Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SECTIO CAESAR DENGAN

INDIKASI PRE-EKLAMSI BERAT

Disusun Oleh:
Sumiyasih
439981490120034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER


STIKes HORIZON KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan km 1 By Pass Karawang 4131
2021

A. Konsep dasar
1. Adaptasi Fisiologis dan Psikologi Ibu Post Partum
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
a) Proses Involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum
kehamilan, yang dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta
dengan kontraksi otot uterus. Dalam 12 jam persalinan, tinggi
fundus uteri kurang lebih 1 cm di atas umbilicus dan turun 1-2 cm
tiap harinya. 6 hari postpartum, fundus uteri setinggi pertengahan
antara unbilikus dan simfisis. 9 hari postpartum uterus tidak teraba
karena masuk ke rongga pelvis 1-2 minggu postpartum, berat
uterus antara 50-60 gr. Penurunan hormone estrogen dan
progesterone setelah persalinan menyebabkan terjadinya autolysis
pada jaringan uterus dalam proses pengembalian ke kondisi
sebelum hamil. Penyebab utama dari subinvolusi adalah
tertinggalnya jaringan plasenta dan infeksi.
b) Kontraksi uterin
Intensitas kontraksi uterin meningkat secara bermakna segera
setelah persalinan bayi, yang merupakan respon untuk segera
mengurangi jumlah volume intra uterin. Selama 1 sampai 2 jam
pertama postpartum, aktivitas uterin menurun dengan halus dan
dengan progresif dan stabil.
c) Afterpains
Relaksasi dan kontraksi secara bergantian dan periodic
menyebabkan kram uterus yang tida nyaman dan disebut sebagai
afterpains dan terjadi pada awal post partum. Afterpains lebih
dirasakan oleh ibu-ibu yang melahirkan bayi yang besar, gameli
atau hidramnion. Menyusui dan oksitosin injeksi dapat
memperberat afterpains karena menyebabkan kontraksi uterus lebih
kuat.
d) Tempat perlekatan plasenta
Segera setelah plasenta dan selaput amnion keluar, terjadi
vasikontriksi dan trombosi untuk mencegah tempat perlekatan
plasenta melebar. Pertumbuhan endometrium menyebabkan
terlepasnya jaringan nekrotik dan mencegah timbulnya jaringan
scar. Hal ini akan mempengaruhi tempat perlekatan plasenta pada
kehamilan yang akan datang. Regenerasi endometrium akan selesai
pada minggu ke-3 postpartum, sedangkan pada tempat plasenta
akan pulih pada minggu ke-6 postpartum
e) Lokhea
Pengeluaran uterus setelah melahirkan disebut lokhea. Pengeluaran
lokhea meliputi 3 tahap yang dikarakteristikan dengan warna,
jumlah dan waktu pengeluaran.
(1) Lokhe rubra
Mengandung darah, sel desidua, dan bekuan darah berwarna
merah menyala berbau amis. Pada 2 jam setelah melahirkan,
jumlah lokhea mungkin seperti saat menstruasi. Hal ini
berlangsung sampai hari ke 3-4 postpartum.
(2) Lokhea serosa
Mengandung sisa darah, serum, dan leukosit. Warna pink atau
kecoklatan dan berlangsung sampai hari ke-10 postpartum.
(3) Lokhea Alba
Mengandung leukosit, desidu, sel epitel, mucuc,serum dan
bakteri. Berwarna kekuningan hingga putih dan berlangsung
sampai minggu ke 2-6.
f) Cerviks
Cerviks kembali lembut segera setelah persalinan. Serviks atas atau
segmen bawarhuterus tampak edema, tipis dan fragil selama
beberapa hari setelah postpartum. Posrio mungkin menonjol kearah
vagina, tampak memar dengan sedikit laserasi. Laktasi dapat
menghambat pruduksi mukosa cerviks karena menghambat
pruduksi estrogen.
g) Vagina dan perenium
Kondisi vagina kembali seperti sebelum kehamilan terjadi pada
minggu ke6-8 postpartum. Rugae muncul kembali setelah minggu
ke-4 postpartum tetapi tidak mungkin kembali ke kondisi seperti
saat sebelum menikah, penurunan estrogen juga menyebabkan
produksi mukosa vagina berkurang sehingga lubrikasi minimal
mukosa kembali menebal setelah ovarium kembali berfungsi.
Pada ibu dengan luka episiotomy maka harus menjaga kebersihan
daerah perenium minimal selama 2 minggu postpartum. Proses
penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka insisi pada
tindakan bedah lainnya. Tanda-tanda infeksi menurut Davidson
(1974) raitu REEDA harus dipantau. Proses penyembuhan akan
terjadi setelah minggu 2-3 postpartum. Hemoroid juga dapat
ditemukan pada ibu postpartum, terutama pada ibu yang mengedan
kuat saat persalinan. Ibu mungkin mengeluh gatal, tidak nyaman
atau terdapat perdarahan selama defekasi. Hemoroid akan
berkurang setelah 6 minggu postpartum.

