Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa puerperium setelah persalinan selesai sampai 6

minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan

mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ

reproduksi ini disebut involusi.

b. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas dibagi meenjadi 3(tiga) tahap yaitu :

a. Puerperium Dini

Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri

dan berjalan-jalan, ibu yang melahirkan pervagina tanpa komplikasi dalam

6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.

b. Puerperium intermedial

Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-

angsur akan kembali keadaan sebelum sebelum hamil. Masa ini berlangsung

selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari .

c. Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan

sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda setiap ibu, tergantung


dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan.

c. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, dan

cara menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari- harinya.

d. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB).

e. Mendapatkan kesehatan Emosi.

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami

perubahan seperti keadaan sebelum hamil. perubahan ini terjadi secara

berangsur-angsur dan berlangsung selama lebih kurang tiga bulan. Selain organ

reproduksi, beberapa perubahan fisiologi yang terjadi selama masa nifas adalah:

a. Uterus

Selama khamilan uterus berfungsi sebagai tmpat tumbuh dan

berkembangnya janin (hasil konsepsi). Pada akh kehamlan berat uters dapat

mencapai 1000gram. Berat uterus seorang wanita dalam keadaan tidak hamil

sekitar 30 gram. Perubahan ini akan mempengaruhi peningkatan hormone

estrogen dan progesterone selama hamil yang menyebabkan hipertrofi otot

polos uterus.

Satu minggu setelah persalinan berat uterus menjadi sekitar 500 gram, 2

minggu setelah persalinan menjadi sekitar 300 gram dan menjadi 40 - 60


gram setelah 6 minggu persalinan. Perubahan ini terjadi karena segera

setelah persalinan kadar hormone estrogen dan progesterone akan menurun

dan mengakibatkan proteolis pada dinding uterus.

b. Servik

Selama kehamilan, serviks mengalami perubahan karena pengaruh hormon

estrogen. Meningkatnya kadar hormon estrogen pada saat hamil dan disertai

dengan hipervaskularisasi mengakibatkan konsistensi servik lunak.

c. Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan

tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama

lain dekan ukuran panjang ± 6,5 cm dan ± 9 cm. Bentuk vagina sebelah

dalam berlipat-lipat dan disebut rugae. Lipatan- lipatan ini, memungkinkan

vagina melebar pada saat persalinan dan sesuai dengan fungsinya sebagai

bagian lunak jalan lahir.

Secara fisiologis, lochea akan dikeluarkan dari cavum uteri akan berbeda

karakteristiknya dari hari kehari. Hal ini disesuaikan dengan perubahan

yang terjadi pada dinding uterus akibat penurunan kadar hormone estrogen

dan progesteron seperti telah diuraikan sebelumnya, Karakteristik Lochea

adalah :

1) Lochea rubra

Timbul pada hari 1-2 postpartum;terdiri dari darah segar bercampur sisa-

sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa verniks kaseosa, lanugo dan

mekonium.
2) Lochea Sanguinolenta

Timbul pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 postpartum, darah

bercampur lendir.

3) Lochea serosa

Merupakan cairan berwarna kuning, timbul setelah 1 minggu

postpartum.

4) Lochea Alba

Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih.

d. Vulva

Vulva merupakan organ reproduksi eksterna, berbentuk lonjong, bagian

depan dibatasi klitoris, bagian belakang perineum, bagian kiri dan kanan oleh

labia minora. Pada vulva , dibawah klitoris, terdapat orifisium uretra eksterna

yang berfungsi sebagai tempat keluarnya urine, setelah 3 minggu vulva akan

kembali keadaan semula.

e. Payudara (mamae)

Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mammae sudah dipersiapkan

untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi pada kelenjar

mammae selama kehamilan adalah :

1) Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena pengaruh

hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama hamil,

merangsang duktus dan alveoli kelenjar mamae untuk persiapan produksi

ASI.

2) Terdapat cairan yang berrwarna kuning (kolostrum) pada ductus


laktiferus. Cairan ini kadang dapat dikeluarkan atau keluar sendiri melalui

putting susu saat usia kehamilan memasuki trimester tiga.

3) Terdapat hipervaskularisasi pada bagian permukaan maupun bagian

dalam kelenjar mammae. Setelah selesai proses persalinan selesai,

pengaruh hormone estrogen dan progesteron terhadap hipofisis mulai

menghilang. Hipofisis mulai mensekresi hormon kembali, salah satu

diantaranya adalah lactogenic hormon atau hormon prolaktin.

Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu reflex

prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu

dikarenakan isapan bayi.

1) Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan refleks prolaktin memegang peranan untuk membuat

kolostrum, akan tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas

prolaktin dihambat oleh estrogen dan estrogennya masih tinggi. Pasca

persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi

korpus luteum maka estrogen dan progesteron yang berkurang,

hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara,

karena ujung- ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor

mekanik.

2) Refleks let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,

ransangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise

posterior (Neurohipofise) yang kemudian mengeluarkan oksitosin.


Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan

kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras ASI yang telah terbuat,

keluar dari alveoli dan masuk ke sistem ductus dan selanjutnya

mengalir melalui ductus lactiferous masuk kemulut bayi.

e. Perubahan Psikologis Ibu Masa Nifas

a. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

Fase-fase yang akan dialami ibu masa nifas antara lain adalah :

1) Fase Taking In merupakan fase ketergantungan yang berlangsng pada

hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu berfokus pada

dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

2) Fase Taking Hold merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih

sensitif sehingga mudah tersinggung.

3) Fase Letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya sebagai ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

b. PostPartum Blues (Baby Blues)

Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh ibu

berkaitan dengan bayinya.

c. Depresi Postpartum

f. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

a. Nutrisi dan cairan

b. Ambulasi
c. Eliminasi

d. Kebersihan perineum

e. Istirahat

f. Seksual

g. Latihan nifas

g. Penyulit Masa nifas

a. Infeksi masa nifas adalah peradangan yang terjadi pada organ reproduksi

yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau virus ke dalam organ

reproduksi tersebut selama proses persalinan dan masa nifas.

b. Perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum (PPH) tetap menjadi kegawatdaruratan obstetrik

utama, menyebabkan 25% kematian ibu di seluruh dunia . Hal ini

didefinisikan oleh Royal College of Obstetricians and Gynecologists

(RCOG) sebagai kehilangan darah dari saluran genital dalam 24 jam pertama

setelah kelahiran setidaknya 500 ml (minor) dan setidaknya 1000 ml (mayor) .

Penyebab PPH dipisahkan menjadi 4 'T's tone, trombin, trauma dan Tissue

(jaringan) . Penyebab umum termasuk atonia uteri (tonus), preeklamsia

(trombin), laserasi perineum (trauma) dan sisa plasenta (jaringan) (Hawker &

Weeks, 2020).

h. Asuhan Masa Nifas Dan Menyusui

Asuhan dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan secara

professional berdasarkan ilmu dan kiat kepada pasien yang bertujuan untuk
mengatasi masalah klien. Asuhan kebidanan merupakan penerapan dan

kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan

kepada ibu yang mempunyai kebuthan atau masalah dalam bidang keesehatan.

i. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi

Keluarga berencana adalah suatu upaya yang dilakukan manusia untuk

mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melawan

hukum dan moral pancasila untuk kesejahteraan keluarga.

Keluarga berencana dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu

Selain itu, keluarga berencana dapat membatasi jumlah kehamilan berisiko

tinggi, infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual , wanita dengan

kehamilan yang tidak diinginkan dapat melakukan aborsi yang tidak aman, yang

dapat memiliki konsekuensi berbahaya, seperti perforasi uterus, perdarahan, dan

infeksi. Ada bukti bahwa di samping hambatan untuk kontrasepsi penggunaan,

akses ke layanan keluarga berencana dan kualitas layanan keluarga berencana

mempengaruhi persepsi dan penggunaan kontrasepsi yang konsisten . Karena

dampaknya terhadap penggunaan kontrasepsi, kualitas layanan keluarga

berencana menjadi topik yang sering dipelajari (Thongmixay et al., 2020).

a. Metode KB

1) Kondom

2) Diafragma dan cervical cup

3) Pil KB

4) Kontrasepsi suntik

5) Susuk atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)


6) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

7) KB Kalender atau Pantang Berkala

8) Senggama terputus

9) Spermisida

10)Metode Amenore Laktasi (MAL)

11)Sterilisasi

12)Kontrasepsi Darurat

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Nifas

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

Nama Ibu : Nama Suami :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku/bangsa : Suku/bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat :

2) Keluhan Utama/ Alasan Datang Periksa

Alasan wanita tersebut mengunjungi anda di klinik, kantor, kamar gawat

darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti

yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (dapat berhubungan


sistem tubuh) (Varney, 2007).

