Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PRAKTIK
MATA KULIAH DETEKSI DINI PENYAKIT TIDAK MENULAR
DETEKSI DINI KURANG ENERGI KRONIK PADA WANITA USIA
SUBUR

Disusun Oleh :

Isnanda Fitra Permata P07131320010


Aurelia Rifkha Anyndie P07131320011
Juang Buana Brilliant P07131320016
Dani Zulfa Kotrunnada P07131320017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA ALIH JENJANG
JURUSAN GIZI
2020
2

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan dengan judul “Deteksi Dini Permasalahan Kurang Energi Kronik (KEK)
pada Wanita Usia Subur (WUS)” guna memenuhi Tugas Praktik Mata Kuliah
Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular.

Penyusun menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga


dalam menyelesaikan laporan ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Nur Hidayat, SKM, M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Deteksi
Dini Penyakit Tidak Menular
2. Ibu Vitria Dwi Wulansari, S.ST selaku PLP Mata Kuliah Deteksi Dini
Penyakit Tidak Menular
3. Masyarakat di daerah Sleman, Kulonprogo, dan Kaliwedi yang
berkenan untuk menjadi subjek penelitian
4. Serta berbagai pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penyusun juga bagi para pembaca.
Yogyakarta,

Tim Penyusun
3

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................................6
C. Tujuan ..........................................................................................................6
D. Manfaat .........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................9
B. Khalayak Sasaran ..........................................................................................9
C. Metode...........................................................................................................9
D. Waktu dan Tempat ........................................................................................9
E. Sarana dan Alat .............................................................................................9
F. Prosedur ........................................................................................................9
G. Teknik Penarikan Kesimpulan ...................................................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................11


BAB V PENUTUP .................................................................................................17
A. Kesimpulan .................................................................................................17
B. Saran ............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan seseorang yang menderita


kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang ditandai dengan
lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm sehingga mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan. Kurang Energi Kronis (KEK) dapat terjadi pada wanita usia
subur (WUS) dan ibu hamil (Irianto, 2014).

Prevalensi Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil tahun 2013 secara
nasional yaitu sebesar 24,2% dan menurun menjadi 17,3% pada tahun 2018
(Riskesdas, 2018). Menurut data Dinas Kesehatan DIY, prevalensi ibu hamil yang
menderita Kurang Energi Kronis (KEK) di DIY tahun 2015 sampai dengan tahun
2017 mengalami peningkatan. Prevalensi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
pada tahun 2015 adalah 9,11% danmeningkat pada tahun 2016 sebesar 10,39%
dan kembali naik menjadi 10,70% pada tahun 2017 (Dinkes DIY, 2018).

Dampak yang ditimbulkan pada KEK yaitu bisa menyebabkan tubuh


mudah lelah, pucat, lemas dan mengalami kesulitan dalam proses persalinan. Ibu
hamil dengan KEK beresiko lebih tinggi mengalami anemia, pendarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal. Pada saat proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan prematur/sebelum waktunya,
pendarahan postpartum dan terhadap janin dapat mengakibatkan abortus,
kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intrapartum, lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR).

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) pada wanita usia subur (WUS)
dan ibu hamil merupakan salah satu cara deteksi dini untuk mengetahui kelompok
beresiko Kekurangan Energi Kronis (KEK), yang mudah dan dapat dilakukan oleh
5

masyarakat awam (Depkes RI,1994 dalam Supariasa,2016). Lebih lanjut menurut


Supariasa dkk (2016) menyatakan bahwa ambang batas LLA Wanita Usia Subur
(WUS) dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA
kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR). Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai risiko kematian, gizi
kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.

Hasil penelitian di Tampa Padang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat


diperoleh hasil terdapat hubungan pola makan dengan kejadian KEK pada ibu
hamil (Rahmaniar, Nurpudji, & Taslim., 2011 ). Pola makan sehari-hari dari ibu
hamil dipengaruhi juga dengan adanya kepercayaan pantang mengkonsumsi
terhadap jenis makanan tertentu dengan alasan apabila di konsumsi pada saat
hamil akan mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan atau akibat yang
lainnya sehingga asupan makanan pada ibu hamil menjadi kurang dari yang
seharusnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahirawati tahun 2014 yang menunjukkan


terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan atau status ekonomi dengan
angka kejadian KEK pada ibu hamil (p = 0,009).8 Keluarga ibu hamil dengan
kejadian KEK yang berpendapatan rata-rata < Rp 1.120.000,- lebih banyak
sebesar 29,9%, sedangkan keluarga ibu hamil dengan kejadian tidak KEK yang
berpendapatan rata-rata < Rp. 1.120.000,- sebesar 18,3%.8

Berdasarkan latar belakang tersebut maka sangat perlu dilakukan kegiatan


deteksi dini penyakit tidak menular (PTM) pada kelompok usia dewasa mengenai
kejadian KEK. Deteksi dini pada PTM ini menggunakan beberapa indikator yaitu
Memiliki penyakit infeksi, Pengetahuan mengenai KEK, Pola makan utama
,pendapatan keluarga dan LLA
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan penelitian ini adalah
seberapa besar kejadian KEK dengan menggunakan pendekatan indikator.

C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan deteksi dini penyakit tidak menular ini untuk
mengetahui besaran kejadian KEK dengan menggunakan pendekatan
indikator.

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mahasiswa
mengenai melakukan deteksi dini penyakit tidak menular yaitu KEK.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi masyarakat
tentang masalah kejadian KEK.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deteksi dini
Pengertian deteksi dini adalah sebuah proses pengungkapan akan adanya
kemungkinan mengidap suatu penyakit. Untuk menghindari terjadinya sakit,
maka perlu upaya sedini mungkin untuk mengenal kondisi, maka dari itu
harap diketahui faktor-faktor yang menimbulkan gangguan dan gejala-
gejalanya sebagai bentuk deteksi diagnosis. Deteksi yang biasa dilakukan
ialah mengenali gejala-gejala abnormalitas (ketidakwajaran) pada suatu
penyakit.
B. Kekurangan energi kronik (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status
gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber
energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun
(Rahmaniar et al, 2011).
C. Dampak KEK
Menurut Lubis (2003) bahwa dampak yang dapat KEK, antara lain :
1. Seseorang yang KEK jika hamil, Dampak dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu, antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Sehingga
akan meningkatkan angka kematian ibu
2. Dampak pada Persalinan Pengaruh terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan premature atau
sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan
tindakan operasi caesar cenderung meningkat.
3. Dampak pada janin seseorang yang KEK dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan dan lahir dengan BBLR.
D. Faktor resiko KEK
1. Menurut penelitian hamid, dkk yang berjudul “Analisis Faktor Risiko
Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota
8

Makassar” penyakit infeksi merupakan faktor risiko KEK pada wanita


prakonsepsi dan pengetahuan gizi merupakan faktor protektif KEK pada
wanita prakonsepsi.
2. Menuryt penelitian rahayu dkk, 2018 dalam penelitian yang berjudul “Pola
Makan Dan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Kekurangan Energi
Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Trimester Ii” terdapat hubungan antara
pola makan dan pendapatan keluarga dengan kejadian kekurangan energi
kronik di Puskesmas Grogol Kediri.
3. Menurut pengertian furqi, 2016 dalam penelitian yang berjudul “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik
(Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Halmahera Semarang” hasil
penelitian terdapat hubungan antara jumlah asupan protein ibu hamil
dengan kejadian KEK
4. Menurut penelitian ariyani, dkk 2012 pada penelitian yang berjudul
“Validitas Lingkar Lengan Atas Mendeteksi Risiko Kekurangan Energi
Kronis pada Wanita Indonesia” hasil penelitian Hasil penelitian ini ialah
ambang batas LiLA yang paling optimal untuk mendeteksi risiko KEK di
Indonesia berada pada titik 24,95 cm (Se = 85%; Sp = 75%). Terdapat
perbedaan ambang batas antarprovinsi tetapi tidak lebih dari 2 cm,
terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (23,95 cm) dan tertinggi di
Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo (25,95 cm). LiLA mempunyai
korelasi yang kuat (r = 0,67; nilai p < 0,000) dengan IMT.
Direkomendasikan untuk menggunakan ambang batas LiLA 24,95 cm
untuk mendeteksi risiko KEK wanita usia 20 – 45 tahun, sementara 23,5
cm untuk outcome kehamilan, yaitu morbiditas dan mortalitas bayi.
9

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Khalayak Sasaran
Sasaran pada kegiatan skrining ini yaitu wanita usia subur berusia 18-50
tahun

B. Metode (bentuk kegiatan) yang Digunakan


Metode yang digunakan untuk skrining yaitu pengukuran dengan
antropometri untuk mendapatkan data LILA, berat badan, dan tinggi badan
serta wawancara untuk mendapatkan data riwayat penyakit infeksi,
pengetahuan, asupan lauk hewani dan nabati, dan pendapatan keluarga.

C. Waktu dan Tempat Kegiatan


Waktu : 13 Oktober 2020 – 19 Oktober 2020
Tempat : di sekitar lingkungan pengambil data masing-masing

D. Sarana dan Alat yang Digunakan


1. Pita LILA
2. Timbangan
3. Microtoa
4. Formulir skrining
5. Alat tulis

E. Prosedur
1. Persiapan formulir skrining dan alat yang akan digunakan
2. Melakukan kunjungan ke rumah responden dan melakukan penjelasan
mengenai kegiatan
3. Melakukan pencatatan identitas dan wawancara skrining
4. Melakukan pengukuran kegiatan pengukuran antropometri (LILA, BB,
TB)
10

F. Teknik Penarikan Kesimpulan


Teknik penarikan kesimpulan kegiatan ini yaitu secara induktif.
Induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat khusus menuju
hal yang bersifat umum. Hal ini ditunjukkan pada formulir skrining,
penilaian dimulai berdasarkan komponen tertentu (khusus) seperti penyakit
infeksi, LILA, pengetahuan, asupan lauk hewani dan nabati, pola makan,
dan pendapatan keluarga kemudian skor dari semua komponen tersebut
disimpulkan menjadi kesimpulan umum (berisiko/tidak berisiko).
11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Perancangan form skrining kurang energy kronik (KEK) pada


wanita usia sbur (WUS) dilakukan setelah menelaah beberapa jurnal
terkait determinan KEK. Adapun indicator-indikator yang dapat
mendeteksi permasalahan KEK pada WUS yaitu:

1. Penyakit infeksi
Menurut penelitian yang dilakukan Hamid dan Salam (2014)
wanita yang pernah menderita penyakit infeksi memiliki peluang yang
lebih besar untuk menderita KEK dibandingkan dengan responden
yang tidak pernah menderita penyakit infeksi. Hasil uji statistik
diperoleh perbedaan proporsi asupan gizi baik makro dan mikro
dengan KEK dengan nilai OR 10,71 artinya responden yang pernah
menderita infeksi beresiko KEK 10,71 kali dibandingkan responden
yang tidak pernah menderita penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir.
Jenis penyakit infeksi yang paling sering dialami responden adalah
diare, kecacingan dan ISPA

2. Pengetahuan mengenai KEK


Penelitian yang dilakukan Hamid dan Salam (2014) juga
menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan kurang memiliki
peluang lebih besar untuk menderita KEK. Hasil uji statistik diperoleh
ada perbedaan proporsi pengetahuan gizi dengan KEK dengan nilai
OR 0,06 artinya responden dengan pengetahuan gizi baik memiliki
pengaruh pencegahan 0,06 kali menderita KEK dibandingkan
responden dengan pengetahuan gizi kurang. Pengetahuan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan
konsumsi makanan. Seseorang yang memiliki pengetahuan baik
12

tentang suatu hal maka akan cenderung mengambil keputusan yang


tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan yang
berpengetahuan rendah.

3. Konsumsi protein
Penelitian yang dilakukan oleh Furqi (2016) menyebutkan bahwa
asupan protein berpengaruh terhadap kejadian KEK dimana ibu hamil
beresiko KEK 14,5 kali lipat apabila tidak mendapatkan asupan
protein yang cukup. Perolehan protein yang cukup didapatkan apabila
mengonsumi lauk hewani dan nabati setiap kali makan sesuai dengan
anjuran isi piringku.

4. Pola makan utama 3x/hari (Makanan berpati, sayur, lauk hewani, lauk
nabati)

Pola makan adalah sejumlah dan jenis susunan makanan yang


dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam suatu hidangan
lengkap yang dikonsumsi setiap hari dan sering dipersiapkan berulang-
ulang Pola makan seimbang terdiri dari berbagai makanan dalam jumlah
dan proporsi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Pola
makan yang tidak seimbang akan menyebabkan ketidakseimbangan zat
gizi yang masuk kedalam tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan gizi atau sebaliknya pola konsumsi yang tidak seimbang juga
mengakibatkan zat gizi tertentu berlebih dan menyebabkan terjadinya gizi
lebih. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sagita (2019)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan
kejadian KEK pada ibu hamil.

5. Pendapatan keluarga
Pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah biasanya sebagian
besar pendapatan akan dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan makan.
Status ekonomi keluarga akan menentukan jenis makanan yang dibeli.
13

Semakin tinggi penadapatan maka semakin banyak pula pemenuhan


kebutuhan akan makanan. Pendapatan keluarga merupakan jumlah
penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah
tangga. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sagita (2019)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan keluarga
dengan kejadian KEK pada ibu hamil.

Berikut ini adalah form skrining berdasarkan lima indicator diatas

Form Screening KEK Dewasa


Nama :
Alamat :
Usia :
JK :
TB :
BB :
LiLA :
No Indikator Skor
Memiliki penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir
1. 2
(cacingan, ISPA, diare)
Pengetahuan mengenai KEK rendah/tidak pernah
mendapat informasi mengenai KEK (tidak dapat
2. 1
mengetahui salah satu jawaban dari pretes verbal yang
diberikan mengenai KEK, sebab, akibat)
Tidak mengkonsumsi lauk hewani dan nabati setiap
3. kali makan 2

4. Pola makan utama <3x/hari 1


5. Pendapatan keluarga <Rp. 600.000/bulan 1
Total

Lebih dari sama dengan 2 (≥2) beresiko KEK

Point 1 dan 3 memiliki skor 2 karena merupakan penyebab langsung KEK


sedangkan 3 point lainnya memiliki skor 2 karena merupakan penyeba tidak
langsung dari kejadian KEK pada WUS. Berdasarkan skrining KEK pada WUS
14

yang dilakukan di wilayah Sleman, Kulonprogo, dan Kaliwedi menggunakan


form diatas didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Screening Subjek

Jenis Total
Nama Usia Kela TB BB LLA Skor Kesim
No (inisial) Alamat (th) min (cm) (kg) (cm) Skrining pulan
1 Gn Sleman 27 P 157 51,6 24,5 1 TBK
2 Ik Sleman 33 P 158 50,2 27,4 1 TBK
3 Ln Sleman 24 P 156 49,1 25 1 TBK
4 R Sleman 23 P 150,1 49,6 25,5 1 TBK
5 Ar Sleman 24 P 145 48,7 28 2 BK
6 RR Sleman 24 P 155 45 21,5 1 TBK
7 Nn Sleman 22 P 154 47,6 25 3 BK
8 Vc Sleman 24 P 158 56,4 26,5 1 TBK
9 FF Sleman 27 P 155 50 25 1 TBK
10 Id Sleman 50 P 152 58 28 1 TBK
11 AK Sleman 26 P 155 58 25 1 TBK
12 fc Kaliwedi 20 P 158 50 29 1 TBK
13 ct Kaliwedi 25 P 160 55 28,5 1 TBK
14 dff Kaliwedi 30 P 155 49 28 1 TBK
15 at Kaliwedi 35 P 153 47 25 1 TBK
16 kl Kaliwedi 27 P 150 40 23 1 TBK
17 nm Kaliwedi 31 P 151 46 24 1 TBK
18 ni Kaliwedi 30 P 155 43 22 2 BK
19 vau Kaliwedi 39 P 157 55 26 1 TBK
20 nfz Kaliwedi 45 P 150 56 27 1 TBK
21 ts Kaliwedi 19 P 159 51 25,5 1 TBK
22 kl Kaliwedi 26 P 155 49 24,5 1 TBK
23 s Kaliwedi 45 P 157 51 23,5 2 BK
15

24 k Kaliwedi 43 P 161 50 26 1 TBK


25 jfh Kaliwedi 22 P 148 42 24 1 TBK
26 fa Kaliwedi 23 P 160 58 28 2 BK
27 EV Kulon Progo 21 P 150 45 24,5 1 TBK
28 CW Kulon Progo 21 P 155 49 25 0 TBK
29 LM Kulon Progo 24 P 160 55 24 2 BK
30 CP Kulon Progo 27 P 150 37 21 2 BK
31 ST Kulon Progo 43 P 145 56 28 1 TBK
32 MA Kulon Progo 28 P 160 50 25 3 BK
33 DB Kulon Progo 27 P 157 52 25,7 1 TBK
34 PL Kulon Progo 33 P 155 55 30 1 TBK
35 NY Kulon Progo 20 P 158 52 29 2 BK
36 AN Kulon Progo 23 P 158 46 24 1 TBK
37 PE Kulon Progo 25 P 159 54 24,5 2 BK
38 RF Kulon Progo 27 P 153 37 19 2 BK
39 NA Kulon Progo 18 P 150 48 22 1 TBK
40 NS Kulon Progo 36 P 160 60 24 1 TBK
41 H Sleman 35 P 153 57 25 1 TBK
42 GCI Sleman 27 P 154 57 25 1 TBK
43 BH Sleman 56 P 160 65 25,5 1 TBK
44 NA Sleman 24 P 157 60 24 1 TBK
45 TR Sleman 38 P 145 71 33,9 0 TBK
46 RS Sleman 37 P 156 75 31 0 TBK
47 S Sleman 40 P 156 80 33 0 TBK
48 NL Sleman 27 P 147,2 60,4 27,4 1 TBK
49 AM Sleman 45 P 170 69 33 0 TBK
50 W Sleman 27 P 154 67 31 1 TBK

*BK = Beresiko KEK


*TBK = Tidak Beresiko KEK
16

B. Pembahasan

Hasil pengukuran menunjukkan 11 WUS beresiko KEK, 3 orang


diantaranya memiliki LiLA dibawah 23,5 cm. Data kemudian diolah dan
didapatkan hasil sensitivitas dan spesifisitas sebagai berikut:

Tabel 2. Akumulasi data berdasarkan LiLA dan skor skrining

<23,5 >23,5 Total

Beresiko 3 (a) 8 (b) 11

Tidak 36
3 (c) 39
Beresiko (d)

Total 6 44 50

1) Sensitivitas

Hasil sensitivitas form skrining terhadap status KEK (LiLA <23,5)


menunjukkan angka 0,5 artinya form cukup baik untuk digunakan
sebagai alat deteksi dini kondisi KEK pada WUS

2) Spesifisitas

Hasil spesifisitas form skrining terhadap status KEK (LiLA <23,5)


menunjukkan angka 0,81 artinya form baik untuk digunakan sebagai
alat deteksi dini kondisi KEK pada WUS
17

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dihasilkan form deteksi dini masalah KEK pada WUS berdasarkan


studi literature mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
permasalahan KEK
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi KEK pada WUS yaitu penyakit
infeksi, pengetahuan, konsumsi protein, pola makan, dan pendapatan
3. Hasil sensitivitas form skrining terhadap status KEK (LiLA <23,5)
menunjukkan angka 0,5
4. Hasil spesifisitas form skrining terhadap status KEK (LiLA <23,5)
menunjukkan angka 0,81
5. Form dapat digunakan sebagai instrument deteksi dini permasalahan
KEK pada WUS

B. Saran

1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut terkait faktor-faktor yang


mempengaruhi KEK pada WUS
2. Sensitivitas form skrining menunjukkan angka 0,5 sehingga perlu
adanya perbaikan terhadap form agar sensitivitas semakin tinggi
(mendekati 1)
18

DAFTAR PUSTAKA

Anggiani, F.N. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


kekurangan energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Halmahera
Semarang. Skripsi, Fakultas Kesehatan.
Ariyani, D. E., Achadi, E. L., & Irawati, A. (2012). Validitas lingkar
lengan atas mendeteksi risiko kekurangan energi kronis pada wanita
Indonesia. Kesmas: National Public Health Journal, 7(2), 83-90.
Dinas Kesehatan DIY. 2018. Profil Kesehatan Provinsi DI. Yogyakarta
Tahun 2017. Yogyakarta : Dinkes DIY
Hamid, F., Thaha, A. R., & Salam, A. (2014). Analisis faktor risiko
kekurangan energi kronik (KEK) pada wanita prakonsepsi di Kota Makassar.
Irianto, Koes. 2014. Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi.
Bandung: Alfabeta.
Kemenkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018.
“Hasil Utama RISKESDAS 2018”. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Rahayu, D. T., & Sagita, Y. D. (2019). Pola Makan dan Pendapatan
Keluarga dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil
Trimester II. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(1), 7-18.
Rahmaniar, Andi., Nurpudji A. Taslim., Burhanuddin Bahar. 2011. Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil di
Tampa Padang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Artikel Penelitian:
Konsentrasi Gizi, Program Pascasarjana. Universitas Hasanuddin Makassar

Anda mungkin juga menyukai