Disusun Oleh:
Sumiyasih
439981490120034
A. Konsep dasar
1. Adaptasi Fisiologis dan Psikologi Ibu Post Partum
a. Sistem Reproduksi
1) Uterus
a) Proses Involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum
kehamilan, yang dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta
dengan kontraksi otot uterus. Dalam 12 jam persalinan, tinggi
fundus uteri kurang lebih 1 cm di atas umbilicus dan turun 1-2 cm
tiap harinya. 6 hari postpartum, fundus uteri setinggi pertengahan
antara unbilikus dan simfisis. 9 hari postpartum uterus tidak teraba
karena masuk ke rongga pelvis 1-2 minggu postpartum, berat
uterus antara 50-60 gr. Penurunan hormone estrogen dan
progesterone setelah persalinan menyebabkan terjadinya autolysis
pada jaringan uterus dalam proses pengembalian ke kondisi
sebelum hamil. Penyebab utama dari subinvolusi adalah
tertinggalnya jaringan plasenta dan infeksi.
b) Kontraksi uterin
Intensitas kontraksi uterin meningkat secara bermakna segera
setelah persalinan bayi, yang merupakan respon untuk segera
mengurangi jumlah volume intra uterin. Selama 1 sampai 2 jam
pertama postpartum, aktivitas uterin menurun dengan halus dan
dengan progresif dan stabil.
c) Afterpains
Relaksasi dan kontraksi secara bergantian dan periodic
menyebabkan kram uterus yang tida nyaman dan disebut sebagai
afterpains dan terjadi pada awal post partum. Afterpains lebih
dirasakan oleh ibu-ibu yang melahirkan bayi yang besar, gameli
atau hidramnion. Menyusui dan oksitosin injeksi dapat
memperberat afterpains karena menyebabkan kontraksi uterus lebih
kuat.
d) Tempat perlekatan plasenta
Segera setelah plasenta dan selaput amnion keluar, terjadi
vasikontriksi dan trombosi untuk mencegah tempat perlekatan
plasenta melebar. Pertumbuhan endometrium menyebabkan
terlepasnya jaringan nekrotik dan mencegah timbulnya jaringan
scar. Hal ini akan mempengaruhi tempat perlekatan plasenta pada
kehamilan yang akan datang. Regenerasi endometrium akan selesai
pada minggu ke-3 postpartum, sedangkan pada tempat plasenta
akan pulih pada minggu ke-6 postpartum
e) Lokhea
Pengeluaran uterus setelah melahirkan disebut lokhea. Pengeluaran
lokhea meliputi 3 tahap yang dikarakteristikan dengan warna,
jumlah dan waktu pengeluaran.
(1) Lokhe rubra
Mengandung darah, sel desidua, dan bekuan darah berwarna
merah menyala berbau amis. Pada 2 jam setelah melahirkan,
jumlah lokhea mungkin seperti saat menstruasi. Hal ini
berlangsung sampai hari ke 3-4 postpartum.
(2) Lokhea serosa
Mengandung sisa darah, serum, dan leukosit. Warna pink atau
kecoklatan dan berlangsung sampai hari ke-10 postpartum.
(3) Lokhea Alba
Mengandung leukosit, desidu, sel epitel, mucuc,serum dan
bakteri. Berwarna kekuningan hingga putih dan berlangsung
sampai minggu ke 2-6.
f) Cerviks
Cerviks kembali lembut segera setelah persalinan. Serviks atas atau
segmen bawarhuterus tampak edema, tipis dan fragil selama
beberapa hari setelah postpartum. Posrio mungkin menonjol kearah
vagina, tampak memar dengan sedikit laserasi. Laktasi dapat
menghambat pruduksi mukosa cerviks karena menghambat
pruduksi estrogen.
g) Vagina dan perenium
Kondisi vagina kembali seperti sebelum kehamilan terjadi pada
minggu ke6-8 postpartum. Rugae muncul kembali setelah minggu
ke-4 postpartum tetapi tidak mungkin kembali ke kondisi seperti
saat sebelum menikah, penurunan estrogen juga menyebabkan
produksi mukosa vagina berkurang sehingga lubrikasi minimal
mukosa kembali menebal setelah ovarium kembali berfungsi.
Pada ibu dengan luka episiotomy maka harus menjaga kebersihan
daerah perenium minimal selama 2 minggu postpartum. Proses
penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka insisi pada
tindakan bedah lainnya. Tanda-tanda infeksi menurut Davidson
(1974) raitu REEDA harus dipantau. Proses penyembuhan akan
terjadi setelah minggu 2-3 postpartum. Hemoroid juga dapat
ditemukan pada ibu postpartum, terutama pada ibu yang mengedan
kuat saat persalinan. Ibu mungkin mengeluh gatal, tidak nyaman
atau terdapat perdarahan selama defekasi. Hemoroid akan
berkurang setelah 6 minggu postpartum.
b. Sitem endokrin
1) Hormone plasenta
Keadaan hormone plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan seperti human plasenta laktogen (hPL), human corionik
gonadotropin (HCG). Estrogen dan progesterone mencapai kadar
terendah pada minggu pertama postpartum.
