Dosen Pembimbing :
Sulistyorini, S.Kep. Ns., M.Tr.Kep
DISUSUN OLEH :
YULY SUKMAWATI (1120021026)
B. ETIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
a. Obstruksi :
1) Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi)
2) Pancaran waktu miksi lemah
3) Intermitten (miksi terputus)
4) Miksi tidak puas
5) Distensi abdomen
6) Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.
b. Iritasi : sering miksi( frekuensi), nokturia, urgensi, disuria.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis.
3. Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi prostat.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Sjamsuhidayat, 2004
Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai
gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
a. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
b. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kandung kemih dan cystitis (Hidayat, 2009).
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:
a. Retensi urin (urine tertahan di kandung kemih, sehingga urin tidak bisa keluar).
b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing.
c. Miksi yang tidak puas.
d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia).
e. Pada malam hari miksi harus mengejan.
f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria).
g. Massa pada abdomen bagian bawah.
h. Hematuria (adanya darah dalam urin).
i. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin).
j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi.
k. Kolik renal (kerusakan renal, sehingga renal tidak dapat berfungsi)
l. Berat badan turun.
m. Anemia, kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui.
n. Pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
F. PATHWAY
Proses Penuan
BPH
Kateterisasi
Resiko infeksi Retensi urine Insisi/ TURP Resiko bersihan nafas tak efektif
Distensi bledder
Perdarahan Kateterisasi
Disfungsi seksual
2. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.
4. Hematuria.
5. Disfungsi seksual.
3. Obstruksi kateter
H. PENATALAKSANAAN
1. Modalitas terapi BPH adalah :
a. Observasi yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan
kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien.
b. Medikamentosa : terapi ini diindikasikan pada BPH dengan Keluhan
ringan, sedang, sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang
digunakan berasal dari phitoterapi (misalnya : Hipoxis rosperi, serenoa
repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.
c. Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut
(100 ml).
2) Klien dengan residual urin yaitu urine masih tersisa di kandung
kemih setelah klien buang air kecil > 100 Ml.
3) Klien dengan penyulit yaitu klien dengan gangguan sistem
perkemihan seperti retensi urine atau oliguria.
4) Terapi medikamentosa tidak berhasil.
5) Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
2. Pembedahan dapat dilakukan dengan :
a. TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat).
1) Jaringan abnormal diangkat melalui rektroskop yang dimasukan
melalui uretra.
2) Tidak dibutuhkan balutan setelah operasi.
3) Dibutuhkan kateter foley setelah operasi. 18
b. Prostatektomi Suprapubis
1) Penyayatan perut bagian bawah dibuat melalui leher kandung kemih.
2) Diperlukan perban luka, drainase, kateter foley, dan kateter
suprapubis setelah operasi.
c. Prostatektomi Neuropubis
1) Penyayatan dibuat pada perut bagian bawah.
2) Tidak ada penyayatan pada kandung kemih.
3) Diperlukan balutan luka, kateter foley, dan drainase.
d. Prostatektomi Perineal
1) Penyayatan dilakukan diantara skrotum dan anus.
2) Digunakan jika diperlukan prostatektomi radikal.
3) Vasektomi biasanya dikakukan sebagai pencegahan epididimistis.
4) Persiapan buang hajat diperlukan sebelum operasi (pembersihan
perut, enema, diet rendah sisa dan antibiotik).
5) Setelah operasi balutan perineal dan pengeringan luka (drainase)
diletakan pada tempatnya kemudian dibutuhkan rendam duduk.
Pada TURP,prostatektomi suprapubis dan retropubis, efek
sampingnya dapat meliputi:
1. Inkotenensi urinarius temporer
2. Pengosongan urine yang keruh setelah hubungan intim dan
kemandulan sementara (jumlah sperma sedikit) disebabkan oleh
ejakulasi dini kedalam kandung kemih
1. Pengumpulan Data
yang dihadapinya.
a) Pola Nutrisi
b) Pola Eliminasi
sekitarnya.
g) Hubungan peran
dirasakan
berapah ?
4. Pemeriksaan Fisik
C, nadi 60
penekanan
akibat trauma?
5. Pemeriksaa Dada
6. Kardiovaskuler
kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar teraba,
c) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan
permenit.
h) Reflek patella
9. Pemeriksaan pelvis/genitalia
atau tidak.
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi
dapat penulis kelompokkan menjadi:
1. Data subyektif :
a. Pasien mengeluh sakit pada luka insisi, karakteristik luka, luka berwarna
merah.
b. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
c. Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
d. Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
2. Data Obyektif:
a. Terdapat luka insisi, karakteristik luka berwarna merah.
b. Takikardia, normalnya 80-100 kali/menit.
c. Gelisah.
d. Tekanan darah meningkat, normalnya 120/80 mmHg.
e. Ekspresi wajah ketakutan.
f. Terpasang kateter.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopis urin penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria,
harus diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih,
batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan
hematuria. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan
informasi dasar dan fungsi ginjal dan status metabolik. Pemeriksaan Prostat
Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi
atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai SPA < 4mg / ml tidak perlu
biopsy. Sedangkan bila nilai SPA 4–10 mg / ml, hitunglah Prostat Spesific
Antigen Density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat.
Bila PSAD > 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula
bila nilai PSA > 10 mg/ml.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Dengan tujuan untuk
memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli–buli dan
volume residu urine, mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan BPH. Dari semua
jenis pemeriksaan dapat dilihat :
1) Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada batu traktus urinarius,
pembesaran ginjal atau buli – buli.
2) Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,
hidronefrosis dan hidroureter, fish hook appearance (gambaran ureter
belok –belok di vesika).
3) Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa masa ginjal,
mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli –
buli. (Arif Mansjoer, 2000).
c. Pemeriksaan Diagnostik.
1) Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang, penampilan
keruh, Ph: 7 atau lebih besar, bakteria.
2) Kultur Urine : adanya staphylokokus aureus, proteus, klebsiella,
pseudomonas, e.coli.
3) BUN / kreatinin : meningkat.
4) IVP : menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih dan adanya
pembesaran prostat, penebalan otot abnormal kandung kemih.
5) Sistogram : mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung kemih.
6) Sistouretrografi berkemih : sebagai ganti IVP untuk menvisualisasi
kandung kemih dan uretra dengan menggunakan bahan kontras lokal.
7) Sistouretroscopy : untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan
kandung kemih.
8) Transrectal ultrasonografi : mengetahui pembesaran prosat, mengukur
sisa urine dan keadaan patologi seperti tumor atau batu
(R.Sjamsuhidayat, 2004)
2. DIAGNOSA
diagnostic, Edisi
Pre operasi :
d. Ansietas (D.0080)
Post operasi :
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien benigh
(SDKI, 2017) :
Pre operasi :
a. Nyeri akut
1) Definisi
2) Penyebab
a) Subjektif
Mengeluh nyeri
b) Objektif
1) Tampak meringis
nyeri)
3) Gelisah
5) Sulit tidur
a) Subjektif
Tidak tersedia
b) Objektif
5) Menarik diri
b. Retensi urin
1) Definisi
2) Penyebab
a) Subyektif
b) Obyektif
Dysuria/anuria
a) Subjektif
1) Dribbling
b) Objektif
1) Inkontinensia berlebih
1) Definisi
2) Penyebab
kandung kemih
a) Subjektif
3) Nocturia
b) Objektif
a) Subjektif
b) Objektif
a) Saluran kemih
d. Ansietas
1) Definisi
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
ancaman.
2) Penyebab
a) Krisis situasional.
a) Subjektif
dihadapi.
2) Sulit berkonsentrasi.
b) Objektif
1) Tampak gelisah
2) Sulit tidur
a) Subjektif:
1) Mengeluh pusing
b) Objektif:
5) Sering berkemih
a) Penyakit akut
e. Defisit pengetahuan
1) Definisi
2) Penyebab
a) Subjektif
b) Objektif
2. Objektif :
1) Definisi
eksternal.
2) Penyebab
a) Subjektif
b) Objektif
a) Subjektif:
b) Objektif:
a) Penyakit akut
Post operasi :
a. Nyeri akut
1) Definisi
a) Subjektif
1) Mengeluh nyeri
b) Objektif
1) Tampak meringis
nyeri)
3) Gelisah
5) Sulit tidur
a) Subjektif
Tidak tersedia
b) Objektif
3) Menarik diri
5) Diaforesis
a) Kondisi pembedahan
b. Risiko Infeksi
1) Definisi
2) Faktor Risiko :
a) Tindakan invasive
c. Risiko perdarahan
1) Definisi
2) Factor risiko
a) Tindakan pembedahan
a) Tindakan pembedahan
3. INTERVENSI
Tujuan dan
No Diagnose Intervensi
kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan tindakan (D.l.08238)
agen pencedera keperawatan selama Obsevasi
fisiologis …x… diharapkan 1. Identifikasi lokasi,
( Mis.Neoplasma ) nyeri menurun karakteristik, durasi,
( D.0077 ) dengan frekuensi, kualitas,
Kriteris hasil intensitas nyeri
(D.L.08066) : 2. Identifikasi skala nyeri
1) Kemampuan 3. Identifikasi respons
nyeri
pasien untuk non verbal
menuntaskan 4. Identifikasi factor
yang
aktivitas menurun memperberat dan
2) Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi
pengetahuan
3) Pasien tampak dan keyakinan tentang
meringis menurun nyeri
4) Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh
nyeri
membaik pada kualitas hidup
5) Pola nafas 7. Monitor keberhasilan
membaik terapi komplementer yang
6) Tekanan darah sudah di berikan
membaik 8. Monitor efek samping
7) Fungsi berkemih penggunaan analgesic
membaik
8) Perilaku membaik
9) Pola tidur
membaik
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (
mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Retensi urin Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urine
berhubungan dengan tindakan (l.04152)
peningkatan tekanan keperawatan selama Observasi
uretra (D.0050) …x… kemampuan 1. Identifikasi penyebab
berkemih membaik retensi urine ( mis.
Dengan kriteria hasil Peningkatan tekanan
(L.03019) : uretra, kerusakan arkus
1) Sensasi reflek, disfungsi
berkemih neurologis, efek agen
meningkat farmakologis)
2) Desakan 2. Monitor intake dan
kandung kemih output cairan
menurun 3. Monitor distensi
3) Distensi kandung kandung kemih dengan
kemih menurun palpasi/perkusi
4) Berkemih tidak 4. Pasang kateter urine,
tuntas menurun jika perlu
5) Nocturia Terapeutik
menurun 1. Catat waktu-waktu
6) Dysuria menurun dan haluaran
7) Frekuensi BAK berkemih Batasi
membaik asupan cairan
8) Karakteristik 2. Ambil sampel urine
urine membaik tengah (midstream)
atau kultur Edukasi
3. Jelaskan penyebab
retensi urine
4. Anjurkan pasien atau
keluarga mencatat
output urine
5. Ajarkan cara
melakukan rangsangan
berkemih
6. Anjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
Demontrasikan dan
latih teknik
relaksasi
(mis. Napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat suposutoria
uretra, jika perlu
edukasi
1. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
2. .. anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
latih Teknik relaksasi
3. anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
4. latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
5. latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
kolaborasi
kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Biodata :
Pasien :
Nama : Tn. Dj
Umur : 68 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Alamat : Asemrowo
Surabaya
Diagnosa Medis : BPH
(√) DPT
4) Kebiasaan :
jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya
d. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Meninggal
Basic Promoting physiology of Health
1. Aktivitas dan latihan
Kemampuan ambulasi dan
ADL
Makan/minum 0 0
Mandi 0 -
Berpakaian/berdandan 0 0
Toileting 0 1
Mobilitas di tempat 0 0
tidur
Berpindah 0 1
Berjalan 0 1
Naik tangga 0 1
Region :
Depan Belakang
Scale :3
4. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 2x sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan :48/160
c. IMT & BBR : 18,5
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [ ] tetap
[ ] meningkat:…Kg, alasan…………
[ ] sariawan
[ ] ¾ porsi
6. Oksigenasi
a. Sesak nafas : [√] tidak
[] ya
1) Frekuensi :…………………
2) Kapan terjadinya :…………………
3) Kemungkinan factor pencetus :…………………
4) Factor yang memperberat :…………………
5) Factor yang meringankan :…………………
b. Batuk : Ya / Tidak
c. Sputum : Ya / Tidak
d. Nyeri dada : Ya / Tidak
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada:tidak ada
f. Riwayat penyakit : [] Asma
[] TB
[] Batuk darah
[] Chest Surgery / Trauma
TB
7. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : 5x/hari, Penggunaan pencahar: tidak
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam
c. Warna :kuning kecoklatan Darah tidak ada konsistensi:cair
d. Ggn. Eliminasi bowel : [] Konstipasi
[ ] Diare
[] Inkontinensia bowel
8. Eliminasi urin
a. Frekuensi :3x/hari Penggunaan pencahar tidak sedikit – sedikit
b. Warna :kuning Darah tidak
c. Ggn. Eliminasi bladder: [ ] nyeri saat BAK
[ ] burning sensation
[ ] bladder terasa penuh setelah BAK
[ ] inkontinensia bladder
[√] tidak ada
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : [√] CM [ ] apatis[ ] somnolen [ ]sopor [ ]coma
GCS : 4-5-6
Suhu :38,5oC
b. Kepala
:
e. Dada : Bentuk : [√] Normal [ ] Barrel chest[ ] Funnel chest [ ] Pigeon chest
Pulmo : Inspeksi :.....................................................
Murmur :…………………………….
[ ] Perdarahan [ ] keputihan
-klien mengatakan penyakitnya adalah diare disebabkan karena tidak mencuci tangan
sebelum makan
Sosial :
Aktivitas atau peran di masyarakat adalah :
-seorang anggota karangtaruna dilingkungan rumahnya
kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah :
-acara yang tidak bermanfaat yang menimbulkan kebisingan
cara mengatasinya
-klien berdiam diri didalam rumahnya
pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya :
-sangat baik
Budaya :
Budaya yang diikuti klien adalah budaya: jawa
Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya:tidak ada
Spiritual :
Aktivitas ibadah sehari-hari klirn beribadah dirumahnya setiap hari
Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan :mengikuti diba’an pada hari jumat di
mushola dekat rumah nya
Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami :
Cobaan dari tuhan yang maha esa
5. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium,radiology, EKG,EEG dll)
-ekg ,ug dan pemeriksaan darah
6. Terapi Medis :
Cairan IV :
PZ 500ml
Obat peroral :
-
Obat parenteral :
-
Obat Topikal :
-
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
ANALISA DATA
DO :
Ts : 137/72 mmhg Distensi Bledder
N : 58 x/mnt
RR : 20x/mnt
Spo2 : 99 Nyeri Akut
Skala nyeri : 5
Terpasang Cateter
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
(SDKI)
1. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Eliminasi Urine
Kode : D.0040
Diagnosa : Gangguan Eliminasi Urine
Definisi : Merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami atau resiko
ketidakmampuan untuk berkemih
Kategori : Fisiologis
2. Subkategori : Nyeri
Kode : D.0077
Diagnosa : Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI) Nama/TTD
Terapeutik
1. Berikan Teknik Non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasiistirahat
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Nn D
Umur : 23 tahun