Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM NORMAL

Pembimbing Klinik :

Rohayati, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

NABILA SYAFIRA

1814401066

TINGKAT 2 REGULER 2

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM NORMAL


A. Pengertian
Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil.
Masa nifas (puer perium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ber langsung
selama kira - kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002)

Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah selesainya partus dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh terus mengalami
perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil (Boobak Irene, 2001).

B. Etiologi
Etiologi post partum dibagi 2, yaitu :
1. Etiologi post partum dini :
a) Atonia uteri
b) Laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir
c) Hematoma
2. Etiologi post partum lambat
a) Tertinggalnya sebagian plasenta
b) Subinvolusidi daerah insersi plasenta
c) Dari luka bekas secsio sesaria

C. Tanda dan gejala


1. After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadang-kadang
sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum.

2. Vital sign
TD: Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan. TD akan
normal kembali dalam waktu I jam
N : Nadi meningkat pada jam pertama atau setelah melahirkan anak, kemudian
mulai berkurang dan kembali normal.
S : Suhu selama 24 jam pertama 380C disebabkan oleh efek dehidrasi dari
persalinan, kerja otot berlebihan selama kala 2, setelah 24 jam pertama suhu
kembali normal.
RR: Pernafasan dalam 1 jam pertama nifas terlihat dalamdan cepat akibat proses
mengejan dan nyeri setelah > 1 jam pernafasan klien kembali normal.
3. Pengeluaran lokhea
Catatan: tanda dan gejala merupakan keadaan yang normal dari persalinan, dan akan
lebih dijelaskan di fisiologi post partum (Abdul Bari. S, dkk, 2002)

D. Patofisiologis post partum


1. Uterus
Uterus mengalami involusi secara berangsur-angsur mengecil, karena setelah plasenta
lahir uterus mengalami kontriksi dan retraksi ototnya akan menjadi keras sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas platasi plasenta.
Proses involusi terjadi secara progresif dan teratur yaitu 1-2 cm setiap haridari 24 jam
pertama post partum sampai minggu pertama pada saat tinggi fundus sejajar dengan
tulang pubis pada minggu ke2.
2. Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera postpartum bentuk
serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni disebabkan oleh korpus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-
olah dan pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya
lunak.
• Setelah janin lahir : dapat dimasukkan tangan pemeriksa
• Setelah 2 jam postpartum : 2 – 3 jari pemeriksa
• Setelah 1 minggu:1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak karena
robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama lingkaran retraksi
berhubungan bagian atas dari canalis servikalis, oleh karena hyperplasia dan retraksi
serviks, robekan serviks menjadi sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir
ostium eksternum. Vagina pada minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.
3. Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.
Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin.
Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan bagian yang
mengalami degenerasi sebagian besar endometrium terlepas.
Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan
waktu 2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi placenta mengalami
proses yang sama ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan
berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas impalntasi placenta.
4. Ligamentum-ligamentum
Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat kembali
seperti semula. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘ kandungannya turun’,
setelah melahirkan oleh karena ligamentum fascia jaringan penunjang alat desidua
tersebut juga otot-otot dinding perut dengan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan-latihan tertentu. Pada hari ke-2 post partum setelah dapat diberikan
fisioterapi.
5. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
6. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
dari pada keadaan sebelum melahirkan.
7. Payudara dan laktasi
8. Pengeluaran pervaginam
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
Macam – macam Lochea antara lain:
a. Lokhea rubra
berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum.
b. Lokhea sanguinolenta
berwarnakuning berisi darah dan lendir, hari 3 – 7 post partum.
c. Lokhea serosa
berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 - 14 post partum.
d. Lokhea alba
cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea stasis
Lochia tidak lancar keluarnya.
9. System gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun
kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit
didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
10. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. • Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
11. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume
darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin
kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang
sangat besar selama masa nifas, namunkadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang
cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
12. Sistem neurologis
Berubah selama puerperium diakibatkan reaksi kebalikan dan adaptasi maternal ke
kehamilan dan diakibatkan selama kehamilan dan melahirkan. Sakit kepala saat
postpartum mungkin disebabkan kondisi yang bermacam-macam termasuk kehamilan
dengan Hipertensi (PIH), stress dan keluarnya cairan cerebrospinal kedalam ekstra
dural selamam penempatan jarum dari epidural atau anestesi spiral.
13. Sistem musculoskeletal
Adaptasi system musculoskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan merupakan
kebalikan pada puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan hipermobilisasi dan
tulang-tulang dan perubahan pusat gravitasi pada ibu disebabkan membesarnya
uterus, stabilisasi tulang-tulang komplet 6-8 minggu setelah kelahiran.
14. Sistem Endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum. Progesteron
turun pada hari ke 3 post partum.
15. Sistem Integument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun (Depkes,2008).

E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada masa post partum menurut Boobak Irene (2001) adalah
sbb:
1. Perdarahan yang berkepanjangan dalam jumlah yang banyak mengakibatkan
terjadinya hipovolemik.
2. Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
3. Rasa nyeri berlebihan (diduga terdapat sisa plasenta)
4. Lokhea pirulenta berisi nanah berbau busuk
5. Resiko infeksi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1.      Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2.      Urine lengkap

G. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri dan
kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2
diperbolehkan duduk dan latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau 5
boleh dipulangkan. Mobolisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema
kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita
sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi obstipasi apalagi berak merah dapat diberikan obat laksans per oral
atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae dan
putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap
lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui mamae harus
dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola mammae
dan putting susu dibersihkan, barulah bayi dususui.
Catatan: bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
Pembalutan mammae sampai tertekan menurun,
Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan periodel,
etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan dapat penurunan (Abdul Bari. S,
2002).

H. Pengkajian Post Partum


Menurut Doenges (2001) pengkajian post partum adalah sbb:
A. Biodata klien berisi tentang : Nama,Umur, Pendidikan,

BIODATA KLIEN
Pekerjaan, Suku,Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradicardy, suhu
36,2-38, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu,
stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh
(intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras,
lunak, boggy),lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom,nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy,
echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan
darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan
trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, teksturkulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan
otot.

I. Diagnosa Keperawatan Intervensi dan Rasional


Menurut Doenges (2001) diagnosa yang muncul pada masa post partum adalah sbb:
1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,
ketidanyamanan payudara.
Tujuan :
Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri
tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau
terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan tekanan
langsung pada perineum.
d. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan regular, dan ini
berlanjut selama 2 – 3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya
berkurang.
e. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen dan
melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali
memfokuskan perhatian.
f. Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan atau
putting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan puting
harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran payudara, nyeri
tekan putting atau adanya pecah-pecah pada putting dapat terjadi hari ke-2 sampai
ke-3 postpartum.
g. Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi lebih
nyaman.
h. Berikan analgetik 30 – 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint paling
hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari ketidaknyamanan ia dapat
memfokuskan pada perawatannya sendiri dan bayinya dan pada pelaksanaan
tugas –tugas mengenai ibu.
2. Menyusui tidakk efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat
pengetahuan pengalaman.
Tujuan :
Menyusui menjadi efektif
a. Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan
rencana perawatan.
b. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan keuntungan
menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-
faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting pecah dan
luka, memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu menyusui.
c. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan
lamanya menyusui.
d. Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi terjadinya luka
atau pecah putting, yang dapat merusak proses menyusui
e. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 – 30
menit, instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan
bantalan bra berlapis elastic dan mengganti pembalut bila bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting,
sedangkan sabun dapat menyebabkan kering.
f. Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan putting
dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik
hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik
hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis,
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
Tujuan: gangguan pola tidur teratasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama persalinan dan jenis
kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini terjadi malam
meningkatkan tingkat kelelahan
b. Kaji factor-faktor,bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan gangguan dan
beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan lingkungan yang tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang
c. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI..
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan
refleks secara psikologis
d. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke
rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta
tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan
yang berlebihan
e. Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.
4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber (informasi).
Tujuan :
Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a. Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat
kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang kinerja persalinan
dan semakin lama hal tersebut membuat lien memikul tanggung jawab terhadap
perawatan dan mensintesa informasi baru serta peran-peran baru.
b. Berikan informasi tentang peran program latihan post partum progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi, menghasilkan tubuh yang
seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
c. Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan
hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional
d. Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan metoda
kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.

5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau


kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan
pemajanan lingkungan .
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin ; catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau
malaise.
C dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.R/ peningkatan suhu sampai 38,3
b. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusional atau
adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1 -2 cm/hari.
Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri tekan
eksterm, menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau imflamasi.
c. Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan normal dan
rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada endometritis,
rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan
normal dari rubra menjadi serosa sampai alba.
d. Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal
sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah anal) membantu
mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
DAFTAR PUSTAKA

Boobak Irene, 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Depkes,2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal &
Neonatal Care Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).

Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta

Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta

Saifuddin, Abdul bari, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Sarwono, 2000, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai