Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah
211FK09020
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Nim : 211FK09017
1. Definisi BPH
menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare,
penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling
umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk, 2014 ).
1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan
mengejan.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala iritasi
a.Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b.Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapatterjadi
3. Klasifikasi BPH
konservatif.
cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan terbuka,
melalui trans retropublik / perianal.
d. Derajat 4 : Tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine
4. Etiologi BPH
Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan menyebabkan epitel dan
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses penuaan,
pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan penurunan hormon testosteron.
peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan memicu
terjadi BPH.
5. Komplikasi
a) Aterosclerosis
b) Infark jantung
c) Impoten
e) Fistula
g) Infeksi
6. Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
a. Prostatektomi
melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan
dalam perineum.
iii. Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding
[endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat
yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Insisi
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30
untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus
mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan buli-
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell)
dkk, 2014).
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam
abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel
darah merahnya.
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
6. PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel jaringan
benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
8. Patofisiologi
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana
estrogen pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon
testosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi
inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk
yang akan meluas menuju kandung kemih sehingga mempersempit saluran uretra
lebih kuat guna melawan tahanan itu (Presti et al, 2013). Kontraksi yang terus-
menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa hipertrofi otot
penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-
buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau
lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif
tetapi obat-obatan ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang paling
tepat adalah tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP (Joyce, 2014) .
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotongan
dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Trauma bekas resectocopy
Kadar testosteron
menurun Kadar estrogen meningkat
BPH
Poliferasi sel
prostat
Tindakan
pembedahan
Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang
bervariasi ringan sampai berat dan berlangsung dalam waktu beberapa detik
Nyeri akut sebagian terbesar, di akibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri.
Nyeri ini awalnya datang tiba-tiba dan biasanya. Nyeri akut biasanya sejalan
dengan terjadinya penyembuhan. Apabila nyeri akut tidak diatasi secara adekuat
b. Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur super visial kulit dan jaringan
subkutis.
c. Nyeri somatic dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot
tubuh.
e. Nyeri alih, nyeri berasal dari salah satu daerah di tubuh teapi dirasakan
menimbulkan nyeri.
a. Intensitas nyeri
individu, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat-
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran subjektif nyeri dapat
dilakukan menggunakan :
Keterangan :
VAS adalah garis lurus sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang
terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Ujung kiri
menandakan “tidak ada nyeri ” dan ujung kanan menandakan “nyeri yang paling
b. Skala Numerik
maupun grafik. Klien harus diberikan penjelasan nilai terendah dan tertinggi
Provocate / Paliatif (P), penyebab terjadinya nyeri dari klien, hal yang membuat
nyerinya lebih baik, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh
oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti
ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet.
Region(R), untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk
untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah nyeri yang
sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang dirasakan bersifat
Severe(S), tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan
oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus
Time(T), tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian nyeri.
Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama menderita,
1. Farmakologis
non opioid yang sering diberikan adalah acetaminophen atau non steroidal
mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih
mengubah perilaku nyeri dan memberi pasien rasa pengendalian yang lebih
b. Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
A. Pengkajian
1. Anamnese :
sering dialami oleh laki –laki diatas umur 45 tahun (Rendy clevo, 2012)
b. Keluhan Utama : pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan nyeri,
sehingga yang perlu dikaji untk meringankan nyeri (provocative/ paliative), rasa
c. Riwayat penyakit sekarang: Keluhan yang sering dialami klien BPH dengan istilah
LUTS (Lower Urinary Tract Symtoms). Antara lain: hesistansi, pancaran urin
lemah, intermittensi, ada sisa urine pasca miksi, frekuensi dan disuria (jika
obstruksi meningkat).
d. Riwayat penyakit dahulu : tanyakan pada klien riwayat penyakit yang pernah
diderita, dikarenakan orang yang dulunya mengalami ISK dan faal darah beresiko
1) Mata : lihat kelopak mata, konjungtiva (pucat atau tidak) (aziz Alimul, 2009).
2) Mulut dan gigi : kaji bagaimana kebersihan rongga mulut dan bau mulut, warna
bibir (pucat atau kering), lidah (bersih atau kotor). Lihat jumlah gigi, adanya
karies gigi atau tidak (Aziz Alimul, 2009).
3) Leher : Palpasi daerah leher untuk merasakan adanya massa pada kalenjar tiroid,
kalenjar limfe, dan trakea, kaji juga kemampuan menelan klien, adanya
4) Dada : lihat bentuk dada, pergerakan dinding dada saat bernafas, apakah ada
5) Abdomen
a) Perkusi : Pada klien post operasi BPH dilakukan perkusi pada 9 regio
b) Palpasi : Teraba kistus di daerah suprasimfisis akibat retensi urin dan sering
pyelonefrosis.
6) Genetalia
a) Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan biasanya
ini tergantung dari warna urine yang keluar.Bila urine sudah jernih spolling
7) Ekstermitas
Pada klien post opersi BPH perlu dikaji kekuatan otot dikarenakan
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (biologis, zat kimia, fisik dan
Batasan karakteristik
e) Melaporkan
5) Monitor tanda-
bahwa nyeri
tanda vital.
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
9) Bekerja sebagai
8) Kontrol anti
lingkungan yang inflamasi dan
dapat efek analgesic
mempengaruhi ringan dalam
nyeri seperti suhu mengurangi
ruangan, kekakuan dan
pencahayaan dan meningkatkan
kebisingan. mobilitas
9) Kolaborasi
dengan tim medis
lain dalam
pemberian
analgesic.
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini
Evaluasi berfokus pada klien, baik itu individu ataupun kelompok (Deswani,
S: 36,5 -37,5 °C
RR : 16-24x/menit
c) Dapat mengidentifikasi (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) ketika
berlangsung.
d) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi seperti tehnik distraksi dan relaksasi, kompres hangat, imajinasi
terbimbing, dan hypnosis diri untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
e) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
f) Tidak terdapat gangguan konsentrasi.
g) Menyatakan kenyamanan
h) Klien tidak terbangun karena nyeri.
i) Wajah menjadi segar dan tidak meringis kesakitan.
j) Tidak takut terjadinya cidera