2) Hormone Hipofisis dan fungsi ovarium
Hormone prolaktin meningkat secara progresif selama kehamilan
dan setelah melahirkan akan tetapi meningkat pada ibu menyusui.
Kadar prolactin akan ditentukan oleh lama dan frekuensi
menyusui, status nutrisi ibu, serta kekuatan bayi dalam menghisap.
c. Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum kembali normal hampir seperti kondisi
sebelum hamil setelah minggu ke-6 postpatum,
d. Sistem perkemihan
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal
menjadi meningkat. Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan
fungsi ginjal juga menurun. Ginjal akan kembali normal seperti
sebelum hamil 1 bulan
e. Sistem Gastrointestinal
1) Nafsu makan
Ibu postpartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena
energi yang dikeluarkan saat persalinan.
2) Buang air besar
BAB spontan mungkin terjadi pada hari 2-3 postpartum.
Keterlambatan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot kolon
selama persalinan dan postpartum, diare, kekurangan makanan
atau dehidrasi.
f. Payudara
Saat mulai menyusui, massa berupa kanting ASI dapat terba di
payudara, hanya berbeda dengan massa pada tumor atau karsinoma,
massa pada payudara ibu menyusui berpindah-oindah dan tidak
menetap.
g. Sitem kardiovaskuler
1) Volume darah
Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan dan
pengeluaran edema fisiologis saat kehamilan. Volume darah yang
bertambah (1000-15000 ml) selama kehamilan akan berkurang
sampai 2 minggu postpartum dan kembali ke kondisi sebelum
kehamilan pada bulan ke-6 post partum.
2) Cardiac output
CO akan meningkat disbanding saat kehamilan pada 30-60 menit
setelah persalinan.
3) Komponen darah
Selama 72 jam setelah persalinan Hb dan Ht akan meningkat
hingga 7 hari setelah persalinan. Tidak terdapat destruksi sel darah
merah selama periode postpartum dan kadar sel darah merah akan
kembali normal setelah minggu postpartum
h. Sistem persyarafan
Sakit kepala saat postpartum dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti eklamsia, stress kehilangan cairan serbrospinal saat dilakukan
spinal anastesi
i. Sistem Muskuloskeletal
Relaksi sendi terutama pada sendi panggul yang terjadi selama
persalinan kembali mendekat dan stabil pada minggu ke6-8 postpartum
j. Sistem integument
Kleasma gravidarum biasanya menghilang pada akhir kehamilan.
Hiperpigmentasi pada aerola dan linea nigra mungkin masih ada
sampai setelah persalinan .
3. Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.
Perasaan ibu lebih snsitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan / pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
4. Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebgai berikut
a. Fisik, istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
b. Psikologi, dukungan dari keluarga sangat diperlukan
c. Sosial, perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu data sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian
d. Psikososial
2) Gawat Janin
Segera lakukan operasi agar tidak terjadi keracunan atau kematian
janin, sesuai dengan indikasi sectio caesarea.
8. Pathway keperawatan
9. Pemeriksaan penunjang
Uji diagnostik dasar
a. Pengukuran TD
b. Analisa protein dalam urin
c. Pemeriksaan edema
d. Pengukuran TFU
2. Diagnose keperawatan
Ds : Preeklamsi Ansietas
-Merasa bingung
-Merasa khawatir Secsio caesaria
dengan akibat dari
kondisi yang Persalinan tidak
dihadapi normal
-Sulit
berkonsentrasi Kurang pengetahuan
-Mengeluh pusing
-Anoreksia Ansietas
-Palpitasi
-Merasa tak
berdaya
Do:
-Tampak gelisah
-Tampak tegang
-Sulit tidur
-Frekuensi napas
meningkat
-Frekuensi nadi
meningkat
-Diaforesis
-Tremor
-Muka tampak
pucat
-Suara bergetar
-Kontak mata
buruk
-Sering berkemih
-Berprientasi pada
masa lalu
3. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan mobilisasi b.d nyeri
c. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
4. Perencanaan keperawatan
No Tujuan
Dx Intervensi Rasional
.
1. Nyeri akut Setelah Manajemen Manajemen
b.d agen dilakukan nyeri nyeri
pencedera tindakan Observasi
fisiologis keperawata -Indikasi -Untuk
d.d n selama 2 lokasi, mengetahu
-Mengeluh x 24 jam karakteristik, bagaiamana
nyeri diharapkan durasi, dan dimana
-Tampak nyeri frekuensi, nyeri
meringis berkurang kualitas,
-Bersikap dengan intensitas
Protektif kriteria nyeri -Mengetahui
(mis. hasil -Indikasi berapa skala
Waspada, sebagai skala nyeri nyeri
posisi berikut : -Indikasi
menghindar -Tidak respon nyeri -Mengetahui
i nyeri) terlalu non verbal respon nyeri
-Gelisah mengeluh -Indikasi
-Nadi nyeri faktor yang
meningkat -TD normal memperberat
-Sulit tidur 120/80 dan
-Tekanan mmhg memperingan -Mengetahui
darah -Nadi nyeri apa yang
meningkat normal 60 -Indikasi memperberat
-Pola napas -100 pengetahuan dan ringan
berubah x/menit dan nyeri
-nafsu -Sudah bisa keyakinan
makan tidur keyakinan -Mengetahui
berubah tentang nyeri seberapa tahu
-proses -Identifikasi pasien
berpikir pengaruh mengenai
tenganggu budaya nyerinya
-menarik terhadap -Mengetahui
diri respon nyeri apakah ada
-Berpokus -Identifikasi pengaruh lain
pada diri pengaruh terhadap
sendiri nyeri pada nyeri
-Diaforesis kualitas -Mengetahui
hidup seberapa jauh
-Monitor nyeri
keberhasilan merubah
terapi aktivitas
komplemente sehari-hari
r yang sudah
di berikan
-Monitor efek -Mengetahui
samping berhasil
penggunaan tidaknya
analgetik terapi yang di
berikan
Terapeutik
-Berikan
teknik non -Mengetahui
farmakologis efek terapi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
-Kontrol
lingkungan -untuk
yang mengurangi
memperberat nyeri
rasa nyeri
-Fasilitasi -untuk
istirahat dan mengurangi
tidur nyeri
- -Untuk
Pertimbangka mengurangi
n jenis dan nyeri
sumber nyeri
dalam -Mengetahui
pemilihan terapi yang
strategi tepat untuk
meredakan mengurangi
nyeri nyeri
Edukasi
-Jelaskan
penyebab, -Mengetahu
periode,dan timbulnya
pemicu nyeri nyeri
-Jelaskan
strategi -untuk
meredakan mengetahui
nyeri cara
-Anjurkan mengurangi
monitor nyeri nyeri
secara -mengetahui
mandiri da tidaknya
-Anjurkan perubahan
menggunaka terhadap
n analgesic nyeri
secara tepat -untuk
-Ajarkan mengurangi
teknik non nyeri
farmakologis -untuk
untuk mengurangi
mengurangi nyeri
rasa nyeri
Kolaborasi -Untuk
-Kolaborasi mengurangi
pemberian nyeri
analgesik,
jika perlu
2. Gangguan Setelah Dukungan Dukungan
mobilisasi melakukan mobilisasi mobilisasi
fisik b.d tindakan Observasi
nyeri d.d keperawata -Identifikasi -mengetahui
-Mengeluh n selama adanya nyeri penyebab
sulit 2x24 jam atau keluhan gangguan
menggerak dihrapkan fisik lainnya mobilisasi
an gangguan -Identifikasi -mengetahui
ekstremitas mobilisasi toleransi fisik aktifitas apa
-Nyeri saat berkurang melakukan yang tidak
bergerak dengan pergerakan bisa
-Enggan kriteria -Monitot dilakukan
melakukan hasil sebgai frekuensi -mengetahui
pergerakan berikut jantung dan penyebab
-Merasa -Tidak TD sebelum gangguan
cemas saat mengeluh memulai mobilisasi
bergerak sulit mobilisasi
-kekuatan bergerak -Monitor
otot -Tidak sakit kondisi -Mengetahui
menurun saat umum selama bahwa
-Rentang melakukan melakukan kondisi
gerak aktivitas mobilisasi pasien
(ROM) -Rentang Terapeutik selama
menurun gerak -Fasilitasi melakukan
-sendi kaku meningkat aktivitas mobilisasi
-Gerakan -Gerakan mobilisasi -
tidak terkoordinas dengan alat memudahkan
terkoordina i bantu (mis. pasien
si Oagar tempat mobilisasi
-Gerakan tidur)
terbatas -Fasilitasi
-Fisik melakukan
lemah pergerakan,
jika perlu
-Libatkan -
keluarga memudahkan
untuk pasien
membantu mobilisasi
pasien dalam
meningkatka -Agar pasien
n pergerakan mendapat
Edukasi dukungan
-jelakan
tujuan dan
prosedur
operasi
-Anjurkan -Mengetahui
melakukan penyebab
mobilisasi gangguan
dini mobilisasi
-Anjurkan -Mengurangi
mobilisasi kekauan
sederhana sendi
yang harus -
dilakukan memudahkan
(mis. Duduk mobilisasi
ditempat
tidur, duduk
disisi tempat
tidur, pindah
dari tempat
tidur ke
kursi)
Tim Pokja SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SLKI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI