Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PSIKOSOSIAL KECEMASAN ( ANSIETAS )

Pembimbing :

Yuni Astini, SKM., M.Kes.

DISUSUN OLEH :

NABILA SYAFIRA

1814401066

TINGKAT 2 REGULER 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep dasar kecemasan / ansietas


1. Pengertian
Ansietas merupakan perasaan tidak tenan yang samar samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (penyebab
tidak spesifik atau tidak diketahuinoleh individu). Stuart 2012 menyatakan
bahwa ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Perasaan takut dan tidak
menentu dapat mendatangkan sinyal peringatan tentang bahaya yang akan
datang dan membuat individu untuk siap mengambil tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon.
Sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan
takut akan terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan
merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap mengambil
tindakan untuk menghadapi acaman. Adanya tuntutan, persaingan, serta
bencana yang terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap
kesehatan fisik dan psikologi. Salah satu dampak psikolgis yaitu ansietas
atau kecemasan.

2. Tingkat ansietas
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam hidup
sehari-hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang
Ansietas sedang dapat membuat seseorang untuk memusatkan
perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatianyang selektif, tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.

c. Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Adanya kecendrungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentanhhal lain. Semuaprilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu hal lain.

d. Tingkat panic
Ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror,
serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan.
Panic meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain,persepsi menyimpang, serta
kehilangan pemikiran rasional.

3. Rentang respon tingkat ansietas

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Panik Berat


(sumber : stuart, 2013)

B. Penilaian terhadap stressor


1. Batasan karakteristik
a. Perilaku (behavior)
1. Menurunnya produktivitas
2. Gerak gerik yang asing
3. Gelsah
4. Pandangan sekilas
5. Hipervigilensi
6. Imsomnia
7. Rendahnya kontak mata
8. Kersahan
9. Perilaku mengamati
10. Cemas pada perubahan peristiwa hidup
b. Afektif (affective)
1. Persaan menderita
2. Aprehensif
3. Persaan kesusahan
4. Ketakutan
5. Merasa tidak cukup
6. Tidak beraya
7. Meningkatnya
8. Iritabilitas
9. Kegugupan
10. Terlalu gembira
11. Bingung
12. Perasaan meyesal
13. Ketidakpastian
14. Ansietas
c. Psikologis (physiological)
1. Tekanan wajah (facial tension)
2. Tremor tangan
3. Meningkatnya produksi keringat
4. Meningkatnya tekanan
5. Gemetar (trembling)
6. Kegoyahan (shakiness)
7. Suara gemetar
d. Simpatik (sympathetic)
1. Alterasi pada pola respiratori
2. Anoreksia
3. Reflex cepat
4. Eksitasi kardiovaskuler
5. Diare
6. Mulut kering
7. Muka menjadi merah (facial flushing)
8. Palpitasi jantung
9. Meningkatnya tekanan darah
10. Meningkatnya kecepatan detak jantung
11. Meningkanya kecepatan respiratori
12. Pelebaran pupil
13. Vasokontriksi superficial
14. Kegugupan
15. Merasa lemah
e. Parasimpatik
1. Sakit abdominal
2. Alterasi pada pola tidur
3. Menurunnya kecepatan jantung
4. Menurunnya tekanan darah
5. Diare
6. Pusing
7. Kelelahan
8. Mual
9. Sensasi geli yang ekstrim
10. Sering berkemih
f. Kognitif
1. Alterasi perhatian
2. Alterasi konsentrasi
3. Kesadaran akan gejala psikologis
4. Bingung
5. Memblokir pikiran
6. Menurunnya kemampuan perceptual
7. Hilangnya kemampuan untuk belajar
8. Hilangnya kemampuan untuk memecahkan masalah
9. Perasaan takut
10. Pelupa
11. Preokupasi
12. Ruminasi
13. Kecendrungan untuk menyalahkan orang lain

2. Factor predisposisi
Stuart dan laraia (2005) menyatakan fator penyebab terjadinya
ansietas. Adapun teori yang dapat menjelaskan ansietas, antara lain :
a. Fakor biologis
Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor
khusus yang dapat meningkatkan neuro regulator inhibisi (GABA)
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berkaitan
dengan ansietas (stuart, 2013). Reseptr benzodiazepine yang terdapat
diotak, dapat membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga
berperan penting dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas sebagaimana halnya dengan endorphin. Ansietas mungkin
disertaidengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
b. Faktor psikologis
Factor psikologis dapat dilihat dari pandangan psikoanalitik,
pandangan interpersonal, dan pandangan prilaku
1. Pandangan psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribaian ( id seserang dan superego). Id mewakili dorongan
insting dan implus primitive, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen
yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2. Pandangan interpersonal
Ansietas timbul akibat persaan takut tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga
diri rendah terutama mudah mudah mengalami perkembanga
ansietas berat.
3. Pandangan prilaku
Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala Sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar prilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk meghindari kepedihan .
individu ang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan, sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
c. Social budaya
Ansietas dapat ditemukan dengan mudah dalam kelurga.ada
ketumpang tindihan antara gangguan ansietas dengan depresi.faktor
ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.

3. faktor presipitasi
factor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
a. Ancaman integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari
b. Ancaman terhadap sitem diri seseorang dapat membahayan indentitas,
harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi seseorang.

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiranya sendiri serta
mudah tersinggung
b. Pasin merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut
c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak
orang
d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang
menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Adanya keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang berdenging atau berdebar debar, sesak
napas, mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.
5. Sumber koping
Koping dapat dilakukan dengan menggerakkan sumber koping
dilingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan oleh individu untuk mengatasi
ansietas.

6. Mekanisme koping
Tingkat ansietas seda danberat menimbulkan dua jenis mekanisme koping,
yaitu:
a. Reaksi yan berorientasi pada tugas yaitu upaya disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntutan
situasi stress, misalnya prilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebuuhan menarikdiri untuk
memindahkan dari sumber stress. Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mngrbankan kebutuhan personal
b. Mekansme pertahanan ego dapat membantu mengatai ansietas ringan
dan sedang, serta melibatkan penipuan diri, distorsi realitas, dan
bersifat maladaftif. Menurut Nurhaliah (2016), meanism pertahanan
ego yang digunakan adalah:
1. Kompensasi
Proses dmana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan kelebihan yang dimilikinya
2. Penyangkalan
Klien menyatakan ketidaksetujuan terhadap ralitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekasme pertahanan ini paling
sederhana dan primiif
3. Pemindahan
Pmindahan merupakan pengalihan emosi yang semula ditujukan
pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kuang
mengancam terhadap dirinya.
4. Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilau dari kesadaran atau
identitasnya.
5. Identifikasi
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi
dengan mengambl/menirukan pikiran-pikiran, prilaku, dan selera
orang tersebut.
6. Intelektualisasi
Klien menggunakan logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7. Introjeksi
Klien mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidaklagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentuakan superego)
8. Fiksasi
Klien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran), sehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
9. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada oang
lain terutama keinginan, terutama keinginan. Perasaan emosional
dan motivasi tidak dapat ditolerasi.
10. Rasionalisasi
Klien member keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya
berdasarkan pada alasan yang seolah olahrasional, sehingga tidak
menjatuhkan harga diri.
11. Reaksi formal
Klien bertingkah lakuyang berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan atau perasaan yang sebenarnya.
12. Regresi
Klien kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
yang primitive)
13. Represi
Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan. Hal ini merupakan
pertahanan ego yang primer dan cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
14. Acting out
Klien langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15. Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia
16. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan,
tetapi sebetulnya merupakan represi yang disadari.
17. Undoing
Tindakan atau prilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan, prilaku atau komunikasi sebelumnya yang
merupakan mekanisme pertahanan primitive.

D. Masalah keperawatan dan data pendukung


Analisa Data

DATA POHON MASALAH MASALAH


KEPERAWATAN
1). DO: perubahan Ansietas Ansietas
TTV

DS: - klien
Akumulasi stressor
mengatakan
bahwa klien
cemas dan
bingung Koping maladaptive

stressor
1). DO: perubahan Gang.Pola Tidur Gang.Pola Tidur
TTV

DS: -keluarga dan


Persepsi negative
klien mengatakan
terhadap masalah
bahwa klien sukar
tidur dan sering
menangis HDR

Menarik diri dari


lingkungan

Ansietas

Akumulasi stressor

Koping maladaptive

stressor
DO: afek dan HDR Harga Diri Rendah
emosinya sedih,
merasa tidak berguna
Menarik diri dari
DS: klien mengeluh lingkungan
merasa dirinya
tidak berarti,
menjadi seorang Ansietas

ibu dan istri

Akumulasi stressor

Koping maladaptive

stressor
DO:terlihat menangis Koping maladaptive Ketidakefektifan koping
individu
DS: Klien mudah sedih
dan muah
stressor
menangis, merasa
lemah

C. Pohon masalah

Gangguan Pola Persepsi negatif


Tidur terhadap masalah

Harga Diri Rendah


Menarik diri dari lingkungan sekitar

Ansietas

Akumulasi stressor

Koping maladapatif

Stressor

D. Diagnosis keperawatan
1) Ansietas
2) Gangguan pola tidur
3) Harga diri rendah
4) Ketidakefektifan koping individu

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose Intervensi Rasional
Ansietas 1. Bina hubungan saling 1. Memberikan rasa aman
percaya dan kenyamanan saat
Tujuan: setelah Mengucapkan salam berinteraksi.
dilakukan Berjabat tangan
tindakan Menjelaskan tujuan interaksi
keperawatan Membuat kontrak topik,
selama 4x24 jam, waktu dan tempat setiap
klien dapat kali bertemu pasien
mengatasi ansietas 2. Bantu klien untuk 2. Membantu klien untuk
yang dialami. mengenal ansietas mengenali penyebab dari
Bantu pasien untuk ansietas.
Kriteria hasil: mengidentifikasi dan
Klien mampu menguraikan perasaannya.
mengenal ansietas. Bantu klien menjelaskan
Klien mampu situasi yang menimbulkan
mengatasi ansietas ansietas
melalui teknik Bantu klien menyadari
relaksasi. perilaku penyebab ansietas
Klien mampu 3. Ajarkan pasien teknik 3. Teknik relaksasi dapat
memperagakan relaksasi mengurangi ansietas yang
dan menggunakan Pengalihan situasi di alami klien.
teknik relaksasi Latihan relaksasi (napas
untu mengatasi dalam, mengerutkan dan
ansietas. mengendurkan otot-otot)
Klien tampak 4. Motivasi pasien melakukan 4. Teknik relaksasi dapat
tenang, tidak teknik relaksasi setiap mengurangi ansietas yang
binggung, tidak ansietas muncul di alami klien.
gelisah.
TTV dalam batas
normal
Gangguan Pola Tindakan untuk pasien
Tidur 1. Bersama pasien 1. Digunakan sebagai acuan
mengidentifikasi penyebab untuk memilih intervensi
Tujuan : Setelah di gangguan pola tidur apa yang selanjutnya akan
lakukan asuhan di pakai.
keperawatan 2. Cara-cara tersebut dapat
selama 2x24 jam 2. Diskusikan cara-cara untuk memberikan efek rileks
pola tidur klien memenuhi kebutuhan pada klien sehingga klien
tidak tidur: akan dapat memulai tidur
mengalami a. Kurangi tidur pada siang dengan perasaan yang
gangguan hari tenang dan rileks
b. Minum air hangat/susu
Kriteria Hasil : hangat sebelum tidur
-Klien mampu c. Hindarkan minum yang
mengidentifikasi mengandung kafein dan
penyebab coca cola
gangguan pola d. Mandi air hangat
tidur sebelum tidur
Klien mampu e. Dengarkan music
memenihi yang lembut sebelum tidur 3. Memberikan pada klien
kebutuhan 3. Anjurkan pasien untuk kesempatan untuk
istirahat dan tidur memilih cara yang sesuai menentukan pilihan untuk
Keluarga dengan kebutuhannya kebutuhannya sendiri
mengidentifikasi
gejala gangguan 4. Pujian di gunakan untuk
pola tidur 4. Berikan pujian jika klien memberikan motivasi
Keluarga memilih cara yang tepat pada klien
membantu pasien untuk memenuhi
untuk memenuhi kebutuhan tidurnya.
kebutuhan tidur
Tindakan untuk Keluarga:
1.Diskusikan dengan 1. Melibatkan keluarga
keluarga tentang tanda dan dalam pencegahan dini
gejala gangguan pola tidur. atau perawatan dari
gangguan pola tidur.
2. Anjurkan keluarga untuk
menciptakan lingkungan 2. Memfasilitasi agar pasien
yang tenang. dapat tidur
3. Jika lansia mendapat terapi
pengobatan jelaskan pada 3.Penting ketika klien akan
keluarga : di rencanakan pulang
a. Prinsip lima benar
minum obat (benar obat,
pasien,cara,dosis dan
waktu).
b. Pentingnya penggunaan
obat sesuai anjuran dokter
c. Akibat bila obat tidak di
gunakan sesuai program
d. Jelaskan efek samping
obat dan hal-hal untuk
menghindari efek samping
e. Jelaskan cara
mendapatkan obat atau
berobat
Harga Diri Rendah SP HDR Pasien 1 SP HDR Pasien 1
1. Identifikasi Aspek positif baik secara
Tujuan : setelah kemampuan dan aspek psikis maupun fisik dapat
dilakukan positif yang dimiliki pasien dijadikan acuan untuk
tindakan 2. Bantu pasien menilai membuat individu
keperawatan 3x24 kemampuan pasien yang memulai memikirkan
jam klien memiliki dapat digunakan bahwa sebenarnya dirinya
harga diri yang 3. Bantu pasien memilih “mampu” dan bisa
baik kegiatan yang akan dilatih berubah
sesuai dengan kemampuan
Kriteria Hasil : pasien
Klien dapat 4. Latih pasien sesuai
mengdentifikasi kemampuan yang dipilih
aspek positif yang 5. Berikan pujian yang
dimiliki wajar terhadap
Klien dapat keberhasilan pasien
menilai 6. Anjurkan pasien
kemampuannya memasukkan dalam jadwal
sendiri kegiatan
Klien dapat
berlatih sesuai SP HDR Pasien 2 SP HDR Pasien 2
dengan 1. Evaluasi jadwal Penggalian dan pelatihan
kemampuan yang kegiatan harian pasien pada kemampuan klien
dimiliki 2. Latih kemampuan yang lain akan membuat
kedua klien semakin berfikir
3. Anjurkan pasien positif tentang dirinya
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

Ketidakefektifan 1. Kaji status koping yang 1. Mengetahui status koping


koping digunakan oleh klien klien dan dapat digunakan
Tentukan kapan mulai terjadi untuk menentukan
Tujuan: setelah perasaan, gejala, tindakan selanjutnya.
dilakukan korelasinya dengan
tindakan peristiwa dan
keperawatan perubahannya.
selama 4x24 jam, Dengarkan dengan cermat
klien dapat dan amati ekspresi wajah,
melakukan koping gerakan tubuh, kontak
yang efektif mata, posisi tubuh, intonasi
dan intensitas suara.
Kriteria hasil: 2. Berikan dukungan jika 2. Meningkatkan rasa
Klien mampu klien mengungkapkan percaya diri klien
mengenal koping perasaannya. sehingga tidak pesimis
individu tidak Jelaskan bahwa perasaan- terhadap kejadian yang
efektif. perasaan yang dimilikinya dialami klien.
Klien mampu memang sulit. Jika klien
mengatasi koping menjadi pesimis, upayakan
individu tidak untuk lebih memberikan
efektif. harapan pandangan
Klien mampu realistis
memperagakan 3. Motivasi untuk melakukan 3. Meningkatkan rasa
dan menggunakan evaluasi dari perilakunya percaya diri klien
koping yang sendiri. sehingga tidak pesimis
kostruktif untuk Apakah hal tersebut berguna terhadap kejadian yang
mengatasi bagi Anda. dialami klien.
ansietas. Bagaimana hal tersebut dapat
Jika di ajak bicara membantu
dapat berespon Apa yang Anda pelajari dari
dengan baik (tidak pengalaman itu.
diam) 4. Bantu klien untuk 4. Mendorong klien untuk
memecahkan masalah melakukan koping yang
dengan cara yang efektif.
konstruktif
Apa yang menjadi masalah.
Gali cara pasien mengurangi
ansietas di masa lalu.
Dorong pasien untuk
menggunakan respon
koping adaptif yang
dimilikinya.
5. Ajarkan alternative koping
yang konstruktif
Bicara dengan orang lain.
Melakukan aktivitas yang
bermanfaat.
Olahraga.
6. Bantu pasien melakukan
kegiatan yang menarik.
Beri pasien aktifitas yang
bersifat mendukung dan
menguatkan perilaku social
yang produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Diagnosa Keperawatan NANDA NIC-NOC (terjemahan)


Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
Ibrahim, Ayub Sani. 2007. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Dua As-As :
Jakarta
Kaplan, Harold I, dkk. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika : Jakarta
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Aesculapius
: Jakarta.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,
Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Penerbit MocoMedia
: Yogyakarta.
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, EGC :
Jakarta.
Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC : Jakarta.
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar sKeperawatan Jiwa, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai