Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI

Pembimbing :
Yuni Astini, SKM., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

NABILA SYAFIRA
1814401066
TINGKAT 2 REGULER 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI PENDENGARAN

2.1 Pengertian
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang
pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).Halusinasi sebagai
“hallucinations are defined as false sensory impressions or experiences” yaitu halusinasi
sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.(Sundeen's, 2004).
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
simulus (Yosep, 2009).

2.2 Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.Diperoleh baik dari
klien maupaun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi :
a. Faktor Biologis
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan intrapersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan. Coontoh :Tidak
memiliki garis keturunan penderita gangguan jiwa.

b. Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan
sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarknya.Contoh :Klien berusia 32 tahun, pekerjaan sebagai cleaning service,
pendidikan klien terakhir SMP, beragama Islam dan bertempat tinggal di Natar. Klien
tidak pernah melakukan penganiayaan, tindakan kriminal maupun adanya penolakan
dari lingkungannya.

c. Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda bertentangan
yang sering diterima oleh seseorang akan menagkibatkan stres dan kecemasan yang
tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas. Contoh :Pasien tampak bingung,
cemas, suka menyendiri, dan mudah emosi karena pernah mengalami pengalaman
yang tidak menyenangkan dalam hal asmara

2.3 Faktor Presipitasi


Faktor presipitasi yaiutu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya.Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan
juga suasana sepi atau terisolasi seringg menjasi pencetus terjadinya halusinasi. Hal
tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik
Contoh Presipitasi
a. Asal
Kurangnya dukungan dari keluarga sehingga Tn. K mengalami keterpurukan
akibat gagal menikah.
b. Waktu
Klien mengalami halusinansi sejak± 1 bulan yang lalu.
c. Jumlah
Hanya 1 hal yang membuat klien terpuruk

2.4 Penilaian terhadap stressor


a. Kognitif
Klien tidak berpikir logis, kekacauan alur pembicaraan, sering berbicara sendiri,
serta kurangnya motivasi untuk melanjutkan hidup.
b. Afektif
Klien mengalami kesedihan yang berlarut-larut dan merasakan takut yang
berlebihan.
c. Fisiologis
Kilen susah tidur
d. Prilaku
Klien berilaku aneh sesuai isi halusinasi, sering berbicara sendiri, dan selalu
merasa gelisah
e. Sosial
Klien tidak tertarik dengan kegiatan yang bersifat menghibur, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, acuh dengan lingkungan, penurunan kemampuan
bersosialisasi, dan selalu merasa ketakutan dan tidak percaya terhadap orang lain.

2.5 Sumber koping


Suatu evalusi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stres dan anxietas dengan menggunakan sumber koping di lingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
Contoh sumber koping :
a. Mendapat dukungan sosial dan keyakinan budaya dari keluarga dan lingkungan
sekitar.
b. Dapat membantu seseoarang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

2.6 Mekanisme Koping


Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stres termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri.Contoh : Cara yang dilakukan klien dalam meyelesaikan masalah adalah
maladaptif (menarik diri dari lingkungan).
3.1 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
DataSubyektif :
- Klienmengatakanbenciataukesalpadaseseorang.
- Kliensukamembentakdanmenyerang orang yang
mengusiknyajikasedangkesalataumarah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresimarahsaatmembicarakan orang, pandangantajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

3.2 Pohon Masalah


Resiko perilaku mencederai diri
…………………………………………

Gangguan Perubahan
Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial
………………………………………

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri

3.4 Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I :Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada
teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu ,
namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya


Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang
lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri
Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan
jelas tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
- K–P
- K – P – P lain
- K – P – P lain – K lain
- K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Muhith Abdul, 2015. PENDIDIKAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Andi


https://www.academia.edu/30647554/keperawatan_jiwa_halusinasi
https://www.academia.edu/19667672/askep_halusinasi_jiwa
https://www.academia.edu/5878928/STUDIKASUSASUHANKEPERAWATAN_PADA_T
N.I_DENGAN_GANGGUAN_PERSEPSI_SENSORI_HALUSINASI_PENDENGARAN

Anda mungkin juga menyukai