b. Sitem endokrin
1) Hormone plasenta
Keadaan hormone plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan seperti human plasenta laktogen (hPL), human corionik
gonadotropin (HCG). Estrogen dan progesterone mencapai kadar
terendah pada minggu pertama postpartum.
2) Hormone Hipofisis dan fungsi ovarium
Hormone prolaktin meningkat secara progresif selama kehamilan
dan setelah melahirkan akan tetapi meningkat pada ibu menyusui.
Kadar prolactin akan ditentukan oleh lama dan frekuensi
menyusui, status nutrisi ibu, serta kekuatan bayi dalam menghisap.

c. Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum kembali normal hampir seperti kondisi
sebelum hamil setelah minggu ke-6 postpatum,

d. Sistem perkemihan
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal
menjadi meningkat. Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan
fungsi ginjal juga menurun. Ginjal akan kembali normal seperti
sebelum hamil 1 bulan
e. Sistem Gastrointestinal
1) Nafsu makan
Ibu postpartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena
energi yang dikeluarkan saat persalinan.
2) Buang air besar
BAB spontan mungkin terjadi pada hari 2-3 postpartum.
Keterlambatan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot kolon
selama persalinan dan postpartum, diare, kekurangan makanan
atau dehidrasi.

f. Payudara
Saat mulai menyusui, massa berupa kanting ASI dapat terba di
payudara, hanya berbeda dengan massa pada tumor atau karsinoma,
massa pada payudara ibu menyusui berpindah-oindah dan tidak
menetap.

g. Sitem kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan dan
pengeluaran edema fisiologis saat kehamilan. Volume darah yang
bertambah (1000-15000 ml) selama kehamilan akan berkurang
sampai 2 minggu postpartum dan kembali ke kondisi sebelum
kehamilan pada bulan ke-6 post partum.
2) Cardiac output
CO akan meningkat disbanding saat kehamilan pada 30-60 menit
setelah persalinan.
3) Komponen darah
Selama 72 jam setelah persalinan Hb dan Ht akan meningkat
hingga 7 hari setelah persalinan. Tidak terdapat destruksi sel darah
merah selama periode postpartum dan kadar sel darah merah akan
kembali normal setelah minggu postpartum

h. Sistem persyarafan
Sakit kepala saat postpartum dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti eklamsia, stress kehilangan cairan serbrospinal saat dilakukan
spinal anastesi
i. Sistem Muskuloskeletal
Relaksi sendi terutama pada sendi panggul yang terjadi selama
persalinan kembali mendekat dan stabil pada minggu ke6-8 postpartum
j. Sistem integument
Kleasma gravidarum biasanya menghilang pada akhir kehamilan.
Hiperpigmentasi pada aerola dan linea nigra mungkin masih ada
sampai setelah persalinan .

2. Taking In (berlangsung hari 1-2 postpartum)


Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jaitan, kurang tidur,
kelelahan, hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup,
komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
a. Kekecewaan pada bayinya
b. Ketidaknyaman sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
d. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatn bayinya.

3. Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.
Perasaan ibu lebih snsitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan / pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

4. Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebgai berikut
a. Fisik, istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
b. Psikologi, dukungan dari keluarga sangat diperlukan
c. Sosial, perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu data sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian
d. Psikososial

B. Konsep Sectio Caesarea Indikasi Pre-Eklamsia Berat


1. Pengertian Sectio Caesarea (SC)
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2010).
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus sehingga janin dapat lahir secara utuh
dan sehat (Jitawiyono, 2012).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut dan vagina. Ada beberapa
istilah dalam Sectio Caesarea (SC) yaitu:
a. Sectio Caesarea Primer ( Elektif)
SC primer bila sejak mula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan
dengan cara SC.
b. Sectio Caesarea Sekunder SC sekunder adalah keadaan ibu bersalin
dilakukan partus percobaan terlebih dahulu, jika tidak ada kemajuan
(gagal) maka dilakukan SC.
c. Sectio Caesarea Ulang Ibu pada kehamilan lalu menjalani operasi SC dan
pada kehamilan selanjutnya juga dilakukan SC.
d. Sectio Caesarea Histerektomy Suatu operasi yang meliputi kelahiran janin
dengan SC yang secara langsung diikuti histerektomi karena suatu
indikasi.
e. Operasi Porro Merupakan suatu operasi dengan kondisi janin yang telah
meninggal dalam rahim tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan
langsung dilakukan histerektomi. Misalnya pada keadaan infeksi rahim
yang berat.

2. Indikasi Sectio Caesaria


Indikasi untuk seksio sesaria menurut Mochtar, Rustam, 1998
a. Indikasi untuk ibu
Indikasi dilakukannya section Caesaria adalah, Plasenta previa, Distocia
serviks, Ruptur uteri mengancam, Disproporsi cepalo pelviks, Pre eklamsi
dan eklamsi, Tumor, Partus lama
b. Indikasi untuk janin
1) Mal presentasi janin
a) Letak lintang 32
 Bila ada kesempitan panggul sectio caesarea adalah cara
terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup.
 Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan sectio caesarea.
 Multipara letak lintang dapat lebih dulu dengan cara yang lain
b) Letak bokong
Dianjurkan seksio sesaria bila ada Panggul sempit, Primigravida,
Janin besar, Presentasi dahi dan muka bila reposisi dan cara lain
tidak berhasil, Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil, atau
Gemeli

2) Gawat Janin
Segera lakukan operasi agar tidak terjadi keracunan atau kematian
janin, sesuai dengan indikasi sectio caesarea.

3. Kontra indikasi Sectio Caesarea


a. Janin mati atau berada dalam keadaan kritis, kemungkinan janin hidup
kecil. Dalam hal ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.
b. Janin lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sectio
caesarea ekstra peritoneal tidak ada.
c. Kurangnya pengalaman dokter bedah dan tenaga medis yang kurang
memadai.

4. Pengertian Pre Eklamsi Berat


Pre eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan
langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklamsia adalah peristiwa timbulnya
hipertensi disertai dengan proteinuria akibat kehamilan, setelah usia kehamilan
20 minggu atau segera sete;ah persalinan. Gejala dari preeklamsia ini dapat
timbul setelah persalinan

5. Etiologi Pre Eklamsi Berat


Penyebab dari terjadinya eklamsia sampai saat ini belum diketahui. Hipotesis
faktor-faktor etiologi pre eklamsia bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok,
yaitu genetic, imunologi, gizi serta infeksi. Walaupun hingga saat ini belum
ada teori pasti terjadinya preeklamsia, tetapi beberapa faktor penelitian telah
menimpulkan beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya
preeklamsia. Faktor-faktor resiko tersebut meliputi :
a. Riwayat preeklamsia
Seorang wanita yang memiliki riwayat preeklamsia atau riwayat keluarga
dengan kasusu preeklamsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya
preeklamsia pada kehamilan yang di alaminya
b. Primigravida
Pada wanita yang memiliki kasusu primigravida, proses pembentukan
antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna. Hal tersebut
yang meningkatkan terjadinya preeklamsia ]. Perkembangan preeklamsia
semakin meningkat pada kasusu dengan umur ibu yang ekstrem, seperti
terlalu muda atau terlalu tua.
c. Kehamilan ganda
Kasus preeklamsia pada umumnya lebih sering terjadi pada wanita yang
mengandung bayi kembar atau terlalu tua.
d. Riwayat penyakit tertentu
Penyakit yang menjadi faktor preeklamsia berat seperti hipertensi kronik,
diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerative seperti reumatik ginjal
atau lupus

6. Tanda dan Gejala Pre Eklamsi berat


Untuk kasus yang termasuk preeklamsia berat, apabila pada kehamilan lebih
dari 20 minggu didapatkan satu atau lebih tanda dan gejala sebagai berikut
a. Tekanan darah sekitar 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
b. Tes celup urine menujukan nilai proteinuria > 2+ atau dalam pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukan hasil > 5g/24jam.
c. Mengalami trombositopenia (,100.000 sel/uL), hemolysis mikro angiopati,
dan peningkatan SGOT/SGPT
d. Terdapat nyeri pada epigastrium
e. Adanya gangguan penglihatan
f. Tersa nyeri kepala
g. Adanya gangguan pertumbuhan janin intra uteri
h. Edema paru dan atau gaga l jantung kongesif
i. Oliguria (<500ml/24 jam) dan kreatinin >1,2 mg/dl

7. Patofisiologi Pre Eklamsi berat


Patofisiologi pada kasus preeklamsia berhubungan dengan perubahan fisiologi
kehamilan.adaptasi fisiologo yang normal pada kehamilan meliputi
peningkatan volume plasma darah, penurunan resistensi vaskuler sistemik
systemic vascular resistance (SVR), vasodilatasi, peningkatan curah jantung
serta penurunan tekanan osmotic koloid. Pada kasus wanita yang mengalami
preeklamsia, volume plasma ini adalah terjadinya hemokonsentrasi dan
peningkatan hematocrit maternal.perubah ini yang membuat perfusi organ
maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme
siklik kemudian menurunkan perfusi organ dengan cara menghancurkan sel-
sel darah merah, sehingga kemudian kapasitas oksigen maternal menurun.

8. Pathway keperawatan
9. Pemeriksaan penunjang
Uji diagnostik dasar
a. Pengukuran TD
b. Analisa protein dalam urin
c. Pemeriksaan edema
d. Pengukuran TFU

10. Pemeriksaan funduskopik


a. Uji laboratorium
1) Evaluasi hematopik
2) Pemeriksaan fungsi hati
3) Pemeriksaan fungsi ginjal
b. Uji meramalkan hipertensi
1) Roll-over test
2) Pemberian infus angiotensin

