OLEH :
2214901067
4. Manifestasi Klinis
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu
disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu :
a. Penyempitan uretra yang meneybabkan kesulitan berkemih
b. Retensi urine dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih,
hipertrofi kanudng kemih dan cystitis (Hidayat, 2009).
Menurut Haryono (2012) tanda dan gejala pada pasien dengan BPH meliputi:
Gelaja obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai
dengan mengejan.
1) Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam
mempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
2) Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
3) Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra.
4) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas.
b. Gejala iritasi
1) Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
2) Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya
dapat terjadi pada malam dan siang hari.
3) Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing
Tanda-tanda diatas merupakan keluhan yang terjadi pada saluran kemih bagian
bawah. Selain itu adapun gejala yang terjadi yaitu :
a. Gejala pada sluran kemih bagian atas yaitu : Nyeri pinggang, demam
(infeksi), hidronefrosis.
b. Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit
hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan
pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra
abdominal (Sjamsuhidajat, 2005).
Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan, anoreksi,
mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik (Brunner &
Suddarth, 2001).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
a. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter
anus mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan
prostat.
b. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga
keadaan buli-buli termasuk residual urine.
c. Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red
Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau
hematuria (prabowo dkk, 2014).
d. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan
internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan
diperiksa jumlah sel darah merahnya.
e. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai
data pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
f. PA (Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel
jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui
apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga akan menjadi
landasan untuk treatment selanjutnya.
6. Penatalaksanaan
Menurut Haryono (2012) penatalaksaan BPH meliputi :
a. Terapi medikamentosa
1) Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
2) Penghambat enzim, misalnya finasteride
3) Fitoterapi, misalnya eviprostat
b. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala
dan komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah meliputi:
1) Prostatektomi
a) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode
mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen yaitu suatu
insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan kelenjar
prostat diangkat dari atas.
b) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar
melalui suatu insisi dalam perineum.
c) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih
umum di banding [endekatan suprapubik dimana insisi
abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat yaitu
antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki
kandung kemih.
2) Insisi Prostat Transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan
instrumen melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar
prostat berukuran kecil (30 gr / kurang) dan efektif dalam
mengobati banyak kasus dalam BPH.
3) Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop dimana resektroskop merupakan
endoskopi dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang di
lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang di sambungkan
dengan arus listrik.
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Setiadi,2012).
Menurut Padila (2012), data yang perlu dikaji yaitu:
a. Anamnesa
1) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah
sakit (MRS), dan diagnosis medis. Pada pasien BPH biasanya
sering dialami oleh pasien laki-laki diatas umur 45 tahun.
1. Pre-Operasi
Data Subjektif :
Klien mengatakan nyeri saat berkemih
Sulit kencing
Frekuensi berkemih meningkat
Sering terbangun pada malam hari untuk miksi
Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda
Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih
Pancaran urin melemah
Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak
kosong dengan baik, merasa letih, tidak nafsu makan, mual
dan muntah
Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan
dilakukan
Data Objektif :
Ekspresi wajah tampak menahan nyeri
Terpasang kateter
2. Post-Operasi
Data Subjektif
Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan
setelah operasi
Data Objektif
Ekspresi tampak menahan nyeri
Ada luka post operasi tertutup balutan
Tampak lemah
Terpasang selang irigasi, kateter, infus
1) Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah
masalah urinari yang dialami oleh pasien.
2) Pengkajian Fisik
Gangguan dalam berkemih seperti : Sering berkemih,
terbangun pada malam hari untuk berkemih, perasaan ingin
miksi yang sangat mendesak, Nyeri pada saat miksi,
pancaran urin melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,
jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat
berkemih, aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus
menetes setelah berkemih, ada darah dalam urin, kandung
kemih terasa penuh, nyeri di pinggang, punggung, rasa
tidak nyaman di perut, urin tertahan di kandung kencing,
terjadi distensi kandung kemih
Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual
muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik
Kaji status emosi : cemas, takut
Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
Kaji tanda vital
3) Kaji Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan radiografi
b. Urinalisa
c. Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urine
d. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien dan
keluarga tentang keadaan dan proses penyakit, pengobatan
dan cara perawatan di rumah
2. Diagnosa Keperawatan
Rencana Perawatan
Intervensi
Intervensi
Intervensi
Intervensi
- Menggigil berkurang
Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien
- Suhu tubuh dalam rentan normal
Rasional: mengetahui penyebab hipotermia sehingga dapat
membantu dalam pemberian intervensi
- Suhu teraba hangat
Rasional: untuk mengetahui perburukan kondisi akibat hipotermia
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan insisi area bedah vaskuler
(tindakan pembedahan), reseksi bladder, kelainan profil darah.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ….x24 jam
diharapkan tidak terjadi perdarahan dengan kriteria kriteria hasil:
- Klien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Urine lancar lewat kateter
Intervensi
- Jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah
pembedahan dan tanda-tanda perdarahan.
Rasional: Menurunkan kecemasan klien dan mengetahui tanda-
tanda perdarahan.
- Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalam saluran
kateter.
Rasional: Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan
peregangan dan perdarahan kandung kemih
- Sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk
memudahkan defekasi
Rasional: Dengan peningkatan tekanan pada fosa prostatik yang
akan mengendapkan perdarahan
- Mencegah pemakaian termometer rektal, pemeriksaan rektal atau
huknah, untuk sekurang-kurangnya satu minggu
Rasional: Dapat menimbulkan perdarahan prostat
- Pantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapantraksi
dilepas.
Rasional: Traksi kateter menyebabkan pengembangan balonke sisi
fosa prostatik, menurunkan perdarahan. Umumnya dilepas 3-6 jam
setelah pembedahan
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam, masukan dan keluarnya
warna urine
Rasional: Deteksi awal terhadap komplikasi, dengan intervensi
yang tepat mencegah kerusakan jaringan yang permanen.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ….x24 jam
diharapkan klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dengan
kriteria hasil :
- Klien tidak mengalami infeksi.
- Dapat mencapai waktu penyembuhan.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal dan tidak ada tanda-tanda
syok.
Intervensi
Intervensi
Intervensi
3. Implementasi
Implementasi adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Menurut Wahyuni (2016) implementasi tindakan
keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
professional antara lain:
a. Independent yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat
tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
b. Interdependent yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja
sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli
gizi, fisioterapi dan dokter.
c. Dependent yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis
Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Efendi & Makhfudli, 2010).
Implementasi keperawatan terdiri dari 7 proses yaitu:
Ketidaktepatan
aktivitas sel Hyperplasia pada epitel dan
punca stroma pada kelenjer prostat
Trauma
Merangsang Persepsi NYERI AKUT
bekas insisi Traksi kateter
nosiseptor nyeri
Kurang Pembatasan
informasi gerak
pasca bedah
Ganguan
Mobilitas Fisik
Daftar Pustaka
Azizah, L. (2018). Asuhan Keperawatan Klien Post Operasi Bph (Benign Prostatic
Hyperplasia) Dengan Masalah Nyeri Akut Di Rumah Sakit Panti Waluya
Malang. Jurnal Keperawatan, 2.
Basuki B. Purnomo. 2000. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV Sagung Seto. h. 1- 4.
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition-Section 4 Chapter 19, The
McGraw-Hill Companies, Inc, United States.
Haryono, Rudi.2012. Keperawatan medical bedah system perkemihan.Yogyakarta
:rapha publishing
Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI, T. P. S. D. (2017). Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: DPP PPNI.
Prabowo Eko dan Pranata Eka. 2014 .Buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika
Saputra, R. N. I. (2016). Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Pasien Benign Prostate
Hyperplasia (BPH) Periode Januari 2013 – Desember 2015 Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. [KTI]. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/50788/3/RISKI_NOVIAN_INDRA_SAPUTRA_22
010112110111_Lap.KTI_BAB_II.pdf pada 3 desember 2022
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Proses Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: EGC.
Skinder D, Zacharia I, Studin J, Covino J . Benign Prostatic Hyperplasia. Journal of
the American Academy of Physician Assistants. 2016;29(9):19-23
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Widijanto G. 2011. Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit.
PT
Indeks Permata Puri Media : Jakarta BaratYustiana Olfah. (2016). Bahan Ajar Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan. Kementerian Kesehatan RI