3) Riwayat Kesehatan Klien

Tanggal dan waktu keluhan, bentuk keluhan, faktor pencetus atau latar

belakang yang berhubungan dengan keluhan, perjalanan penyakit sejak

keluhan termasuk durasi dan kekambuhatau ketidaknyamanan, lokasi

spesifik, jenis nyeri, gejala lain yang berkaitan, hubungan dengan fungsi

dan aktivitas tubuh, faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang

perparah atau yang meredakan, bantuan medis sebelumnya untuk

masalah ini, dan keefektifan suatu terapi atau obat yang digunakan

(Varney, 2007).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh

penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu

apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2009).

5) Riwayat Menstruasi

Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya

(Sulistyawati, 2010).

Riwayat siklus : 23 – 32 hari (Sulistyawati, 2010).

Lama haid : 4-7 hari (Manuaba, 2008).

Jumlah menstruasi : Data ini menjelaskan seberapa banyak darah

menstrusi yang di keluarkan (Sulistyawati, 2010).


Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Suami Anak UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abn. Laktasi Peny

1
2
6) Riwayat Obstetri

Kehamilan

a) UK : prematuritas dapat berulang pada kehamilan saat ini.

b) Penyulit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat

terjadi pada kehamilan saat ini. Misalnya : DM kehamilan.

Persalinan

a) Jenis :adanya persalinan Caesar dapat mengindikasikan kelainan

pada kehamilan maupun jalan lahir.

b) Penolong : penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita

dan/ keluarganya pada orang tersebut.

c) Tempat : terdapat kecenderungan

wanita akan mendatangi tempat yang sama dengan

persalinan terdahulu untuk melahirkan

d) Penyulit : terjadinya komplikasi saat persalinan terdahulu dapat

berulang pada persalinan saat ini yang harus dideteksi

sedini mungkin. Kehamilan ektopik, aborsi spontan karena

kelainan kromosom dan genetic retardasi pertumbuhan

intrauterine, distosisa bahu dapat berulang.


Anak

a) Usia : jarak kelahiran yang ≤12 bulan dapat mengakibatkan

premature serta meningkatkan resiko anemia.

b) Abnormalitas :adanya abnormalitas pada anak terdahulu dapat

mengindikasikan kelainan genetic Bayi KMK/BMK

biasanya berulang (Wheeler, 2003).

Nifas

a) Penyulit : depresi PP dan perdarahan PP karena atonia uteri dapat

berulang (Wheeler, 2003).

7) Riwayat Kehamilan Sekarang

Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan hamil tua,

Terapi Selama Kehamilan.

8) Riwayat Kontrasepsi

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi

jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan

kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke

kontrasepsi apa (Ambarwati, dkk. 2009).

9) Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Cepat merasa lapar
Terjadi perubahan gastrointestinal yaitu peristaltik
usus akan bekerja cepat yang menyebabkan ibu
pasca partum satu atau 2 jam akan lebih mudah
kelaparan (Varney,
2007).
Eliminasi Konstipasi
Setelah plasenta lahir estrogen menurun
sehingga tonus otot seluruhnya berangsur pulih
kembali, tapi konstipasi mungkin tetapi terjadi
dan mengganggu hari-hari pertama
post partum (Varney, 2007).
Istirahat Ibu akan sering beristirahat.
Kontraksi uterus ketika ibu akan bersalin
membuat ibu tidak dapat beristirahat dengan
cukup hal ini menyebabkan ibu lelah. Oleh
karena itu, ketika ibu memasuki masa nifas ibu
akan sering beristirahat (Ambarwati, 2009).
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat bayinya.
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya
adalah suatu hal yang baru. Sehingga ibu akan
sering dan lebih terfokus kepada bayinya
(Ambarwati, 2009).
Personal Hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Seksualitas Dilakukan setelah 40 hari masa nifas Secara fisik,
aman untuk melakukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri.
Banyak budaya dan agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sampai masa
waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6
minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung
pada pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati,
2009).

10)Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a) Psikologis:

Salmah (2006) menyatakan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan

bisa berdampak pada kesehatan mental, baik ibu maupun janinnya

seperti kehamilan direncanakan atau tidak, respon keluarga terhadap

lahirnya bayi.
b) Sosial:

Riwayat pernikahan ke berapa, lama menikah, status pernikahan

sah/tidak dan bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini.

c) Kultural

Mengkaji adat istiadat yang dilakukan pada masa kehamilan yang

dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun

janin.

d) Spiritual:

Mengkaji ritual keagamaan yang dilakukan selama masa nifas yang

dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun

janin.

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis (Sulistyawati, 2010)

Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah yaitu berkisar antara 110/70-120/80 mmHg,

peningkatan sistolik 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 10 mmHg

masih dianggap normal (Varney, 2007).

b) Nadi yaitu berkisar antara 60-100 x/menit (Varney, 2007).

c) Pernapasan yaitu berkisar antara 16-24 x/menit.

d) Suhu yaitu berkisar antara 36,5 – 37,5 0C, peningkatan suhu tidak lebih

dari 0,5-10C masih dianggap normal (Varney, 2007).


Antropometri :

a) Tinggi badaan yaitu > 145 cm, tinggi badang < 145 cm dapat dicurigai

terjadinya kesempitan panggul (Varney, 2007).

b) Kenaikan berat badan yaitu ≤ 15 kg, penambahan berat badan >15 kg

dapat mengindikasikan ibu untuk mengalami PEB, DM, dan janin

makrosomia (Varney, 2007).

c) Ukuran LILA yaitu >23,5 cm ukuran LILA <23,5 cm dapat

mengindikasikan status gizi buruk pada ibu (Varney, 2007).

2) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Kepala : Simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat ketombe,

rambut tampak kuat, distribusi rambut merata dan tekstur

rambut lembut.

Wajah : Tidak/ terdapat kloasma gravidarum dan tidak pucat

Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

dan pandangan tidak kabur.

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen/ secret

Hidung : Bersih, tidak terdapat pengeluaran sekret, tidak ada polip,

tidak terdapat peradangan

Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat, tidak

terdapat stomatitis, tidak/ terdapat caries dentis, terdapat

bintil kecil berwarna abu-abu, merah muda atau agak

kemerahan pada daerah mulut, tidak/ terjadi pembesaran


pada tonsil dan uvula

Leher : Ada/tidak hyperpigmentasi pada leher

Dada : Simetris, bentuk dada elips, dan tidak terdapat retraksi

dinding dada

Payudara : Terjadi perubahan warna pada aerola dan mengalami

hiperpigmentasi, dan tidak terdapat retraksi atau dimpling,

terdapat pengeluaran kolostrum. Kolostrum merupakan

ekskresi cairan dengan viskositas kental, lengket dan

berwarna kekuningan pada hari pertama sampai hari

keempat postpartum. ASI transisi yang keluar setelah

kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh.

Abdomen : Terdapat linea nigra/ alba, dan tidak/ terdapat stirae alba/

bivide, tidak terdapat luka bekas operasi

Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea rubra (1-3 hari), Lochea

sanguilenta (3-7 hari), Lochea serosa (7-14 hari) dan

Lochea alba (>14 hari) (Varney, 2007).

Ekstremitas : Bawah, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat oedema,

dan tidak terdapat varices.

Atas, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat oedema.

Palpasi

Kepala : Tidak teraba massa


Wajah : Tidak terjadi oedema

Mata : Tidak terjadi pembengkakan pada palpebral

Hidung : Tidak terjadi fraktur

Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena jugularis, dan

kelenjar limfe

Payudara : Tidak ada benjolan atau massa, konsistensi teraba padat

berisi, dan tidak teraba pembesaran kelenjar limfe

Abdomen : Konsistensi teraba bulat dan keras, kontraksi baik,

kandung kemih tidak penuh, Diastasis rektus abdominalis

12 x 2 cm (Varney, 2008). Tinggi Fundus Uteri (Varney,

2008).

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri masa Nifas

Hari Ke Tinggi Fundus


Segera saat pasca partum 3 jari bawah pusat
Hari ke-1 Sepusat
Hari ke-2 1 jari dibawah pusat
Hari ke-3 2 jari dibawah pusat
Hari ke-4 3 jari dibawah pusat
Pertengahan pusat
Hari ke-5
sympisis
Pertengahan pusat
Hari ke-6
sympisis
Hari ke-7 3 jari diatas sympisis
Hari ke-8 2 jari diatas sympisis
Hari ke-9 1 jari diatas sympisis
Sudah masuk ke
Hari ke-10
panggul
Genetalia : Tidak teraba oedema, varices, massa, dan pembesaran

kelenjar bartholini

Ekstremitas : Bawah : Reflex homan sign (-), cavillary refill time kembali

kurang dari 2 detik.Atas : Cavillary refill time kembali

kurang dari 2 detik.

Auskultasi

Dada : Tidak ada bunyi nafas tambahan, Bunyi Jantung I dan II

terdengar jelas dan teratur (Varney, 2008)

Abdomen : Bising usus 5-35 x/menit (Varney, 2008).

Perkusi

Dada : Pada paru menghasilkan bunyi sonor dengan amplitudo

lebih tinggi nada lebih redah. Pada jantung bunyi terdengar

redup, berlangsung singkat dan beramplitudo rendah tanpa

resonansi (Swartz, 2005).

Abdomen : Menghasilkan bunyi timpani dengan tinggi nada, tinggi dan

bergaung (Swartz, 2005).

Ekstremitas : Untuk mengecek refleks babynski (-), reflex patella (+),

Bisep (+), Trisep (+). (Varney 2008).

2. Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : Papah…Jam postpartum atau Papah hari ke… post partum

Fisiologis

Masalah : Tidak ada.


Kebutuhan : Tidak ada.

3. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah

diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan

antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus

dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan

segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

5. Mengembangkan Rencana Intervensi

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien.

Rasional :Penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum merupakan

hak klien (Varney, 2007).\

2. KIE mengenai nutrisi ibu nifas.

Rasional :Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori. Makanlah


makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-

sayuran dan buah- buahan.

3. Berikan KIE tentang mobilisasi pada Ibu.

Rasional :Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, lalu miring

ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan. Mobilisasi mempunyai

variasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka-luka.

4. Berikan KIE tentang personal hygine.

Rasional :Personal hygine terutama pada daerah genetalia mengurangi

resiko infeksi yang terjadi pada ibu post partum.

5. Berikan KIE tentang proses eliminasi pada masa nifas.

Rasional :Hendaknya kencing secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-

kadang ibu nifas sulit kencing karena sphingter uretra mengalami

tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sphingter ani

selama persalinan. Juga oleh karena adanya edema kandung

kemih yang terjadi selama persalinan. Bila ibu nifas sulit kencing

sebaiknya lakukan kateterisasi. Buang air besar harus ada 3-4

hari post partum. Bila belum dan terjadi obstipasi apalagi BAB

keras dapat diberikan terapi per oral atau per rectal.

6. Berikan informasi mengenai hygien dan perawatan perineal

Rasional :Membantu memfasilitasi otonomi, mencegah infeksi, dan

membantu penyembuhan (Doenges dan Moorhouse, 2001; H.

445).
7. Kaji pemulihan episiotomi atau laserasi. Berikan informasi berkenaan dengan

penggunaan rendam duduk 3-4 kali setiap kali.

Rasional :Kehangatan dari rendam duduk membantu merilekskan sfingter

anal, meningkatkan penyembuhan, mendorong relaksasi umum,

dan menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan

pengosongan (Doenges dan Moorhouse, 2001; H. 467).

8. Anjurkan pemeriksaan payudara dan perineum rutin

Rasional :Deteksi dini perkembangan masalah memungkinkan intervensi,

dengan cara demikian menurunkan risiko komplikasi serius

(Doenges dan Moorhouse, 2001; H. 442).

9. Berikan informasi tentang peran program latihan pascapartum progresif

Rasional :Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi,

mengasilkan tubuh yang seimbang, dan meningkatkan perasaan

sejahtera secara umum (Doenges dan Moorhouse, 2001; H. 411).

10. Berikan informasi tentang perlunya masukan vitamin dan preparat zat besi

setiap hari, sesuai indikasi.

Rasional :Masukan zat besi dan vitamin selama 4-6 minggu pascapartum

dapat mengatasi defisiensi diet, menjamin suplai ASI bergizi dan

membantu dalam pemulihan jaringan (Doenges dan Moorhouse,

2001; H. 460).

11. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.

Rasional :Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan

mengembangkan rencana perawatan (Doenges dan Moorhouse,


2001; H. 391).

12. Berikan informasi mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui, perawatan

payudara dan puting, kebutuhan diet khusus, dan faktor-faktor yang

memudahkan atau mangganggu keberhasilan menyusui.

Rasional :Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah putting

pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat peran

ibu menyusui (Doenges dan Moorhouse, 2001; H. 391).

13. Berikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan

kesehatan.

Rasional :Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas dan neonatus

untuk mencegah komplikasi pada ibu dan neonates (Saifuddin,

2002).

6. Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan yang

telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

7. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk

SOAP.

Anda mungkin juga menyukai