Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

OLEH :

NILAMSARI

2022207209037

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG 2022


LAPORAN PENDAHULUAN

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

A. Konsep Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

1. Definisi

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu penyakit pembesaran atau

hipertrofi dan prostat. Kata –kata hipertrofi seringkali menimbulkan

kontrovensi di kalangan klinik karena sering rancu dengan hiperplasia.

Hipertrofi bermakna bahwa dari segi kualitas terjadi pembesaran sel

(kualitas) dan diikuti oleh penambahan jumlah sel (kuantitas). BPH

seringkali menyebabkan gangguan dalam elminasi urine karena pembesaran

prostat yang cenderung ke arah depan / menekan vesika urinaria (Baugman,

2020).

Hiperplasia noduler ditemukan pada sekitar 20% laki-laki denganb usia 40

tahun, meningkat 70% pada usia 60 tahun dan menjadi 90% pada usia 70

tahun. Pembesaran ini bukan merupakan kangker prostat, karena BPH dan

karsinoma prostat berbeda. Secara anatomis, sebenarnya kelenjar prostat

merupakan kelenjar ejakudat yang membantu menyemprotkan seperma dari

saluran (ductus). Pada waktu melakukan ejakulasi, secara fisiologis prostat

membesar untuk mencegah urine dan vesika urinaria melewati uretra.

Namun, pembesaran prostat yang terus menerus akan berdampak pada

obstruksi saluran kencing (meatus urinarius internus) (Mitchell, 2019).


2. Etiologi

Penyebab pastinya belum di ketahui secara pasti dari prostat hiperplasia,

namun faktor usia dan hormonal menjadi predisposisi terjadinya BPH.

Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat sangat erat

kaitanya dengan (Purnomo, 2017) :

a. Peningkatan DHT (dehidrotestosteron)

Peningkatan lima alfa reduktase dan reseptor adrogen akan menyebabkan

epitel dan stoma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.

b. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron

Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses

penuaan, pada pria terjadi peningkatan hormon esterogen dan penuan

hormon testosteron. Hal ini yang memicu terjadinya hiperplasia stoma

pada prostat.

c. Interaksi antar sel stoma dan sel epitel prostat

Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor

dan penurunan transforming growth beta menyebabkan hiperplasia stoma

dan epitel, sehingga akan terjadi BPH.

d. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)

Esterogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup

stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

e. Teori sistem sel

Sel sistem yang meningkatkan akan mengakibatatkan profliferasi sel

transisit dan memicu terjadi benigna prostat hyperlpasia.


3. Patofisiologi

Prostat sebagi kelenjar ejakudat memiliki hubungan fisiologis yang sangat

erat dengan dihidrotestosteron (DHT). Hormon ini merupakan hormon yang

memicu pertumbuhan prostat sebagai kelenjar ejakudat yang nantinya akan

mengoptimalkan fungsinya. Hormon ini di sintesis dalam kelenjar prostat

dari hormon testosteron dalam darah. Proses sintesis ini di bantu oleh enzime

5-reduktase tipe 2. Selain DHT yang sebagai prekursor, estrogen juga

memiliki pengaruh terhadap pembesaran kelenjar prostat. Seiring dengan

penambahan usia, maka prostat akan lebih sensitif dengan stimulasi

androgen, sedangkan esterogen mampu memberikan proteksi terhadap BPH.

Dengan pembesaran yang melebihi normal,maka akan terjadi desakan pada

traktus urinarius. Pada tahap awal, obstruksi traktus urinarius jarang

menimbulkan keluhan, karena dorongan mengejan dan kontraksi yang kuat

dari m. Destrustor mampu mengeluarkan urine secara spontan. Namun,

obstruksi yang sudah kronis membuat dekompensasi dari m. Detrustor untuk

berkontraksi yang akhirnya menimbulkan obstruksi saluran kemih.

Keluhan yang biasanya muncul dari obstruksi ini adalah dorongan mengejan

saat miksi yang kuat, pancaran urine lemah/ menetes, disuria(saat kencing

terasa terbakar), palpasi rektal toucher menggambarkan hipertrofi prostat,

distensi vesika. Hipertrofi fibromuskuler yang terjadi pada klain BPH

menimbulkan penekanan pada prostat dan jaringan sekitar, sehingga

menimbulkan iritasi pada mukosa uretra. Iritibilitas inilah nantinya akan

menyebabkan keluhan frekwensi, urgensi, inkontinensia urgensi, dan lain


sebagainya. Oleh karena itu kateterisasi untuk tahap awal sangat efektif untuk

mengurangi distensi vesika urinaria.

Pembesaran pada BPH (hiper plasia prostat) terjadi secara bertahap mulai

dari zona periuretral dan transisional. Hiperplasia ini terjadi secara nodular

dan sering diiringi oleh proliferasi fibromuskular untuk lepas darijaringan

epitel. Oleh karena itu, hiperplasia zona transisional di tandai oleh

banyaknya jaringan kelenjar yang tumbuh pada pucuk dan cabang dari

pada duktus. Sebenarnya proliferasi zona transisional dan zona sentral pada

prostat berasal dari turunan duktus wolffi dan profilerasi zona perifer berasal

dari sinus urogenital. Sehingga, berdasarkan latar belakang embriologis inilah

bisa di ketahui mengapa BPH terjadi pada zona perifer.

(Mitchell, 2019)

4. Manifestasi Klinis

BPH merupakan yang di derita oleh klain laki-laki dengan usia rata- rata

lebih dari 50 tahun. Gambaran klinis dari BPH sebenarnya sekunder dari

dampak obstruksi saluran kencing, sehingga klain kesulitan untuk miksi.

Berikut ini adalah beberapa gambaran klinis pada klinis pada klain BPH

Grance, (2016) :

a. Gejala prostatimus ( nokturia, urgency, penurunan daya aliran urine)

kondisi ini di karenakan oleh kemampuan vesika urinaria yang gagal

mengeluarkan urine secara sepontan dan reguler, sehingga volume urine

masih sebagian besar tertinggal dalam vesika.


b. Retensi urine

Pada awalnya obstruksi, biasanya pancaran urine lemah, terjadi histensi,

intermitesi, urine menetes, dorongan yang kuat saat miksi,dan dan retensi

urine. Retensi urine sering di alami oleh klain yang mengalami BPH

kronis. Scara fisiologis, vesika urinaria memiliki kemampuan untuk

mengeluarkan urine melalui kontraksi otot destrustor.

c. Pembesaran prostat

Hal ini di ketahui melalui pemeriksaan rektal toucer (RT) anterior.

Biasanya di dapatkan gambaran pembesaran prostat dengan konsistensi

jinak.

d. Inkontinesia

Inkontinesia yang terjadi menunjukan bahwa m. Destrusor gagal dalam

melakukan kontaraksi. Dekompensasi yang berlangsung akan

mengiritabilitasi serabut syaraf urinarius, sehingga kontrol untuk miksi

hilang.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula

digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.

Pemeriksaan urin lengkap dan kulturnya juga diperlukan. PSA (Prostatik

Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya

keganasan.
b. Pemeriksaan Uroflowmetri

Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin.

Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter

dengan penilaian

c. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik

1) BOF (Buik Overzich)

Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.

2) USG (Ultrasonografi)

Digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat

juga keadaan buli – buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat

dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra pubik.

3) IVP (Pyelografi Intravena)

Digunakan untuk melihat fungsi exkresi ginjal dan adanya

hidronefrosis. Dengan IVP, buli – buli dilihat sebelum, sementara dan

sesudah isinya dikosongkan. Sebelum, untuk melihat adanya

intravesikal tumor dan divertikel. Sementara (voiding cystografi),

untuk melihat adanya reflux urin. Sesudah (post evacuation), untuk

melihat residual urin.

4) Pemeriksaan Panendoskop

Untuk mengetahui keadaan uretra dan buli – buli


6. Penatalaksanaan

a. Terapi simptomatis

Pemberian obat golongan reseptor alfa-adrenergik inhibitor mampu

merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih terbuka.

Obat golongan 5-alfa-reduktase inhibitor mampu menurunkan kadar

dehidrotesteron dalam plasma maka prostat akan mengecil.

b. TUR – P (Transuretral Resection Prostatectomy)

Tindakan ini merupakan tindakan pembedahan non insisi, yaitu

pemoptongan secara elektris prostat melalui meatus uretralis. Jaringan

prostat yang membesar dan menghalangi jalanya urine akan di buang

melalui elektrokauter dan di keluarkan melalui irigasi dilator. Tindakan

ini memiliki banyak keuntungan yaitu meminimalisir tindakan

pembedahan terbuka, sehingga masa penyembuhan lebih cepat dan

tingkat resiko infeksi bisa di tekankan.

c. pembedahan terbuka (prostatectomy)

Tindakan ini di lakukan jika prostat terlalu besar diikuti oleh penyakit

penyerta lainya, misalnya tumor vesika urinaria, vesikolithiasis, dan

adanya adenoma yang besar.

(Schwatz, 2020)
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan salah satu dari komponen dari proses keperawatan

yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan

dari pasien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang

pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan

(Muttaqin Arif, 2012). Pengkajian pada BPH meliputi :

a. Identitas

BPH terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usiamuda, dapat

terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70% pada pria.

b. Keluhan Utama

Sesak napas.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak napas, letih, mual, kram otot.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit prostst, pernah mempunyai riwayat diabetes militus dan

dari 30% klien mengalami dialysis, infeksi saluran kemih.

e. Riwayat penyait keluarga

Adanya penyakit keturunan diabetes melitus ( DM).

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Keadaan umum klien dengan BPH biasa nya lemah.


2) Tanda vital

Peningkatan suhu tubuh,nadi cepat dan lemah, hipertesi, nafas cepat

dan dalam, dyspnea.

Pemeriksaan Nody Symstems:

a) Pernafasan

Gejala : Nafas pendek, dispneu nocturnal, paroksimal nocturnal

dyspneu, batuk dengan atau tanpa sputum, kental dan

banyak.

Tanda : Takhipneu, dyspneu, peningkatan frekuensi batuk

produktif dengan/ tanpa sputum, pernafsan kusmaul,

apneu, edema pulmonal, pneumonia, efussi pleura,

hiperventilasi.

b) Kardiovaskuler

Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi nyeri dada

atau angina dan sedak nafas, gangguan irama jantung,

edema, peningkatan tekanan darah, nyeri dada dan

nafas sesak, gangguan irama jantung.

Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting

pada kak, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah

halus,

hipotensi ortost, perikardial friction rub, pucat, kulit

coklat kehijauan, kuning kecenderungan perdarahan,

anemia (normocromik, normositik), gangguan fungsi


trombosit, trombositopenia, gangguan leukosit, CHF

(Cronic Heart Failure/ Gagal Jantung Kongestif),

dysrhytmia, cardiomegali, atherosklrorosis.

c) Persyarafan

Gejala : Disorientasi, gangguan tingkat kesadaran (samnolent

sampai koma ), perubahan dalam fungsi berpikir dan

prilaku, sakit kepala, gelisah, apatis, letargi, insomnia.

Tanda : Miopati, ensalopati metabolic, burning feet syndrome,

restles sleg syndrome, neuropathy perifer, noctural leg

cramping ( kram kaki pada malam hari ).

d) Endokrin dan metabolik

Gangguan tolerensi glukosa, Gangguan metabolisme lemak,

Gangguan metabolisme vitamin D, Peningkatan BUN,

Peningkatan asam urat, Gangguan pemecahan insulin,

Hypertriglyceridemia, Asidosis, Tetani.

e) Perkemihan- Eliminasi Urin

Gejala : Penurunan frekuensi urine, Oliguria (produk urine

kurang dari 400cc/ 24 jam), Anuria (produksi urine

kurang dari 100cc/ 24jam).


Tanda : Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat,berawan),

Sediment urin mengandung : RBC (Read Blood Ceels),

granular, hialyn.

f) Pencernaan-Eliminasi Alvi

Gejala : Anoreksia, Nause, Vomiting.

Tanda : Faktor uremicum, Gastritis erosiva, Abdomen kembung,

Diare atau konstipasi.

g) Tulang- otot- integumen

Gejala : Nyeri panggul, Nyeri tulang, Nyeri sendi, Sakit kepala,

Kram otot, Nyeri kak, (memburuk saat malam hari),

Kulit gatal, Ada/ berulang nya infeksi.

Tanda : Pruritis, Demam (sepsis, dehidrasi ), Ptekei, area

ekimosis pada kulit, Fraktur tulang, Defosit fosfat

kalsium pada kulit dan jaringan lunak, Keterbatsan

gerak sendi, Kulit berwarna puca, Gatal-gatal dengan

eksoriasis, echymosis, urea frost, bekas garukan karen

gatal, Peningkatan alkaline phospatase, Renal

osthedistory.

g. Pola aktivitas sehari-hari

1) Aktivitas/istirahat

Gejala: keletihan, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah

atau samnolen)

Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak sendi.


2) Sirkulasi

Gejala: riwayat hipertensi lama atau berat, Palpitasi, nyeri dada (angina).

Tanda: hipertensi, distensi vena jugular, nadi penuh,edema jaringan

generalisata dan pitting edema pada kaki dan tangan, disritmia jantung,

suara jantung yang jauh friction rub perikardia jika terdapat

perikarditis uremik, pembesaran hati, ginjal dan jantung, kulit pucat

berwarna kuning, kuning keabu-abuan, cenderung mengalami

pendarahan.

3) Integritas Ego

Gejala: faktor stres, contoh; finansial, hubungan, perasaan tidak berdaya,

tidak ada kekuatan.

Tanda: penyangkalan, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung,

perubahan kepribadian.

4) Eliminasi

Gejala: penurunan frekuensi urin, oliguri, anuria (gagal tahap lanjut),

abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda: perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,

berwarna, oliguria, dapat menjadi anuria.

5) Makan/cairan

Gejala: Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan

(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa logam yang

tidak enak di mulut, penggunaan deuretik.

Tanda: distensi abdomen, pembesaran hati, perubahan turgor kulit, edema,


ulkusi gusi, perdarahan gusi atau lidah, nafas berbau amonia,

penurunan otot, penurunan lemak sub kutan, tampilan tampak lemah.

6) Neurosensori

Gejala: sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, sindrom “restless leg”,

rasa terbakar, mati rasa pada telapak kaki, kesemutan, dan kelemahan

terutama pada ekstermitas bawah (neuropati perifer).

Tanda: gangguan status mental, contoh penurunan rentang perhatian,

ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan ingatan, konfusi,

penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, abnormalitas gaya

berjalan, kedutan, dan aktivitas kejang.

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala: nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaku (memburuk saat

malam hari).

Tanda: perilaku berhati-hati, distraksi, gelisah.

8) Pernafasan

Gejala: nafas pendek, dispnea tiba-tiba di malam hari, batuk atau tanpa

sputum kental dan banyak.

Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi ke dalam (pernafasan

kusmaul), batuk produktif dan sputum merah muda encer (edema

paru).

9) Keamanan

Gejala: kuli gatal, ada/berulangnya infeksi, kecenderungan perdarahan.

Tanda: pruritus, demam (sepsis,dehidrasi), normotermia dapat secara


actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh

lebih rendah dari normal (efek gagal ginjal kronik/depresi respon

imun), fraktur tulang, keterbatasan pergerakan sendi.

10) Seksualitas

Gejala: penurunan libido,amenorea, infertilitas.

11) Interaksi social

Gejala:kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu berkerja,

mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

12) Hygiene

Gejala: kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Tanda: kurus, kering, kuku dan rambut mudah patah.

13) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal

ginjal),penyakit polikistik,nefritis herediter, kalkulus urinaria,

malignansi, riwayat panjang pada toksin, contoh obat, racun

lingkungan, penggunaan antibiotik nefrotoksiksaat ini berulang.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual maupun potensial (Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia, 2017). Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respons klien individu,keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan


dengan kesehatan. Diagnose keperawatan yang uncul pada penyakit BPH di

antaranya adalah :

a. Gangguan eliminasi urine b.d Penurunan kapasitas kandung kemih

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

mual muntah , pembatasan diit , dan perubahan membrane mukosa mulut

c. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru , penurunan curah jantung ,

penurunan non periver yang mengakibatkan asidosis laktat

d. Nyeri akut

e. Kelebihan volume cairan b.d penurunan keluaran urine ,diit berlebihan

dan retensi cairan dan natrium

f. Ketidak efektifan pervusi jaringan periver b.d perlemahan cairan darah ke

seluruh tubuh

g. Intoleransi aktifitas b.d keletihan anemia , retensi produk sampah

h. Kerusakan integritas kulit b.d prioritas gangguan status metabolisme

skunder

(DPP PPNI, 201).

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah rancangan tindakan yang disusun perawat

untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

terdiagnosa. Rencana keperawatan membatu pasien memperoleh dan

mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi , kesejahteraan

dan kualitas hidup dapat tercapai, demkian juga hal nya untuk menghadapi
kematian secara damai. Rencana dibuat untuk keberlangsungan pelayanan

dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan respon atau kebutuhan pasien

(Tarwoto, 2013).

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
Gangguan eliminasi Setelah dilakukan 1. Catat waktu-waktu dan
urine b.d Penurunan asuhan keperawatan haluaran berkemih
kapasitas kandung selama x 24 jam 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
kemih (SDKI, 2017). diharapkan 3. Ambil sampel urine
Gangguan eliminasi tengah (midstream) atau kultur
Definisi:
pasien terpenuhi 4. Identifkasi tanda dan gejala
Ketidakmampuan
dengan retensi atau inkontinensia urine
tubuh dakam
5. Identifikasi faktor yang
mengkomunikasikan
Kriteria Hasil : menyebabkan retensi atau
kebutuhan eliminasi
inkontinensia urine
urine
1. Adanya 6. Monitor eliminasi urine (mis.
peningkatan frekuensi, konsistensi, aroma,
(SDKI, 2017) volume, dan warna)
sekresi urine
7. Kolaborasi pemberian obat
suposituria uretra jika perlu
2. Tidak terdapat 8. Ajarkan tanda dan gejala
gejala retensi infeksi saluran kemih
uriene 9. Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
3. Pasien dapat 10. Anjurkan mengambil specimen
melakukan BAK urine midstream
dengan normal 11. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
12. Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
13. Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
14. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition Management
nutrisikurang dari asuhan keperawatan
kebutuhan tubuh. selama x 24 jam 1. Kaji adanya alergimakanan
diharapkan 2. Kolaborasi denganahli
Definisi: Asupan kebutuhan nutrisi giziuntuk memberikan makanan
nutrisi tidak cukup pasien terpenuhi terpilih
untuk memenuhi dengan 3. Anjurkan
kebutuhan metabolik pasienuntukmeningkatkanprotei
sehingga Kriteria Hasil : n dan vitaminC
mengakibatkan tidak 4. Berikan subtansigula
terpenuhinya suatu 1. Adanya 5. Monitor jumlahnutrisi
kebutuhan nutrisi peningkatan dankandungan kalori
yang sesuai dengan beratbadan sesuai 6.
kebutuhan tubuh dengan tujuan Nutrition monitoring
sehingga berat badan 2. Berat badan ideal 7. BB pasien dalam batas normal
kurang dari normal. sesuai dengan 8. Monitor adanyapenurunan
tinggi badan beratbadan
3. Mampu 9. Monitor lingkunganselama
mengidentifikasi makan
kebutuhan nutrisi 10. Monitor mual danmuntah
4. Tidak ada tanda- 11. Monitor kalori dan intake
tandamalnutrisi nutrisi
5. Menunjukkan 12. Berikan makanan sedikit tapi
peningkatan sering
fungsi 13. Berikan makanan dalam
pengecapan keadaan hangat
darimenelan 14. Identifikasi makanan yang
disukai
6. Tidak terjadi
penurunan
beratbadan yang
berarti
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Mengukur tanda- tandavital
patologis penyakit tindakan
keperawatan 2. Lakukan pengkajian nyeri
diharapkan nyeri secara komprehensif termasuk
hilang dengan lokasi, karakteristik,durasi
criteria : Kontrol
nyeri (paint 3. Anjurkan pasien untuk bnyak
control) berstirahat
1. Mampu
mengontrol 4. Relaksasi nafas dalam untuk
nyeri (tahu menguranginyeri
penyebab nyeri,
mampu 5. Berikan posisi dan tempat
menggunakan yanag nyaman untuk
ehnik melakukan kompres hangat
nonfarmokolog
i untuk 6. Lakukan kompres hangat
mengurangi
rasa nyeri, 7. Evaluasiefektivitas
tindakan kompres hangat
pencegahannye
ri)
2. Melaporkan
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemennye
ri
3. Melaporkan
nyeri sudah
terkontrol
Tingkatan
nyeri (pain
level)
(DPP PPNI, 2017)

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat

melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan

mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk

melaksanakan intervensi. Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian

aktif dalam asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan

rencana tindakan (DPP PPNI, 2017).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah fase kelima atau terakhir dalam proses

keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi

terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program

berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan

mendapatkan informasiefektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan

keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,objektif,

assesment, planing) (DPP PPNI, 2017).

Anda mungkin juga menyukai