Disusun Oleh:
Mahasiswa Profesi Ners (progsus)
PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
STEVENS JOHNSON SYNDROME (SJS)
A. Definisi
Sindrom Stevens-Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit,
selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura.
Sindrom Stevens-Johnson didefinisikan sebagai reaksi kumpulan gejala
sistemik dengan karakteristik yang mengenai kulit, mata dan selaput lendir
orifisium. Sindrom Stevens-Johnson merupakan bentuk berat dari eritema
multiforme, sehingga SSJ dikenal juga dengan sebutan eritema multiforme mayor.
Menurut Sharma and Sethuraman (1996), sindrom Stevens-Johnson adalah
bentuk penyakit mukokutan dengan tanda dan gejala sistemik yang dari ringan
sampai berat berupa lesi target dengan bentuk yang tidak teratur, disertai makula,
vesikel, bula dan purpura yang tersebar luas terutama pada rangka tubuh, terjadi
pengelupasan epidermis kurang lebih 10 % dari area permukaan tubuh, serta
melibatkan lebih dari satu membran mukosa.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sindrom steven
johnson yaitu suatu sindrom yang terjadi pada kulit/integumen, dimana seluruh
permukaan tubuh dipenuhi oleh eritema dan lepuhan, yang kebanyakan diketehui
disebabkan oleh respon dari pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan.
B. Manifestasi Klinis
Sindrom Stevens-Johnson mempunyai tiga gelaja yang khas yaitu kelainan
pada mata berupa konjungtivitis, kelainan pada genital berupa balanitis dan
vulvovaginitis, serta kelainan oral berupa stomatitis. Lesi oral didahului oleh
makula dan papula yang segera diikuti vesikel atau bula, kemudian pecah karena
trauma mekanik menjadi erosi dan terjadi ekskoriasi sehingga terbentuk ulkus
yang ditutupi oleh jaringan nekrotik berwarna abu- abu putih atau eksudat abu-
abu kuning menyerupai pseudomembran. Ulkus nekrosis ini mudah mengalami
perdarahan dan menjadi krusta kehitaman. Lesi oral cenderung lebih banyak
terjadi pada bagian anterior mulut termasuk bibir, bagian lain yang sering terlibat
adalah lidah, mukosa pipi, palatum durum, palatum mole, bahkan dapat mencapai
faring, saluran pernafasan atas dan esofagus, namun lesi jarang terjadi pada gusi.
Lesi oral yang hebat dapat menyebabkan pasien tidak dapat makan dan menelan,
sedangkan lesi pada saluran pernafasan bagian atas dapat menyebabkan
keluhan sulit bernafas.
Berikut adalah manifestasi klinis dari pasien dengan Steven Johnson
Syndrome.
E. Penatalaksanaan
Penegakan diagnosis sulit dilakukan karena seringkali terdapat berbagai
macam bentuk lesi yang timbul bersamaan atau bertahap. Diagnosis sindrom
Stevens-Johnson terutama berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang. Perawatan pada penderita sindrom Stevens- Johnson
lebih ditekankan pada perawatan simtomatik dan suportif karena etiologinya
belum diketahui secara pasti. Penanganan simptomatik suportif yaitu
mempertahankan keseimbangan hemodinamik, dan mencegah terjadi
komplikasi yang mengancam jiwa.
Penatalaksanaan sindrom Stevens-Johnson didasarkan atas tingkat
keparahan penyakit yang secara umum meliputi:
1. Rawat Inap
Rawat inap bertujuan agar dokter dapat memantau dan mengontrol setiap
hari keadaan penderita.
2. Preparat Kortikosteroid
Penggunaan preparat kortikosteroid merupakan tindakan life saving.
Kortikosteroid yang biasa digunakan berupa deksametason secara intravena
dengan dosis permulaan 4-6 x 5mg sehari. Masa kritis biasanya dapat segera
diatasi dalam 2-3 hari, dan apabila keadaan umum membaik dan tidak timbul
lesi baru, sedangkan lesi lama mengalami involusi, maka dosis segera
diturunkan 5mg secara cepat setiap hari. Setelah dosis mencapai 5mg sehari
kemudian diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone, yang
diberikan dengan dosis 20 mg sehari, kemudian diturunkan menjadi 10 mg
pada hari berikutnya. Selanjutnya pemberian obat dihentikan. Lama
pengobatan preparat kortikosteroid kira-kira berlangsung selama 10 hari.
3. Antibiotik
Penggunaan preparat kortikosteroid dengan dosis tinggi menyebabkan
imunitas penderita menurun, maka antibiotic harus diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, misalnya broncopneneumonia yang dapat
menyebabkan kematian. Antibiotik yang diberikan hendaknya yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal, dan tidak
nefrotoksik. Antibiotik yang memenuhi syarat tersebut antara lain
siprofloksasin dengan dosis 2 x 400mg.
4. KCl
Penderita yang menggunakan kortikosteroid umumnya mengalami penurunan
kalium atau hipokalemia, maka diberikan KCl dengan dosis 3 x 500 mg
sehari peroral.
5. Adenocorticotropichormon (ACTH)
Penderita perlu diberikan ACTH untuk menghindari terjadinya supresi
korteks adrenal akibat pemberian kortikosteroid. ACTH yang diberikan
berupa ACTH sintetik dengan dosis 1 mg.
6. Agen Hemostatis
Agen hemostatik terutama diberikan pada penderita disertai purpura yang
luas. Agen hemostatik yang sering digunakan adalah vitamin K.
7. Diet
Diet rendah garam dan tinggi protein merupakan pola diet yang dianjurkan
kepada penderita. Akibat penggunaan preparat kortikosteroid dalam jangka
waktu lama, penderita mengalami retensi natrium dan kehilangan protein,
dengan diet rendah garam dan tinggi protein diharapkan konsentrasi garam
dan protein penderita dapat kembali normal. Penderita selain menjalani diet
rendah garam dan tinggi protein, dapat juga diberikan makanan yang lunak
atau cair, terutama pada penderita yang sukar menelan.
8. Vitamin
Vitamin yang diberikan berupa vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin
B kompleks diduga dapat memperpendek durasi penyakit. Vitamin C
diberikan dengan dosis 500 mg atau 1000 mg sehari dan ditujukan terutama
pada penderita dengan kasus purpura yang luas sehingga pemberian vitamin
dapat membantu mengurangi permeabilitas kapiler
Berikut adalah tatalaksana perawatan pada organ penderita Steven
Johnson Syndrome.
Intervensi Rasional
1. Pantau kulit dan membran mukosa 1. Mengetahui perkembangan kondisi
pada area yang mengalami luka/lesi dan menentukan
perubahan warna, memar, dan intervensi tindakan selanjutnya
kerusakan. dengan tepat untuk memperbaiki
2. Pantau adanya kekeringan dan integritas kulit
kelembaban yang berlebihan pada 2. Kekeringan/kelembaban yang
kulit. berlebihan pada kulit dapat
3. Oleskan salep yang sesuai memperparah kerusakan integritas
dengan kulit/lesi. kulit dan menjadi indikator
4. Berikan balutan yang sesuai keseimbangan cairan klien.
dengan jenis luka. 3. Pemberian salep yang sesuai dapat
5. Anjurkan klien untuk menjadi pelindung area luka dari
menggunakan pakaian yang agens infeksi dan mempercepat
longgar. penyembuhan luka/lesi.
6. Ajarkan kepada keluarga tentang 4. Balutan yang sesuai dengan jenis
tanda dan kerusakan kulit. luka dapat menghindari gesekan
7. Rujuk pada ahli diet, dengan tepat luka pada area lain.
5. Pakaian yang ketat dapat
meningkatkan gesekan antara
luka dengan kain, sehingga dapat
memperparah kerusakan integritas
kulit.
6. Pengetahuan yang adekuat pada
keluarga dapat membantu tenaga
kesehatan dalam mengantisipasi
tanda kerusakan kulit pada klien.
7. Pemberian diet tinggi protein
diperlukan untuk pembentukan
jaringan baru pada luka/lesi.
b. Defisit nutrisi b/d , ketidakmampuan mencerna makanan, disfagia.
Tujuan yang diharapkan (SLKI): Status nutrisi klien baik.
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri yang 1. Data-data tersebut digunakan sebagai
komprehensif meliputi lokasi, data dasar dalam menentukan
karakteristik, awitan dan durasi, intervensi tindakan yang tepat pada
frekwensi, kualitas, intensitas atau klien selanjutnya untuk mencapai
keparahan nyeri, dan faktor kesembuhan klien yang optimal.
presipitasinya. 2. Isyarat nonverbal klien
2. Observasi isyarat nonverbal (meringis, mengernyit) menjadi tanda
ketidaknyamanan. bahwa klien merasakan
3. Monitor vital sign sebelum dan ketidaknyamanan/nyeri.
sesudah pemberian analgesik 3. Nyeri dan pemberian analgesik dapat
pertama kali memengaruhi vital sign klien, seperti
4. Lakukan perubahan posisi dan nadi dan RR.
relaksasi. 4. Perubahan posisi dan relaksasi dapat
5. Tingkatkan istirahat/tidur yang membantu klien mengurangi rasa
cukup untuk membantu nyeri dan klien merasa rileks.
mengurangi rasa nyeri. 5. Istirahat/tidur dapat mengalihkan
6. Ajarkan penggunaan teknik fokus pada nyeri klien.
relaksasi nonfarmakologi sebelum 6. Teknik relaksasi nonfarmakologi
atau sesudah rasa sakit meningkat. dapat dilakukan klien tanpa bantuan
7. Berikan informasi yang lengkap perawat atau tenaga kesehatan untuk
dan akurat untuk mengurangi nyeri.
mendukung pengetahuan keluarga 7. Pengetahuan yang adekuat pada
terhadap respon nyeri pasien. keluarga dapat membantu perawat
8. Berikan analgesik untuk atau tenaga kesehatan untuk
mengurangi nyeri mengenali respon nyeri klien.
(berkolaborasi dengan dokter). 8. Analgesik dapat mengurangi nyeri
pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Lutfi, D., Zuhria, I., & Doemilah, E. (2007). Limbal Stem Cell
Transplantation in Limbal Stem Cell Deficiency After Steven Johnson Syndrome.
Jurnal Oftamologi Indonesia Vo. 5 No. 3, 235-238.
A. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Y No.Reg : 74xxxx
Umur : 60 th Tgl MRS : 16-10-2021
Jenis Kelamin : Laki-laki Diagnosa : Steven Johnson Syndrome
Suku : Jawa Pengkajian : 17-10-2021
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLA
Alamat : Pelemahan
Penanggung : BPJS
Keterangan :
: Laki-laki : Garis perkawinan
: Perempuan : Klien
3. Body System
a) Pernapasan (B1 : Breathing)
Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak tampak adanya
cairan atau sekret, tidak adanya nyeri tekan dan
benjolan, fungsi penciuman baik.
Trachea : Deviasi (-).
[ ] nyeri [ ] dyspnea [ ] orthopnea
[ ] cyanosis [ ] batuk darah [ ] napas dangkal
[ ] retraksi dada [ ] sputum [ ] tracheosto
[ ] respirator
Suara nafas tambahan :
[ ] wheezing : lokasi, tidak ada tambahan suara
[ ] rochi : lokasi, tidak ada tambahan suara
[ ] rales : lokasi, tidak ada tambahan suara
[ ] crackles : lokasi, tidak ada tambahan suara
Bentuk dada :
[√] simetris [√] tidak simetris [ ] lainnya, tidak ada
b) Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)
[ ] nyeri dada [ ] pusing [ ] sakit kepala [ ] kram kaki
[ ] papitasi [ ] clubbing finger
Suara jantung : S1 dan S2 normal, gangguan irama (-), suara
tambahan (-)
[√] normal [ ] ada kelainan, tidak ada
Edema :
[ ] palpebral [ ] anasarka [ ] extremitas atas
[ ] extremitas bawah [ ] ascites [√] tidak ada
[ ] lainnya, tidak ada
c) Persyarafan (B3 : Brain)
[√] composmentis [ ] apatis [ ] somnolent
[ ] spoor [ ] koma [ ] gelisah
Glasgow Coma Scale (GCS) :
E:4 V:5 M:6 Nilai total : 15
Kepala dan wajah :
Mata :
Sklera [√] putih [ ] icterus [ ] merah
[ ] perdarahan
Conjungtiva [ ] pucat [√] merah muda
Pupil [√] isokor [ ] anisokor [ ] miosis
[ ] midriasis
Leher Saat diraba tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembesaran limfe, serta tidak ada edema dan nyeri
tekan.
Reflex (spesifik) Tn. Y matanya terbuka spontan tanpa perlu
dipanggil telebih dahulu, Tn. Y jika diajak
berkomunikasi merespon baik tidak ada jawaban
yang tidak sesuai, kontak mata terlihat focus.
Lainnya, tidak ada
d) Persepsi Sensori
Pendengaran :
Kiri : Tampak simetris, ukuran sama besar, tidak ada
benjolan atau edema, tidak terdapat luka, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak berbau, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak tercapat
cairan kental, pus, darah.
Kanan : Tampak simetris, ukuran sama besar, tidak ada
benjolan atau edema, tidak terdapat luka, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak berbau, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak tercapat
cairan kental, pus, darah.
Penciuman :
Hidung tampak simetris kanan dan kiri , tidak ada cairan atau
sekret di hidung, tidak ada nyeri tekan dan edema, fungsi penciuman
baik.
Pengecapan : [√] manis [√] asin [√] pahit
Penglihatan :
Kiri : Tampak simetris, ukuran sama besar, tidak ada
benjolan atau edema, tidak terdapat luka, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak berbau, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak tercapat
cairan kental, pus, darah.
Kanan : Tampak simetris, ukuran sama besar, tidak ada
benjolan atau edema, tidak terdapat luka, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak berbau, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, tidak tercapat
cairan kental, pus, darah.
Perabaan : [√] panas [√] dingin [√] tekan
[ ] lainnya, tidak ada
e) Perkemihan-Eliminasi Urin (B4 : Bladder)
Produksi urine : 2000ml/24 jam
Warna : kuning jernih Bau : tidak menyengat
[ ] oliguria [ ] poliuri [ ] dysuria [ ] hematuria
[ ] nocturi [ ] nyeri [ ] dipasang kateter [ ] menetes
[ ] panas [ ] sering [ ] inkotinen [ ] retensi
[ ] cystotomi [√] tidak ada masalah [ ] lainnya, tidak ada
Alat bantu : tidak ada
f) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan : krusta haemoragic
Abdomen (IAPP) :
I : Tidak terlihat simetris dan dan adanya benjolan.
A : Usus 20x/menit.
P : Suara terdengar timpani.
P : Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen.
Rectum : Hemoroid (-)
BAB : 1x/hari Konsistensi : lunak
[ ] diare [ ] konstipasi [ ] feses darah
[ ] tidak terasa [ ] kesulitass [ ] melena
[ ] wasir [ ] pencahar [ ] lavament
[√] tidak ada masalah [ ] alat bantu, tidak ada
[ ] lainnya, tidak ada
g) Tulang-Otot-Integumen (B6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi [√] bebas [ ] terbatas
Parese : [ ] Ya [√] Tidak
Paralise : [ ] Ya [√] Tidak
Parese : [ ] Ya [√] Tidak
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Lainnya, tidak ada
Extremitas :
Atas : [√] tidak ada kelainan [ ] peradangan [ ] patah
tulang
[ ] perlukaan [ ] lainnya, tidak ada
Bawah : [√] tidak ada kelainan [ ] peradangan [ ] patah
tulang
[ ] perlukaan [ ] lainnya, tidak ada
Tulang belakang : kifosis (-), lordosis (-), scoliosis (-)
Kulit : Ada makula eritema morbiliformis, erosi minimal seluruh
tubuh, tidak ada bula, tidak ada pus.
Warna kulit [ ] ikterik [ ] cyanotic [ ] pucat
[√] kemerahan [ ] pigmentasi
Akral [√] hangat [ ] panas [ ] dingin kering
[ ] dingin basah
Turgor [√] baik [ ] cukup [ ] jelek/menurun
h) System Endokrin
Karakter sex sekunder : tidak terkaji
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
[ ] Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki pada waktu dewasa.
[ ] Kekeringan kulit atau rambut.
[ ] Exopthalmus.
[ ] Goiter.
[ ] Hypokalemia.
[ ] Tidak toleran terhadap panas.
[ ] Tidak toleran terhadap dingin.
[ ] Poilidipsi.
[ ] Poliphagi.
[ ] Poliuria.
[ ] Posturnal hipotensi.
[ ] Kelemahan.
i) System Reproduksi
Laki-laki :
Kelamin :
Bentuk : [√] normal [ ] tidak normal
Kebersihan : [√] bersih [ ] kotor
Perempuan :
Payudara :
Bentuk : [ ] simetris [ ] asimetris
Benjolan : [ ] tidak [ ] ada
Kelamin :
Bentuk : [ ] normal [ ] tidak normal
Keputihan : [ ] tidak ada [ ] ada
Siklus haid : ….. Hari [ ] teratur [ ] tidak teratur
d. POLA AKTIVITAS
1. Makan
Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis menu Nasi putih, sayur, Bubur, air putih
gorengan, buah, air
putih
Porsi 1 porsi habis 3 sendok
Yang disukai Menyukai semua Menyukai semua
makanan makanan, tetapi sulit
menelan dan untuk saat
ini nafsu makan
menurun karena sakit
tenggorokan dan bibir
bengkak dan pecah-
pecah.
Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Pantangan Manis, asin Masin, asin
Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
2. Minum
Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 6-7 x sehari 6-7 x sehari
Jenis minuman Air putih, the Air putih
Jumlah (lt/gelas) 250ml/gelas 250ml/gelas
Yang disukai Air putih Air putih
Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Pantangan Manis Masin
Alergi Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
3. Kebersihan diri
Rumah Rumah Sakit
Mandi 2 x/hari -
Keramas 3 x/minggu -
Sikat gigi 2 x/hari 2 x/hari
Memotong kuku 1 x/minggu -
Ganti pakaian 2 x/hari 2 x/hari
Lain-lain Tidak ada Tidak ada
b. Aktivitas
Rumah Rumah Sakit
Aktivitas sehari-hari Lama 8 jam Tidak ada
Jenis aktivitas Bekerja sebagai supir Tidka ada
Tinggat ketergantungan Tidak ada Tidak ada
e. PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
1. Social/Interaksi
Hubungan dengan klien :
[ ] kenal [√] tidak kenal [ ] lainnya, tidak ada
Dukungan keluarga :
[√] aktif [ ] kurang [ ] tidak ada
Dukungan kelompok/teman/masyarakat :
[√] aktif [ ] kurang [ ] tidak ada
Reaksi saat interaksi :
[ ] tidak kooperatif [ ] bermusuhan [ ] mudah tersinggung
[ ] defensive [ ] curiga [ ] kontak mata
[ ] lainnya, pasien kooperatif
Konflik yang terjadi terhadap :
[ ] peran [ ] nilai [ ] lainnya, tidak ada
2. Spiritual
Konsep tentang penguasa kehidupan :
[ ] Tuhan [√] Allah [ ] Dewa [ ] Lainnya, tidak ada
Sumber kekuatan/harapan saat sakit :
[ ] Tuhan [√[ Allah [ ] Dewa [ ] Lainnya, tidak ada
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini :
[√] Sholat [ ] Baca kitab suci [ ] Lainnya, tidak ada
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual
agama yang diharapkan saat ini :
[√] Lewat ibadah [ ] Rohaniawan [ ] Lainnya, tidak ada
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama :
[ ] Makanan [ ] Tindakan [ ] Lainnya, tidak ada
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi
situasi sakit saat ini :
[√] Ya [ ] Tidak
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan :
[√] Ya [ ] Tidak
Persepsi terhadap penyebab penyakit :
[ ] Hukum [√] Cobaan/peringatan [ ] Lainnya, tidak ada
f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Tabel Hasil Pemeriksaan Klien
No. Pemeriksaan Penunjang Klien
1. Laboratorium Tanggal 16-10-2021
Pemeriksaan Hematologi :
1. WBC : 7.79 10^3/μL (N : 5-10).
2. Hemoglobin : 16.7 g/dL (N : 14-17.4).
3. Hematocrit : 47% (N : 45-52).
4. Trombosit : 241 10^3/μL (N : 150-400).
5. Random Glucose : 224 (N : <200).
6. Ureum : 30 mg/dL (N : 7-18).
7. Creatinine : 1.15 mg/dL (N : 0.6-1.3).
8. SGOT : 27 (N : 15-37).
9. SGPT : 24 (N : 12-78).
10.Albumin : 3.2 (N : 3.4-5).
11.SE : Na : 140 (N : 135-148).
K : 3.85 (N : 3.5-5.1).
Cl : 105 (N : 98-107).
DO :
1. Klien tampak meringis.
2. Vital sign :
TD : 124/74 mmHg.
HR : 113x/mnt.
RR : 20x/mnt.
SPO2 : 99%.
Suhu : 36.5oC.
DO :
1. Ada macula eritemia
morbiliformis.
2. Ada erosi minimal seluruh
tubuh.
3. Tidak ada bula.
4. Tidak ada pus.
DO :
1. BB : 70 kg.
2. Dimulut terdapat krusta
haemoragic.
3. Albumin : 3.2.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. Y No. RM : 74xxxx
Umur : 60 th Ruang : Shofa
NO DIAGNOSA
1. Nyeri akur b/d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d/d P : Klien
mengatakan nyeri diakibatkan bercak luka kemerahan diseluruh tubuh,
bibir bengkak dan pecah-pecah, Q : Klien mengatakan nyeri seperti
terbakar, R : Nyeri dirasakan diseluruh tubuh dan di tenggorokannya, S :
Skala nyeri klien 6 (sedang) dari skala 10 (berat), T : Klien mengatakan
nyeri dirasakan terus menerus, klien tampak meringis, vital sign : TD :
124/74 mmHg, HR : 113x/mnt, RR : 20x/mnt, SPO 2 : 99%, Suhu :
36.5oC.
2. Gangguan integritas kulit b/d efek samping obat/bahan kimia d/d pasien
mengatakan ada bercak luka kemerahan diseluruh tubuh, bibir bengkak
dan pecah-pecah, ada macula eritemia morbiliformis, ada erosi minimal
seluruh tubuh, tidak ada bula, tidak ada pus.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, bila
perlu.
2. 17-10-2021 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit (I.11353) Lilik
09.00 b/d efek samping keperawatan selama 2 x 24 jam
obat/bahan kimia. diharapkan integritas kulit dan Observasi
jaringan meningkat, dengan 1. Identifikasi penyebab gangguan
kriteria hasil : intregritas kulit.
3. 17-10-2021 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (1.03119) Lilik
15.00 ketidakmampuan menelan keperawatan selama 2 x 24 jam
makanan. diharapkan status menelan Observasi
membaik, dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi makanan yang disukai.
2. Monitor asupan makanan.
Status Menelan (L.06052) 3. Monitor hasil laboratorium.
1. Reflek menelan dari skala 1
(menurun) menjadi skala 5 Terapeutik
(meningkat). 1. Berikan makanan tinggi kalori tinggi
2. Usaha menelan dari skala 1 protein.
(menurun) menjadi skala 5 2. Sajikan makanan secara menarik dan
(meningkat). suhu yang sesuai.
3. Penerimaan makanan dari
skala 1 (memburuk) menjadi Edukasi
skala 5 (membaik). 1. Anjurkan posisi duduk jika mampu.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. Y No. RM : 74xxxx
Umur : 60 th Ruang : Shofa
No. Tgl/Jam Implementasi Paraf
Dx
1. 17-10-2021 1. Mengkaji nyeri pasien. Ayu
09.00 R/
P : pasien mengatakan nyeri diakibatkan bercak luka
kemerahan diseluruh tubuh, bibir bengkak, pecah-
pecah.
Q : pasien mengatakan nyeri seperti terbakar.
R : nyeri dirasakan diseluruh tubuh dan
tenggorokannya.
S : skala nyeri klien 6 (sedang) dari skala 10.
T : pasien mengatakan nyeri dirasakan terus-menerus.
2. Melakukan identifikasi nyeir skala verbal.
R/ Pasien tampak meringis menahan sakit.
12.00 3. Mengobservasi tanda-tanda vital.
R/ Vital sign
TD : 124/74 mmHg.
HR : 113x/mnt.
RR : 20x/mnt.
SPO2 : 99%.
Suhu : 36.5oC.
4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri.
R/ Pasien bisa melakukan relaksasi nafas dalam.
12.00 5. Memberikan pertimbangan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
R/ Pasien mengerti.
O:
1. Keluhan nyeri dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 3 (sedang).
2. Meringis dari skala 1 (meningkat) menjadi
skala 3 (sedang).
3. Gelisah dari skala 1 (meningkat) menjadi skala
3 (sedang).
TD : 124/74
HR : 113
RR : 20
SPO2 : 99
Suhu : 36.5
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fruekensi, kualitas dan intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
2. 17-10-2021 S: Nur J
20.30 1. Pasien mengatakan bercak luka kemerahan
belum hilang diseluruh tubuhnya.
O:
1. Ada macula eritemia morbiliformis.
2. Ada erosi minimal seluruh tubuh,
3. Tidak ada bula.
4. Tidak ada pus.
5. Kerusakan jaringan dari skala 1 (meningkat).
6. Kerusakan lapisan kulit dari skala 1
(meningkat.)
7. Nyeri dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 3
(sedang).
8. Kemerahan dari skala 1 (meningkat).
9. Perfusi jaringan skala 3 (sedang).
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring.
2. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering.
3. Anjurkan minum air yang cukup.
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
5. Pemberian salep / cream.
3. 17-10-2021 S: Nur J
20.30 1. Pasien mengatakan masih sulit menelan,
2. Pasien mengatakan nafsu makan menurun
karena sakit tenggorokan, bibir bengkak dan
pecah-pecah.
O:
1. BB: 70 kg.
2. Di mulut terdapat krusta haemoragic.
3. Albumin: 3.2
4. Reflek menelan skala 1 (menurun).
5. Usaha menelan skala 1 (menurun).
6. Penerimaan makanan dari skala 1 (memburuk).
menjadi skala 2 (cukup memburuk).
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
1. Identifikasi makanan yang disukai.
2. Monitor asupan makanan.
3. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein.
4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai.
5. Anjurkan posisi duduk jika mampu.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
1. 18-10-2021 S: Nur J
20.30 1. P : pasien mengatakan nyeri diakibatkan
bercak luka kemerahan diseluruh tubuh.
Q : pasien mengatakan nyeri seperti terbakar.
R : nyeri dirasakan diseluruh tubuh dan
tenggorokannya.
S : skala nyeri pasien 6 (sedang) dari skala 10.
T : pasien mengatakan nyeri dirasakan terus
menerus.
O:
1. Keluhan nyeri dari skala 1 (meningkat)
menjadi skala 3 (sedang).
2. Meringis dari skala 1 (meningkat) menjadi
skala 3 (sedang).
3. Gelisah dari skala 1 (meningkat) menjadi skala
3 (sedang).
TD : 110/80
HR : 110
RR : 20
SPO2 : 99
Suhu : 36.5
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dihentikan, pasien pindah ruangan.
2. 18-10-2021 S: Nur J
20.30 1. Pasien mengatakan bercak luka kemerahan
belum hilang diseluruh tubuhnya.
O:
1. Ada macula eritemia morbiliformis.
2. Ada erosi minimal seluruh tubuh,
3. Tidak ada bula.
4. Tidak ada pus.
5. Kerusakan jaringan dari skala 1 (meningkat).
6. Kerusakan lapisan kulit dari skala 1
(meningkat).
7. Nyeri dari skala 1 (meningkat) menjadi skala 3
(sedang).
8. Kemerahan dari skala 1 (meningkat).
9. Perfusi jaringan skala 3 (sedang).
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dihentikan, pasien pindah ruangan.
3. 18-10-2021 S: Nur J
20.30 1. Pasien mengatakan masih sulit menelan,
2. Pasien mengatakan nafsu makan menurun
karena sakit tenggorokan, bibir bengkak dan
pecah-pecah.
O:
1. BB: 70 kg.
2. Di mulut terdapat krusta haemoragic.
3. Albumin: 3.2
4. Reflek menelan skala 1 (menurun).
5. Usaha menelan skala 1 (menurun).
6. Penerimaan makanan dari skala 1 (memburuk).
menjadi skala 2 (cukup memburuk).
A:
Masalah belum teratasi.
P:
Intervensi dihentikan, pasien pindah ruangan.