11. Penatalaksanaa Pre Eklamsi berat


Pada kasus preklamsia berat, pasien harus ditangani secara aktif serta
penanganannya dilaksanakan di rumah sakit rujukan. Ada dua kegiatan penata
laksanaan yang harus dilakukan , yang pertama adalah antikosulvan dan yang
kedua yaitu melakukan penanganan umum. Antikosulvan dilakukan dengan
memberi magnesium sulfat (MgSO4) yang merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan kejang pada preklamsi berat. Sebelum memberikan MgSO4 ada
beberapa hal yang harus diperiksa dari pasien diantrananya seperti frekuensi
pernapasan minimal 16 kali permenit, reflek patella harus +, urin minimal
20ml/jam dalam 4 jam berturut-turut. Pemberian MgSO 4 harus dihentikan
apabila terjadi hal hal seperti frekuensi pernapasan pasien kurang dari 16 kali
per menit, reflek patella -, serta urin kurang dari 30ml/jam dalam 4 jam
terakhir.
Hal-hal yang termasuk penanganan umum adalah :
a. Apabila tekanna diastolit tetap tetapu lebih 110 mmHg berikan obat
antihipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg
b. Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan dan jangan sampai terjadi overdosis cairan.
d. Melakukan kateterisasi urine untuk memantau pengeluaran urin dan
proteinuria
e. Apabila urin kurang dari 30 ml perjam maka harus menghentikan
pemberian maknesium sulfat (MgSO4) kemudian berikan cairan IV (NaCL
0,9% atau ringer laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam
f. Pantau kemungkinan edema paru
g. Jangan meninggalkan pasien sendirian apabila pasien kejang serta
aspirasimuntah karena dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
h. Observasi tanda-tanda vital
i. Melakukan auskultaasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
j. Menghentikan pemberian cairan IV dan diuretic misalnya Furosemida 40
mg IV sekali apabila terjadi edema paru
k. Nilai pembekuan darah dengan uji bekuan sederhana. Apabila pembekuan
terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan besar terdapat koagulopati.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian focus
a. Data Subjektif
1) Umur biasanya sering terjadi pada primigravida, <20 tahun atau >35
tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah,
adanya edema, pusing, nyeri epigastrium, pandangan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan, kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
dan riwayat kehamilan dengan pre eklamsi.
b. Data objektif
1) Inpeksi : edema tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi: untun mengetahui TFU, letak janin dan lokasi edema
3) Perkusi : untuk mengetahui reflek patella sebagai syarat pemberian
SM jika refleksi positif
4) Auskultasi : mendengarkan DJJ, TD > 140/90mmhg, preeklamsia
berat TD sistolik >160 mmHg dan atau TD diastolic >110 mmHg

2. Diagnose keperawatan

Data senjang Etiologi Masalah


Ds: Preeklamsi Nyeri akut
- Mengeluh nyeri
Do: Secsio caesaria
-Tampak meringis
-Bersikap Protektif Persalinan tidak
(mis. Waspada, normal
posisi menghindari
nyeri) Nifas (post
-Gelisah pembedahan)
-Nadi meningkat
-Sulit tidur Nyeri akut
-Tekanan darah
meningkat
-Pola napas
berubah
-nafsu makan
berubah
-proses berpikir
tenganggu
-menarik diri
-Berpokus pada diri
sendiri
-Diaforesis
Ds: Preeklamsi Gangguan
-Mengeluh sulit mobilitas fisik
menggerakan Secsio caesaria
ekstremitas
-Nyeri saat Persalinan tidak
bergerak normal
-Enggan
melakukan Nifas (post
pergerakan pembedahan)
-Merasa cemas saat
bergerak Gangguan mobilitas
fisik
Do:
-kekuatan otot
menurun
-Rentang gerak
(ROM) menurun
-sendi kaku
-Gerakan tidak
terkoordinasi
-Gerakan terbatas
-Fisik lemah

Ds : Preeklamsi Ansietas
-Merasa bingung
-Merasa khawatir Secsio caesaria
dengan akibat dari
kondisi yang Persalinan tidak
dihadapi normal
-Sulit
berkonsentrasi Kurang pengetahuan
-Mengeluh pusing
-Anoreksia Ansietas
-Palpitasi
-Merasa tak
berdaya

Do:
-Tampak gelisah
-Tampak tegang
-Sulit tidur
-Frekuensi napas
meningkat
-Frekuensi nadi
meningkat
-Diaforesis
-Tremor
-Muka tampak
pucat
-Suara bergetar
-Kontak mata
buruk
-Sering berkemih
-Berprientasi pada
masa lalu

3. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan mobilisasi b.d nyeri
c. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

4. Perencanaan keperawatan

No Tujuan
Dx Intervensi Rasional
.
1. Nyeri akut Setelah Manajemen Manajemen
b.d agen dilakukan nyeri nyeri
pencedera tindakan Observasi
fisiologis keperawata -Indikasi -Untuk
d.d n selama 2 lokasi, mengetahu
-Mengeluh x 24 jam karakteristik, bagaiamana
nyeri diharapkan durasi, dan dimana
-Tampak nyeri frekuensi, nyeri
meringis berkurang kualitas,
-Bersikap dengan intensitas
Protektif kriteria nyeri -Mengetahui
(mis. hasil -Indikasi berapa skala
Waspada, sebagai skala nyeri nyeri
posisi berikut : -Indikasi
menghindar -Tidak respon nyeri -Mengetahui
i nyeri) terlalu non verbal respon nyeri
-Gelisah mengeluh -Indikasi
-Nadi nyeri faktor yang
meningkat -TD normal memperberat
-Sulit tidur 120/80 dan
-Tekanan mmhg memperingan -Mengetahui
darah -Nadi nyeri apa yang
meningkat normal 60 -Indikasi memperberat
-Pola napas -100 pengetahuan dan ringan
berubah x/menit dan nyeri
-nafsu -Sudah bisa keyakinan
makan tidur keyakinan -Mengetahui
berubah tentang nyeri seberapa tahu
-proses -Identifikasi pasien
berpikir pengaruh mengenai
tenganggu budaya nyerinya
-menarik terhadap -Mengetahui
diri respon nyeri apakah ada
-Berpokus -Identifikasi pengaruh lain
pada diri pengaruh terhadap
sendiri nyeri pada nyeri
-Diaforesis kualitas -Mengetahui
hidup seberapa jauh
-Monitor nyeri
keberhasilan merubah
terapi aktivitas
komplemente sehari-hari
r yang sudah
di berikan
-Monitor efek -Mengetahui
samping berhasil
penggunaan tidaknya
analgetik terapi yang di
berikan
Terapeutik
-Berikan
teknik non -Mengetahui
farmakologis efek terapi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
-Kontrol
lingkungan -untuk
yang mengurangi
memperberat nyeri
rasa nyeri
-Fasilitasi -untuk
istirahat dan mengurangi
tidur nyeri
- -Untuk
Pertimbangka mengurangi
n jenis dan nyeri
sumber nyeri
dalam -Mengetahui
pemilihan terapi yang
strategi tepat untuk
meredakan mengurangi
nyeri nyeri

Edukasi
-Jelaskan
penyebab, -Mengetahu
periode,dan timbulnya
pemicu nyeri nyeri
-Jelaskan
strategi -untuk
meredakan mengetahui
nyeri cara
-Anjurkan mengurangi
monitor nyeri nyeri
secara -mengetahui
mandiri da tidaknya
-Anjurkan perubahan
menggunaka terhadap
n analgesic nyeri
secara tepat -untuk
-Ajarkan mengurangi
teknik non nyeri
farmakologis -untuk
untuk mengurangi
mengurangi nyeri
rasa nyeri
Kolaborasi -Untuk
-Kolaborasi mengurangi
pemberian nyeri
analgesik,
jika perlu
2. Gangguan Setelah Dukungan Dukungan
mobilisasi melakukan mobilisasi mobilisasi
fisik b.d tindakan Observasi
nyeri d.d keperawata -Identifikasi -mengetahui
-Mengeluh n selama adanya nyeri penyebab
sulit 2x24 jam atau keluhan gangguan
menggerak dihrapkan fisik lainnya mobilisasi
an gangguan -Identifikasi -mengetahui
ekstremitas mobilisasi toleransi fisik aktifitas apa
-Nyeri saat berkurang melakukan yang tidak
bergerak dengan pergerakan bisa
-Enggan kriteria -Monitot dilakukan
melakukan hasil sebgai frekuensi -mengetahui
pergerakan berikut jantung dan penyebab
-Merasa -Tidak TD sebelum gangguan
cemas saat mengeluh memulai mobilisasi
bergerak sulit mobilisasi
-kekuatan bergerak -Monitor
otot -Tidak sakit kondisi -Mengetahui
menurun saat umum selama bahwa
-Rentang melakukan melakukan kondisi
gerak aktivitas mobilisasi pasien
(ROM) -Rentang Terapeutik selama
menurun gerak -Fasilitasi melakukan
-sendi kaku meningkat aktivitas mobilisasi
-Gerakan -Gerakan mobilisasi -
tidak terkoordinas dengan alat memudahkan
terkoordina i bantu (mis. pasien
si Oagar tempat mobilisasi
-Gerakan tidur)
terbatas -Fasilitasi
-Fisik melakukan
lemah pergerakan,
jika perlu
-Libatkan -
keluarga memudahkan
untuk pasien
membantu mobilisasi
pasien dalam
meningkatka -Agar pasien
n pergerakan mendapat
Edukasi dukungan
-jelakan
tujuan dan
prosedur
operasi
-Anjurkan -Mengetahui
melakukan penyebab
mobilisasi gangguan
dini mobilisasi
-Anjurkan -Mengurangi
mobilisasi kekauan
sederhana sendi
yang harus -
dilakukan memudahkan
(mis. Duduk mobilisasi
ditempat
tidur, duduk
disisi tempat
tidur, pindah
dari tempat
tidur ke
kursi)

3. Ansietas Setelahh Terapi Terapi


b.d kurang melakukan relaksasi relaksasi
terpapar tindakan Observasi
informasi keperawata -Identifikasi -mengetahui
d.d n selama 2 penurunan penyebab
-Merasa x 24 jam tingkat terganggunya
bingung diharapkan energi, proses
-Merasa ansietas ketidak berpikir atau
khawatir berkurag mampuan pengetahuan
dengan dengan berkonsentras
akibat dari kriteria i, atau gejala
kondisi hasil sebgai lain yang
yang berikut : mengganggu
dihadapi -Merasa kemampuan
-Sulit bingung kognitif -untuk
berkonsentr berkurang -Identifikasi mengurangi
asi -Merasa teknik kecemasan
-Mengeluh khawatir relaksasi
pusing berkurang yang pernah
-Anoreksia -Gelisah efektif di -untuk
-Palpitasi berkurang gunakan mengurangi
-Merasa tak -Identifikasi kecemasan
berdaya kesediaan,
-Tampak kemampuan
gelisah dan
-Tampak penggunaan -mengetahui
tegang teknik apakah
-Sulit tidur sebelumnya pasien masih
-Frekuensi -Periksa cemas atau
napas ketegangan tidak
meningkat otot,
-Frekuensi frekuensi
nadi nadi, TD dan
meningkat suhu sebelum -untuk
-Diaforesis dan sesudah megurangi
-Tremor latihan kecemasan
-Muka Terapeutik
tampak -Ciptakan
pucat lingkungan
-Suara tenang dan
bergetar tanpa
-Kontak gangguan
mata buruk dengan -untuk
-Sering pencahayaan mengurangi
berkemih dan suhu kecemasan
- ruang
Berprientas nyaman, jika
i pada masa memungkink
lalu an -agar pasien
-Berikan nyaman
informasi -agar pasien
tertulis merasa
tentang nyaman
persiapan dan
prosedur
teknik
relaksasi -untuk
-Gunakan mengurangi
pakaian kecemasan
longgar
-Gunakan
nada suara
lembut
dengan irama
lambat dan
berirama -untuk
-Gunakan mengurangi
relaksasi kecemasan
sebagai
strategi
penunjang -agar efektif
dengan dalam
analgetik atau melakukan
tundakan terapi
medis lain, -agar pasien
jika perlu merasa
Edukasi nyaman
-Jelaskan -agar pasien
tujuan, merasa
manfaat, nyaman
batasan dan
jenis -untuk
relaksasi menurangi
yang tersedia kecemasan
-Jelaskan
secara rinci
intervensi
yang dipilih -agar terapi
-Anjurkan efektif
mengambil
posisi
nyaman
-Anjurkan
rileks dan
merasakan
sensai
rileksasi
-Anjurkan
sering
mengulang
atau melatih
teknik yang
dipilih
-
Demonstrasik
an dan latih
teknik
relaksasi
Daftar pustaka

Simkin,. P., Janet,.W,. dan Ann,.K,.2007. Panduan Lengkap Kehamilan Melahirkan


& Bayi,. Jakarta: Arcan

Amelia,.S,.W,.N. 2019. ASUHAN KEBIDANAN KASUS KOMPLEKS

MATERNAL &NEONATAL. Yogyakarta:PUSTAKA BARU PRESS

Tim Pokja SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai