MASA NIFAS
I. DEFINISI
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau peurperium adalah masa atau waktu sejak bayi
dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik
yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada awal postpartum,
yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan
yang baik.
II. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan dengan
faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
Adapun tahapan atau periode masa nifas dibagi menjadi 3 periode, yakni:
1. Puerperium dini: Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-
kira antara 6 sampai 8 minggu.
3. Remot puerperium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi
Proses perubahan dalam masa nifas, yaitu:
1. Tanda-Tanda Vital
Satu hari (24 jam) pada postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5 –38 °C) akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada hari ke-
3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI dan payudara menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun berarti
menandakan kemungkinan mengarah pada infeksi atau keadaan abnormal lainnya.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Setelah melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat. Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah
yang rendah kemungkinan karena ada pendarahan, sedangkan tekanan darah tinggi
pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum. Keadaan
pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh dan denyut nadi.
2. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada kala tiga persalinan, uterus berada
di garis tengah kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar sewaktu
kehamilan usia 16 minggu dengan berat kira-kira 100 gr. Ukuran uterus mengecil
kembali (setelah 2 hari pasca persalinan). Jika sampai 2 minggu postpartum, uterus
belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi disebabkan oleh infeksi
atau perdarahan lanjut (late postpartum haemorhage). Secara garis besar, uterus akan
mengalami pengecilan (involusi) secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil.
3. Perubahan Tinggi dan Berat Uterus Saat Masa Nifas
4. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Pengeluaran lochea dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut:
a. Lochea rubra: lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum.
Cairan yang keluar warna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b. Lochea sanguilenta: cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lochea serosa: lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan / laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke 14
postpartum.
d. Lochea alba: mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik
dan serabut jaringan mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 sampai 6
minggu postpartum.
e. Lochea purulenta, terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochiostasis: lochea yang tidak lancar keluarnya
5. Perubahan Vagina dan Perineum
a. Vagina pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali.
b. Perubahan pada perineum, terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum
umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito bregmatika. Lakukan penjaitan dan perawatan dengan baik dan benar
bila ada laserasi lahir atau bekas luka episiotomy
6. Perubahan Sistem Pencernaan
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu
melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Kebiasaan BAB teratur perlu
diterapkan kembali setelah tonus otot kembali normal, perlu dilatih kembali untuk
merangsang pengosongan usus
7. Perubahan Sistem Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada
keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus kala 2 dilalui, dan besarnya tekanan
kepala yang menekan pada saat persalinan.
8. Perubahan Sistem Integument
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit.
9. Perubahan Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum, progesterone
turun pada hari ke 3 postpartum, kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.
10. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Abulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum, ambulasi dini sangat membantu
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi
11. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variable, contoh
kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi, dan pengeluaran cairan
ekstravaskuler, dalam 2-3 minggu setelah persalinan volume darah seringkali
menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
b. Cardiac output
Cardiac output terus meningkat, selama kala 1 dan kala 2 persalinan. Puncaknya
selama masa nifas dengan tidak memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan
anastesi cardiac output akan kembali seperti semula sebelum hamil dalam 2-3
minggu.
12. Perubahan Sistem Hematologi
a. Keadaan hematokrit dan hemoglobin akan kembali pada keadaan semula seperti
sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum.
b. Leukosit selama 10-12 hari setelah persalinan umumnya bernilai antar 20.000-
25.000/mm3.
c. Faktor pembekuan, pembekuan darah setelah melahirkan. Keadaan produksi
tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengaluaran dari tempat plasenta.
d. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda thrombosis
(nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau
padat ketika disentuh).
e. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera kembali setelah persalinan.
13. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti (2015), yaitu:
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dar hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang
dialaminya dari awal sampai akhir.
b. Fase taking hold adalah periode yang berlangsung atara 3-10 hari setelah
melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
c. Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
IV. PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dngan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Di dalam poses persalinan normal atau partus spotan terkadang harus
melalui proses induksi atau pacuan agar bayi dapat keluar. Ada beberapa hal yang
menyebabkan persalinan tersebut harus dilakukan pacuan atau induksi, indikasi pada ibu yaitu
penyakit yang diderita, komplikasi kehamilan, kondisi fisik ibu, rupture sponan berlebih,
perdarahan antepartum, kanker, kala 1 lama, kemudian ada beberapa indikasi pada janin yang
menyebabkan persalinan harus menggunakan induksi atau pacuan yaitu kehamilan lewat
waktu (postmature), plasenta previa parsialis, solution plasenta ringan, kematian intrauterine,
kematian berulang dalam rahim, ketuban pecah dini, diabetes kehamilan, recurrent intrauterine
death.
Pada pasien postpartum spontan atau nifas akan mengalami perubahan fisiologis dan
psikologis. Perubahan yang terjadi pada pasien postpartum spontas akan menyebabkan
pengeluaran ASI tidak lancer yang disebabkan oleh penurunan hormone estrogen dan
progesterone sehingga menstrimulasi hipofisis anterior dan posterior lalu sekresi prolactin dan
oksitosin terjadi membuat diagnosa kerewatan ketidakefektifan pemberian ASI muncul.
Pada ibu nifas juga akan mengalami involusi uteri yang menyebabkan pelepasan desidua lalu
mengalami kontraksi uterus dan munculnya lochea. Ibu nifas yang dilakukan tindakan
episiotomi saat persalinan akan menyebabkan resiko infeksi karen luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Dari proses persalinan bisa terjadi komplikasi postpartum
pada ibu nifas yaitu perdarahan yang menyebabkan volume cairan menurun dan menimbulkan
diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan. Dari luka episiotomi tersebut
menimbulkan nyeri di perineum saat defekasi menyebabkan konstipasi pada ibu nifas.
Perubahan psikologis juga terjadi pada ibu nifas pada fase taking in yang berlangsung 1-3 hari
setelah persalinan ibu terfokus pada diri sendiri termasuk dalam pemilihan alat kontrasepsi
yang akan digunakan untuk dirinya, kurangnya informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi
yang cocok digunakan untuk sang ibu membuat dignosa keperawatan defisiensi pengetahuan
muncul. Fase taking hold berlangsung selama 3-10 hari, timbul rasa khawatir akan ketidak
mampuan dan rasa tanggung jawab ibu dalm merawat bayinya, hal ini menyebabkan defisiensi
pengetahuan tentang peran menjadi orang tua. Fase letting go berlangsung selama 10 hari
setelah melahirkan disini ibu sudah mandiri dalam menyesuaikan diri dengan kebiasaan
bayinya.
V. Komplikasi
Komplikasi pada kala III dan IV:
1. Atonia uteri
2. Perlukaan jalan lahir
3. Retensio plasenta
4. Tertinggal sebagian plasenta di uterus
5. Kelainan proses pembekuan darah akibat hipofribrinogenemia
6. Penatalaksanaan kala III yang salah
7. Emboli air ketuban
8. Inversio uteri
9. Syok obstetric
Fisik&hormonal
Letting go phase
Kelemahan Intoleransi
(Wulan purwanti, 2017) umum aktivitas
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada masa nifas:
Breast atau mamae: dilihat kondisi bersih atau kotor, pembesaran mamae, kondisi putting
inverted atau menonjol, pengeluaran kolostrum sudah ada belum.
Uterus: evaluasi kontraksi, tinggi fundus uteri, apakah terganggu vesika urinaria
Bladder atau kandung kemih: sering berkemih
Bowel: adakah konstipasi
Lochea: evaluasi konsistensi, bau, warna, jumlah
Episiotomi: kondisi luka REEDA (red, edema, echimosea, discharge, apoximate) dengan
skoring 0 baik, 1-5 kurang baik, >5 buruk.
Homman: adanya tanda homman sign atau tromboplebitis
Emotional: tes kejiwaan, fase nifas (taking in, taking hold, letting go)
N Diagnosa
NIC NOC
O Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan …x24 1. Mengecek nadi
Perfusi jaringan
jam, klien menunjukkan perfusi jaringan perifer, udem, waktu
perifer
perifer adekuat, dengan indikator pengisian kapiler,
No Indikator Target warna dan suhu kulit
1. Suhu akral 5 2. Monitor nyeri
2. Tekanan darah 5 4.
2. hipotermia 5 3.
3. letargis 5 antibiotik
4.
4. Intoleransi makan 5
nutrisi yang cukup
5. hipotensi 5
N Diagnosa
NIC NOC
O Keperawatan
6. hipertensi 5
Keterangan:
1. Berat
2. Besar
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Daftar pustaka
Puji, Heni. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Kemenkes