Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

Pembimbing :
Dwi Agustanti, M.Kep., Sp.Kom.

DISUSUN OLEH :
FANNY AMALIA SAFITRI
1814401103
TINGKAT 2 REGULER 3

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Kasus ( masalah utama )
Defisit Perawatan Diri
1. Pengertian
Perawatan diri (personal hygiene) mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-
hari (ADL,s). Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur
hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan
( kebersihan, mandi, berpakaian, toilet, makan). Tetapi juga berapa, kapan, di mana,
dengan siapa, dan bagaimana ( Miller dalam carpenito-Moyet, 2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit
perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, oakaian kotor, bau bdan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan
diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa. Klien gangguan
jiwa kronis sering mengalami sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam keluarga
maupun masyarakat.

II. Proses Terjadinya Masalah (Predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor,


sumber koping, mekanisme koping)
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga klien
menjadi begitu bergantung pada perkembangan inisiatidnya terganggu. Pasien
gangguan jiwa, misalnya mengalami defisit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien tidak peduli terhadap
diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
b. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan olehadanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga mengalami
gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab.
c. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri meliputi kurangnya motivasi, kerusakan
kognitif atau perseptual cemas dan kelelahan yang dialami klien.
3. Penilaian terhadap stressor
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman
dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang
penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan
orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri
dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hdup itu
sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai.
Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan ralitas
daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau
kognitif)
4. Sumber koping
Menurut Herdman (2012), kemampuan individu yang harus dimiliki oleh klien defisit
perawatan diri adalah kemampan untuk melakukan aktivitas perawatan diri dalam
hal pemenuhan kebutuhan mandi ; berhias ; makan dan minum sera toileting.
Sedangkan pada klien defisit perawatan diri biasanya didapatkan data rendahnya
motivasi klien dalam merawat diri, keterbatasan intelektual klien yang sangat
mempengaruhi dalam kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fsik serta
ketidakmampuan memanfaatkan dukungan sosial.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart, GW, 2007)
yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapi tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri.

III. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


NO DATA MASALAH
1 Ds : Defisit Perawatan Diri
Pasien mengatakan tentang :
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosok gigi
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/ berdandan
6. Tidak bisa/ tidak mau menggunakan alat mandi/
kebersihan diri
7. Tidak menggunakan alat makan dan minum saat
makan dan minum
8. BAB dan BAK sembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan
BAK setelah BAB dan BAK
10. Tidak mengetahui cara erawatan diri yang benar.

DO :
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi
kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-
alat mandi, tidak mandi dengan benar.
2. Rambut kusut, berantakan kumis dan jenggot
tidak rapi, pakaian tidak rapi, tidak mampu
berdandan, memilih, mengambil, dan memakai
pakaian, memakai sendal, sepatu,memakai
resleting, memakai barang-barang yang perlu
dalam berpakaian, melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian.
3. Makan dan minum sembarangan, berceceran,
tidak menggunakan alat makan, tidak mampu
(menyiapkan makanan, memindahkan makanan
ke alat makan, mmegang alat makan, membawa
makanan dari piring ke mulut, mengunyah,
menelan makanan secara aman, menyelesaikan
makan).
4. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak
mampu ( menjaga kebersihan toilet, menyiram
toilet.)

IV. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh,


Kurangnya motivasi

V. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit perawatan diri : ketidakmampuan merawat kebersihan diri


2. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
3. Isolasi Sosial

VI. Rencana Tindakan Keperawatan


Dx. Kep Rencana Tindakan
Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawata
Defisit Perawatan TUM: 1. Klien mampu menjaga SP I :
Diri kebersihan diri secara
Klien mampu melakukan 1. Identifikasi masalah
mandiri
perawatan diri: higiene. perawatan diri: kebersi
2. Klien mampu menyebutkan
TUK I: diri, berdandan,
pengertian dan tanda-tanda
makan/minum, BAK/BA
Klien dapat
kebersihan diri
menyebutkan pengertian 2. Jelaskan pentingnya ke
3. Klien dapat mengetahui
dan tanda- tanda han diri
pentingnya kebersihan diri
kebersihan diri Klien
3. Jelaskan cara dan alat
dapat mengetahui
kebersihan diri
pentingnya kebersihan
4. Latih cara menjaga keb
diri Klien dapat
diri: mandi dan ganti pa
mengetahui bagaimana
sikat gigi, cuci rambut,
cara menjaga kebersihan
kuku
diri.
5. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
sikat gigi (2x sehari), cu
rambut (2x perminggu)
potong kuku (1x permin
TUK II : Klien dapat 1. Klien mampu mengganti baju SP II :
berdandan secara mandiri secara rutin, menyisir rambut 1. Evaluasi kegiatan keber
dan memotong kuku. diri. Beri pujian.
2. Jelaskan cara dan alat u
berdandan
3. Latih cara berdandan s
kebersihan diri: sisiran,
muka untuk perempua
sisiran, cukuran untuk p
4. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk kebersi
dan berdandan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC. Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7.


Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa
UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai