Oleh:
NETI WAHYUNINGRUM
20117094
Obstruksi atau sumbatan bisa begitu parah sehingga tidak ada urin yang dapat
meninggalkan kandung kemih sama sekali.Hal ini dapat berbahaya karena urine
terperangkap di dalam kandung kemih bisa menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK)
dan merusak ginjal.
B. MANIFESTASI KLINIS
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di
luar saluran kemih.
4) Warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.
Berdasarkan gambaran klinik hipertrofi prostat dapat dikelompokan dalam empat
derajat gradiasi sebagai berikut :
Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urine
5) Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai
tanda dan gejala:
a) Hemorogi
Hematuri
Peningkatan nadi
Tekanan darah menurun
Gelisah
Kulit lembab
Temperatur dingin
b) Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat
c) Gejala-gejala intoksikasi air secara dini:
Bingung
Agitasi
kulit lembab
anoreksia
mual
muntah
C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang
pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat
kaitannya dengan terjadinya BPH adalah proses penuaan Ada beberapa factor
kemungkinan penyebab antara lain :
1. Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari
kelenjar prostat.
5. Teori sel stem
Teori sel steam menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel steam sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan
E. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia, selain adanya testis yang
fungsional sejak pubertas (faktor hormonal). Dari berbagai studi terakhir ditemukan
hubungan positif antara BPH dengan riwayat BPH dalam keluarga, kurangnya aktivitas
fisik, diet rendah serat, konsumsi vitamin E, konsumsi daging merah, obesitas, sindrom
metabolik, inflamasi kronik pada prostat, dan penyakit jantung.
F. PATOFISIOLOGI
H. PENGOBATAN
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung
pada stadium-stadium dari gambaran klinis.
1) Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan
pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti
alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap
keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun
kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
2) Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
3) Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan
prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam.
Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan
melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
4) Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi
urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive
dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Sedangkan cara untuk menangani BPH dengan tingkat keparahan gejala sedang hingga
parah adalah melalui operasi, yaitu:
a) Reseksi Prostat Transuretral (TURP)
Prosedur yang dilakukan dengan bantuan alat yang disebut resektoskop ini
bertujuan untuk menurunkan tekanan pada kandung kemih dengan cara
menghilangkan kelebihan jaringan prostat. Efek samping operasi TURP adalah
pembengkakan uretra. Karena itu pasien yang menjalani TURP biasanya tidak
akan bisa berkemih secara normal selama dua hari dan harus dibantu dengan
f) Prostatektomi terbuka
Di dalam prosedur ini, dokter akan mengangkat prostat secara langsung melalui
irisan yang dibuat pada perut. Prosedur ini awalnya dianggap sebagai prosedur
paling efektif untuk mengobati kasus BPH parah. Namun seiring munculnya
metode lain, seperti operasi prostat transuretral, prostatektomi terbuka jarang lagi
digunakan pada saat ini.
g) Holmium Laser Enucleation of the Prostate (HoLEP)
Tujuan prosedur ini sama seperti TURP, yaitu untuk menurunkan tekanan pada
kandung kemih dengan cara menghilangkan kelebihan jaringan prostat. Di dalam
HoLEP, jaringan prostat berlebih akan dihilangkan dengan sinar laser dari sebuah
alat khusus yang dimasukkan melalui uretra.
Laporan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Page 8
h) Prostatic Urethral Lift Implants
Tujuan dilakukannya prosedur ini adalah untuk meredakan gejala-gejala gangguan
berkemih dengan cara mengganjal pembesaran prostat agar tidak menyumbat
saluran uretra menggunakan sebuah implan kecil. Dibandingkan dengan TURP
atau TUIP, risiko terjadinya efek samping berupa gangguan fungsi seksual dan
kerusakan jaringan dalam prosedur prostatic urethral lift implants terbilang lebih
kecil.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin
beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati
prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000)
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko
urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria.
Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan
pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
Daftar Pustaka:
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Muhlisin, Ahmad. 2017. BPH: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. Diakses pada tanggal
20 Desember 2017 pk. 17.48. https://mediskus.com/bph
Alodokter. 2017. Pengertian BPH. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017 pk. 17.50.
http://www.alodokter.com/bph-benign-prostatic-hyperplasia