Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI


DI DUSUN SADING DESA TRIWUNG LOR

Disusun Oleh :
ILMIYATUS SHOLIHAH
(14901.08.21080)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2022

1
A. KONSEP DASAR GERONTIK
1. Pengertian Lansia
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah, 2015).
Lansia merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-
tahap kehidupannya, yaitu neonates, toddler, pra school, school, remaja, dewasa,
dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan
lemak, rambut memutih, pendengarannya berkurang, penglihatan memburuk,
gigi mulai ompong, aktivitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan
kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran.
Menurut WHO dan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 dan 2 yang menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi
merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila,
2013).

2. Batasan Lanjut Usia


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang
dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam tiga kategori yaitu:
a. Lanjut usia (elderly) antara 60 - 74 tahun
b. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
c. Usia sangat tua (very old) antara diatas 90 tahun
Menurutnya bahwa pada kelompok ini individu tersebut sudah terjadi
proses penuaan, di mana sudah terjadi perubahan aspek fungsi seperti pada

2
jantung, paru-paru, ginjal, dan juga timbul proses degenerasi seperti osteoporosis
(pengeroposan tulang), gangguan sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi dan
timbulnya proses alergi keganasan (Aspiani, 2014).

3. Perubahan Yang Terjadi Pada lanjut Usia


Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain:
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas(ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Mudah terserang penyakit
7. Nafsu makan menurun
8. Penciuman mulai berkurang
9. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
10. Pola tidur berubah
Perubahan-perubahan fisik
1. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut pada sistem kardiovaskuler:
a Elastis dinding aorta menurun
b Perubahan miokard, atrofi menurun
c Lemak sub endoicard menurun; fibrosis, menebal, sclerosis
d Katup-katup jantung mudah fibrosis dan klasifikasi (kaku)
e Peningkatan jaringan ikat pada Sa Node
f Penurunan denyut jantung maksimal pada latihan
g Cardiac output menurun
h Penurunan jumlah sel pada pace maker
i Jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang pada otot
jantung

3
j Penurunan elastis pada dinding vena
k Respon baro reseptor menurun
2. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem gastrointestinal:
a Terjadi artropi mukosa
b Artropi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan menyebabkan
sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsic berkurang
c Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tamping
makanan menjadi lebih berkurang.
d Proses perubahan protein menjadi proton terganggu. Karena sekresi asam
lambung berkurang dan rasa lapar juga berkurang.
3. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem respiratori:
a. Perubaan seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks batuk dan muntah
mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada
sistem pulmonal.
b. Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada
turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20%Pada usia
60 tahun.
c. Atrofi otot-otot pernapasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernapasan
dapat meningkatkan risiko berkembangnya keletihan otot-otot pernapasan
pada lansia.
d. Perubahan fisiologis yang ditemukan pada lansia yaitu alveoli menjadi
kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler yang kurang
berfungsi sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi
paru-paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh.
4. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system musculoskeletal
a. Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot
(atropi otot).
b. Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada
ekstremitas bawah.
c. Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak

4
d. Kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan
bertambahnya usia.
e. Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40% antara usia 30
sampai 80 tahun
5. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system endokrin:
Sistem endokrin mempunyai fungsi yaitu sebagai sistem yang utama
dalam mengontrol seluruh sistem tubuh. Melalui hormon, sistem endokrin
menstimulus seperti proses yang berkesinambungan dalam tubuh sebagai
pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme dalam tubuh, reproduksi,dan
pertahanan tubuh terhadap berbagai serangan-serangan penyakit atau virus.
Hormon-hormon yang terdapat pada sistem endokrin yaitu pituitary,
kelenjar thyroid, kelenjar parathyroid, kelenjar adrenal, pancreatic islet,
kelenjar pineal, kelenjar thymus, dan gonad.Hormon-hormon tersebut
memiliki fungsi yang berbeda-beda disetiap tubuh manusia. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada sistem endokrin yang dialami oleh dewasa lanjut
atau lanjut usia yaitu produksi hormon hampir semua menurun, fungsi
paratiroid dan sekresinya tak berubah, pertumbuhan hormone pituitary ada
tetapi lebih rendah dan hanya ada dipembuluh dara dan berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya produksi aldosterone,
menurunnya sekresi hormon gonads, progesterone, esterogen, dan
testosterone, dan defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodism.
6. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut sistem integumen:
Perubahan pada sistem integumen yang terjadi pada dewasa lanjut yaitu
kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang
keelastisannya karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose,
kelenjar-kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperature yang tinggi, kulit pucat dan
terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya
sel-sel yang memproduksi pigmen, menurunnya aliran darah dalam kulit juga
menyebabkan penyembuhan luka-luka kurang baik, kuku pada jari tangan dan

5
kaki menjadi tebal dan rapuh dan temperature tubuh menurun akibat
kecepatan metabolisme yang menurun.
7. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system neurology
Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada dewasa lanjut
atau lansia yaitu berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun,
lambat dalam respon dan waktu untuk berfikir, berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin,
kurang sensitif terhadap sentuhan, cepatnya menurunkan hubungan
persayarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang
koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam
mengingat sesuatu.
8. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system genetourinari
Dengan bertambahnya usia, ginjal akan kurang efisien dalam
memindahkan kotoran dari saluran darah. Kondisi kronik, seperti diabetes dan
tekanan darah tinggi, dan beberapa pengobatan dapat merusak ginjal. Dewasa
lanjut yang berusia 65 tahun akan mengalami kelemahan dalam control
kandung kemih (urinary incontinence). Incontinence dapat disebabkan oleh
beragam masalah kesehatan, seperti obesitas, konstipasi dan batuk kronik.
Perubahan yang terjadi pada sistem perkemihan pada dewasa lanjut
yaitu otot-otot pengatur fungsi saluran kencing menjadi lemah, frekuensi
buang air kecil meningkat, terkadang terjadi ngompol, dan aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%.Fungsi tubulus berkurang berkurang akibatnya
kurang kemampuan mengkonsentrasi urine.
9. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system sensori (panca indera)
Pada hakekatnya panca indra merupakan suatu organ yang tersusun dari
jaringan, sedangkan jaringan sendiri merupakan kumpulan sel yang
mempunyai fungsi yang sama. Karena mengalami proses penuaan (aging) sel
telah mengalami perubahan bentuk maupun komposisi sel tidak normal. Maka
secara otomatis fungsi indera pun akan mengalami penurunan kemampuan

6
pendengarannya dan mata kurang kesanggupan melihat secara focus objek
yang dekat bahkan ada yang menjadi rabun, demikian juga indra pengecap,
perasa, penciuman berkurang sensitivitasnya (Padila, 2013).

4. Peristiwa-peristiwa Hidup Yang Dialami Lansia


a Pensiun
b Pindah tempat tinggal
c Menjanda/menduda
d Identitas sering dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
e Sadar akan kematian teman dan keluarga
f Kehilangan hubungan dengan teman-teman & family
g Penyakit kronis dan ketidakmampuan
h Perubahan terhadap gambaran diri, konsep diri
i Kesepian (loneliness) (Aspiani, 2014).
Masalah Psikososial Lansia Menurut Kuntjoro :
1. Aspek sosial lansia:
Sikap, nilai, keyakinan terhadap lansia, label/stigma, perubahan social
2. ketergantungan:
Penurunan fungsi, penyakit fisik
3. Gangguan konsep diri
Gangguan alam perasaan : depresi
Faktor Risiko Masalah Psikososial Lansia
a. Sumber finansial yang kurang
b. Tipe kepribadian : manajemen stress
c. Kejadian yang tidak terduga
d. Jumlah kejadian pada waktu yang berdekatan
e. Dukungan sosial kurang (Padila. 2013)

7
5. Fungsi Kognitif Pada Lansia
Pada umunya setelah orang memasuki lansia maka ia akan mengalami fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi
dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik
(konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Usia Construction personality)
Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai
sangat tua.
2. Tipe Kebribadian Mandiri (Independent personality)
Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi
jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality)
Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality)
Pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan
secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-
marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personality)

8
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Anatomi fisiologi
Anatomi fisiologi jantung (David R&Yerizal K. 2018)

Gb 1.Anatomi Fisiologi Jantung

Jantung merupakan organ yang penting dalam sistem tubuh manusia.Jantung


berfungsi untuk memompakan darah yang mengandung oksigen dan nutrien ke
seluruh tubuh.Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh beberapa
katup, diantaranya adalah katup atrioventrikular dan semilunar.Katup atrio
ventrikular terdiri atas katup bicuspid (mitral) dan katup tricuspid, yang terletak
diantara atrium dan ventrikel, sedangkan katup semilunar terletak antara
ventrikel dengan aorta dan arteri pulmonal.
Jantung terpisah menjadi dua, yaitu jantung bagian kanan dan jantung bagian
kiri.Jantung bagian kanan meliputi atrium kanan yang menampung darah rendah
oksigen tetapi mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh vena kava
superior dan vena kava inferior.Melalui katup triskupidalis darah dialirkan ke
ventrikel kanan pada fase diastole dan selanjutnya dipompa melalui arteri

9
pulmonalis ke paru paru melalui fase sistol, proses tersebut dinamakan sirkulasi
paru.Jantung bagian kiri meliputi atrium kiri yang menampung darah kaya
oksigen dari paru paru melalui vena pulmonalis. Darah selanjutmya akan
melewati katup bikuspidalis untuk dialirkan ke ventrikel kiri pada fase diastole
lalu dipompa oleh ventrikel kiri ke aorta pada fase sistol, dan didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah, proses tersebut dinamakan sirkulasi
sitemik.
2. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal. (Ihsan Kurniawan
dkk,2019).
Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan dengan tekanan sistolik yang
terus-menerus >140 mmHg dan/atau tekanan diastolic yang >90mmHg
(Sulastri,2015) Menurut data Kemenkes RI (2015) menyebutkan bahwa
hipertensi adalah penyakit tertinggi yang diderita oleh lansia (Kemenkes, 2015;
Riskesdas, 2013) dalam Lindayani, dkk (2018).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi
penyebab utama mortalitas baik di dunia khususnya di negara-negara
berkembang (Kemenkes RI, 2018) dalam jurnal (Yanti dkk 2020).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup berbahaya
di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang mengarah
kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke
dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik dan
stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018) dalam
(Arum, 2019).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan yang sangat serius saat ini. Hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena penyakit jantung kongestif, dan 3 kali lebih besar terkena serangan
jantung (Imelda dkk 2020).

10
Hipertensi adalah kelainan heterogen yang bias muncul dari penyebab
spesifik (hipertensi sekunder) atau dari mekanisme patofisiologi yang tidak
diketahui penyebabnya (hipertensi primer atau esensial). (Heni Lutfiyati dkk
2017).
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140mmHg dan tekanan diastolik diatas
90mmHg.Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal.
Disebut sebagai “pembunuh diam-diam“ karena orang dengan hipertensi sering
tidak menampakkan gejala (Brunner & Suddart, 2015) dalam Sumaryati (2019).
Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial yang merupakan 95% dari seluruh
pasien hipertensi dan hipertensi sekunder (Yolanda 2017).
2. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
sering berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung
koroner dan diabetes, kelainan sistem saraf pusat. Sugiharto (2007) dalam
(Sumaryati 2019).

3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia menurut (Brunner& Suddarth, 2000)
dalam jurnal (Dibetriyana harefa 2019) dikarenakan terjadinya perubahan:
1. Perubahan pada; elastisitas dinding aorta menurun,
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku,
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun,
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurang efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigen,
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Menurut Gunawan dalam Pithaloka (2011) dalam Piter &Silvia (2019) faktor
dan penyebab terjadinya hipertensi antara lain :

11
1. Faktor keturunan
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi
jika orangtuanya penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Yaitu umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan
terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi
dibandingkan wanita.Data statistik di Amerika menunjukkan hipertensi pada
orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
kulit putih.
3. Kebiasaan hidup, antara lain: Konsumsi garam yang tinggi. Berdasarkan data
statistik diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau
penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia kedokteran juga telah
membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam (natrium) oleh obat diuretik
(pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut. Kegemukan
atau makan yang berlebihan.
Faktor penyebab hipertensi:
1. Faktor Usia
Hal ini terjadi karena pada umur tua arteri besar kehilangan kelenturan dan
menjadi kaku sehingga darah yang dipaksa untuk melalui pembuluh darah
yang sempit dari pada biasanya dan mengakibatkan naiknya tekanan darah.
Tekanan darah tinggi banyak terjadi pada usia dewasa tengah yaitu diatas 40
tahun (Hartanti & Mifbakhuddin, 2015)dalam Adam (2019)
2. Faktor Obesitas
Obesitas dapat memicu terjadinya Hipertensi akibat terganggunya aliran
darah. Dalam hal ini orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan
kadar lemak dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan
penyempitan pembuluh darah (atersklerosis). Penyempitan terjadi akibat
penumpukan plak ateromosa yang berasal dari lemak. Penyempitan tersebut
memicu jantung untuk bekerja memompa darah lebih kuat agar kebutuhan

12
oksigen dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Hal inilah
yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Sari, 2017).
3. Faktor Aktivitas/Olahraga
Seseorang penderita Hipertensi yang melakukan aktivitas fisik/olahraga setiap
hari dapat memperkecil resiko terjadinya Hipertensi, demikian pula
sebaliknya bila seseorang tidak pernah atau jarang melakukan aktivitas
fisik/olahraga setiap hari dapat meningkatkan resiko terjadinya Hipertensi.
Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur dapat menyebabkan perubahan-
perubahan misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga
daya tampung besar dan konstruksi atau denyutannya kuat dan teratur, selain
itu elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena adanya relaksasi dan
vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan berkurang dan meningkatkan
kontrksi otot dinding pembuluh darah tersebut (Marliani & Tantan dalam
Karim, 2018).
4. Faktor Konsumsi Garam
Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah.Garam membantu menahan air dalam tubuh. Dengan begitu, akan
meningkatkan volume darah tanpa adanya penambahan ruang. Peningkatan
volume tersebut mengakibatkan bertambahnya tekanan di dalam arteri.
Penderita Hipertensi hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100
mmol/hari atau 2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida (Widyanto dkk,
2013) dalam Adam (2019).
5. Faktor Konsumsi Rokok
Rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya seperti nikotin dan karbon
monoksida. Zat tersebut akan terisap melalui rokok sehingga masuk ke aliran
darah dan menyebabkan kerusakan lapisan endotel pembuluh darah arteri
sehingga mempercepat aterosklerosis. Bagi penderita yang memiliki
aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat
memperparah kejadian Hipertensi (Sari, 2017).Merokok merupakan faktor
utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung serta peningkatan tekanan

13
darah. Seseorang menghisap rokok denyut jantungnya akan meningkat sampai
30%. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan dan
merangsang pelepasan adrenalin sehingga kerja jantung lebih cepat dan kuat,
akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah (Purwanti, 2018).

Hipertensi banyak terjadi pada lansia Hal ini dapat disebabkan karena
beberapa faktor (Athi’ Lindayani dkk 2018) seperti:
1. Usia
2. Riwayat penyakit hipertensi pada masa lalu,
3. Pola makan yang tinggi garam dan
4. Kurang nya aktivitas fisik seperti olahraga
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dalam jurnal
(Yuniar Tri Gesela Arum, 2019), faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada penduduk usia produktif (25-54 tahun) adalah
1. Faktor genetik,
2. Obesitas,
3. Kebiasaan merokok,
4. Konsumsi garam,
5. Penggunaan minyak jelantah, dan
6. Stress.
Sementara pada penelitian lain yang dilakukan oleh Montol (2015) di Kota
Tomohon menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi pada penduduk usia
produktif (25-42 tahun) dalam jurnal (Yuniar Tri Gesela Arum, 2019) adalah
1. Kebiasaan mengonsumsi alkohol,
2. Kebiasaan merokok,
3. Pola makan tinggi natrium, dan
4. Status gizi.
Penyebab hipertensi sesuai dengan menurut (Brunner & Suddart, 2015) dalam
(Maria Sumaryati 2019)
1. Yaitu gangguan emosi,

14
2. Obesitas,
3. Konsumsi alkohol yang berlebihan,
4. Kopi,
5. Obat-obatan,
6. Faktor keturunan,
7. Penyempitan arteri renalis,
8. Penyakit parenkim ginjal,
9. Berbagai obat,
10. Disfungsi organ,
11. Tumor dan kehamilan
Beberapa faktor faktor penyebab terjadinya hipertensi (Rahajeng and
Tuminah, 2009; Suzana dkk, 2011), BMI (Puavilai dkk, 2011), dan aktifitas fisik
(Huai dkk,2013). Dalam Lindayani, dkk (2018) adalah:
1. Keturunan,
2. Usia,
3. Jenis kelamin, dan
4. Gaya hidup seperti kebiasaan pola makan yang tinggi garam dan lemak
Manifestasi klinis.

4. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melaui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Ini lah yang terjadi
pada usia lanjut, di mana dindingnya arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis(Kurniawan dkk, 2019)
Brunner & Suddarth (2000) dalam Ibrahim (2017) menjelaskan patofisiologi
hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau mengontrol kontriksi dan

15
relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator.Pada medula otak, dari pusat
vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut.Pada saat
yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang.Hal ini mengakibatkan tambahan
aktifitas vasokontriksi.Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya untuk
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan renin. Pelepasan renin inilah
yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume intra
vaskular.Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya hipertensi.Pada keadaan
gerontologis dengan perubahan struktural dan fungsional system.
Pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia
lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan
mengurangi kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut
menurun, sedangkan tahanan perifer meningkat (Darmojo & Hadimartono, 1999)
dalam Ibrahim (2017).

16
5. Pathway

Obesitas Merokok Gangguan ginjal

Penumpukan lemak Penumpukan Gangguan


plak dari nikotin penyaring
Penyempitan lumen
Retensi garam
Arteriosklerosis
(penumpukan
Hilangnya elastisitas lemak)
jaringan Endapan air

Penurunan relaksasi
otot polos Volume darah
meningkat

Hipertensi

Kerusakan vaskuler Perubahan situasi

Perubahan struktur Informasi yang minim

Penyumbatan pembuluh
darah Defisit Ansietas
pengetahuan

vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

17
Pembuluh darah Jantung

Sistemik Tekanan
sistemik darah

Vasokontrik Kerja jantung


meningkat

Afterload
meningkat Resiko penurunanperfusi
jaringan
Penurunan
curah jantung Intoleransi
aktivitas

Koroner

Iskemia miokard

Nyeri Kronik

Gb. 2Pathway Hipertensi

6. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul pada hipertensi adalah
1. Sakit kepala,
2. Telinga berdengung (tinnitus),
3. Jantung berdebar-debar,
4. Mudah lelah,
5. Pusing (vertigo),
6. Penglihatan kabur, dan

18
7. Mimisan. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease
karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok, umur, sosial,
dan kelompok (Depkes 2013) dalam Taobah R. dkk (2017)
Tanda dan gejala hipertensi atau tekanan darah tinggi juga terkadang tidak
dirasakan adanya gejala, namun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala dapat
bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit
lainnya seperti:
1. Sakit kepala/rasa berat di tengkuk,
2. Pusing/vertigo,
3. Jantung berdebar-debar,
4. Mudah lelah,
5. Penglihatan kabur,
6. Telinga berdengung dan
8. Hidung berdarah (ruhyanuddin 2007) dalam Taobah R. dkk(2017).
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi dua dalam Ibrahim
(2017).
1. Tidak Bergejala
Maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa.
2. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah
1) Nyeri kepala,
2) Kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni
(2001) dalam Ibrahim (2017).

19
Manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya:
1. Mengeluh sakit kepala,
2. Pusing,
3. Lemas,
4. Kelelahan,
5. Gelisah,
6. Mual dan muntah,
7. Epistaksis,
8. Kesadaran menurun.
Gejala lainnya yang sering ditemukan:
1. Marah,
2. Telinga berdengung,
3. Rasa berat di tengkuk,
4. Sukar tidur,
5. Mata berkunang-kunang.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan
informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM
adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encephelopati.
3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal.

20
5. Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung (Sobel, et al, 1999) dalamIbrahim (2017)

8. Penatalaksanaan
Untuk penanganan hipertensi terdapat dua cara yaitu secara secara
farmakologidansecaranon-farmakologi. (Athi’ Lindayani dkk 2018).
Tatalaksana hipertensi dapat dilakukan dalam dua kategori yaitu :
1. Non farmakologi
Upaya non farmakologis adalah dengan menjalani pola hidup sehat seperti
menjaga berat badan, mengurangi asupan garam, melakukan olahraga,
mengurangi konsumsi alkohol dan tidak merokok.
2. Farmakologis.Terapi farmakologis adalah tatalaksana hipertensi menggunakan
obat (Ann et al, 2015) dalam jurnal (Destiara H.Z & Riris D.R 2017)
Penatalaksanaan medis menurut Sobel (1999) dalam jurnal (Ibrahim 2017)
yaitu:
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis: adopsis gaya hidup sehat oleh semua
individu penting dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan
bagian yang tidak terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi.
Terdapat banyak pilihan terapi non-farmakologis dalam menangani
hipertensi pada lansia, terutama bagi mereka dengan peningkatan tekanan
darah yang ringan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan gaya
hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan pada lansia.
Beberapa cara berikut membantu menurunkan tekanan darah pada lansia:
mengurangi berat badan yang berlebihan, mengurangi atau bahkan
menghentikan konsumsi alkohol, mengurangi intake garam pada makanan,
dan melakukan olah raga ringan secara teratur. Cara lain yang secara
independen mengurangi resiko penyakit arteri terutama adalah berhenti
merokok. Pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang (tekanan
diastolik 90-105 mmHg dan atau sistolik 160-180mmHg) terapi
nonfarmakologi dapat dicoba selama 3 sampai 6 bulan sebelum

21
mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis. Pada hipertensi berat,
perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi harus dijalani secara
bersama-sama. Pola makan makanan tinggi kalium dan kalsium serta
rendah natrium juga merupakan metode terapi nonfarmakologis pada lansia
penderita hipertensi ringan.
2. Penatalaksanaan Farmakologis: secara garis besar terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti
hipertensi yaitu: mempunyai efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas
dan efek samping yang ringan atau minimal, memungkinkan penggunaan
obat secara oral, tidak menimbulkan intoleransi, harga obat relatif murah
sehingga terjangkau oleh klien, dan memungkinkan penggunaan jangka
panjang. Saat ini, pemberian terapi farmakologis menunjukkan penurunan
morbiditas dan mortalitas pada lansia penderita hipertensi. Berdasarkan
penelitian terbaru pada obatobat antihipertensi yang tersedia sekarang ini
angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor),angiotensin-
receptor blocker (ARBs), calcium channel blocker, diuretik tipe Tiazid,
beta-blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit hipertensi. Diuretik
tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada sebagian besar penelitian.
Pada penelitian-penelitian tersebut, termasuk Antihypertensive And Lipid
Lowering Treatment To Prevent Heart Attack Trial, diuretik lebih baik
dalam mencegah komplikasi kardiovaskular akibat penyakit hipertensi.
Pengecualian datang dari Australian National Blood Pressure Trial, yang
melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada pria kulit putih yang
memulai terapi hipertensi dengan ACE inhibitor dari pada mereka yang
memulai dengan diuretik. Diuretik menambah keampuhan obat-obat
hipertensi, berguna untuk mengontrol tekanan darah dan lebih terjangkau
dari pada obat-obat antihipertensi lain. Diuretik seharusnya dipakai sebagai
pengobatan awal terapi hipertensi untuk semua pasien, baik secara sendiri
maupun kombinasi dengan 1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE
inhibitor, ARBs, β Blocker, CCB), karena memberikan manfaat pada

22
beberapa penelitian. Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik atau
merupakan kontraindikasi, sedangkan obat dari golongan lain tidak, maka
pemberian obat dari golongan lain tersebut harus dilakukan. Sebagian besar
pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat-obat antihipertensi lain
untuk mencapai target tekanan darah yang diingini. Tambahan obat kedua
dari golongan lain seharusnya dimulai jika penggunaan obat tunggal pada
dosis yang adekuat gagal mencapai target tekanan darah yang diingini. Bila
tekanan darah di atas 20/10 mmHg dari target, pertimbangkan untuk
memulai terapi dengan dua obat, baik pada sebagai resep yang terpisah
maupun pada dosis kombinasi tetap. Pemberian obat antihipertensi dengan
dua obat dapat mencapai target tekanan darah yang diingini dalam waktu
yang singkat, namun mesti diperhatikan adanya hipotensi ortostatik, seperti
pada pasien diabetes mellitus, disfungsi otonom, dan beberapa kelompok
usia tua.

9. Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi adalah :
1. Stroke,
2. Penyakit jantung,
3. Infark miokard,
4. Gagal ginjal dan kebutaan (Kemenkes RI, 2018) dalam Yanti, dkk. (2020).
Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah tinggi tidak diobati dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan
arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri
tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak, ginjal
dan mata, sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke,
kerusakan pada ginjal dan kebutaan (Yolanda, 2017) dalam Sumaryati (2019).
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi

23
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.Penyakit hipertensi dapat
menyebabkan berbagai komplikasi.Hipertensi mencetuskan timbulnya plak
aterosklerotik di arteri serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi
arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata,
2016) dalam Destiara H.Z & Riris D.R (2017).

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


1.1 Pengkajian
a. Data biografi
Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnose medis, penanggung jawab.
Nama :
Umur : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal penelitiannya
pasien yang banyak terjadi hipertensi berumur 60 ke atas
karena, dalam perkembangan lanjut usia penurunan fungsi
tubuh akan banyak terjadi. Penurunan fungsi tubuh pada lansia
diakibatkan karena proses penuaan. Pada perubahan fisiologis
terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi
gangguan dari dalam maupun luar tubuh, salah satu gangguan
kesehatan yang paling banyak dialami pada lansia adalah pada
sistem kardiovaskuler dimana terjadi penyempitan pada
pembuluh darah akibatnya aliran darah terganggu sehingga
memicu peningkatan tekanan darah. Menurut peneliti semakin
tinggi umur seseorang maka semakin beresiko.
Jenis Kelamin : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal penelitiannya
pasien yang banyak terjadi hipertensi berjenis kelamin
perempuan karena berkaitan dengan perubahan hormon setelah
menopouse. Wanita yang belum menopouse dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL

24
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan esterogen
dianggap sebaga penjelasan adanya imunitas bagi wanita pada
lanjut usia premenopouse. Menurut peneliti hipertensi lebih
sering terjadi pada wanita karena faktor stress yang dialami
oleh wanita membuat wanita lebih rentan terkena hipertensi.
Suku : Menurut Deli dkk (2019) dalam jurnal penelitiannya pasien
yang banyak terjadi hipertensi yaitu pada suku minang
karena, pola makan orang minang biasanya mengkonsumsi
garam lebih banyak dan suka makanan yang asin yang
menyebabkan tingginya penderita hipertensi, mengkonsumsi
makanan yang asin akan memperburuk kondisi penderita darah
tinggi.
Pendidikan : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal penelitiannya
pasien yang beresiko tinggi terjadi hipertensi berpindidikan SD
karena belum pernah terpapar/mengetahui minum obat dengan
benar.
Pekerjaan : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal penelitiannya
pekerjaan yang beresiko tinggi yang terjadi hipertensi bekerja
sebagai IRT karena, pekerjaan tersebut berhubungan dengan
status sosial ekonomi atau pendapatan keluarga yang
berpengaruh dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang
ada.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama: pasien datang dengan keluhan kepala terasa pusing dan
bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur, emosional pasien labil.
2. Riwayat kesehatan sekarang: pasien mengeluh kepala terasa sakit dan
berat penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur.
3. Riwayat kesehatan dahulu: adakah riwayat penyakit komorbid seperti DM,
gangguan jantung dan penyakit kronik lainnya. Apakah pasien

25
mengkonsumsi obat-obatan hipertensi Bagaimana gejala awal saat
terdiagnosa hipertensi. apakah pasien mengalami pusing, mata berkunang-
kunang, mengalami perubahan psikologis seperti mudah marah.
4. Riwayat kesehatan keluarga: dalam struktur keluarga pasien ada riwayat
yang mengalami penyakit hipertensi.
c. Data dasar pengkajian
1. Kepala:
Biasanya pasien mengeluh sakit kepala
P: Hipertensi
Q: Terasa berat
R: Kepala bagian tengkuk
S: 0-10
T: Terus menerus/hilang timbul
a) Rambut: penyebaran rambut
b) Kulit kepala: bersih atau tidak, ada lesi atau tidak
2. Mata
Mata berkunang-kunang
Inspeksi : simetris, anemia (-/+), icterus (-/+)
Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada sumbatan, lesi (-/+), secret (-/+), polip (-/+)
Palpasi : benjolan (-/+)
3. Mulut
Inspeksi : lesi(-/+), mukosa bibir lembab atau kering
4. Telinga
Inspeksi : kesimetrisan telinga, kebersihan
5. Leher
Inspeksi : pembesaran kelenjar tiroid (-/+)
Palpasi : meningkatnya vena jugularis dan nyeri tekan (-/+)
6. Dada
Inspeksi : bentuk dada klien

26
Palpasi : letak iktus kordis
7. Paru
Inspeksi : sinkronasi gerakan dinding dada-abdomen
Palpasi : tactile fremitus untuk menilai getaran suara pada dinding dada
Dada
Perkusi : bunyi paru dan batas paru
Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan,
8. Jantung
a. Inspeksi : pulsasi iktus kordis
b. Palpasi : letak iktus kordis
c. Perkusi : bunyi jantung dan batas-batas jantung
d. Auskultasi: suara jantung tambahan
9. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk abdomen
b. Auskultasi: bising usus
c. Perkusi : bunyi abdomen
d. Palpasi : apakah ada nyeri tekan dan distensi kandung kemih
10. Ekstremitas : pemeriksaan kekuatan otot
11. Kulit dan kuku
a. Kulit : perubahan warna kulit dan turgor kulit
b. Kuku : kebersihan dan CRT
12. Genetalia dan anus: kebersihan, adanya lesi atau tidak (Andra, 2013)
Pengkajian pada lansia dengan hipertensi meliputi :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner/katup dan
penyakit cerebrocaskuler.

27
Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis.
3. Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, tangisan meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, dan peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu.
5. Makanan/cairan
Gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak serta kolesterol, mual dan muntah, perubahan BB akhir-akhir ini
(meningkat/menurun) dan riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema dan glikosuria
6. Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur, epitaksis)
Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek
proses pikIr, penurunan kekuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: angina (penyakit coroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
(Ibrahim,2011)

1.2 Analisa Data


Setelah dilakukan pengkajian yaitu pengumpulan data pasien, maka
selanjutnya membuat analisa data. Analisa data merupakan proses
mengelompokkan data, mengkaitkan data, dan akhirnya menarik kesimpulan
yang mana akan diperoleh masalah keperawatan yang dialami klien.
1.3 Masalah Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload

28
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
5. Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau lama

1.4 Intervensi Keperawatan


Tabel 1. Konsep Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan

Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi dyspnea,


jantung selama 2 minggu diharapkan penurunan kelelahan, dan edema
berhubungan curah jantung dapat meningkat, dengan 2. Observasi peningkatan berat
dengan kriteria hasil: badan, batuk, dan kulit pucat
perubahan 3. Monitor intake dan output
afterload cairan
Curah Jantung 4. Monitor berat badan setiap
(PPNI, 2019) hari pada waktu yang sama
Batasan 5. Monitor saturasi oksigen
Karakteristik: 6. Monitor EKG
Indikator 1 2 3 4 5 7. Periksa tekanan darah dan
1. Perubahan frekuensi nadi sebelum dan
a. Kekuatan nadi
irama sesudah aktivitas
jantung b. Tekanan darah 8. Periksa tekanan darah dan
2. Perubahan frekuensi nadi sebelum
preload c. Capillary refill pemberian obat
3. Perubahan time (CRT) 9. Posisikan pasien semifowler
afterload atau fowler dengan kaki ke
4. Perubahan bawah atau posisi nyaman
kontraktilitas Keterangan: 10. Berikan diet jantung yang
sesuai berupa batasi
X: sebelum intervensi
kolesterol, dan makanan
√: sesudah intervensi tinggi lemak
11. Berikan terapi relaksasi untuk
1. Menurun / memburuk mengurangi stres, jika perlu
a Kekuatan nadi sangat lemah dan
sangat lambat saat di palpasi
b Tekanan darah systole > 171
mmHg dan tekanan diastole > 130
c CRT > 11 detik;
2. Cukup menurun / cukup memburuk
a Kekuatan nadi melemah dan lambat

29
saat di palpasi
b Tekanan darah systole antara 161-
170 mmHg dan tekanan diastole
antara 111-120 mmHg
c CRT 9-10 detik
3. Sedang
a Kekuatan nadi sedang dan terasa
saat di palpasi
b Tekanan darah systole antara 151-
160 mmHg dan tekanan diastole
antara 101-110 mmHg
c CRT 6-8 detik
4. Cukup meningkat / cukup membaik
a Kekuatan nadi cukup kuat dan
terasa saat di palpasi
b Tekanan darah systole antara 141-
150 mmHg dan tekanan darah
diastole 91-100 mmHg
c CRT 3-5 detik
5. Meningkat / membaik
a. Kekuatan nadi kuat dan sangat
terasa saat di palpasi
b. Tekanan darah systole antara 110-
140 mmHg dan tekanan darah
diastole 70-90 mmHg
c. CRT < 2 detik
ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor peningkatan TD
perfusi jaringan selama 2 minggu diharapkan perfusi 2. Monitor penurunan
otak jatingan otak dapat meningkat, dengan frekuensi nadi
berhubungan kriteria hasil: 3. Monitor ireguleritas irama
dengan suplai napas
O2 keotak Perfusi Serebral 4. Monitor perlambatan atau
menurun (PPNI, Indikator 1 2 3 4 5 ketidaksimetrisan respon
2019) pupil
a. Tekanan 5. Monitor intake dan output
intra kranial cairan
(Tekanan 6. Monitor saturasi oksigen
darah, 7. Berikan posisi semi fowler
frekuensi 8. Pertahankan suhu tubuh
nadi, normal
frekuensi
nafas)
b. Sakit kepala

c. Gelisah

X: Sebelum Intervensi

√: Sesudah Intervensi

30
1. Meningkat
a. Tekanan darah systole: >171
mmHg tekanan darah diastole:
>121 mmHg, nadi: >131x/menit,
pernafasan: >36x/menit
b. Pasien dalam 1 minggu setiap hari
mengeluh sakit kepala
c. Pasien dalam 1 minggu setiap hari
gelisah
2. Cukup meningkat
a Tekanan darah systole: 161-170
mmHg tekanan darah diastole:
111-120 mmHg, nadi:
121-130x/menit, pernafasan: 32-
35x/menit
b Pasien dalam 1 minggu 2 hari
sekali mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu 2 hari
sekali gelisah
3. Sedang
a Tekanan darah systole: 151-160
mmHg tekanan darah diastole:
101-110 mmHg, nadi:
111-120x/menit, pernafasan: 29-
31x/menit
b Pasien dalam 1 minggu 3 hari
sekali mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu 3 hari
sekali gelisah
4. Cukup menurun
a Tekanan darah systole: 141-150
mmHg tekanan darah diastole: 91-
100 mmHg, nadi: 101-110x/menit,
pernafasan: 25-28x/menit
b Pasien dalam 1 minggu hanya 1
hari atau hanya beberapa jam saja
mengeluh mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu hanya 1
hari atau hanya beberapa jam saja
gelisah
5. Menurun
a Tekanan darah systole: 110-140
mmHg tekanan darah diastole: 70-
90 mmHg, nadi: 60-100x/menit,
pernafasan: 18-24x/menit
b Pasien dalam 1 minggu tidak
mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu tidak
gelisah sama sekali

31
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi pola tidur
tidur selama 2 minggu diharapkan pola tidur a Menanyakan apakah
berhubungan dapat meningkat, dengan kriteria hasil: pasien suka tidur
dengan siang?
Pola Tidur b Mulai jam berapa
(PPNI, 2019) tidurnya dan sampai
Indikator 1 2 3 4 5
Batasan jam berapa?
karakteristik: a. Sulit tidur c Biasanya tidur malam
mulai jam berapa?
1. Mengeluh b. Sering d Bagaimana rasanya
sulit tidur terjaga saat bangun tidur?
2. Mengeluh c. Pola tidur e Bagaimana
sering berubah perasaannya saat ini
terjaga saat tidak dapat tidur
3. Mengeluh secara teratur?
tidak puas Keterangan:
tidur X : sebelum intervensi
4. Mengeluh 2. Observasi faktor
pola tidur √ : sesudah intervensi pengganggu tidur
berubah a Apakah saat ini
5. Mengeluh 1. Menurun mempunyai masalah
istirahat a Pada malam hari pasien tidak hingga tidak bisa tidur?
tidak cukup tidur sama sakali b Apakah saat ini ada
b Pada malam hari pasien terjaga fikiran hingga tidak bisa
dan tidak tidur tidur?
c Pola tidur pasien sangat berubah c Apakah sesuatu yang
2. Cukup menurun menyebabkan tidak
a Pada malam hari pasien bisa tidur dapat tidur nyaman?
hanya 1-2 jam 3. Identifikasi makanan dan
b Pada malam hari pasien terjaga 5- minuman yang mengganggu
7 jam baru bisa tidur kembali tidur
c Pola tidur pasien banyak berubah a. Apakah pasien minum
3. Sedang kopi sebelum tidur?
a Pada malam hari pasien bisa tidur b. Apakah pasien minum
hanya 3-4 jam teh sebelum tidur?
b Pada malam hari pasien terjaga 3- c. Apakah makanan yang
4 jam baru bisa tidur kembali dikonsumsi pasien saat
c Pola tidur pasien berubah mendekati tidur?
4. Cukup meningkat d. Apakah pasien banyak
a Pada malam hari pasien bisa tidur minum air sebelum
5-7 jam tidur?
b Pada malam hari pasien terjaga 1- 4. Modifikasi tempat tidur
2 jam baru bisa tidur kembali pasien
c Pola tidur pasien sedikit berubah 5. Lakukan prosedur untuk
5. Meningkat meningkatkan kenyamanan
a Pada malam hari pasien dapat a. Mengatur posisi yang
tidur pulas > 8 jam nyaman
b Pada malam hari pasien tidak b. Berikan pijatan untuk
terjaga sama sekali meningkatkan
c Pola tidur pasien tidak berubah kenyamanan

32
6. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
7. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
Nyeri akut Pasien dalam 1 minggu tidak gelisah 1. Tanyakan lokasi,
berhubungan karakteristik, durasi,
dengan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan frekuensi, kualitas, dan
pencedera selama 2 minggu diharapkan nyeri akut intensitas nyeri (P,Q,R,S,T)
fisiologis dapat meningkat menjadi tidak nyeri, 2. Tanyakan faktor yang
dengan kriteria hasil: memperberat dan
(PPNI, 2019) memperingan nyeri
Tingkat Nyeri
Batasan 3. Tanyakan pengetahuan dan
Karakteristik: Indikator 1 2 3 4 5 keyakinan tentang nyeri
4. Monitor efek samping
1. Gelisah a. Skala nyeri penggunaan analgetik
2. Bersikap 5. Ajarkan teknik
b. Frekuensi
protektif nonfarmakologis relaksasi
nadi
( mis. nafas dalam untuk
c. Nafsu makan
Waspada, mengurangi rasa nyeri
posisi 6. Kontrol lingkungan yang
menghindari memperberat rasa nyeri
nyeri Keterangan: 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Frekuensi 8. Jelaskan penyebab, periode,
nadi X : sebelum intervensi dan pemicu nyeri
meningkat √ : sesudah intervensi 9. Jelaskan strategi meredakan
4. Sulit tidur nyeri
5. Tekanan 1. meningkat / memburuk 10. Anjurkan memonitor nyeri
darah a Skala nyeri dalam angka 9-10 / secara mandiri
meningkat kualitas nyeri berupa sangat berat 11. Kolaborasi untuk pemberian
6. Pola napas b Frekuensi nadi > 131x/menit analgesik
berubah c Pasien tidak nafsu makan sama
7. Nafsu makan sekali dan pasien tidaak mau makan
berubah sama sekali
8. Proses 2. cukup meningkat / cukup memburuk
berpikir a. Skala nyeri dalam angka 7-8 /
terganggu kualitas nyeri berupa berat
9. Menarik diri b. Frekuensi nadi 121-130x/menit
10. Berfokus c. Nafsu makan cukup menurun
pada diri pasien hanya makan 1-2 sendok
sendiri 3. sedang
11. Diaphoresis a Skala nyeri dalam angka 4-6 /
kualitas nyeri berupa sedang
b Frekuensi nadi 111-120x/menit
c Nafsu makan menurun pasien
hanya mampu menghabiskan ¼
porsi
4. cukup menurun / cukup membaik
a. Skala nyeri dalam angka 1-3 /

33
kualitas nyeri berupa ringan
b. Frekuensi nadi 101-110x/menit
c. Nafsu makan sedikit menurun
pasien mampu menghabiskan ½
porsi
5. menurun / membaik
a Skala nyeri dalam angka 0 / tidak
merasakan nyeri sama sekali
b Frekuensi nadi 60-100x/menit
c Nafsu makan baik pasien mampu
menghabiskan 1 porsi
Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kepatuhan
berhubungan selama 2 minggu diharapkan kepatuhan menjalani program
dengan program dapat meningkat, dengan kriteria hasil: pengobatan
terapi kompleks Tanyakan ke pasien tentang
atau lama Tingkat Kepatuan kepatuhan jadwal minum
Indikator 1 2 3 4 5 obat
Definisi : a Apakah pasien sudah
perilaku individu a. Perilaku benar dosis pengobatan?
atau pemberi mengikuti b Apakah pasien sudah
asuhan dalam program benar obatnya?
mengikuti perawatan c Apakah pasien sudah
rencana / benar dalam waktu
perawatan/pengo pengobata pengobatan?
-batan yang n d Apakah pasien sudah
disepakati benar rute obat?
b. Perilaku
dengan tenaga 2. Buat komitmen menjalani
menjalan
kesehatan, program pengobatan dengan
kan
sehingga hasil baik
anjuran
perawatan/pengo a. Menyiapkan lembar
c. Tanda dan
batan efektif. observasi pasien tentang
gejala
(PPNI, 2019) kepatuhan dalam 5B
(benar pasien, benar
Batasan Keterangan: obat, benar waktu, benar
Karakteristik: rute, benar dosis) minum
X: sebelum Intervensi
obat.
1. Menolak
√: Setelah Intervensi 3. Dokumentasikan aktivitas
menjalani
selama menjalani proses
perawatan/ 1. Memburuk pengobatan
pengobatan a Pasien selama 1 hari minum obat a. Menjelaskan kepada
2. Menolak captopril: 0mg, amlodipine 0mg. perawat tentang mengisi
perilaku nifedipine: 0mg, enalpril 0mg lembar observasi dalam
mengikuti b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat
anjuran minum obat captopril: 0 kali, 4. Diskusikan hal-hal yang
3. Perilaku amlodipine: 0 kali, nifedipine: 0 dapat mendukung atau
tidak kali, enalpril: 0 kali menghambat berjalannya
mengikuti c Pasien dalam 1 hari mengeluh program pengobatan
program tanda dan gejala ≥5 dalam 13 Komunikasikan pada pasien
4. Perilaku tanda dan gejala pada hipertensi mengenai jadwal minum
tidak 2. Cukup memburuk

34
menjalankan a Pasien selama 1 hari minum obat obat yang telah disepakati
anjuran captopril: 37,5mg, amlodipine: a Memberitahukan bahwa
5. Tampak 2.5mg, nifedipine: 10mg, enalpril: pasien harus minum
tanda/gejala 10mg obat harus benar
penyakit/ b Pasien dalam 1 hari frekuensi dosisnya
masalah minum obat captopril: ½ dosis, b Memberitahukan bahwa
kesehatan amlodipine: ¼ dosis, nifedipine: ¼ pasien harus minum
masih ada dosis, enalpril: ¼ dosis obat harus benar
atau c Pasien dalam 1 hari mengeluh obatnya
meningkat tanda dan gejala 4 dalam 13 tanda c Memberitahukan bahwa
6. Tampak dan gejala pada hipertensi pasien harus minum
komplikasi 3. Sedang obat harus benar waktu
penyakit/ a. Pasien selama 1 hari minum obat minum obat
masalah captopril: 75mg, amlodipine: 5mg d Memberitahukan bahwa
kesehatan dosis, nifedipine: 20mg, enalpril: pasien harus minum
menetap atau 20mg obat harus benar rute
meningkat b. Pasien selama 1 hari frekuensi obatnya
minum obat captopril: 1 kali, 5. Informasikan program
amlodipine: ½ dosis, nifedipine: ½ pengobatan yang harus
dosis, enalpril: ½ dosis dijalani
c. Pasien dalam 1 hari mengeluh a. Berikan penyuluhan
tanda dan gejala 3 dalam 13 tanda mengenai obat yang
dan gejala pada hipertensi harus dikonsumsi
4. Cukup membaik 6. Informasikan manfaat yang
a Pasien selama 1 hari minum obat akan diperoleh jika teratur
captopril: 112,5mg, amlodipine: menjalani program
7.5mg, nifedipine: 30mg, enalpril: pengobatan
30mg a. Berikan penyuluhan
b Pasien dalam 1 hari frekuensi mengenai manfaat yang
minum obat captopril: 2 kali, akan diperoleh jika
amlodipine: ¾ dosis ,nifedipine: ¾ patuh minum obat dalam
dosis, enalpril: 1 kali 5B
c Pasien dalam 1 hari mengeluh
tanda dan gejala 2 dalam 13 tanda
dan gejala pada hipertensi
5. Membaik
a Pasien selama 1 hari minum obat
captopril: 150mg, amlodipine:
10mg, nifedipine: 40mg, enalpril:
40mg
b Pasien dalam 1 hari frekuensi
minum obat captopril: 3 kali,
amlodipine: 1 kali, nifedipine: 1
kali, enalpril: 2 kali
c Pasien dalam 1 hari mengeluh
tanda dan gejala 1-0 dalam 13
tanda dan gejala pada hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

35
Athi’ Lindayani,dkk . 2018. Gambaran hipertensi pada lansia diwilayah kerja
puskesmasCukirJombang.JURNALEDUNursing,Vol.2,No.2,September2018h
ttp://journal.unipdu.ac.id ISSN:2549-8207 e-ISSN:2579-6127.

David R&Yerizal K. 2018.Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal Kesehatan


Andalas. 2018; 7(Supplement 2).

Destiara H.Z, Riris D. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan Riwayat Hipertensi


Dengan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia. ©2017
FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY–SA license
doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184 Received 23 March 2017, Received in
Revised Form 07 June 2017 Accepted 24 July2017, Published online: 31
August 2017 .

Hasbi Taobah R. dkk. 2017. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan `Aisyiyah Volume 4 |
Nomor 1 | Juni 2017 JKA.2017;4(1): 37-45 ISSN 2355-67773

Heni Lutfiyati, dkk. 2017. Pola Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Lansia Di
Puskesmas Windusari, Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang. Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis, Vol. III, No. 2, November 2017.

Ibrahim. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi. Idea Nursing
Journal Vol.II No.1 ISSN:2087-2879.

Ihsan Kurniawan dkk.2019. Hubungan Olahraga, Stress dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan
Medan Kota.Vol. 1 No.1 Januari 2019 | JHSP.

Imelda dkk. 2020. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Air Dingin Lubuk Minturun. Health & Medical
Journal Heme, Vol II No 2 July 2020.

Jon Piter S.&Novi Silvia V. 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Bahjambi Kabupaten Simalungun.Jurnal Penelitian Kesmasy Vol. 2
No. 1 Edition: May-October 2019.

Karim, N.S. (2018) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Derajat Hipertensi pada
Pasien Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Tugulandang Kabupaten
Sitaro. Jurnal Universitas Sam Ratulangi, 6(1). Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/19468/19019

36
Lusiane Adam. 2019. Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia .Jambura Health and
Sport Journal Vol. 1, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN: 2654-718X, e-ISSN:
2656-2863.

Maria Sumaryati. 2018. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga
Ny”M” Dengan Hipertensi Dikelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol.6,Issue 2, pp.
1379-1383, Desember 2018 ISSN 2654-4563.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Purwanti, R.T.P.A. (2018). Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya


Hipertensi pada Pegawai CV. Lusindo Desa Sukadanau Cikarang Barat.
Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses
dari http://eprints.ums.ac.id

37
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A.    Karakteristik Demografi


1.    Identitas Diri Klien
Nama lengkap   : Ny. M
Tempat/tgl lahir            :Probolinggo, 01-07-1960
Jenis kelamin    : Perempuan
Status perkawinan   : Kawin
Agama          : Islam
Suku bangsa          : Jawa
Pendidikan terakhir     : Tidak sekolah
Diagnose medis (bila ada)   : Hipertensi
Alamat        : Dusun Sading, RT 005/RW 002 Triwung Lor Kademangan Probolinggo
2.   Keluaraga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi :
Nama     : Tn. B
Alamat            : Dusun Sading, RT 005/RW 002 Triwung Lor Kademangan Probolinggo
No. telepon          :-
Hubungan dengan klien   : Suami
3.    Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Pekerjaan saat ini         : Tukang kayu
Pekerjaan sebelumnya  : Tukang kayu
Sumber pendapatan      : Suami
Kecukupan pendapatan   : kurang
4.   Aktivitas rekreasi : -
Hobi           :-
Berpergian/wisata    :-
Keanggotaan organisasi    : -
Lain-lain                     : -
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
Nama Keadaan saat ini keterangan
Ny. H Sudah meninggal -

38
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

b. Riwayat Kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)


Nama            :-
Umur              :-
Penyebab kematian      : -
B. Pola Kebiasaan setiap hari
1.    Nutrisi
Frekuensi makan   : 3x sehari
Nafsu makan   : baik
Jenis makanan    : nasi, sayur, ikan
Kebiasaan sebelum makan :-
Makanan yang tidakdisukai :-
Alergi terhadapmakanan     :-
Pantangan makanan      :-
Keluhan yang berhubungan dengan makan :-
2.      Eliminasi
a. BAK
Frekuensi   dan waktu : 5-6 kali sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari : 1-2 kali
Keluhan yang berhubungan dengan BAK :-
b.    BAB
Frekuensi dan waktu : 1 kali sehari
Konsistensi : lunak
Keluhan yang berhubungan dengan BAB :-
Pengalaman memakai laxantif/pencahar :-
3.   Personal hygiene
a.  Mandi
Frekuesi dan waktumandi   : 2 x sehari
Pemakaian sabun ( ya/tidak )   : ya
b. Oral hygiene
Frekuensi dan gosokgigi  : 2x sehari
Menggunakan pasta gigi   : ya
c. Cuci rambut
Frekuensi      : 1 minggu sekali
Penggunaan shampoo( ya/tidak): ya
d. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku    :seminggu sekali
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun  : ya
4. Istirahat dan tidur
39
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

Lama tidur malam      : 7 jam


Tidur siang                : -
Keluhan yang berhubungan dengan tidur   :-
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a.       Olaraga :-
b.      Nonton TV : jarang
c.       Berkebun/memasak  : -
d.      Lain-lain :-
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ( jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai )
a.       Merokok ( ya/tidak )           : tidak
b.      Minuman keras ( ya/tidak )  : tidak
c.       Ketergantungan terhadap obat ( ya/tidak )  : tidak
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan
Memasak 1 jam
Mencuci 1 jam
Menyapu rumah 10 menit
Mengepel 30 menit

C. Status Kesehatan
1.  Status kesehatan saat ini
a.       Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : kepala sering pusing, mata berkunang kunang
b.      Gejala yang dirasakan : tekanan darah cenderung tinggi
c.       Faktor pencetus :-
d.      Timbul keluhan : (V ) mandadak           ( ) bertahap
e.       Waktu mulai timbulnyakeluhan : sejak setahun yang lalu
f.       Upaya mengatasi  :
(V )Pergi ke RS/klinik pengobatan
( ) Pergi kebidan atau perawat
( ) Mengonsumsi obat-obatan sendiri
( ) Mengonsumsi obat-obatan tradisional
( ) Lain-lain, sebutkan……………..
2.      Riwayat kesehatan masa lalu
a.       Penyakit yang pernah diderita :-
b.      Riwayat alergi ( obat, debu, makanan, dan lain-lain )   : -
c.       Riwayat kecelakaan : -
d.      Riwayat dirawat di RS :-

40
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

e.       Riwayat pemakaian Obat :-


3.      Pengkajian/pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi )
I.       Keadaan umum ( TTV )          :
Keadaan Umum : Baik / Cukup / Buruk
Kesadaran : CM / Apatis / delirium /Somnolen / sopor / semi koma / koma
Tanda-tanda vital:
- TD : 180 mmHg
- Nadi : 112 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36oC
BB: 45 Kg Naik: - Kg Turun: - kg TB: 155 cm
II.Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
- Warna : hitam / beruban / campuran
- Kebersihan : kotor / bersih
- Distribusi : jarang / lebat / sedang
- Kerontokan : ya / tidak
- Keluhan : ya / tidak
2. Mata
- Bentuk : simetris/ asimetris
- Konjungtiva : anemis / tidak
- Sclera : ikterik / tidak
- Strabismus : ya / tidak
- Penglihatan : kabur / tidak
- Peradangan : ya / tidak
- Riwayat katarak: ya / tidak
3. Hidung
- Bentuk : simetris / asimetris
- Peradangan : ya / tidak
- Penciuman : terganggu / tidak
- Keluhan lain : ya / tidak
4. Mulut dan tenggorokan
- Kebersihan : baik / buruk / sedang
- Mukosa : kering / lembab
- Peradangan / Stomatis: ya / tidak
- Gigi / geligi : caries / tidak
5. Telinga
- Bentuk : simetris / asimetris

41
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

- Kebersihan : baik / buruk / sedang


- Peradangan : ya / tidak
- Pendengaran : terganggu / tidak
- Keluhan lain : ya / tidak
6. Leher
- Posisi trachea : simetris / asimetris
- Pembesaran kelenjar tiroid : ya / tidak
- JVD : ya / tidak
- Kaku kuduk : ya / tidak
7. Dada
- Bentuk dada : normal chest / barrel chest / pigeon chest / lainnya
- Retraksi : ya / tidak
- Wheezing : ya / tidak
- Ronchi : ya / tidak
- Suara jantung tambahan: ada / tidak
- Ictrus Cordis : ICS - Linea -
8. Abdomen
- Bentuk : distented / flat / lainnya
- Nyeri tekan : ya / tidak
- Kembung : ya / tidak
- Supel : ya / tidak
- Bising usus : ada / tidak, frekuensi: 8x x/menit
- Massa : ya / tidak, region -
9. Genetalia / anus
- Kebersihan : baik / sedang / buruk
- Hemoroid : ya / tidak
- Hernia : ya / tidak
10. Ekstremitas
- Massa / tonus otot : 5 (skala 1- 5)
- Postur tubuh : skoliosis / lordosis / kifosis
- Gaya berjalan : gait / normal
- Rentang gerak : maksimal / terbatas
- Deformitas : ya / tidak
- Tremor : ya / tidak
- Edema kaki : ya / tidak, pitting / non pitting
- Flebitis : ya / tidak
- Kludikasi : ya / tidak
11. Integumen

42
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

- Kebersihan : baik / buruk / sedang


- Warna : pucat / tidak
- Kelembaban : kering / lembab
- Gangguan pada kulit : panu / kadas / kurap / scabies / acozema / gatal

D. Lingkungan Tempat Tinggal


1.      Kebersihan dan kerapian ruangan : bersih dan rapi
2.      Penerangan          : cukup
3.      Sirkulasi darah       : cukup
4.      Keadaan kamar mandi dan WC : ada
5.      Pembuangan air kotor    : ada
6.      Sumber air minum      : sumur
7.      Pembuangan sampah : ada
8.      Sumber pencemaran   :-
9.      Penataan halaman ( kalau ada ) :-
10.  Privasi                 :-
11.  Resiko injuri           :-
Resume :.
Catatan :
1.      Hasil pengkajian disajikan dalam bentuk narasi
2.      Format selanjutnya, mengikuti pola asuhan keperawatan secara umum

E. Hasil Pengkajian Khusus (format terlampir)


1.      Pengkajian Psikososial
2. Pengkajian Fungsional Klien
3. Pengkajian Status Mental Gerontik
4. Pengkajian Keseimbangan untuk Klien Lansia
1. Pengkajian Psikososial Spiritual
1.1 Psikososial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain, harapan – harapan
klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasan klien dalam sosialisasi, dll.

1.2 Identitas Masalah Emosional

PERTANYAAN TAHAP 1
 Apakah klien mengalami sukar tidur ?
 Apakah klien sering merasa gelisah ?
 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
 Apakah klien sering was – was atau kuatir ?

43
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya”

PERTANYAAN TAHAP 2
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
 Ada masalah atau banyak pikiran ?
 Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ?
 Menggunakan obat tidur / penenang atau anjuran dokter ?
 Cenderung mengurung diri ?
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF ( + )

1.3 Spiritual
Agama., kegiatan keagamaan, konsep / keyakinan klien tentang kematian, harapan – harapan
klien, dll.

2. Pengkajian Fungsional Klien


2.1 KATZ Indeks :

1. MANDI (dengan spon, pancuran, atau bak rendam)


M : Tidak membutuhkan bantuan (keluar dan masuk ke dalam bak rendam, bila mandi yang
dimaksudkan menggunakan sarana tersebut)
D : Menerima bantuan saat mandi hanya pada bagian tubuh tertentu (seperti punggung atau tungkai)
T : Memerlukan bantuan terhadap lebih dari satu bagian tubuhnya (atau tidak mandi sama sekali )

2. BERPAKAIAN
M : Mampu mengambil dan mengenakan pakaian secara lengkap tanpa memerlukan bantuan
D : Berpakaian lengkap tanpa memerlukan bantuan kecuali saat menalikan sepatu
T : Memerlukan bantuan mengambil dan mengenakan pakaian atau bila tidak pasien tidak akan
berpakaian lengkap atau tidak berpakaian sama sekali

3. TOILETING
M : Mampu pergi ke toilet, membersihkan diri sendiri dan mampu memilih baju tanpa bantuan
(mungkin menggunakan objek sebagai penopang seperti tongkat, tongkat kaki tiga, kursi roda. Juga
mungkin mampu menggunakan tampungan selama di tempat tidur atau juga pispot yang akan
dikosongkan saat pagi hari)
D : Memerlukan bantuan untuk pergi ke toilet, membersihkan diri sendiri atau bahkan dalam dalam
memilih atau memperbaiki pakaian yang akan dikenakan, setelah eliminasi baik dengan alat tampung
malam hari maupun dengan mempergunakan pispot
T : Tidak pergi ke kamar mandi dalamproses eliminasinya

44
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

4. BERPINDAH
M : Bergerak naik turun dari tempat tidur dan kursi tanpa memerlukan bantuan (mungkin
mempergunakan objek penopang seperti tongkat atau walker)
D : Naik turun dari tempat tidur atau kursi dengan bantuan
T : Tidak turun dari tempat tidur sama sekali (bila turun harus dengan bantuan atau
pertolongansepenuhnya)

5. KONTINENSIA
M : Mengendalikan perkemihan dan defekasi secara mandiri sepenuhnya
D : Kadang terjadi “ketaksengajaan”
T : Pengawasan yang diberikan merupakan bantuan dalam mengendalikan perkemihan dan
defekasi pasien, dapat menggunakan kateter, atau bahkan terjadi inkontinensia sepenuhnya.

6. MAKAN
M : Menyuap sendiri tanpa bantuan
D : Makan tanpa memerlukan bantuan kecuali pada saat memotong daging atau mengoles roti
dengan mentega
T : Memerlukan bantuan saat makan atau makan melalui selang atau cairan baik sebagian menu atau
sepenuhnya.

Termasuk kategori yang manakah klien ?


A. Mandiri dalam makan, kontibebsia, (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
C. Mandiri, kecuali mandi, dan satu fungsi yang lain
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain
F. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.

2.2 Modifikasi dari Barthel Indeks


Termasuk yang manakah klien?
NO DENGAN
KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
. BANTUAN
Frekuensi :
1. Makan 5 10 Jumlah :
Jenis :
Frekuensi :
2. Minum 5 10 Jumlah :
Jenis :
Berpindah dari kursi roda ke
3. 5 – 10 15
tempat tidur, sebaliknya
Personal toilet (cuci muka,
4. 0 5 Frekuensi :
menyisir rambut, gosok gigi)

45
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

Keluar masuk toilet (mencuci


5. pakaian, menyeka tubuh, 5 10
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi :
7. Jalan di permukaan datar 0 5
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
Frekuensi :
10. Kontrol Bowel (BAB) 5 10
Jenis :
Frekuensi :
11. Kontrol Bladder (BAK) 5 10
Warna :
Frekuensi :
12. Olah raga / latihan 5 10
Jenis :
Rekreasi / pemanfaatan waktu Jenis :
13. 5 10
luang Frekuensi :

Keterangan
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
2. Pengkajian Status Mental Gerontik
3.1 Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
 Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
 Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
BENAR SALAH NO. PERTANYAAN
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apa sekarang ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. Di mana alamat Anda ?
5. Berapa umur Anda ?
6. Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir )
7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
8. Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
9. Siapa nama ibu Anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
10.
angka baru, semua secara menurun.

Seri total = 

Catatan :
Apabila ada suatu kesulitan dari lansia untuk menjawab setiap pertanyaan, ada beberapa alternatif
pertanyaan untuk lansia di antaranya :
1. - Tanggal dan tahun berapa Indonesia merdeka ?
- Sekarang tahun berapa ?
2. - Hari apa sekarang ?
- Sekarang jam berapa ?

46
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

- Sekarang malam, siang, atau pagi ?


3. Apa nama tempat ini ?
4. - Di mana alamat Anda ?
- Lahir di mana ?
5. Berapa umur Anda ?
6. - Kapan Anda lahir ?
- Tahun berapa ?
- Zaman pemerintahannya siapa ?
7. - Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
- Siapa ketua panti sekarang ?
- Siapa ketua asrama sekarang ?
8. - Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
- Siapa Presiden Indonesia pertama kali ?
9. - Siapa nama ibu Anda ?
- Sebutkan nama anak – anak Anda !

Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

3. Pengkajian Keseimbangan untuk Klien Lansia (Tinneti, ME dan Ginser, SF, 1998)

4.1 Perubahan Posisi atau Gerakan Keseimbangan


 Bangun dari kursi (Dimasukkan dan analisis)  kursi yang keras tanpa lengan
 Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada
saat berdiri pertama kali.
 Duduk ke kursi (Dimasukkan dalam analisis)  kursi yang keras tanpa lengan
 Menjatuhkan diri di kursi, tidak duduk di tengah kursi
 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksaan mendorong sternum perlahan – lahan
sebanyak 3 kali)
 Menggerakkan kaki memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi –
sisinya
 Mata tertutup
 Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangan)

47
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

 Perputaran leher
 Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi
– sisinya, keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
 Gerakan menggapai sesuatu
 Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung – ujung jari kanan-kiri, tidak stabil, memegang sesuatu untuk
dukungan
 Membungkuk
 Tidak mampu untuk membungkuk untuk mengambil obyek – obyek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha
– usaha multipel untuk bangun

4.2 Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan


 Meminta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan  ragu – ragu, tersandung
memegang obyek untuk dukungan
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)
 Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 2 inchi)
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping pasien)
 Setelah langkah – langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkat satu kaki
sementara kaki yang lain menyentuh lantai
 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping pasien)
 Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki langkah
yang lebih panjang, masalah dapat terdapat pada pinggul, lutut, pergelangan kaki, atau
otot – otot di sekitarnya)
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang pasien)
 Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
 Berbalik
 Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang obyek
untuk dukungan

ANALISA DATA

48
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan

S: klien mengatakan, Vasokontriksi pembuluh darah


1 tekanan darah kok Penurunan curah
selalu tinggi ya. jantung
O : .-Perubahan irama Penurunan aliran darah ke ginjal
jantung
- Perubahan preload
- Perubahan Pelepasan renin
afterload
- Perubahan
kontraktilitas
Merangsang pembentukan angiotensin I
menjadi angiotensin II

Merangsang sekresi aldosterone

Retensi natrium dan air ditubulus

Peningkatan volume intravascular

Hipertensi

pacu jantung cepat

irama jantung meningkat

perubahan preload dan afterload

perubahan kontrktilitas pada myocard


jantung

S: Pasien mengatakan Faktor presdiposisi: usia, jenis kelamin, Ketidakpatuhan


2. “saya tidak mau merokok, stress, kurang olahraga,
minum obat karena genetic, alkohol, konsentrasi garam,
obat mengandung obesitas
bahan kimia,
keluhanku kok
jantungku detaknya Merangsang pusat vasomotor
cepat terus tengkukku
rasanya berat sama
telingaku juga berat Merangsang serabut pasca-ganglion ke
rasanya” pembuluh darah untuk melepaskan
O: TD : 180/ 100 norepinefrin
mmHg
N : 85 x/menit
CRT : < 2 detik Kortisol dan steroid lainnya disekresi
Akral : hangat oleh kelenjar korteks adrenal
Tanda mayor
a. Perilaku tidak Vasokontriksi pembuluh darah
mengikuti program
- Perilaku pasien
menolak minum Penurunan aliran darah ke ginjal
obat

49
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

b. Perilaku tidak
menjalankan anjuran Pelepasan renin
- Pasien tampak
marah saat
diberi obat dan
menolak saat Merangsang pembentukan angiotensin I
ditanya menjadi angiotensin II
mengenai obat
Merangsang sekresi aldosterone
Tanda minor
a. Tampak tanda/gejala Retensi natrium dan air ditubulus
penyakit/masalah
kesehatan masih ada
atau meningkat Peningkatan volume intravascular
- Tampak tanda
dan gejala yang
muncul Hipertensi
- Pasien mudah
marah
b. Masalah kesehatan Terapi farmokologi
menetap/meningkat
- Tekanan darah
pasien selalu Program terapi komples atau lama
tinggi

Terapi yang harus rutin

Perilaku yang tidak mengikuti program


perawatan/ pengobatan

Ketidakpatuhan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
2 Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau lama
ditandai dengan telinga berdenging seperti terasa berat, dan detak jantung terasa
cepat

50
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi dyspnea, kelelahan,
berhubungan dengan perubahan selama 2 minggu diharapkan penurunan dan edema
afterload curah jantung dapat meningkat, dengan 2. Observasi peningkatan berat
kriteria hasil: badan, batuk, dan kulit pucat
(PPNI, 2019) 3. Monitor intake dan output
Curah Jantung cairan
Batasan Karakteristik:
Indikator 1 2 3 4 5 4. Monitor berat badan setiap
1. Perubahan irama jantung hari pada waktu yang sama
2. Perubahan preload a. Kekuatan nadi 5. Monitor saturasi oksigen
3. Perubahan afterload 6. Monitor EKG
4. Perubahan kontraktilitas b. Tekanan darah 7. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
c. Capillary refill
sesudah aktivitas
time (CRT)
8. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
Keterangan: pemberian obat
9. Posisikan pasien semifowler
X: sebelum intervensi atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
√: sesudah intervensi 10. Berikan diet jantung yang
1. Menurun / memburuk sesuai berupa batasi kolesterol,
1) Kekuatan nadi sangat lemah dan dan makanan tinggi lemak
sangat lambat saat di palpasi 11. Berikan terapi relaksasi untuk
2) Tekanan darah systole > 171 mmHg mengurangi stres, jika perlu
dan tekanan diastole > 130
3) CRT > 11 detik;
2. Cukup menurun / cukup memburuk
1) Kekuatan nadi melemah dan lambat
saat di palpasi
2) Tekanan darah systole antara 161-
170 mmHg dan tekanan diastole
antara 111-120 mmHg
3) CRT 9-10 detik
3. Sedang
1) Kekuatan nadi sedang dan terasa saat
di palpasi
2) Tekanan darah systole antara 151-
160 mmHg dan tekanan diastole
antara 101-110 mmHg
3) CRT 6-8 detik
4. Cukup meningkat / cukup membaik
1) Kekuatan nadi cukup kuat dan terasa
saat di palpasi
2) Tekanan darah systole antara 141-
150 mmHg dan tekanan darah
diastole 91-100 mmHg
3) CRT 3-5 detik
5. Meningkat / membaik
1) Kekuatan nadi kuat dan sangat terasa
saat di palpasi
2) Tekanan darah systole antara 110-
140 mmHg dan tekanan darah
diastole 70-90 mmHg
3) CRT < 2 detik
4)

51
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

Ketidakpatuhan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kepatuhan


dengan program terapi kompleks selama 2 minggu diharapkan kepatuhan menjalani program
atau lama dapat meningkat, dengan kriteria hasil: pengobatan
Tanyakan ke pasien tentang
Definisi : perilaku individu atau Tingkat Kepatuan kepatuhan jadwal minum
pemberi asuhan dalam mengikuti obat
rencana perawatan/pengo-batan Indikator 1 2 3 4 5
a Apakah pasien sudah
yang disepakati dengan tenaga d. Perilaku benar dosis pengobatan?
kesehatan, sehingga hasil mengikuti b Apakah pasien sudah
perawatan/pengobatan efektif. program benar obatnya?
(PPNI, 2019) perawatan c Apakah pasien sudah
/ benar dalam waktu
Batasan Karakteristik: pengobata pengobatan?
n d Apakah pasien sudah
1. Menolak menjalani perawatan/
e. Perilaku benar rute obat?
pengobatan
menjalan 2. Buat komitmen menjalani
2. Menolak perilaku mengikuti
kan program pengobatan dengan
anjuran
anjuran baik
3. Perilaku tidak mengikuti
f. Tanda dan A. Menyiapkan lembar
program
gejala observasi pasien tentang
4. Perilaku tidak menjalankan
kepatuhan dalam 5B
anjuran
(benar pasien, benar obat,
5. Tampak tanda/gejala penyakit/ Keterangan: benar waktu, benar rute,
masalah kesehatan masih ada
benar dosis) minum obat.
atau meningkat X: sebelum Intervensi
3. Dokumentasikan aktivitas
6. Tampak komplikasi penyakit/
√: Setelah Intervensi selama menjalani proses
masalah kesehatan menetap atau
pengobatan
meningkat 1. Memburuk a. Menjelaskan kepada
1) Pasien selama 1 hari minum obat perawat tentang mengisi
captopril: 0mg, amlodipine 0mg. lembar observasi dalam
nifedipine: 0mg, enalpril 0mg minum obat
2) Pasien dalam 1 hari frekuensi 4. Diskusikan hal-hal yang dapat
minum obat captopril: 0 kali, mendukung atau menghambat
amlodipine: 0 kali, nifedipine: 0 kali, berjalannya program
enalpril: 0 kali pengobatan
3) Pasien dalam 1 hari mengeluh a. Komunikasikan pada pasien
tanda dan gejala ≥5 dalam 13 tanda mengenai jadwal minum
dan gejala pada hipertensi obat yang telah disepakati
2. Cukup memburuk b. Memberitahukan bahwa
1) Pasien selama 1 hari minum obat pasien harus minum obat
captopril: 37,5mg, amlodipine: 2.5mg, harus benar dosisnya
nifedipine: 10mg, enalpril: 10mg c. Memberitahukan bahwa
2) Pasien dalam 1 hari frekuensi pasien harus minum obat
minum obat captopril: ½ dosis, harus benar obatnya
amlodipine: ¼ dosis, nifedipine: ¼ d. Memberitahukan bahwa
dosis, enalpril: ¼ dosis pasien harus minum obat
3) Pasien dalam 1 hari mengeluh harus benar waktu minum
tanda dan gejala 4 dalam 13 tanda dan obat
gejala pada hipertensi e Memberitahukan bahwa
3. Sedang pasien harus minum obat
1) Pasien selama 1 hari minum obat harus benar rute obatnya
captopril: 75mg, amlodipine: 5mg 5. Informasikan program
dosis, nifedipine: 20mg, enalpril: pengobatan yang harus dijalani
20mg a. Berikan penyuluhan
2) Pasien selama 1 hari frekuensi mengenai obat yang harus
minum obat captopril: 1 kali, dikonsumsi
amlodipine: ½ dosis, nifedipine: ½ 6. Informasikan manfaat yang
dosis, enalpril: ½ dosis akan diperoleh jika teratur
3) Pasien dalam 1 hari mengeluh menjalani program
tanda dan gejala 3 dalam 13 tanda dan pengobatan
gejala pada hipertensi a. Berikan penyuluhan
4. Cukup membaik mengenai manfaat yang
1) Pasien selama 1 hari minum obat

52
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

captopril: 112,5mg, amlodipine: akan diperoleh jika patuh


7.5mg, nifedipine: 30mg, enalpril: minum obat dalam 5B.
30mg
2) Pasien dalam 1 hari frekuensi
minum obat captopril: 2 kali,
amlodipine: ¾ dosis ,nifedipine: ¾
dosis, enalpril: 1 kali
3) Pasien dalam 1 hari mengeluh
tanda dan gejala 2 dalam 13 tanda dan
gejala pada hipertensi
5. Membaik
1) Pasien selama 1 hari minum obat
captopril: 150mg, amlodipine: 10mg,
nifedipine: 40mg, enalpril: 40mg
2) Pasien dalam 1 hari frekuensi minum
obat captopril: 3 kali, amlodipine: 1
kali, nifedipine: 1 kali, enalpril: 2
kali
3) Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda
dan gejala 1-0 dalam 13 tanda dan
gejala pada hipertensi

53
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

IMPLEMENTASI

Diagnose Keperawatan: ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi yang kompleks atau lama
Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3
21 Februari 2022 22 Februari 2022 23 Februari 2022
Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
10.00 Observasi 10.00 Observasi 11.00 Observasi
1.1 Mengidentifikasi kepatuhan 1.1 Mengobservasi kepatuhan menjalani 1.1 Mengobservasi kepatuhan menjalani
menjalani program pengobatan program pengobatan program pengobatan
Tanyakan ke pasien tentang Tanyakan ke pasien tentang kepatuhan Tanyakan ke pasien tentang
kepatuhan jadwal minum obat jadwal minum obat kepatuhan jadwal minum obat
a Apakah pasien sudah benar a Apakah pasien sudah benar dosis e Apakah pasien sudah benar dosis
dosis pengobatan? pengobatan? pengobatan?
b Apakah pasien sudah benar b Apakah pasien sudah benar obatnya? f Apakah pasien sudah benar
obatnya? c Apakah pasien sudah benar dalam obatnya?
c Apakah pasien sudah benar waktu pengobatan? g Apakah pasien sudah benar dalam
dalam waktu pengobatan? d Apakah pasien sudah benar rute obat? waktu pengobatan?
d Apakah pasien sudah benar rute Terapeutik h Apakah pasien sudah benar rute
obat? 1.2 Mendokumentasikan aktivitas selama obat?
Terapeutik menjalani proses pengobatan Terapeutik
1.1 Membuat komitmen menjalani a. Mengisi lembar observasi 1.2 Mendokumentasikan aktivitas selama
program pengobatan dengan baik Edukasi menjalani proses pengobatan
a. Menyiapkan lembar observasi 1.1 Menginformasikan program pengobatan b. Mengisi lembar observasi
pasien tentang kepatuhan yang harus dijalani Edukasi
dalam 5B (benar pasien, benar a. Menanyakan kembali apakah yang 1.1 Menginformasikan program
obat, benar waktu, benar rute, sudah disampaikan pertemuan pengobatan yang harus dijalani
benar dosis) minum obat. sebelumnya dan mengingatkan sedikit- a. Menanyakan kembali apakah
1.2 Mendokumentasikan aktivitas sedikit yang sudah disampaikan
selama menjalani proses 1.2 Menginformasikan manfaat yang akan pertemuan sebelumnya dan
pengobatan diperoleh jika teratur menjalani program mengingatkan sedikit-sedikit
54
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

a. Menjelaskan kepada perawat pengobatan 1.2 Menginformasikan manfaat yang


tentang mengisi lembar a. Menanyakan kembali apakah yang akan diperoleh jika teratur menjalani
observasi dalam minum obat sudah disampaikan pertemuan program pengobatan
b. Mengisi lembar observasi sebelumnya dan mengingatkan sedikit- a. Menanyakan kembali apakah
1.3 Mendiskusikan hal-hal yang dapat sedikit yang sudah disampaikan
mendukung atau menghambat pertemuan sebelumnya dan
berjalannya program pengobatan mengingatkan sedikit-sedikit
Komunikasikan pada pasien
mengenai jadwal minum obat yang
telah disepakati
a Memberitahukan bahwa pasien
harus minum obat harus benar
dosisnya
b Memberitahukan bahwa pasien
harus minum obat harus benar
obatnya
c Memberitahukan bahwa pasien
harus minum obat harus benar
waktu minum obat
d Memberitahukan bahwa pasien
harus minum obat harus benar
rute obatnya

Edukasi
1.1 Menginformasikan program
pengobatan yang harus dijalani
a. Memberikan penyuluhan
mengenai obat yang harus
dikonsumsi
1.2 Menginformasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
55
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

menjalani program pengobatan


a. Memberikan penyuluhan
mengenai manfaat yang akan
diperoleh jika patuh minum
obat dalam 5B

56
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan minum obat berhubungan dengan program terapi yang kompleks atau lama
Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3
21 Februari 2022 22 Februari 2022 23 Februari 2022
S: Pasien mengatakan “ saya tidak mau minum obat S: Pasien mengatakan “ saya tadi pagi sudah S: Pasien mengatakan “ saya tadi sudah minum
karena obat mengandung bahan kimia, keluhanku minum obat tapi obatnya saya jadikan 2 obat pagi tapi ya kayak kemarin obatnya tak
kok jantungku detaknya cepat terus tengkukku bagian yang setengah saya minum yang bagi jadi 2 yang setengah e tak buang,
rasanya berat sama telingaku juga berat rasanya” setengahnya saya buang, terus ditengkuk saya tengkukku kok masih berat”
O: terasa berat kok gak hilang-hilang ya? O:
Indikator Tingkat Kepatuhan Jantungku kok juga berdetak cepet gak Indikator Tingkat Kepatuhan
No Indikator awal target Akhir hilang-hilang terus punggung saya juga capek
N Indikator awal target akhir
1. Perilaku 1 5 1 terus”.
O: o
mengikuti
program Indikator Tingkat Kepatuhan 1. Perilaku 3 5 3
perawatan / N Indikator awal target Akhir mengikuti
pengobatan o program
2. Perilaku 1 5 1 1. Perilaku 1 5 3 perawatan /
menjalankan mengikuti pengobatan
anjuran program 2. Perilaku 3 5 3
3. Tanda dan 2 5 3 perawatan / menjalankan
gejala pengobatan anjuran
2. Perilaku 1 5 3 3. Tanda dan 3 5 4
A: Masalah belum teratasi menjalankan gejala
P: Lanjutkan Intervensi anjuran
Observasi 1.1 3. Tanda dan 3 5 3
A: Masalah belum teratasi
Terapeutik 1.2 gejala
Edukasi 1.1, 1.2 P: Lanjutkan intervensi
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi Observasi 1.1
Observasi 1.1 Terapeutik 1.2
Terapeutik 1.2 Edukasi 1.1, 1.2

57
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

Edukasi 1.1, 1.2

58
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIET HIPERTENSI PADA LANSIA

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners


Asuhan Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

Ilmiyatus Sholihah

NIM. 14901.08.21080

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

GENGGONG PROBOLINGGO

2022

61
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Kurangnya informasi mengenai diet pada penyakit hipertensi


Pokok Bahasan : Penyakit Hipertensi
Sub Pokok Bahasan : Diet pada penyakit hipertensi
Sasaran : lansia hipertensi
Waktu : 25 Menit
Hari/Tanggal : Senin/ 21 Februari 2022
Tempat : Rumah ibu RT 05 Dusun Sading

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu memahami diet pada penyakit
hipertensi.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penjelasan selama 10 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Menyebutkan tujuan diet pada hipertensi dengan benar tanpa melihat catatan/
leaflet
2. Menyebutkan macam dan indikasi pemberian diet pada hipertensi dengan benar
tanpa melihat catatan/ leaflet
3. Menyebutkan jenis makanan untuk hipertensi dengan benar tanpa melihat
catatan/ leaflet

III. Pokok Materi


1. Tujuan diet hipertensi
2. Macam dan indikasi pemberian makanan
3. Jenis makanan untuk hipertensi
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
- Metode : curah pendapat, ceramah, tanya jawab
- Langkah-langkah kegiatan :
A. Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat
2. Kontrak waktu
B. Membuka Pembelajaran
62
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan
4. Menjelaskan tujuan
5. Apersepsi
C. Kegiatan inti
1. Penyuluh menyampaikan materi
2. Sasaran menyimak materi
3. Sasaran mengajukan pertanyaan
4. Penyuluh menjawab pertanyaan
5. Penyuluh menyimpulkan jawaban
D. Penutup
1. Evaluasi
2. Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
3. Memberi salam

V. Media
 SAP
 Leaflet

VI. Kegiatan Belajar Mengajar


No. Tahap Waktu Kegiatan Media
1. Pembukaan 5 menit  Salam perkenalan
 Menjelaskan kontrak dan tujuan
pertemuan
2. Pelaksanaan 15 menit Menjelaskan tentang : Materi pengajaran
 Tujuan diet hipertensi Leaflet
 Macam dan indikasi pemberian
makanan
 Jenis makanan untuk hipertensi
3. Penutup 5 menit  Mengajukan pertanyaan pada
warga
 Memberikan reinforcemen positif
atas jawaban yang diberikan
 Menutup pembelajaran dengan
salam

63
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

VI. Evaluasi
1) Prosedur : Post test
2) Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
3) Butir soal : 3 soal
Pertanyaan !
1. Sebutkan tujuan diet pada penderita hipertensi !
2. Sebutkan macam dan indikasi pemberian makanan pada penderita
hipertensi !
3. Sebutkan jenis makanan untuk penderita hipertensi !

64
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

Lampiran materi
DIET PADA PENYAKIT HIPERTENSI

A. TUJUAN DIET HIPERTENSI


Tujuan diet untuk penderita hipertensi dalah untuk membantu menghilangkan garam / air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

B. MACAM DAN INDIKASI PEMBERIAN MAKANAN


1) Diet Rendah Garam I

Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur sama sekali, makanan ini diberikan
pada penderita hipertensi berat (diastol > 114 mmHg)

Contoh menu :

Pagi :

Nasi 1 gls belimbing (70 gr)

Telur 1 butir (50 gr)

Sayuran ½ gls belimbing (50 gr)

Minyak ½ sdk makan (5 gr)

Gula pasir 1 sdk makan (10 gr)

Siang dan Sore :

Nasi 2 gls belimbing (140 gr)

Daging 2 potong (50 gr)

Sayuran ¼ gls (75 gr)

Buah 1 buah pisang (75 gr)

Minyak 1 sdk makan (10 gr)

2) Diet Rendah Garam II

65
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

Pemberian makan sehari sama dengan diet rendah garam I, dalam pemasakan
dibolehkan menggunakan ¼ sendok teh garam dapur. Makanan ini diberikan pada
penderita hipertensi sedang (diastol 100 – 114 mmHg)

Contoh menu :

Pagi Nasi, telur dadar, tumis kacang panjang,


sayur lodeh, papaya

Siang Nasi, ikan acar, telur, bacem, pisang

Sore Nasi, daging, tempe kering, sayur

3) Diet Rendah Garam III

Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I, dalam pemasakannya
boleh diberikan ½ sendok teh garam dapur. Makanan ini diberikan pada penderita
hipertensi ringan (diastol < 100 mmHg).Untuk mempertinggi cita rasa dapat
digunakan gula, cuka, bawang merah/ bawang putih, jahe, kunyit dan salam.Makanan
yang dikukus, ditumis, digoreng, dipanggang lebih enak daripada direbus.

C. JENIS MAKANAN UNTUK HIPERTENSI


GOLONGAN
MAKANAN YANG BOLEH MAKANAN YANG TIDAK
BAHAN
DIBERIKAN BOLEH DIBERIKAN
MAKANAN
Karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, Roti biskuit dan makanan yg
makanan yg diolah tanpa garam dimasak dg garam dapur
seperti mie, biskuit, kue kering.
Protein hewani Daging, ikan, telur dan susu Ikan asin, keju, kornet, telur asin,
pindang dendeng, udang
Protein nabati Semua kacang-kacangan yg Kacang tanah dan semua kacang yg
diolah tanpa garam dapur dimasak dg garam dapur
Sayuran Semua sayuran segar dan sayuran Sayuran yg diawetkan dg garam
yang diawetkan tanpa garam seperti : sayuran kaleng, asinan
Buah-buahan Semua buah-buahan segar dan Durian dan buah-buahan yg
diawetkan tanpa garam dan soda diwetkan dg garam dan soda

Lemak Minyak margarin dan mentega Margarin dan mentega biasa


tanpa garam
Bumbu Semua bumbu segar dan kering Garam dapur, soda, vetsin dan
yg tidak mengandung garam bumbu yg mengandung garam
dapur dapur, kecap asin, tersai, tauco
Minuman Air putih Kopi dan coklat

66
STIKesHafshawatyZainul Hasan Genggong

DAFTAR PUSTAKA

Athi’ Lindayani,dkk . 2018. Gambaran hipertensi pada lansia diwilayah kerja puskesmas
CukirJombang.JURNALEDUNursing,Vol.2,No.2,September2018http://journal.unipdu.
ac.id ISSN:2549-8207 e-ISSN:2579-6127

David R&Yerizal K. 2018.Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal Kesehatan Andalas.
2018; 7(Supplement 2)

Destiara H.Z, Riris D. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan Riwayat Hipertensi Dengan
Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia. ©2017 FKM_UNAIR All right
reserved. Open access under CC BY–SA license doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184
Received 23 March 2017, Received in Revised Form 07 June 2017 Accepted 24
July2017, Published online: 31 August 2017 .

Hasbi Taobah R. dkk. 2017. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan `Aisyiyah Volume 4 | Nomor 1 | Juni 2017
JKA.2017;4(1): 37-45 ISSN 2355-67773

Heni Lutfiyati, dkk. 2017. Pola Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Lansia Di Puskesmas
Windusari, Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang. Jurnal Farmasi Sains dan
Praktis, Vol. III, No. 2, November 2017

Ibrahim. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi. Idea Nursing Journal
Vol.II No.1 ISSN:2087-2879

67
DIET HIPERTENSI PADA b. Makanan yang diolah
LANSIA PENGERTIAN dengan menggunakan
Hipertensi merupakan suatu garam natrium
keadaan dimana didapatkan
tekanan darah > 150/90 mmHg
untuk usia lebih dari 45 tahun
atau pada lansia.

DIET HIPERTENSI
c. Makanan dan minuman
dalam kaleng

DISUSUN OLEH: d. Makanan yang diawetkan


ILMIYATUS SHOLIHAH 1. Makanan yang harus
dihindari/dikurangi:
a. Makanan yang berkadar
lemak jenuh tinggi
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2022

68
e. Sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol 2. Makanan yang dianjurkan
a. Makanan pokok a. Diet rendah garam
Bertujuan untuk
menurunkan tekanan
darah,mencegah
terjadinya pembengkakan
dan penyakit jantung.
f. Bumbu-bumbu yang b. Sayuran Hal-hal yang perlu
mengandung natrium diperhatikan :
- Jangan menggunakan
garam dapur yang
berlebihan
- Hindari bahan awetan
yang diolah dengan
c. Buah-buahan
menggunakan garam
jambu biji, pepaya, jeruk,
(terasi, kecap, petis)
nanas, alpukat, belimbing,
g. Alkohol dan makanan - Batasi minuman
salak, mengkudu,
yang mengandung alkohol bersoda
semangka, melon, sawo,
- Kurangi makanan yang
mangga.
mengandung bahan
d. Kacang-kacangan dan
kimia. Contoh : mie,
hasil olahnya (tempe, tahu)
sarden.
serta polong-polongan.
e. Unggas, ikan, putih telur.
f. Daging merah, kuning
telur.

69
DOKUMENTASI

70
71

Anda mungkin juga menyukai