Eko Julianto2
Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email ekojulianto@gmail.com
Rahaju Ningtyas
Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email dwifajar@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi (BPH) adalah, Transurethral Resection of the
Prostate (TURP). Guna melaksanakan TURP pasien harus dilakukan anestesi. Anestesi yang digunakan pada
pembedahan TURP yaitu anestesi regional (spinal anastesi). Pada anestesi spinal dapat menyebabkan pasien tidak dapat
merasakan distensi atau penuhnya kandung kemih. akibat pemasangan kateter dalam waktu yang lama sehingga dapat
mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi dan berkontraksi selain itu juga dapat mengakibatkan kandung kemih
akan kehilangan tonusnya. Otot detrusor tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran
urinnya, atau inkontinensia urine. Salah satu tindakan non farmakologi untuk mengatasi inontinensia adalah terapi
bladder training, Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh bladder training terhadap penurunan inkontinensia urine pada
pasien post operasi BPH, Metode: desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan , sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana peneliti memperoleh sumber utama dari
literatur-literatur yang berkaitan dengan fokus kajian baik berupa jurnal maupun buku-buku yang membahas tentang
pengaruh terapi meditasi terhadap penurunan Inkontinesia Urine, Hasil : Hasil pembahasan menunjukan bahwa terapi
bladder training baik dengan metode delay urination maupun scheduled urination menjukan adanya pengaruh
terhadap penuruna inontinensia urine pada pasien post operasi BPH. kondisi inkontinensia urine sebelum dan sesudah
intervensi delay urination, diketahui seluruh pasien (100%) mengalami inkontinensia urine sebelum dilakukan
intervensi delay urination, dan setelah dilakukan intervensi delay urination diketahui sebagian besar pasien (63,3%)
masih mengalami kejadian inkontinensia urine dan hampir sebagian pasien (36,7%) mengalami perbaikkan yaitu
dengan tidak menderita inkontinensia urine lagi. juga tidak jauh berbeda yaitu seluruh pasien (100%) mengalami
inkontinensia urine sebelum dilakukan intervensi scheduled, Kesimpulan : Dari telaah jurnal yang ditiliti dapat
disimpulkan bahwa bladder training dapat menurunkan inkontinensia pada pasien post BPH. Bladder training dapat
menjadi terapi non farmakologi untuk menurunka inkontinensia pada pasien post operasi PBH.
Kata Kunci: Transurethral Resection of the Prostate (TURP, Bladder Training, Inkontinesia Urine
ABSTRACT
Background : The actions that are often taken to overcome (BPH) are, Transurethral Resection of the Prostate (TURP).
In order to carry out TURP the patient must be anesthetized. Anesthesia used in TURP surgery is regional anesthesia
(spinal anesthesia). With spinal anesthesia, the patient cannot feel the bladder distention or fullness. due to the
installation of a catheter in a long time so that it can cause the bladder to not be filled and contracted but it can also
cause the bladder to lose tone. The detrusor muscle cannot contract and the patient cannot control urine output, or
urinary incontinence. One of the non-pharmacological measures to overcome inontinence is bladder training therapy,
Objective : To determine the effect of bladder training on decreasing urinary incontinence in BPH postoperative
patients, Method: the design used in this study is library research, data sources used in this study are secondary data.
Where researchers obtain the main source of literature relating to the focus of the study in the form of journals and
books that discuss the effect of meditation therapy on reducing Incontinence Urine, Results : The results of the
discussion showed that bladder training therapy both with delay urination and scheduled urination methods did not
have an influence on the
Keywords: Transurethral Resection of the Prostate (TURP), Bladder Training, Incontinence Urine
PENDAHULUAN
Komplikasi yang sering dialami oleh neurologis dan rasa nyaman, intregitas kulit
para penderita Benigna Prostate Hiperplasia dan luka, fungsi gastrointestinal, fungsi
(BPH) yang sudah cukup parah adalah genitourinaria, terutama pada fungsi
adanya keluhan BAK macet atau retensi, genitrourinaria dalam waktu 6–8 jam
terasa panas ,dan tidak tuntas saat BAK. setelah anastesi, pasien akan mendapatkan
Kasus BPH ini salah satu penanganannya kontrol fungsi berkemih secara volunter,
adalah dengan prosedur pembedahan atau bergantung dari jenis pembedahan.
operasi. Pemakaian kateter menetap selama empat
Tindakan yang sering dilakukan untuk sampai tujuh hari atau lebih mengakibatkan
mengatasi (BPH) adalah, Transurethral kandung kemih tidak akan terisi atau
Resection of the Prostate (TURP). TURP berkontraksi sehingga kandung kemih akan
merupakan tindakan operasi yang paling kehilangan tonusnya (atonia) (Perry &
banyak dikerjakan diseluruh dunia Potter, 2006 dalam Febrianto, 2015).
(Nursalam & Fransisca, 2009 dalam Tindakan pemasangan kateter
Febrianto, 2015). Menurut Komeini (2013), dilakukan membantu pasien yang tidak
di Amerika Serikat TURP merupakan mampu mengontrol perkemihan atau pasien
prosedur operasi kedua terbanyak yang mengalami obstruksi pada saluran
dilakukan, dan sekitar 150.000 orang TURP kemih. Namun tindakan ini bisa
dilakukan setiap tahun (Urology Care, 2013 menimbulkan masalah lain seperti infeksi,
dalam Febrianto, 2015). Di Indonesia trauma pada uretra, dan menurunnya
tindakan TURP yang dilakukan RSUD rangsangan berkemih. Menurunnya
Gambiran pada tahun 2009, adalah dari 416 rangsangan berkemih terjadi akibat
pasien urologi yang dilakukan tindakan pemasangan kateter dalam waktu yang lama
TURP sebanyak 349 atau 75 % dan sampai sehingga dapat mengakibatkan kandung
bulan September 2011 dari 395 pasien yang kemih tidak akan terisi dan berkontraksi
dilakukan TURP sebanyak 305 pasien atau selain itu juga dapat mengakibatkan
78% (Sodiq, 2012 dalam Febrianto, 2015). kandung kemih akan kehilangan tonusnya.
Guna melaksanakan TURP pasien Otot detrusor tidak dapat berkontraksi dan
harus dilakukan anestesi. Anestesi yang pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran
digunakan pada pembedahan TURP yaitu urinnya, atau inkontinensia urine (Smelzter
anestesi regional (spinal & Bare,2013, hlm.1390).
anastesi) (OMNI, 2015). Pada anestesi Inkontenensia urine adalah
epidural/ spinal dapat menyebabkan pasien ketidakmampuan menahan air kencing.
tidak dapat merasakan distensi atau Merupakan suatu gejala kelainan berkemih
penuhnya kandung kemih. Efek dari yang sangat mengganggu dan seluruh
pemberian anestesi tersebut terjadi proses berkemih ini merupakan aktifitas
perubahan fisiologis antara lain; pernafasan, neurologi yang sangat kompleks dan cepat
sirkulasi, pengontrolan suhu, fungsi di atur oleh otak (kulit otak dan di bawah
kulit otak) bila terjadi gangguan kontrol training adalah untuk memperpanjang
dari otak akibat penyakit – penyakit saraf interval antara urinasi klien, menstabilkan
tertentu maka akan mengakibatkan kandung kemih dan menghilangkan urgensi
inkontinensia. Pengeluaran kemih di atur (Suharyanto, 2008, dalam Shabrini, 2015).
oleh otot-otot yang di sebut sfingter Metode bladder training diantaranya
(terletak di dasar kandung kencing dan adalah delay urination dan scheduled
dinding saluran kencing). Didalam keadaan urination. Delay urination adalah latihan
normal sfingter akan menghalangi menahan/menunda untuk berkemih. Pada
pengeluaran urine dengan menutup pasien yang masih terpasang kateter, delay
kandung kemih dan salurannya (Handayani urination dilakukan dengan mengklem atau
2012) mengikat aliran urine ke urine bag.
Menurut data dari WHO, 200 juta Tindakan ini memungkinkan kandung
penduduk di dunia yang mengalami kemih terisi urine dan otot detrusor
inkontinensia urin. Menurut National berkontraksi sedangkan pelepasan klem
Kidney and Urologyc Disease Advisory memungkinkan kandung kemih untuk
Board di Amerika Serikat, jumlah penderita mengosongkan isinya. Latihan ini
inkontinensia mencapai 13 juta dengan 85 dilakukan 6-7 kali per hari sampai pasien
persen diantaranya perempuan.Jumlah ini dapat menunda untuk berkemih. Sedangkan
sebenarnya masih sangat sedikit dari scheduled urination adalah pembiasaan
kondisi sebenarnya, sebab masih banyak berkemih sesuai dengan jadwal yang telah
kasus yang tidak dilaporkan (Maas et al, dibuat oleh perawat 6-7 kali perhari, jadwal
2011). tersebut harus diikuti dengan ketat oleh
Di Indonesia jumlah penderita pasien, sehingga pasien berhasil belajar
Inkontinensia urin sangat signifikan. Pada kembali mengenal dan mengadakan respon
tahun 2006 diperkirakan sekitar 5,8% dari yang sesuai terhadap keinginan untuk
jumlah penduduk mengalami Inkontinensia berkemih (Smeltzer, 2002 dalam
urin, tetapi penanganannya masih sangat Nurhasanah & Hamzah, 2017).
kurang. Hal ini di sebabkan karena Pada kesempatan kali ini peneliti akan
masyarakat belum tahu tempat yang tepat berfokus pada bagaimanakah literature
untuk berobat disertai kurangnya review mengenai pengaruh terapi bladder
pemahaman tenaga kesehatan tentang training terhadap penurunan inkontinensia
inkontinensia urin (Depkes, 2012). urine. Penelitian ini bertujuan untuk
Bladder training adalah latihan mengetahui mendapatkan hasil sebelum
kandung kemih yang bertujuan untuk dilakukan bladder training dan setelah
mengembangkan tonus otot dan otot dilakukan bladder training terhadap
spingter kandung kemih agar bertujuan penurunan ikontinensia urine pada pasien
maksimal. Bladder training biasanya post operasi BPH.
digunakan untuk stress inkontinensia,
desakan inkontinensia atau kombinasi METODE PENELITIAN
keduanya atau yang disebut inkontinensia Jenis penelitian yang digunakan oleh
campuran. Pelatihan kandung kemih yang peneliti : penelitian kepustakaan, waktu : 1
mengharuskan klien menunda berkemih, Mei 2020 - 15 Mei 2020, sumber data : 2
melawan atau menghambat sensasi urgensi jurnal, metode pengumpulan data :
dan berkemih sesuai dengan waktu yang dokumentasi dan studi literatur, metode
telah ditetapkan dan bukan sesuai dengan analisa data : metode analisis deskriptif,
desakan untuk berkemih. Tujuan bladder prosedur penelitian : organize, synthesize,
dengan dilakukan
menggunak latihan delay
an 2 jenis urination
test non pada pasien
parametrik. yang dirawat
Sedangkan di ruang
jurnal Mawar
kedua diketahui
hanya hampir
menggunak sebagian
an analisis pasien sudah
univariat. mengalami
3. Dalam perbaikan
jurnal dengan tidak
pertama lagi
kriteria mengalami
responden inkontinensia
tidak urine,
dicamtumk sedangkan
an. pada pasien
Sedangkan yang
jurnal dilakukan
kedua yaitu latihan
yang scheduled
bersedia urination
berpartisipa diketahui
si dalam setengah dari
penelitian, jumlah pasien
kooperatif sudah
menjadi mengalami
responden, perbaikan dan
pasien tidak lagi
pasca mengalami
pembedaha inkontinensia
n TURP urine.
hari ke 3 Sedangkan
yang sudah jurnal kedua
tidak ada diketahui
perdarahan, bahwa
usia > 50 menunjukan
tahun. bahwa rata-
Hasil rata sensasi
penelitian berkemih
jurnal pertama pasien TURP
diketahui yang
bahwa Setelah diberikan
tindakan
bladder SARAN
training 1. Bagi Pasien post operasi BPH
adalah 47,91 Karya tulis ini diharapkan dapat
menit, nilai dijadikan salah satu solusi yang dapat
median 50,00 digunakan dalam penurunan inkontensia
menit, nilai urine dengan menggunakan terapi
min 31 menit bladder training.
dan nilai max 2. Bagi Institusi Pendidikan
58 menit. Dan Dapat memperkaya ilmu pengetahuan
umur dalam bidang keperawatan dalam
responden melakukan asuhan keperawatan
rata-rata 63.55 khususnya terapi bladder training dan
tahun, median dapat dijadikan sebagai sumber
65.00 tahun, pembelajaran.
minimal 51 3. Bagi Peneliti
tahun, Menambah wawasan dan menelaah
maksimal 75 literatur tentang terapi bladder training
tahun. terhadap pencegahan inkontenensia
urine pada pasien post operasi BPH.
SIMPULAN
Kondisi inkontinensia urine pada
pasien post operasi BPH sebelum dilakukan UCAPAN TERIMA KASIH
delay urination maupun scheduled Puji syukur penulis panjatkan atas
urination, mengalami inkontinensia urine. kehadirat Allah SWT yang senantiasa
Inkontinensia urine merupakan komplikasi melimpahkan rakhmat-Nya sehingga
umum pada pasien post operasi BPH, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
terutama operasi prostatektomi terbuka
karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh
akibat dari insufisiensi sfingter uretra dan
disfungsi kandung kemih. Bladder Training Terhadap Penurunan
Setelah dilakukan latihan delay Inkontinensia Urine Pada Pasien Post
urination menunjukan hasil hampir Operasi BPH” karya tulis ilmiah ini
sebagian pasien sudah mengalami merupakan salah satu syarat untuk
perbaikan dengan tidak lagi mengalami rnyelesaikan pendidikan Diploma III
inkontinensia urine, sedangkan pada pasien
Keperawatan Politeknik Yakpermas
yang dilakukan latihan scheduled urination
diketahui setengah dari jumlah pasien sudah Banyumas.
mengalami perbaikan dan tidak lagi
Dalam proses penyusunan proposal
mengalami inkontinensia urine.
Selain itu bladder training juga dapat karya tulis ilmiah ini penulis mendapat
memperpanjang waktu untuk mengeluarkan bantuan baik berupa materi, saran dan
urine, meningkatkan jumlah urine yang masukan serta dukungan moril. Oleh karena
ditahan oleh kandung kemih, meningkatkan itu penulis mengucapkan terima kasih yang
kontrol pada dorongan/ rangsangan sebesar-besarnya pada beberapa pihak yang
berkemih menurut jadwal dan mengurangi/ telah mendukung penulis dalam
menghilangkan inkontinensia urine.