Disusun Oleh :
Probolinggo,........................
Mahasiswa
(...................................) (......................................)
Kepala Ruangan
(................................................)
KONSEP LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
GANGREN PEDIS
1.2 Definisi
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa diabetes
merupakan penyakit kronis serius yang terjadi baik saat pancreas tubuh
tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya
ataupun bila tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup (hormon
yang mengatur glukosa atau gula darah) (WHO, 2016).
Kaki diabetik merupakan gambaran secara umum dari kelainan
tungkai bawah secara menyeluruh pada penderita diabetes melitus yang
diawali dengan adanya lesi hingga terbentuknya ulkus berupa luka terbuka
pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat yang sering disebut dengan ulkus diabetik karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan
neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering
tidak dirasakan dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob yang pada tahap selanjutnya dapat
dikategorikan dalam gangren yang pada penderita diabetes melitus disebut
dengan gangren diabetik (Arief Mansjoer dkk, 2017).
Berdasarkan National Institute for Health and Care Excellence
yang diterbitkan pada tahun 2016, pasien dengan ataupun tanpa diagnosis
diabetes melitus sebelumnya memiliki gejala seperti sering buang air kecil
(polyuria), sering haus (polidipsia), penurunan berat badan dan kelelahan
serta pada diabetes ketoasidosis gejala yang timbul seperti mual, muntah,
sakit perut, dehidrasi, tingkat kesadaran yang berkurang dan gangguan
pernafasan. Banyak manifestasi klinis yang tidak spesifik dan dilaporkan
dalam konteks klinis lainnya. Sedangkan berdasarkan American Diabetes
Association komplikasi dalam jangka panjang diabetes melitus termasuk
retinopati dengan potensi kehilangan penglihatan, neuropati otonom yang
menyebabkan gejala disfungsi seksual, genitourinari, gastrointestinal dan
kardiovaskular, charcot arthropaty atau kelainan sendi berupa arthropati
destruktif, nefropati yang menyebabkan gagal ginjal, neuropati perifer
dengan risiko ulkus kaki dan amputasi. Diabetes melitus merupakan
penyakit epidemi global dan infeksi kaki pada pasien diabetes melitus
adalah salah satu komplikasi yang paling serius.Infeksi kaki pada pasien
diabetes melitus menghasilkan interaksi kompleks dari beberapa faktor
risiko. Ketika lapisan pelindung kulit rusak, jaringan dalam akan terkena
infeksi bakteri yang berkembang dengan cepat. Pasien dengan infeksi
kaki diabetes melitus sering memerlukan amputasi pada anggota tubuh
ekstremitas bawah dan lebih dari separuh kasus, infeksi adalah faktor
yang paling besar. Rawat inap merupakan keputusan pertama untuk
menangani pasien infeksi kaki pada diabetes mellitus. Mereka sering
memerlukan resusitasi cairan, regulasi gangguan metabolik melalui
kontrol glikemik ketat (biasanya menggunakan terapi insulin), intervensi
debriment, drainase, reseksi tulang atau revaskularisasi mendesak), dan
dilakukan pemilihan terapi antibiotik yang tepat (Mendes dan Neves, 2018).
1.3 Etiologi
Menurut (Suddarth, 2016), faktor – faktor yang berpengaruh atas
terjadinya kerusakan integritas jaringan dibagi menjadi faktor eksogen
dan endogen.
1. Fakor Endogen : genetik metabolik, angiopati diabetik, neuropati
diabetik.
2. Faktor Eksogen : trauma, infeksi, obat. Faktor yang berperan dalam
timbulnya ulkus diabetikum angiopati, neuropati, dan infeksi. Adanya
neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi
nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami taruma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada kaki sehingga merubah
titik tumpu yang menyebabkan ulserasi pada kaki klien. Apabila
subatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan mersa sakit pada tungkai sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan penurunan asupan
nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka
yang sukar sembuh. Infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap
penyembuhan ulkus diabetikum.
1.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Suddarth, 2016) gangren diabetik akibat mikroagiopatik
disebut juga gangrene panas karena walaupun nekrosis daerah akral itu
tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba
pulsasi arteri dibagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak
kaki. Proses mikro angiopatik menyebabkan sumbatan pembuluh darah
sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 4P yaitu :
1. Pain (nyeri)
2. Paleness (kepucatan)
3. Parethesia (parestesia dan kesemutan)
4. Paralysis ( lumpuh) Bila terjadi sumbatan kronik akan timbul
gambaran klinis :
a. Staduim I : asimtomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klau dikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus) (Bunner & Suddarth, 2016).
1.5 Klasifikasi
Klasifikasi kaki diabetes berdasarkan Wagner- Meggit, 2016 adalah
sebagai berikut:
1. Derajat 0 = tidak ada lesi terbuka, deformitas atau selulitis mungkin
ditemukan
2. Derajat = ulkus superfisial (partial atau full thickness)
3. Derajat 2 = ulkus ekstensi ke ligamen, tendon, kapsul sendi, atau deep
fascia, tanpa abses atau osteomyelitis
4. Derajat 3 = ulkus dalam dengan abses, osteomielitis, atau joint sepsis
5. Derajat 4 = gangren terlokalisasi pada forefoot atau heel
6. Derajat 5 = gangren seluruh kaki
1.6 Patofisiologi
Menurut ( Askandar, 2001 dalam Wijaya, 2017 terjadinya masalah
kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pembuluh darah. Neuropati,
baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki
dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.Hal tersebut
menyebabkan terjadinya kulit kering menyebabkan nyeri akut.Ulkus
diabetikum terdri dari kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding
pintu masuknya dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus berhubungan dengan hyperglikemia yang bersfek
terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya
tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Neuropati sensori menyebabkan kesemutan
sampai hilangnya rasa pada luka sehingga koping yang tidak efektif
menyebabkan ansietas, selain itu neuropati motorik menyebabkan
kelemahan dan atrofi otot kekakuan gerak sendi menyebabkan gangguan
mobilitas fisik. Hiperglikemi menyebabkan peningkatan glukosa darah
sehingga terjadilah ketidaksimbangan glukosa darah, hiperglikemi
menyebabkan glukosoria sehingga timbul gejala poliuria dan polidipsi
gangguan pola tidur, poli uria dan polidipsi dapat menyebabkan kehilangan
cairan resiko hipovolemia.Luka gangrene dapat dilakukan tindakan
debridement, tindakan debridement menyebabkan terjadinya kontinuitas
jaringan sehingga munculah ,saslah gangguan integritas kulit, luka post
operasi menyebabkan terjadinya port the entry kuman sehingga muncul
masalah resiko infeksi. Pemajangan lingkungan dingin menyebabkan resiko
hipotermi perioperative. Efek post anastesi setelah hilangnya pengaruh
anastesi terjadilah nyeri akut, dan rangsangan nervus
vagus/glosopharingeal menyebabkan nausea.
1.7 Komplikasi
Menurut (Suddarth, 2016) Ulkus diabetik merupakan salah satu
komplikasi akut yang terjadi pada penderita Diabetes Mellitus tapi selain
ulkus diabetik antara lain:
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidak
seimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan
ketoadosis diabetik masuk kedalam komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah
makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah
besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang kepembuuluh darah
kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik
yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir
menimbulkan gangren.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan
penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi daninfeksi, gangguan
penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan),lukainfesi dalam ,
penyembuhan luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien postdebridement
komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak
ditangani dengan prinsip steril.
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi DM Agiopati Neuropati Makro Mikro Anatomi Sensori
Motorik Iskemia gangren Iskemia Small gangren perspira kulit
kering pecah-pecah, fisura Infeksi Lost of sensasi trauma ulcer
Atropi otot Perubahan tulang Deformitas Nyeri tekan Amputasi
Denervasi kulit menyebabkan produktifitas keringat menurun,
sehingga kulit kaki kering, pecah, rabut kaki, atau jari kaki (-),
kalus, claw toe, Ulkus tergantung saat ditemukan (0-5).
b. Palpasi
Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
Klusi arteri dingin, pulsasi (-)
Ulkus : kalus keras dan tebal
2. Pemeriksaan radiologis : gas subcutan, benda asing, asteomielitis
3. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa .
120mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl
b. Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedct ( reduksi ). Hasil dapat
dilihat memalui perubahan warna urine ( hijau , kuning, merah ,
dan merah bata )
c. Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.
1.9 Penatalaksanaan
Menurut (Suddarth, 2016), ada beberapa penatalaksanaan pada
pasien ulkus diabetikum, antara lain :
1.9.1 Terapi Non Farmakologi
1. Terapi Diet
Saran diet yang tepat pada pasien dengan diabetes mellitus merupakan
upaya yang efektif dalam pengelolaan diabetes. Terapi diet dikaitkan dengan
konsumsi pembatasan karbohidrat, asupan lemak, mengontrol berat badan,
konsumsi buah dan konsumsi alcohol. Syarat-syarat diet diabetes mellitus:
1) Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan.
Kebutuhan energy memperhitungkan kebutuhan metabolism basal 25-
30kkal/kgBB.
2) Makanan dibagi menjadi tiga porsi besar, makan pagi 20%, siang 30%,
sore 25% serat 2-3 porsi kecil untuk selingan masing-masing 10-15%.
3) Kebutuhan protein normal, 10-15% dari kebutuhan energy total.
4) Kebutuhan lemak sedang, 20-25% dari kebutuhan energy total,
Kolesterol < 300 mg/hari.
5) Karbohidrat 60-70%, terutama karbohidrat kompleks dengan indeks
glikemik yang rendah.
6) Pengguna an gula murni dalam makanan atau minuman tidak
diperbolehkan, kecuali sedikit untuk bumbu masakan.
7) Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas. Macam gula
alternative yaitu yang bergizi (fruktosa, gula, alcohol berupa sorbitol,
manitol, dan silitol) dan yang tidak bergizi (aspartame dan sakarin).
8) Asupan serat 25-50gr/hari dengan mengutamakan serat larut air.
9) Asupan natrium pada pasien diabetes mellitus tanpa hipertensi,1-
3gr/hari.
10) Cukup vitamin dan mineral.(Putra,2019).
Table 2.2 Jenis Diet Diabetes Melitus (Putra,2019)
Jenis Energy Protein
Lemak (g) Karbohidrat (g)
Diet (kkal) (g)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
2. Olahraga
Olahraga adalah salah kegiatan penting yang harus dilakukan agar
tetap sehat. Hasil penelitian menunjukkan olah raga aktifitas fisik dapat:
1) Meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin sehingga
membantu menurunkan kadar guladan kadar lemak darah
2) Menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol jahat darah (LDL),
meningkatkan kolesterol baik(HDL) sehingga menurunkan resiko penyakit
jantung
3) Mengontrol berat badan
4) Menurunkan resiko komplikasi penyakit diabete melitus
5) Menguatkan jantung, otot dan tulang
6) Menurunkan tingkat stress
7) Jenis olah raga yang baik adalah aerobic, senam diabetes melitus, angkat
beban (weightlifting), peregangan (stretching) dan aktifitas fisik lainnya.