Di susunoleh:
2. Pathway
F. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
G. Komplikasi
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan
atau sesudah persalinan.
4. Komplikasi
Komplikasi Sectio Caesaria menurut Oxorn & Forte, (2010) yaitu sebagai
berikut :
1) Perdarahan yang terjadi karena adanya atonia uteri, pelebaran insisi uterus,
kesulitan mengeluarkan plasenta dan hematoma ligamentum latum.
2) Infeksi Sectio Caesaria bukan hanya terjadi di daerah insisi saja, tetapi
dapat terjadi di daerah lain seperti traktus genitalia, traktus urinaria, paru-
paru dan traktus respiratori atas.
3) Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga dapat menyebabkan
rupture uterus.
4) Ileus dan peritonitis.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan penunjang yang dapat dilakukan untuk Sectio Caesaria yaitu:
1) Laboratorium
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/HT) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.
d. Urinalisis/kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit.
2) Pemeriksaan ECG.
3) Pemeriksaan USG
4) Amniosentetis terhadap maturitas pari janin sesuai indikasi
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis post Sectio Caesaria antara lain sebagai berikut:
1) Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama pasca operasi pasien masih puasa, maka
pemberian cairan melalui intavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ
tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2) Diet
Pemberian cairan melalui infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi.
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar.
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler).
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4) Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
5) Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Pemberian antibiotik dapat menurunkan resiko infeksipada luka post
Secto Caesaria, cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat
berbeda-beda setiap institusi.
b. Analgetik
Untuk meredakan rasa nyeri post operasi, pemberian obat ini umumnya
dibarengi dengan pemberian obat umtuk memperlancar kerja saluran
cerna.
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian dan vitamin C.
6) Perawatan luka
Pada luka post operasi dilakukan perawatan untuk melihat kondisi
balutan luka apakah ada rembesan darah atau cairan lainnya serta kondisi
luka post operasi itu sendiri.
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Identifikasi perubahan kondisi ibu pasca operasi untuk melihat adanya
tanda-tanda infeksi, perdarahan serta kondisi lainnya.
8) Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari I post operasi jika
memungkinkan dan kondisi ibu sudah dapat mobilisasi penuh, maka dapat
dilakukan management laktasi.