

tengah, kemudian oleskan kedalam vagina dengan

memutar 360derajat.

b. Kompres bethadine

3. Lampu inframerah

Lampu inframerah dapat di gunakan dua kali sehari

untuk membantu pengeringan dan kesembuhan luka

perineum ibu biasanya berbaring dalam posisi lateral

kiri(sims),lampu di letakan dengan jarak 50 cm dan sinar

inramerah di arahkan pada perineum selama 10 menit lampu

tesebut akan memberikan kehangatan serta pengurangan

rasa sakit.

4. Sitz baths (bak rendam dengan air yang dapat ditambah

garam). Kadang-kadang digunakan untuk memberikan rasa

nyaman dan membantu kesembuhan.

5. Pemberian obat analgetik untuk meredakan nyeri


30

C. Konsep Dasar Menajemen Kebidanan

1. Pengertian Manejemen Kebidanan

Manejemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses

pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah,temuan,ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis

untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien

(Endang purwo astuti, dkk, 2015)

2. Tahapan dalam memajemen kebidanan

Menurut helen varney proses menajemen kebidanan terdiri dari

tujuh langkah yang berurutan yaitu:

a) Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data

yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien secara keseluruhan. Bidan dapat

melakukan pengkajian dengan efektif maka harus

menggunakan format pengkajian yang terstandar agar

pertanyaan di ajukan lebih terarah dan relevan.

b) Interprestasi data

Interprestasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa,

masalah dan kebutuhan pasien pada ibu nifas bedasarkan

interprestasi yang benar atas data yang telah di kumpulkan.


31

c) Diagnosis/masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi sehingga dalam

melakukan asuhan kebidanan bidan di tuntut untuk

mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari kondisi

yang ada.

d) Tindakan segera

Setelah merumuskan tindakan yang perlu di lakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah

sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan

emergensi yang harus di rumuskan untuk menyelamatkan

ibu dan bayi secara mandiri, kolaborasi, atau rujukan

berdasarkan kondisi klien.

e) Rencana asuhan kebidanan

Langkah ini di tentukan dari hasil kajian dari langkah

sebelumnya jika ada informasi/data yang tidak lengkap bisa

di lengkapi merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap

masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau di

antisipasi yang sifatnya segera atau rutin.rencana asuhan di

buat berdasarkan pertimbangan yang tepat baik dari

pengetahuan,teori yang uptodate dan di falidasikan dengan

kebutuhan pasien penyusunan rencana asuhan sebaiknya

melibatkan pasien sebelum pelaksanaan asuhan sebaiknya


32

dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien ke dalam

informet consen .

f) Implementasi

Pelaksanaan dapat di lakukan seluruhnya oleh bidan atau

bersama sama dengan klien atau anggota tim kesehatan.

Bila tindakan di lakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain

bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan

kesinambungan asuhan berikutnya .

g) Evaluasi

Pada langkah ini di lakukan evaluasi keefektifitan dari

asuhan yang telah diberikan. Evaluasi di dasarkan pada

harapan pasien yang di identifikasi saat merencanakan

asuhan kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan

bidan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain:tujuan

asuhan kebidanan:efektifitas tindakan untuk mengatasi

masalah:dan hasil asuhan kebidanan.

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan

a. Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga

kesehatan pasien,keluarga pasien dan tim kesehatan yang

mencatat tentang hasil pemeriksaan,prosedur tindakan serta

respons pasien terhadap semua asuhan yang telah di berikan.

b. Menuruthelen varney,alur berpikir bidan saat menghadapi klien

meliputi 7 langkah untuk mengetahui apa yang telah di lakukan


33

oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis di

dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

1) Subjektif (S)

Merupakan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney,data

subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut

pandang pasien,ekspresi pasien mengenal kekhawatiran

dan keluhannya yang di catat sebagai kutipan langsung

atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan

diagnosis.

2) Obyektif (O)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien,hasil laboratorium dan uji diagnostik lain yang di

rumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan

sebagai langkah 1 varney.

3) Assesment (A)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi.

a. Diagnosa/masalah

b. Antisipasi diagnosa/masalah potensial


34

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi /kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah

2,3 dan 4 varney

4) Planning (P)

Planning atau perencanaan adalah membuat asuhan saat ini

dan yang akan datang. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Meskipun secara istilah

P adalah planning dalam metode soap ini juga merupakan

gambaran pendokumentasian,implementasi dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai