Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH) DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN ELIMINASI URINE DI SURABAYA

Dosen Pembimbing :
Sulistyorini, S.Kep. Ns., M.Tr.Kep

DISUSUN OLEH :
YULY SUKMAWATI (1120021026)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
A. DEFINISI

Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan


seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan
dengan proses penuaan (Suharyanto,Toto, 2009).Pembesaran prostat disebabkan oleh
dua faktor penting yaitu ketidakseimbangan hormon estrogen dan androgen, serta
faktor umur atau proses penuaan sehingga obstruksi saluran kemih dapat
terjadi(Andredkk, 2011). Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) dapat menyebabkan
obstruksi sehingga dapat dilakukan penanganan dengan cara melakukan tindakan yang
paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat
yaitu operasi. Terdapat macam-macam tindakan bedah yang dapat dilakukan pada
klien BPH antara lain, Prostatektomi Suprapubis, Prostatektomi Parineal,
Prostatektomi Retropubik, Insisi Prostat Transuretral (TUIP), Transuretral Reseksi
Prostat (TURP) (Purnomo,2011).

B. ETIOLOGI

Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:


1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron) Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto
androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami
hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron.
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses penuaan,
pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan penurunan hormon testosteron.
Hal ini yang memicu terjadinya hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma
danepitel,sehingga akan terjadi BPH.
4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis ) Estrogen yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit
dan memicu terjadi BPH
C. PATOFISIOLOGI
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana
terjadi perubahan keseimbangan testosterone, esterogen, karena produksi testosterone
menurun, produksi esterogen meningkat dan terjadi konversi testosteron menjadi
estrogen pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon
testosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi
dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron
inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk
mensistesis protein sehingga mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hyperplasia
yang akan meluas menuju kandung kemih sehingga mempersempit saluran uretra
prostatika dan penyumbatan aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi
lebih kuat guna melawan tahanan itu (Presti et al, 2013). Kontraksi yang terus-
menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa hipertrofi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase
penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-
buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau
lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke
dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif
tetapi obat-obatan ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan
yang paling tepat adalah tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP (Joyce,
2014) . TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop
dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan
alat pemotongan dan counter yang disambungkan dengan arus listrik.
Trauma bekas resectocopy menstimulasi pada lokasi pembedahan sehingga
mengaktifkan suatu rangsangan saraf ke otak sebagai konsekuensi munculnya sensasi
nyeri (Haryono, 2012)
D. KLASIFIKASI
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu:
Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (colok dubur)
ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih menonjol,
batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi
kurang dari 100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin
lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi tota

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
a. Obstruksi :
1) Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi)
2) Pancaran waktu miksi lemah
3) Intermitten (miksi terputus)
4) Miksi tidak puas
5) Distensi abdomen
6) Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.
b. Iritasi : sering miksi( frekuensi), nokturia, urgensi, disuria.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis.
3. Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi prostat.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Sjamsuhidayat, 2004
Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
a. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
b. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis (Hidayat, 2009).
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:
a. Retensi urin (urine tertahan di kandung kemih, sehingga urin tidak bisa keluar).
b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing.
c. Miksi yang tidak puas.
d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia).
e. Pada malam hari miksi harus mengejan.
f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria).
g. Massa pada abdomen bagian bawah.
h. Hematuria (adanya darah dalam urin).
i. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin).
j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi.
k. Kolik renal (kerusakan renal, sehingga renal tidak dapat berfungsi)
l. Berat badan turun.
m. Anemia, kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui.
n. Pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
F. PATHWAY

Proses Penuan

Ketidakseimbangan produksi androgen dan estrogen

Kadar Androgen turun Kadar Estrogen

Mempengaruhi RNA dalam inti Hiperplasi sel stroma

BPH

Terapi Obstruksi saluran Tindakan Operatif Anestesi

Kateterisasi

Resiko infeksi Retensi urine Insisi/ TURP Resiko bersihan nafas tak efektif

Distensi bledder

Nyeri Prostatectomy radikal

Perdarahan Kateterisasi
Disfungsi seksual

Resiko kurang cairan Bekuan Irigasi Resiko infeksi

Obstruksi kateter Absorbsi cairan irigasi

Resiko retensi urine Resiko kelebihan volume cairan

Gangguan Eliminasi Urine


G. KOMPLIKASI
Menurut Arifiyanto (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi
prostat adalah:

1. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,


hidronefrosis, gagal ginjal.

2. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.

3. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu.

4. Hematuria.

5. Disfungsi seksual.

Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi (meskipun


prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf
pudendal yang tidak dapat dihindari). Pada kebanyakan kasus, aktivitas
seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 Minggu, karena saat ini
fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi, maka cairan seminal
mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin (Brunner
& Suddarth, 2001). Komplikasi yang berkaitan dengan prostatektomi yaitu:

1. Hemoragi dan syok

2. Pembentukan bekuan / trobosis

3. Obstruksi kateter

4. Disfungsi seksual (Smeltzer & Bare, 2001

H. PENATALAKSANAAN
1. Modalitas terapi BPH adalah :
a. Observasi yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan
kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien.
b. Medikamentosa : terapi ini diindikasikan pada BPH dengan Keluhan
ringan, sedang, sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang
digunakan berasal dari phitoterapi (misalnya : Hipoxis rosperi, serenoa
repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.
c. Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut
(100 ml).
2) Klien dengan residual urin yaitu urine masih tersisa di kandung
kemih setelah klien buang air kecil > 100 Ml.
3) Klien dengan penyulit yaitu klien dengan gangguan sistem
perkemihan seperti retensi urine atau oliguria.
4) Terapi medikamentosa tidak berhasil.
5) Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
2. Pembedahan dapat dilakukan dengan :
a. TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat).
1) Jaringan abnormal diangkat melalui rektroskop yang dimasukan
melalui uretra.
2) Tidak dibutuhkan balutan setelah operasi.
3) Dibutuhkan kateter foley setelah operasi. 18
b. Prostatektomi Suprapubis
1) Penyayatan perut bagian bawah dibuat melalui leher kandung kemih.
2) Diperlukan perban luka, drainase, kateter foley, dan kateter
suprapubis setelah operasi.
c. Prostatektomi Neuropubis
1) Penyayatan dibuat pada perut bagian bawah.
2) Tidak ada penyayatan pada kandung kemih.
3) Diperlukan balutan luka, kateter foley, dan drainase.
d. Prostatektomi Perineal
1) Penyayatan dilakukan diantara skrotum dan anus.
2) Digunakan jika diperlukan prostatektomi radikal.
3) Vasektomi biasanya dikakukan sebagai pencegahan epididimistis.
4) Persiapan buang hajat diperlukan sebelum operasi (pembersihan
perut, enema, diet rendah sisa dan antibiotik).
5) Setelah operasi balutan perineal dan pengeringan luka (drainase)
diletakan pada tempatnya kemudian dibutuhkan rendam duduk.
Pada TURP,prostatektomi suprapubis dan retropubis, efek
sampingnya dapat meliputi:
1. Inkotenensi urinarius temporer
2. Pengosongan urine yang keruh setelah hubungan intim dan
kemandulan sementara (jumlah sperma sedikit) disebabkan oleh
ejakulasi dini kedalam kandung kemih

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,

agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan

kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan

lingkungan (Dermawan, 2012).

1. Pengumpulan Data

a) Identitas pasien : Meliputi nama , umur, jenis kelamin, pekerjaan,

alamat, tempat tinggal

b) Riwayat penyakit sekarang : Pada pasien BPH keluhan keluhan

yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi, disuria,

pancaranmelemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi ( sulit

memulai miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu

miksi memanjang dan akhirnya menjadi retensi urine.

c) Riwayat penyakit dahulu : Kaji apakah memilki riwayat infeksi

saluran kemih (ISK), adakah riwayat mengalami kanker prostat.

Apakah pasien pernah menjalani pembedahan prostat.


d) Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang

mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota

keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya.

e) Riwayat psikososial dan spiritual : Bagaimana hubungan pasien

dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum

maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit,

karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana pasien

menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapinya.

2. Riwayat Bio – Psiko - Spiritual

a) Pola Nutrisi

Bagaimana kebiasaan makan , minum sehari- hari, jenis

makanan apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling

disukai, frekwensi makanannya.

b) Pola Eliminasi

Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk

frekuensinya, ragu ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada

malam hari untuk berkemih (nokturia), kekuatan system

perkemihan. Tanyakan pada pasien apakah mengedan untuk mulai

atau mempertahankan aliran kemih. Pasien ditanya tentang

defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari

prostrusi prostat kedalam rectum.

c) Pola personal hygiene

Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan

sabun atau tidak, menyikat gigi.


d) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan istirahat tidur berapa jam ?

Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?

e) Pola aktivitas dan latihan

Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar

kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan

sekitarnya.

f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,

ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).

g) Hubungan peran

Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-

teman sekitar lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat ?

h) Pola persepsi dan konsep diri

Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap

keluarga, kebersamaan dengan keluarga.

i) Pola nilai kepercayaan

Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap

agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan

patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.

j) Pola reproduksi dan seksual

Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan

keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.


3. Riwayat Pengkajian Nyeri

P : Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias

memperberat ? apa yang bias mengurangi ?

Q : QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala

dirasakan

R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?

S : Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala

berapah ?

T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan?

tiba-tiba atau bertahap ? seberapa lama gejala dirasakan?

4. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,5

C, nadi 60

b) 100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.

c) Pemeriksaan head to toe

Kepala dan leher : Dengan tehnik inspeksi dan palpasi :

Rambut dan kulit kepala : Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,

penekanan

Telinga : Perlukaan, darah, cairan, bauh ?

Mata : Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak

mata, adanya benda asing, skelera putih ?

Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi

akibat trauma?

Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering?

Bibir : Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering?

Rahang : Perlukaan, stabilitas ?


Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid

5. Pemeriksaa Dada

a) Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi

pernapasan, irama, gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas

tambahan bentu dada?

b) Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama

antara kanan kiri dinding dada.

c) Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup

pada batas paru dan hipar.

d) Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan

paru, suara ronchi dan wheezing

6. Kardiovaskuler

a) Inspeksi: Bentuk dada simetris

b) Palpasi: Frekuensi nadi,

c) Parkusi: Suara pekak

d) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur.

7. System pencernaan / abdomen

a) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen

membuncit atau datar , tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus

menonjol atau tidak, apakah ada benjolan-benjolan / massa.


b) Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor, teses) turgor

kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar teraba,

apakah lien teraba?

c) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan

menimbulkan suara pekak ( hepar, asites, vesika urinaria, tumor,)

d) Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali

permenit.

8. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:

a) Warna dan suhu kulit

b) Perabaan nadi distal

c) Depornitas extremitas alus

d) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif

e) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi

f) Derajat nyeri bagian yang cidera

g) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh

h) Reflek patella
9. Pemeriksaan pelvis/genitalia

a) Kebersihan, pertumbuhan rambut.

b) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat lesi

atau tidak.

Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi
dapat penulis kelompokkan menjadi:
1. Data subyektif :
a. Pasien mengeluh sakit pada luka insisi, karakteristik luka, luka berwarna
merah.
b. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
c. Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
d. Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
2. Data Obyektif:
a. Terdapat luka insisi, karakteristik luka berwarna merah.
b. Takikardia, normalnya 80-100 kali/menit.
c. Gelisah.
d. Tekanan darah meningkat, normalnya 120/80 mmHg.
e. Ekspresi wajah ketakutan.
f. Terpasang kateter.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopis urin penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria,
harus diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih,
batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan
hematuria. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan
informasi dasar dan fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostat
Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi
atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai SPA < 4mg / ml tidak perlu
biopsy. Sedangkan bila nilai SPA 4–10 mg / ml, hitunglah Prostat Spesific
Antigen Density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat.
Bila PSAD > 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula
bila nilai PSA > 10 mg/ml.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Dengan tujuan untuk
memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli–buli dan
volume residu urine, mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan BPH. Dari semua
jenis pemeriksaan dapat dilihat :
1) Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada batu traktus urinarius,
pembesaran ginjal atau buli – buli.
2) Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,
hidronefrosis dan hidroureter, fish hook appearance (gambaran ureter
belok –belok di vesika).
3) Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa masa ginjal,
mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli –
buli. (Arif Mansjoer, 2000).
c. Pemeriksaan Diagnostik.
1) Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang, penampilan
keruh, Ph: 7 atau lebih besar, bakteria.
2) Kultur Urine : adanya staphylokokus aureus, proteus, klebsiella,
pseudomonas, e.coli.
3) BUN / kreatinin : meningkat.
4) IVP : menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih dan adanya
pembesaran prostat, penebalan otot abnormal kandung kemih.
5) Sistogram : mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung kemih.
6) Sistouretrografi berkemih : sebagai ganti IVP untuk menvisualisasi
kandung kemih dan uretra dengan menggunakan bahan kontras lokal.
7) Sistouretroscopy : untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan
kandung kemih.
8) Transrectal ultrasonografi : mengetahui pembesaran prosat, mengukur
sisa urine dan keadaan patologi seperti tumor atau batu
(R.Sjamsuhidayat, 2004)
2. DIAGNOSA

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita

Benign Prostat Hyperplasia disesuaikan dengan Berikut adalah uraian

dari masalah yang timbul bagi penderita benign prostat hyperplasia

menurut (Pratiwi, 2017), (Usolin et al., 2018) yang disesuaikan dengan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan indicator

diagnostic, Edisi

1. Jakarta : DPP PPNI), yaitu :

Pre operasi :

a. Nyeri akut (D.0077)

b. Retensi urin (D.0050)

c. Gangguan Eliminasi urin (D.0040)

d. Ansietas (D.0080)

e. Gangguan pola tidur (D.0055)

f. Defisit pengetahuan (D.0111)

Post operasi :

a. Nyeri akut (D.0077)

b. Risiko Infeksi (D.0142)

c. Risiko perdarahan (D.0012)

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien benigh

prostat hyperplasia menurut Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia

(SDKI, 2017) :
Pre operasi :

a. Nyeri akut

1) Definisi

Pengalaman sensorikatau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab

Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)

3) Gejala dan tanda Mayor

a) Subjektif

Mengeluh nyeri

b) Objektif

1) Tampak meringis

2) Bersikap protektif (mis.waspada posisi menghindari

nyeri)

3) Gelisah

4) Frekuensi nadi meningkat

5) Sulit tidur

4) Gejala dan data Minor

a) Subjektif

Tidak tersedia
b) Objektif

1) Tekanan darah meningkat

2) Pola nafas berubah

3) Nafsu makan berubah

4) Proses berfikir terganggu

5) Menarik diri

6) Berfokus pada diri sendiri

5) Kondisi klinis terkait

b. Retensi urin

1) Definisi

Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.

2) Penyebab

a) Peningkatan tekanan uretra

3) Gejala dan tanda mayor

a) Subyektif

Sensasi penuh pada kandung kemih

b) Obyektif

Dysuria/anuria

Distensi kandung kemih

4) Gejala dan tanda minor

a) Subjektif

1) Dribbling
b) Objektif

1) Inkontinensia berlebih

2) Residu urin 150ml atau lebih

5) Kondisi klinis terkait

a) Benigna prostat hyperplasia

c. Gangguan Eliminasi urin

1) Definisi

Disfungsi eliminasi urin

2) Penyebab

Penurunan kapasitas kemih

a) Iritasi kandung kemih

b) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan

kandung kemih

c) Efek tindakan media dan diagnostic (mis. Operasi ginjal,

operasi saluran kemih, anestesi, dan obat-obatan)

d) Kelemahan otot pelvis

e) Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. Imobilisasi)

3) Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif

1) Desakan berkemih (urgensi)

2) Urin menetes (dribbling)

3) Nocturia
b) Objektif

1) Distensi kandung kemih

2) Berkemih tidak tuntas (hesitancy)

3) Volume residu urin meningkat

4) Gejala dan tanda minor

a) Subjektif

b) Objektif

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Saluran kemih

d. Ansietas

1) Definisi

kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

2) Penyebab

a) Krisis situasional.

3) Gejala dan tanda Mayor

a) Subjektif

1) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang

dihadapi.
2) Sulit berkonsentrasi.

b) Objektif

1) Tampak gelisah

2) Sulit tidur

4) Gejala dan data Minor

a) Subjektif:

1) Mengeluh pusing

2) Merasa tidak berdaya

b) Objektif:

1) Frekuensi nafas meningkat

2) Frekuensi nadi meningkat

3) Tekanan darah meningkat

4) Muka tampak pucat

5) Sering berkemih

5) Kondisi klinis terkait

a) Penyakit akut

e. Defisit pengetahuan

1) Definisi

ketidakaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topik tertentu.

2) Penyebab

a) Kurang terpapar informasi


3) Gejala dan tanda mayor

a) Subjektif

1) Menanyakan masalah yang dihadapi

b) Objektif

1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

4) Gejala dan tanda minor

1. Subjektif : tidak tersedia

2. Objektif :

a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

b) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis : apatis,

bermusuhan, agitasi, hysteria).

5) Kondisi klinis terkait

a) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien

b) Penyakit akut dan kronik

f. Gangguan pola tidur

1) Definisi

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor

eksternal.

2) Penyebab

a) Kurangnya control tidur


3) Gejala dan tanda Mayor

a) Subjektif

1) Mengeluh sulit tidur

2) Mengeluh sering terjaga

3) Mengeluh pola tidur berubah

4) Mengeluh istirahat tidak cukup

b) Objektif

4) Gejala dan data Minor

a) Subjektif:

1) Mengeluh kemampuan berktivitas menurun

b) Objektif:

5) Kondisi klinis terkait

a) Penyakit akut

Post operasi :

a. Nyeri akut

1) Definisi

Pengalaman sensorikatau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga

berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.


2) Penyebab

Agen pencedera fisiologis (mis. neoplasma)

3) Gejala dan tanda Mayor

a) Subjektif

1) Mengeluh nyeri

b) Objektif

1) Tampak meringis

2) Bersikap protektif (mis.waspada posisi menghindari

nyeri)

3) Gelisah

4) Frekuensi nadi meningkat

5) Sulit tidur

4) Gejala dan data Minor

a) Subjektif

Tidak tersedia

b) Objektif

1) Tekanan darah meningkat

2) Pola nafas berubah

3) Menarik diri

4) Berfokus pada diri sendiri

5) Diaforesis

5) Kondidsi klinis terkait

a) Kondisi pembedahan
b. Risiko Infeksi

1) Definisi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

2) Faktor Risiko :

a) Efek prosedur invasive

b) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan

c) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :

d) Kerusakan integritas kulit

3) Faktor yang berhubungan :

a) Tindakan invasive

c. Risiko perdarahan

1) Definisi

Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di

dalam tubuh maupun eksternal (terjadi hingga keluar tubuh).

2) Factor risiko

a) Tindakan pembedahan

b) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan

3) Kondisi klinis terkait

a) Tindakan pembedahan
3. INTERVENSI

Tujuan dan
No Diagnose Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan (D.l.08238)
agen pencedera keperawatan selama Obsevasi
fisiologis …x… diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
( Mis.Neoplasma ) nyeri menurun karakteristik, durasi,
( D.0077 ) dengan frekuensi, kualitas,
Kriteris hasil intensitas nyeri
(D.L.08066) : 2. Identifikasi skala nyeri
1) Kemampuan 3. Identifikasi respons
nyeri
pasien untuk non verbal
menuntaskan 4. Identifikasi factor
yang
aktivitas menurun memperberat dan
2) Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi
pengetahuan
3) Pasien tampak dan keyakinan tentang
meringis menurun nyeri
4) Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh
nyeri
membaik pada kualitas hidup
5) Pola nafas 7. Monitor keberhasilan
membaik terapi komplementer yang
6) Tekanan darah sudah di berikan
membaik 8. Monitor efek samping
7) Fungsi berkemih penggunaan analgesic
membaik
8) Perilaku membaik
9) Pola tidur
membaik
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (
mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Retensi urin Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urine
berhubungan dengan tindakan (l.04152)
peningkatan tekanan keperawatan selama Observasi
uretra (D.0050) …x… kemampuan 1. Identifikasi penyebab
berkemih membaik retensi urine ( mis.
Dengan kriteria hasil Peningkatan tekanan
(L.03019) : uretra, kerusakan arkus
1) Sensasi reflek, disfungsi
berkemih neurologis, efek agen
meningkat farmakologis)
2) Desakan 2. Monitor intake dan
kandung kemih output cairan
menurun 3. Monitor distensi
3) Distensi kandung kandung kemih dengan
kemih menurun palpasi/perkusi
4) Berkemih tidak 4. Pasang kateter urine,
tuntas menurun jika perlu
5) Nocturia Terapeutik
menurun 1. Catat waktu-waktu
6) Dysuria menurun dan haluaran
7) Frekuensi BAK berkemih Batasi
membaik asupan cairan
8) Karakteristik 2. Ambil sampel urine
urine membaik tengah (midstream)
atau kultur Edukasi
3. Jelaskan penyebab
retensi urine
4. Anjurkan pasien atau
keluarga mencatat
output urine
5. Ajarkan cara
melakukan rangsangan
berkemih
6. Anjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
Demontrasikan dan
latih teknik
relaksasi
(mis. Napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat suposutoria
uretra, jika perlu

3. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi


urin berhubungan tindakan urin & katerisasi urine
dengan penurunan keperawatan selama (l.04148)
kapasitas kandung …x… diharapkan observasi
kemih (D.0040) pola eliminasi 1. identifikasi
kembali normal tanda dan
dengan kriteria hasil gejala retensi atau
(L.03019) : inkontenensia urine
1) Sensasi 2. identifikasi factor
berkemih yang menyebabkan
meningkat retensi atau
2) Desakan inkokntenensia urine
kandung kemih 3. monitor urine (mis.
menurun Frekuensi, konsistensi,
3) Distensi kandung aroma, volume, dan
kemih menurun warna )
4) Berkemih tidak terapeutik
tuntas menurun 1. catat
5) Nocturia waktu-waktu dan
menurun haluaran berkemih
6) Dysuria menurun 2. batasi asupan cairan,
jikaperlu
edukasi
1. ajarkan tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih
2. ajarkan minum yang
cukup jika tidak ada
kontraindikasi
3. jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
kateter urine
4. anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang urine
kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
obat suposutoria
uretra, jika perlu

4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi ansietas


dengan krisis tindakan (l.09314)
situasional (D.0080) keperawatan selama Obeservasi
…x… diharapkan 1. Identifikasi saat
pasien tidak cemas tingkat ansietas
dengan kriteria hasil berubah ( mis.
(L09093): Kondisi, waktu,
1) Perilaku gelisah stresor)
menurun 2. identifikasi
2) Perilaku tegang kemampuan
menurun mengambil
3) Frekuensi mengambil
pernafasan keputusan
menurun 3. monitor tanda-tanda
4) Frekuensi nadi ansietas ( verbal dan
membaik nonverbal
menurun terapeutik
5) Konsentrasi pola
1. Ciptakan suasana
tidur membaik
terapeutik untuk
6) Pola berkemih
menumbuhkan
membaik
kepercayaan
2. temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan,
3. jika memungkinkan
gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan motivasi
4. mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
33

edukasi
1. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
2. .. anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
latih Teknik relaksasi
3. anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4. latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
5. latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
kolaborasi
kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

5. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan tidur (l.05174)


berhubungan dengan tindakan selama Observasi
nyeri/kolik (D.0055) …x… keperawatan 1. identifikasi pola
pasien diharapkan aktivitas dan tidur
pola tidur membaik Identifikasi factor
dengan kriteria hasil pengganggu tidur (fisik
(L.05045) : dan/atau psikologis)
1) keluhan sulit 2. Identifikasi makanan
tidur membaik atau miuman yang
2) keluhan sering menggangu tidur
terjaga Terapeutik
3) keluhan tidak Modifikasi lingkungan
puas tidur
1. Fasilitasi penghilang
stress jika perlu
34

4) keluhan pola 2. Lakukan prosedur


tidur berubah untuk meningkatkan
menurun kenyamanan
5) keluhan istirahat 3. Sesuaikan jadwal
tidak cukup pemberian obat
menurun dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tisur- terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnny
tidur cukup selama
sakit
2. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi
lainnya
6. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
berhubungan dengan tindakan (l.12383)
kurang terpapar keperawatan selama Observasi
informasi (D.0111) …x… diharapkan 1. Identifikasi kesiapan
tingkat pengetahuan dan kemampuan
meningkat dengan menerima informasi
kriteria hasil 2. Identifikasi bahaya
(L.12111) : Keamanan dilingkungan
1) perilaku sesuai (mis. Fisik, biologi, dan
anjuran kimia)
Terapeutik
meningkat
1. Sediakan materi dan
2) kemampuan
media Pendidikan
menjelaskan
kesehatan
pengetahuan
2. Jadwalkan
tentang suatu
Pendidikan kesehatan
topik meningkat
3. Berikan kesempatan
3) pertanyaan
untuk bertanya
tentang masalah
Edukasi
yang dihadapi
1. Jelaskan factor
menurun
risiko yang
4) pertanyaan
dapat
tentang masalah
mempengaruhi
yang dihadapi
kesehatan
meninkat
2. Ajarkan perilaku
35

5) perilaku hidup sehat


membaik 3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

Intervensi keperawatan post operasi benigna prostat hyperplasia

Tujuan dan kriteria


No. Diagnosis Intervensi
hasil

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (l.08238)


berhubugan tindakan keperawatan Observasi
dengan tindakan selama …x… diharapkan 1. Identifikasi factor
invasive nyeri menurun dengan pencetus dan Pereda
(D.0077) kriteria hasil (L.08066) : nyeri
1) Keluhan nyeri 2. Monitor kualitas nyeri
menurun ( mis. Terasa tajam,
2) Meringis tumpul, diremas-
menurun remas, ditimpa beban
3) Gelisah menurun berat )
4) Frekuensi nadi 3. Monitor lokasi dan
membaik penyebaran nyeri
5) Pola napas 4. Monitor intensitas nyeri
membaik dengan menggunakan
6) Tekanan darah skala
membaik 5. Monitor durasi dan
7) Fungsi frekuensi nyeri
berkemih Terapeutik
membaik 1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis
dan jenis analgetik,
sesuai
indikasi
2. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
dibuktikan tindakan keperawatan (l.14539)
dengan tindakan selama …x… diharapkan Observasi
invasive tingkat infeksi menurun 1. Periksa kesiapan dan
(D.0142) dengan kriteria hasil kemampuan menerima
(L.14137) : informasi
1. kebersihan tangan 2. Jelaskan tanda dan gejala
meningkat infeksi local dan
2. kadar sel putih sistemik
membaik Edukasi
3. kemerahan menurun 1. Anjurkan membatasi
4. kebersihan badan pengunjung
meninkat 2. Ajarkan cara merawat
5. demam menurun kulit pada daerah yang
6. nyeri menurun edema
7. bengkak menurun 3. Anjurkan nutrisi, cairan
dan istirahat
4. Anjurkan mengelola
antibiotic sesuai resep
5. Ajarkan cara mencuci
tangan

3. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan (


perdarahan tindakan keperawatan l.02067)
dibuktikan selama …x… diharapkan Observasi
dengan tindakan tingkat perdarahan 1. Monitor tanda dan
pembedahan menurun dengan kriteria gejala perdarahan
(D.0012) hasil (L.02017): 2. Monitor nilai
1) Kelembapan hematocrit/hemoglobin
membrane mukosa sebelum dan setelah
meningkat kehilangan darah
2) Kelembaban kulit 3. Monitor tanda tanda
meningkat vital ortostatik
3) Kognitfi meningkat 4. Monitor koagulasi
4) Hemoptosis menurun (mis. Prontombin time
5) Hematemesis menurun (PT), (PTT), fibrinogen,
6) Hematuria menurun degrradasi fibrin.
7) Perdarahan pasca Terapeutik
operasi menurun
8) Hemoglobin membaik 1. Pertahankan bed rest
9) Hematocrit membaik selama perdarahan
10) Tekanan darah 2. Batasi tindakan
membaik invasive, jika perlu
11) Denyut nadi 3. Jelaskan tanda dan
apical membaik gejala perdarahn
12) Suhu tubuh 4. Anjurkan segera
membaik melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi produk
darah, jika perlu
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Yuly Tanggal Pengkajian : 29 sept 2021


Sukmawati

NIM : 1120021026 Jam pengkajian : 12:00 WIB

Tempat Praktik : RSI Surabaya

Biodata :

Pasien :

Nama : Tn. Dj

Umur : 68 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status Pernikahan : menikah

Alamat : Asemrowo
Surabaya
Diagnosa Medis : BPH

1. Status kesehatan Saat Ini


a. Keluhan utama : klien mengatakan demam, BAK terasa panas
b. Lama keluhan : klien mengatakan merasakan keluhan sejak 1 hari yang lalu
c. Kualitas keluhan : Nyeri seperti melilit pada seluruh bagian perut, dan tidak biasa BAK
d. Faktor pencetus : Tidak ada
e. Faktor pemberat : Mual, muntah, nyeri ulu hati
f. Upaya yg. telah dilakukan : Langsung dibawa ke RSI
2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien mengatakan demam sejak 1 hari yang lalu mengeluh BAK terasa panas, mual,
muntah, nyeri uluh hati.
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
1) Penyakit yang pernah dialami
a. Kecelaakan (jenis & waktu) : tidak ada
b. Pernah dirawat : Pernah menderita TB Paru 10 tahun yang lalu
c. Operasi (jenis & waktu) : tidak pernah melakukan operasi sebelumnya
d. Penyakit:
a. Kronis : tidak ada peyakit kronis
b. Akut : gastritis
e. Terakhir masuki RS : klien mengatakan lupa
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll): klien mengatakan tidak mempunyai alergi
terhadap makanan dan obta-obatan
3) Imunisasi
(√) BCG (√) Hepatitis

(√) Polio (√) Campak

(√) DPT

4) Kebiasaan :
jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya

Merokok : klien mengatakan tidak merokok

Kopi : klien mengatakan kadang-kadang minum kopi

Alkohol : klien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol


5) Obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis

........................................... .............................................. .................................................

........................................... .............................................. .................................................

c. Riwayat Penyakit Keluarga :


Klien mengatakan ibu klien mengalami diare 3 bulan yang lalu

d. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal serumah

: Meninggal
Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Kemampuan ambulasi dan
ADL

Rumah Rumah Sakit

Makan/minum 0 0

Mandi 0 -

Berpakaian/berdandan 0 0

Toileting 0 1

Mobilitas di tempat 0 0
tidur

Berpindah 0 1

Berjalan 0 1

Naik tangga 0 1

Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak


mampu

Rumah Rumah Sakit

Pekerjaan Tidak bekerja -

Olah raga rutin Kadang-kadang -

Alat Bantu jalan Tidak memakai alat -


bantu

Kemampuan melakukan Mandiri -


ROM

2. Tidur dan istirahat


a. Lama tidur : 8 jam tidur malam, Tidur siang: Ya / Tidak
b. Kesulitan tidur di RS : Ya / Tidak
c. Alasan :-
d. Kesulitan tidur : [ ] menjelang tidur
[ ] mudah/sering terbangun

[ ] merasa tidak segar saat bangun


3. Kenyamanan dan nyeri
Nyeri : akibat BPH

Quality : √ hilang timbul terus menerus

Region :

Depan Belakang

Scale :3

Time : 2-3 menit

4. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 2x sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan :48/160
c. IMT & BBR : 18,5
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [ ] tetap
[ ] meningkat:…Kg, alasan…………

[√] menurun: 1,5Kg, alasan : diare dan nafsu


makan menurun

e. Jenis makanan : nasi


f. Makanan yang disukai : lontong kikil
g. Makanan pantang :-
h. Nafsu makan : [ ] baik
[√] kurang, alasan karena diare dan saat
ingin makan klien merasa mual dan ingin muntah

i. Masalah pencernaan : [√ ] mual


[√ ] muntah
[ ] kesulitan menelan

[ ] sariawan

j. Riwayat operasi / trauma gastrointestinal:-


k. Diit RS :…………… [ ] habis
[ ] ½ porsi

[ ] ¾ porsi

[√ ] tidak habis, alasan tidak nafsu makan karena


merasa mual dan muntah

l. Kebutuhan Pemenuhan ADL makan: Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan


5. Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : menurun Konsumsi air/hari:1.liter/hari
b. Turgor kulit : menurun
c. Support IV Line : Ya / Tidak

6. Oksigenasi
a. Sesak nafas : [√] tidak
[] ya

1) Frekuensi :…………………
2) Kapan terjadinya :…………………
3) Kemungkinan factor pencetus :…………………
4) Factor yang memperberat :…………………
5) Factor yang meringankan :…………………
b. Batuk : Ya / Tidak
c. Sputum : Ya / Tidak
d. Nyeri dada : Ya / Tidak
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada:tidak ada
f. Riwayat penyakit : [] Asma
[] TB

[] Batuk darah
[] Chest Surgery / Trauma

dada [] Paparan dg penderita

TB

[√] tidak ada

g. Riwayat merokok : Pasif / Aktif

7. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : 5x/hari, Penggunaan pencahar: tidak
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam
c. Warna :kuning kecoklatan Darah tidak ada konsistensi:cair
d. Ggn. Eliminasi bowel : [] Konstipasi
[ ] Diare

[] Inkontinensia bowel

e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan

8. Eliminasi urin
a. Frekuensi :3x/hari Penggunaan pencahar tidak sedikit – sedikit
b. Warna :kuning Darah tidak
c. Ggn. Eliminasi bladder: [ ] nyeri saat BAK
[ ] burning sensation
[ ] bladder terasa penuh setelah BAK
[ ] inkontinensia bladder
[√] tidak ada

d. Riwayat dahulu: [√] penyakit TB Paru


[ ] batu ginjal
[ ] injury / trauma
[ ] tidak ada

e. Penggunaan kateter : Ya / Tidak


f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
g. Warna :[]normal [ ]hematuria [ ]seperti teh
Keluhan : [ ]nokturia [√] retensi

urine [√] inkontinensia urine [ ] tidak ada

9. Sensori, persepsi dan kognitif


a. Ggn. Penglihatan : Ya / Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Ya / Tidak
c. Ggn. Penciuman : Ya / Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Ya / Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Ya / Tidak
f. Riwayat penyakit: [ ] eye surgery
[] otitis media

[] luka sulit sembuh

[√] tidak ada

3. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : [√] CM [ ] apatis[ ] somnolen [ ]sopor [ ]coma

GCS : 4-5-6

Vital Sign : TD : 135/72 mmHg

Nadi : Frekuensi : 110x/mnt

Irama :[√] reguler [ ] ireguler

Kekuatan/isi :[ ]kuat [√]sedang [ ] lemah

Respirasi : Frekuensi :22x/mnt

Irama : [√] reguler [ ] ireguler

Suhu :38,5oC

b. Kepala
:

Kulit :[√]Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ]kotor


Rambut :[ √]Normal [ ] kotor [ ]rontok [ ]kering/kusam
Muka : [√]]Normal [ ] bells palsy [ ] hematom [ ]lesi
Mata : konjungtiva : [ ] Normal [√] Anemis [ ] Hiperemis
Sclera : [√] Normal [ ] ikterik
Pupil : [√]isokor [ ]anisokor
Palpebra : [√]normal [ ]hordeolum [ ] oedema
Lensa : [√]normal [ ]keruh
Visus : [√]normal ka/ki [ ]miopi ka/ki
[ ] hipermetropi ka/ki [ ] astigmatisme ka/ki
[ ]Kebutaan ka/ki

Hidung :[√]normal [ ]septum defiasi [ ] polip [ ]epistaksis


[ ]Gangguan indra penghidu [ ] sekret
Mulut : gigi :[ √] normal [ ]caries dentis, di :…………
[ ] Gisi palsu, di:………..
Bibir :[ ]normal [√] kering [ ]stomatitis [ ] sianosis
Telinga : [√] simetris/asimetris,[ ] bersih/kotor, [ ] gangguan pendengaran
ada/tidak

c. Leher :[ √]Normal [ ] Pembesaran thyroid [ ] Pelebaran JVP


[ ]kaku kuduk[ ] Hematom [ ] Lesi

d. Tenggorokan : [√ ] Normal[ ] Nyeri telan [ ] Hiperemis


[ ]Pembesaran tonsil

e. Dada : Bentuk : [√] Normal [ ] Barrel chest[ ] Funnel chest [ ] Pigeon chest
Pulmo : Inspeksi :.....................................................

Palpasi : Fremitus taktil ka/ki :…………….

Perkusi : ka/ki :………………………………

Auskultasi : [ ] vesikuler ka/ki [ ]whezing [ ] ronkhi

Cor : Inspeksi : ..............................................................

Palpasi : Ictus cordis :……………………………

Perkusi : batas jantung :…………………………...


Auskultasi : Bunyi jantung I (SI):……………………..

Bunyi jantung II (SII) :……………………

Bunyi jantung III (SIII):…………………..

Murmur :…………………………….

f. Abdomen : Inspeksi : [√] normal [ ] ascites


Palpasi : [√]normal [ ] hepatomegali [ ]splenomegali
[ ] Tumor

Perkusi : [ ] normal [√] Hypertimpani [ ] pekak

Auskultasi : Peristaltik : 20x/mnt

g. Genetalia : Pria : [ ] Normal [ ] Hypospadia [ ] Epispadia


[ ] hernia [ ] Hydrocell [ ] Tumor
Perempuan : [√] normal [ ] kondiloma [ ] prolapsus uteri

[ ] Perdarahan [ ] keputihan

h. Rectum :[ √ ]Normal [ ] Hemoroid [ ] Prolaps [ ] Tumor


i. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki :……………………..
ROM ka/ki :……………………………..

capilary refile :…………………………..

bawah : kekuatan otot ka/ki :……………………..

ROM ka/ki :……………………………..

Capillary refile :………………………….

4. Psiko sosio budaya Dan Spiritual :


Psikologis :
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah
-klien merasa sedih karena tidak bisa beraktifitas seperti biasanya dan merasa khawatir
jika penyakitnya semakin parah
Cara mengatasi perasaan tersebut
-berdoa kepada tuhan yang maha esa agar segera diangkat penyakitnya

Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah

-memulai kebiasaan dengan hidup bersih dan sehat jika

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka :

- klien akan berobat ke tempat lain

pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada :

-klien mengatakan penyakitnya adalah diare disebabkan karena tidak mencuci tangan
sebelum makan

Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :
-seorang anggota karangtaruna dilingkungan rumahnya
kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah :
-acara yang tidak bermanfaat yang menimbulkan kebisingan
cara mengatasinya
-klien berdiam diri didalam rumahnya
pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya :
-sangat baik
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya: jawa
Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya:tidak ada
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari klirn beribadah dirumahnya setiap hari
Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan :mengikuti diba’an pada hari jumat di
mushola dekat rumah nya
Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :
Cobaan dari tuhan yang maha esa
5. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium,radiology, EKG,EEG dll)
-ekg ,ug dan pemeriksaan darah
6. Terapi Medis :
Cairan IV :
PZ 500ml
Obat peroral :
-
Obat parenteral :
-
Obat Topikal :
-
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

ANALISA DATA

Nama klien : Tn. DJ No. Register : 740892

Umur : 68tahun Diagnosa Medis : BPH

Ruang Rawat : Shofa Marwah Alamat : Asemrowo Surabaya

Tgl/Jam DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH


28/09/21 DS : BPH Gangguan
12.00 Klien mengatakan BAK terasa Eliminasi Urine
panas
Kencing menetes Obstruksi saluran
Sering kencing/kencing tidak
tuntas
Retensi Urine
DO :
Ts : 137/72 mmhg
N : 58 x/mnt Distensi Bledder
RR : 20x/mnt
Spo2 : 99
Terpasang Cateter Gangguan eliminsi urine
28/09/21 DS : BPH Nyeri Akut
12.00 Klien mengatakan BAK terasa
panas
Nyeri saat kencing Obstruksi saluran
Kencing menetes
Sering kencing/kencing tidak
tuntas Retensi Urine

DO :
Ts : 137/72 mmhg Distensi Bledder
N : 58 x/mnt
RR : 20x/mnt
Spo2 : 99 Nyeri Akut
Skala nyeri : 5
Terpasang Cateter
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
(SDKI)
1. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi Urine
Kode : D.0040
Diagnosa : Gangguan Eliminasi Urine
Definisi : Merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami atau resiko
ketidakmampuan untuk berkemih

Kategori : Fisiologis
2. Subkategori : Nyeri
Kode : D.0077
Diagnosa : Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
RENCANA TINDAKAN

Nama Klien : Tn. Dj No. Register : 740892

Umur : 68 tahun Diagnosa Medis : BPH

Ruang Rawat : Shofa Marwah Alamat : Asemrowo


Surabaya

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI) Nama/TTD

1. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urin &


urin berhubungan dengan tindakan keperawatan selama katerisasi urine (l.04148)
penurunan kapasitas 1 x 24 jam diharapkan pola eliminasi observasi
kandung kemih (D.0040)
kembali normal dengan kriteria hasil 1. Identifikasi tanda dan gejala
(L.03019) : retensi atau inkontenensia urine
1. Sensasi berkemih meningkat 2. Identifikasi factor yang
2. Desakan kandung kemih menurun menyebabkan retensi atau
3. Distensi kandung kemih inkokntenensia urine
menurun 3. Monitor urine (mis.
4. Berkemih tidak tuntas menurun Frekuensi, konsistensi, aroma,
5. Nocturia menurun volume, dan warna )
6. Dysuria menurun terapeutik
1. catat waktu-waktu dan haluaran
berkemih
2. batasi asupan cairan, jikaperlu
edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
2. Ajarkan minum yang cukup
jika tidak ada kontraindikasi
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter urine
4. Anjurkan menarik nafas saat
insersi selang urine
kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
suposutoria uretra, jika perlu
2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan ManajemenNyeri (D.l.08238)
dengan agen pencedera keperawatan selama 1 x 24 jam Obsevasi
Fisiologis diharapkan nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi,
( mis.Neoplasma ) Kriteris hasil (D.L.08066) : karakteristik, durasi,
( D.0077 ) 1. Kemampuan pasien untuk frekuensi, kualitas,
menuntaskan aktivitas menurun intensitas nyeri
2. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Pasien tampak meringis menurun 3. Identifikasi respons nyeri
4. Frekuensi nadi membaik non verbal
4. Identifikasi factor yang
5. Pola nafas membaik
memperberat dan memperingan
6. Tekanan darah membaik
nyeri
7. Fungsi berkemih membaik 5. Identifikasi pengetahuan
8. Perilaku membaik dan keyakinan tentang nyeri
9. Pola tidur membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah di berikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgesic

Terapeutik
1. Berikan Teknik Non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasiistirahat
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Nn D

Umur : 23 tahun

Alamat : Wiyung Surabaya

No Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD

1 29-10-2021 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala S:


retensi atau inkontenensia urine Klien mengatakan kencing masih pakai
10:00 – 11:15WIB
2. Mengidentifikasi factor yang selang
menyebabkan retensi atau
O:
inkokntenensia urine
3. Memonitor urine (mis. Klien tampak memakai kateter
Frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna ) Ts : 140/80 mmhg
4. Mencatat waktu-waktu dan N : 60x/mnt
haluaran berkemih
5. Membatasi asupan cairan, jikaperlu A : Masalah belum Teratasi
6. Mengajarkan tanda dan gejala P : Intervensi dilanjutkan
infeksi saluran kemih
7. Mengajarkan minum yang
cukup jika tidak ada
kontraindikasi
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter urine
9. Menganjurkan menarik nafas saat
insersi selang urine
10. Melaksanakan hasil kolaborasi
pemberian obat suposutoria uretra,
jika perlu

2. 29-10-2021 1. Mengidentifikasi lokasi, S:


karakteristik, durasi, frekuensi, Klien mengatakan kencing masih pakai
10:00 – 11:15WIB
kualitas, intensitas nyeri
selang
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respons nyeri Klien mengatakan masih terasa nyeri
non verbal O:
4. Mengidentifikasi factor yang Klien tampak memakai kateter
memperberat dan memperingan
nyeri Ts : 140/80 mmhg
5. menidentifikasi pengetahuan
N : 60x/mnt
dan keyakinan tentang nyeri
6. mengidentifikasi pengaruh nyeri Skala Nyeri : 5
pada kualitas hidup
A : Masalah belum Teratasi
7. Memonitor keberhasilan
P : Intervensi dilanjutkan
8. terapi komplementer yang sudah di
berikan
9. Memonitor efek samping
penggunaan analgesic
10. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi,music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, pereda hipertemi
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
11. mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12. Memfasilitasi istirahat
Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
13. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
14. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
15. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
16. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
17. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
18. Melaksanakan hasil kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai