Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

A. PENGERTIAN
  Hiperplasia  prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker,(Corwin, 2000).
  Hiperplasia  prostat jinak  (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.Price&Wilson
(2005).
  Hiperplasia  prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak
bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang seringmenyebut
nya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalahhyperplasia (Sabiston,
David C,2004)

BPH (Hiperplasia prostat benigna)


 adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostatmengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbataliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH merupakan
kondisi patologis yang paling umum pada pria. (Smeltzer dan Bare, 2002).

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang eratkaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan.
Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. DihydrotestosteronPeningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma darikelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen– testoteronPada proses penuaan pada pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunantestosteron yang mengakibatkan hiperplasi
stroma.
3. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunantransforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang matiEstrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel darikelenjar prostat
5. Teori sel stemSel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transitBPH
(BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
C. TANDA DAN GEJALA
1. Gejala iritatif meliputi :
a. Peningkatan frekuensi berkemih 
b. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
c. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
d. Nyeri pada saat miksi (disuria)

2. Gejala obstruktif meliputi :


a. Pancaran urin melemah 
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
c. Kalau mau miksi harus menunggu lama
d. Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
f. Urin terus menetes setelah berkemih
g. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia
karena penumpukan berlebih.
h. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampahnitrogen)
dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidaknyaman
pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
a. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas,frekuensi
kencing bertambah terutama pada malam hari 
b. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktumiksi
terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
c. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbulaliran
refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.

D. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang
ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi
dehidrosteron (DHT) dalam
sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkaninsk
ripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormonPada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg
disebabkanoleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut.
Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitelHal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic
fibroblast growth factor (b-FGF)dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan
konsentrasi yang lebih besar
pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-
reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkimsinus
urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.Proses pembesaran prostat
terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada salurankemih juga terjadi secara
perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi
pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta o
totdetrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase
penebalandetrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadilelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksisehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis
dandisfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu
:Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awaldan
menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat
yangmembesar.

Hesitancy
 (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkanwaktu yang lama
untuk dapat melawan resistensi uretra.
  Intermittency
 (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasiresistensi uretra sampai
akhir miksi.
Terminal dribbling 
 dan rasa belum puas sehabis miksiterjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-
buli. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidaklengkap
pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.Frekuensi terutama terjadi pada malam
hari (nokturia) karena hambatan normal darikorteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra
berkurang selama tidur.Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi) jarangterjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi
kontraksiinvolunter,Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya
penyakit urinkeluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai
compliencemaksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.Hematuri
biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat yang
membesar.Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatik,sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya
terjadidilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal
ginjal.Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap
beradadalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.Karena selalu
terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu inidapat menambah keluhan
iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pulamenimbulkan sistiitis dan bila terjadi
refluks dapat terjadi pielonefritis.Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan
dapat menyebabkanhernia dan hemoroid.

E. WOC

Terlampir

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,eritrosit,
bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologilain seperti
keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPHsendiri dapat
menyebabkan hematuri.Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari
fungsi ginjaldan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (  PSA)
 dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.Sed
angkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD)yaitu PSA
serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat,
demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
Pemeriksaan darah lengkap

Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek pembekuan
harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderitaBPH karena usianya
yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.Pemeriksaan darah mencakup
Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,golongan darah, Hmt, trombosit, BUN,
kreatinin serum.

 Pemeriksaan radiologis

Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi.
Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residuuri
n. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjalatau buli-buli.
Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari
keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihats
upresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter
berbelok- belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,meme
riksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.BNO /IVP untuk menilai apakah ada
pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayanganradioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk
melihat /mengetahui fungsi ginjal apakahada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat
sebelum, sementara dan sesudahisinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya
tumor, divertikel.Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin.
Sesudahkencing adalah untuk menilai residual urin

 
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati pr
ostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapatmengakibatk
an gagal ginjal. (Corwin, 2000).

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik


mengakibatkan penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekananintraa
bdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam vesikourinaria akan
membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan hematuria.Selain itu, stasis urin dalam
vesika urinaria menjadikan media pertumbuhanmikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005) BPH (BENIGNA
PROSTAT HIPERPLASIA)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien.Jika
pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih makakateterisasi segera
dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logamdengan tonjolan kurva
prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih(sitostomi supra pubik) untuk
drainase yang adekuat.

 Jenis pengobatan pada BPH antara lain:

Observasi (watchfull waiting)

Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalahmengurangi
minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan,
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agartidak terlalu sering miksi.
Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur

Terapi Medika Mentosa

Penghambat adrenergik a (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di leher
vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars
prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.- Penghambat enzim 5-a-
reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostatyang membesar akan mengecil.Terapi
bedahTergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah
yaitu:- Retensi urin berulang-
Hematuri- Tanda penurunan fungsi ginjal- Infeksi saluran kemih berulang- Tanda obstruksi berat se
perti hidrokel- Ada batu saluran kemih.

1. Prostatektomi

Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan optikaldimasukan


secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihatsecara langsung.
Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik.Prostatektomi transuretral jarang
menimbulakan disfungsi erektil tetapi dapatmenyebabkan ejakulasi retrogard karena pengangkatan
jaringan prostat pada kolumkandung kemih dapat menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah
belakang ke dalamkandung kemih dan bukan melalui uretra.

 a. Prostatektomi Supra pubis.

Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatuinsisi yang
dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas. 

b. Prostatektomi Perineal.

Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis
dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh lagiinkontinensia,
impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugianlain adalah kemungkinan
kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidangoperatif terbatas.

c. Prostatektomi retropubik.

Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara
arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah periode
pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.Pembedahan seperti
prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yangmengalami hiperplasi.

Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi


mencakup perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dandisfu
ngsi seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi,
meskipun pada prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudend
al. Pada kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6sampai 8 minggu
karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi makacairan seminal mengalir ke
dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama uin.Perubahan anatomis pada uretra posterior
menyebabkan ejakulasi retrogard.

Insisi Prostat Transuretral ( TUIP ).

Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melaluiuretra. Satu atau
dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangitekanan prostat pada uretra
dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketikakelenjar prostat berukuran kecil ( 30
gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyakkasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik
rawat jalan dan mempunyai angkakomplikasi lebih rendah di banding cara lainnya.

 
 3. TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakanresektroskop,
dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang
dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkandengan arus listrik. Tindakan ini
memerlukan pembiusan umum maupun spinal danmerupakan tindakan invasive yang masih
dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.

TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikanterhadap
potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-
60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakansecara terus-menerus dengan cairan
isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan
reepitelisasi uretra pars prostatika (Anonim,FKUI,2005).

Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon30 ml,
untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasikanding kemih yang
konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.Kemudian kateter dibilas tiap
4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 harisetelah operasi dan pasien harus sudah
dapat berkemih dengan lancar.TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-
gejala dari sedangsampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk
menjalanioperasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia
atauretensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah
strikturauretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan
tidakmengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10
tahunkemudian.Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transurethral

 TURP BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)


 
 I. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
- Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia
- Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax
- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaanIVP pasien
diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, danmengurangi bicara untuk
meminimalkan masuknya udara

2. Post operasi- Irigasi/Spoling dengan Nacl
a.Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit 
b.Hari pertama post operasi : 60 tetes/menit
c.Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit
d.Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit

e.Hari ke 4 post operasi diklem


f.Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalamkateter bening)
g.Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairanserohemoragis < 50cc)
Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien
sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obatoral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
- DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi- Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
- Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
_Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih, merasakan
tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretralsekitar kateter. Medikasi yang
dapat melemaskan otot polos dapat membantumengilangkan spasme. Kompres hangat pada pubis
dapat membantu menghilangkanspasme.

- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidakduduk terlalu lama


karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan

_ Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih.Latihan perineal
harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.

_ Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernihhingga sedikit
merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan

_ Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya
menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental.Perdarahan vena
diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yangmenahan kateter pada tempatnya
memberikan tekannan pada fossa prostatik

 - Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus- Urin terus menetes setelah berkemih
- Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
- Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan 
-Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas

 b. Data Obyektif
- Ekspresi tampak menahan nyeri
- Ada luka post operasi tertutup balutan
- Tampak lemah
- Terpasang selang irigasi, kateter, infus
3. Riwayat kesehatan :
Riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakitkeluarga, pengaruh BPH
terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
4. Pengkajian fisika. Gangguan dalam berkemih seperti
- Sering berkemih
- Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
-Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
 - Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
-Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih- Ada darah dalam urin- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih 
b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik
c. Kaji status emosi : cemas, takut
d. Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
e. Kaji tanda vital
5. Kaji pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
_Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan 
keluarga tentang keadaan dan proses penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a.      Pre operasi
1.   Retensi urin
2.   Nyeri kronis
3.   Cemas

b .    Post operasi
1.   Nyeri akut
2.   Kurang pengetahuan
3.   Risiko infeksi

11.    Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Kerusakan eliminasi NOC : NIC :
urine urin       Urinary continence Urinary Chateterization
      Urinary elimination          Jelaskan prosedur dasn rasional
Definisi : dari intervensi
Pengosongan kandung Kriteria Hasil :         Sediakan peralartan kateterisasi

kemih yang tidak


1.        Pengeluaran urin dapat         Pertahankan teknik aseptik yang
sempurna diprediksi ketat
2.        Dapat secara sempurna         Masukan secara langsung atau
Batasan karakteristik : dan teratur retensi kateter ke dalam bladder
         Distensi kandung kemihmengeluarkan urin dari         Hubungkan kateter pada kantung
        Sedikit, sering kencing kandung kemih; drainase
atau tidak adanya urin mengukur volume         Amankan kateter pada kulit
yang keluar residual urin < 150 –         Pertaahankan sistem drainase
        Urin jatuh menetes 200 ml atau 25 % dari tertutup
         Disuria total kapasitas kandung         Monitor intake dan input.
        Inkontinentia overflow kemih
         Urin residual 3.        Mengoreksi atau Urinary Retentiuon care
         Sensasi penuh dari menurunkan gejala         Monitor eliminasi urin
kandung kemih obstruksi          Monitor tanda dan gejala retensi
4.        Klien bebas dari urin
Faktor yang berhubungan kerusakan saluran        Ajarkan kepada klien tanda dan
: kemih bagian atas. gejala retensi urin
         Infeksi traktus urinarus          Catat waktu setiap eliminasi urin
         Obstruksi anatomik          Anjurkan klien/keluarga untuk
         Penyebab multiple menmcatat outpout urin
Kerusakan
         sensori          Ambil spesimen urin
motorik          Ajarkan klien meminum 8 gelasa
cairan sehari
         Bantu klien dalam BAK rutin

Fluid management
         Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
         Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
         Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
         Monitor vital sign
         Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
         Lakukan terapi IV
         Monitor status nutrisi
         Berikan cairan
         Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
         Dorong masukan oral
         Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
         Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
         Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
         Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
         Atur kemungkinan tranfusi
         Persiapan untuk tranfusi

2. Nyeri Kronis NOC : NIC :


  Pain Level,
Definisi :   Pain control,
Pain
Sensori yang   Comfort level
tidak
menyenangkan dan
Management
pengalaman emosional Kriteria Hasil :   Lakukan pengkajian nyeri secara
yang muncul secara        Mampu mengontrol komprehensif termasuk lokasi,
aktual atau potensial nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan atau nyeri, mampu kualitas dan faktor presipitasi
menggambarkan adanya menggunakan tehnik   Observasi reaksi nonverbal dari
kerusakan (Asosiasi nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
Studi Nyeri mengurangi nyeri,   Gunakan teknik komunikasi
Internasional): serangan mencari bantuan) terapeutik untuk mengetahui
mendadak atau pelan        Melaporkan bahwa pengalaman nyeri pasien
intensitasnya dari ringan nyeri berkurang dengan   Kaji kultur yang mempengaruhi
sampai berat yang dapat menggunakan respon nyeri
diantisipasi dengan akhir manajemen nyeri   Evaluasi pengalaman nyeri masa
yang dapat diprediksi dan        Mampu mengenali lampau
dengan durasi lebih dari nyeri (skala, intensitas,   Evaluasi bersama pasien dan tim
6 bulan. frekuensi dan tanda kesehatan lain tentang
nyeri) ketidakefektifan kontrol nyeri masa
Batasan karakteristik :       Menyatakan rasa lampau
Laporan secara verbal nyaman setelah nyeri   Bantu pasien dan keluarga untuk
        

atau non verbal berkurang mencari dan menemukan dukungan


Fakta dari observasi
                 Tanda vital dalam   Kontrol lingkungan yang dapat
Posisi
         antalgic untuk rentang normal mempengaruhi nyeri seperti suhu
menghindari nyeri ruangan, pencahayaan dan
Gerakan melindungi
         kebisingan
Tingkah laku berhati-
           Kurangi faktor presipitasi nyeri
hati   Pilih dan lakukan penanganan
Muka topeng
         nyeri (farmakologi, non
Gangguan ti dur (mata
         farmakologi dan inter personal)
sayu, tampak capek, sulit   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, menentukan intervensi
menyeringai)   Ajarkan tentang teknik non
Terfokus
         pada diri farmakologi
sendiri   Berikan analgetik untuk
Fokus
         menyempit mengurangi nyeri
(penurunan persepsi   Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
waktu, kerusakan proses   Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan   Kolaborasikan dengan dokter jika
interaksi dengan orang ada keluhan dan tindakan nyeri
dan lingkungan) tidak berhasil
         Tingkah laku distraksi,   Monitor penerimaan pasien
contoh : jalan-jalan, tentang manajemen nyeri
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang) Analgesic Administration
         Respon autonom (seperti   Tentukan lokasi, karakteristik,
diaphoresis, perubahan kualitas, dan derajat nyeri sebelum
tekanan darah, perubahan pemberian obat
nafas, nadi dan dilatasi   Cek instruksi dokter tentang jenis
pupil) obat, dosis, dan frekuensi
         Perubahan autonomic   Cek riwayat alergi
dalam tonus otot   Pilih analgesik yang diperlukan
(mungkin dalam rentang atau kombinasi dari analgesik
dari lemah ke kaku) ketika pemberian lebih dari satu
         Tingkah laku ekspresif   Tentukan pilihan analgesik
(contoh : gelisah, tergantung tipe dan beratnya nyeri
merintih, menangis,   Tentukan analgesik pilihan, rute
waspada, iritabel, nafas pemberian, dan dosis optimal
panjang/berkeluh kesah)   Pilih rute pemberian secara IV,
         Perubahan dalam nafsu IM untuk pengobatan nyeri secara
makan dan minum teratur
  Monitor vital sign sebelum dan
Faktor yang berhubungan sesudah pemberian analgesik
: pertama kali
Agen injuri (biologi,   Berikan analgesik tepat waktu
kimia, fisik, psikologis) terutama saat nyeri hebat
  Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

3. Nyeri akut b/d cidera NOC :


fisik akibat pembedahan  Pain Level,
NIC :
  Pain control,
Definisi :   Comfort level
Pain
Sensori yang tidak
menyenangkan dan Kriteria Hasil :
Management
pengalaman emosional        Mampu mengontrol   Lakukan pengkajian nyeri secara
yang muncul secara nyeri (tahu penyebab komprehensif termasuk lokasi,
aktual atau potensial nyeri, mampu karakteristik, durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan atau menggunakan tehnik kualitas dan faktor presipitasi
menggambarkan adanya nonfarmakologi untuk   Observasi reaksi nonverbal dari
kerusakan (Asosiasi mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
Studi Nyeri mencari bantuan)   Gunakan teknik komunikasi
Internasional): serangan        Melaporkan bahwa terapeutik untuk mengetahui
mendadak atau pelan nyeri berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
intensitasnya dari ringan menggunakan   Kaji kultur yang mempengaruhi
sampai berat yang dapat manajemen nyeri respon nyeri
diantisipasi dengan akhir        Mampu mengenali   Evaluasi pengalaman nyeri masa
yang dapat diprediksi dan nyeri (skala, intensitas, lampau
dengan durasi kurang frekuensi dan tanda   Evaluasi bersama pasien dan tim
dari 6 bulan. nyeri) kesehatan lain tentang
      Menyatakan rasa ketidakefektifan kontrol nyeri masa
Batasan karakteristik : nyaman setelah nyeri lampau
Laporan secara verbal berkurang
           Bantu pasien dan keluarga untuk
atau non verbal         Tanda vital dalam mencari dan menemukan dukungan
Fakta dari observasi
         rentang normal   Kontrol lingkungan yang dapat
Posisi
         antalgic untuk mempengaruhi nyeri seperti suhu
menghindari nyeri ruangan, pencahayaan dan
Gerakan melindungi
         kebisingan
Tingkah laku berhati-
           Kurangi faktor presipitasi nyeri
hati   Pilih dan lakukan penanganan
Muka topeng
         nyeri (farmakologi, non
Gangguan tidur (mata
         farmakologi dan inter personal)
sayu, tampak capek, sulit   Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, menentukan intervensi
menyeringai)   Ajarkan tentang teknik non
Terfokus
         pada diri farmakologi
sendiri   Berikan analgetik untuk
Fokus
         menyempit mengurangi nyeri
(penurunan persepsi   Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
waktu, kerusakan proses   Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan   Kolaborasikan dengan dokter jika
interaksi dengan orang ada keluhan dan tindakan nyeri
dan lingkungan) tidak berhasil
Tingkah laku distraksi,
           Monitor penerimaan pasien
contoh : jalan-jalan, tentang manajemen nyeri
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, Analgesic Administration
aktivitas berulang-ulang)   Tentukan lokasi, karakteristik,
         Respon autonom (seperti kualitas, dan derajat nyeri sebelum
diaphoresis, perubahan pemberian obat
tekanan darah, perubahan   Cek instruksi dokter tentang jenis
nafas, nadi dan dilatasi obat, dosis, dan frekuensi
pupil)   Cek riwayat alergi
         Perubahan autonomic   Pilih analgesik yang diperlukan
dalam tonus otot atau kombinasi dari analgesik
(mungkin dalam rentang ketika pemberian lebih dari satu
dari lemah ke kaku)   Tentukan pilihan analgesik
         Tingkah laku ekspresif tergantung tipe dan beratnya nyeri
(contoh : gelisah,   Tentukan analgesik pilihan, rute
merintih, menangis, pemberian, dan dosis optimal
waspada, iritabel, nafas   Pilih rute pemberian secara IV,
panjang/berkeluh kesah) IM untuk pengobatan nyeri secara
         Perubahan dalam nafsu teratur
makan dan minum   Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
Faktor yang berhubungan pertama kali
:   Berikan analgesik tepat waktu
Agen injuri (biologi, terutama saat nyeri hebat
kimia, fisik, psikologis)   Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

4. Kurang pengetahuan NOC :


tentang   Kowlwdge
kondisi, : disease
NIC :
prognosis,kebutuhan process
pengobatan   Kowledge
b/d : health
Teaching :
keterbatasan kognitif. Behavior
disease Process
Definisi : Kriteria Hasil :  Berikan penilaian tentang
Tidak adanya atau
1.      Pasien dan keluarga tingkat pengetahuan pasien tentang
kurangnya informasi menyatakan proses penyakit yang spesifik
kognitif sehubungan pemahaman tentang  Jelaskan patofisiologi dari
dengan topic spesifik. penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini
prognosis dan program berhubungan dengan anatomi dan
Batasan karakteristik : pengobatan fisiologi, dengan cara yang tepat.
memverbalisasikan 2.      Pasien dan
keluarga  Gambarkan tanda dan gejala
adanya masalah, mampu melaksanakan yang biasa muncul pada penyakit,
ketidakakuratan prosedur yang dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi, dijelaskan secara benar
 Gambarkan proses penyakit,
perilaku tidak sesuai. 3.      Pasien dan keluarga
dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan
 identifikasi kemungkinan
Faktor yang berhubungan kembali apa yang
penyebab, dengna cara yang tepat
: keterbatasan kognitif, dijelaskan perawat/tim
interpretasi terhadap kesehatan lainnya  Sediakan informasi pada

informasi yang salah, pasien tentang kondisi, dengan cara

kurangnya keinginan yang tepat

untuk mencari informasi,  Hindari harapan yang


tidak mengetahui kosong
sumber-sumber  Sediakan bagi keluarga
informasi. informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat

 Diskusikan perubahan gaya


hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit

 Diskusikan pilihan terapi


atau penanganan

 Dukung pasien untuk


mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan

 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat

 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat.

 
5. Resiko Infeksi b/d NOC :
  Immune Status
tindakan invasive Resiko
NIC :
Infeksi b/d   Knowledge : Infection
tindakan
invasive control
Infection
  Risk control
Definisi : Peningkatan
Control
resiko masuknya Kriteria Hasil :
organisme patogen 1.      Klien bebas dari tanda
(Kontrol infeksi)
dan gejala infeksi          Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : 2.     Mendeskripsikan proses dipakai pasien lain
         Prosedur Infasif penularan penyakit,
         Pertahankan teknik isolasi
        Ketidakcukupan factor yang
         Batasi pengunjung bila perlu
pengetahuan untuk mempengaruhi          Instruksikan pada pengunjung
menghindari paparan penularan serta untuk mencuci tangan saat
patogen penatalaksanaannya, berkunjung dan setelah berkunjung
         Trauma 3.     Menunjukkan meninggalkan pasien
         Kerusakan jaringan dan kemampuan untuk
         Gunakan sabun antimikrobia untuk
peningkatan paparan mencegah timbulnya cuci tangan
lingkungan infeksi
         Cuci tangan setiap sebelum dan
        Ruptur membran amnion 4.      Jumlah leukosit dalam
sesudah tindakan keperawatan
        Agen farmasi batas normal
         Gunakan baju, sarung tangan
(imunosupresan) 5.     Menunjukkan perilaku
sebagai alat pelindung
        Malnutrisi hidup sehat
         Pertahankan lingkungan aseptik
        Peningkatan paparan
selama pemasangan alat
lingkungan patogen
         Ganti letak IV perifer dan line
        Imonusupresi
central dan dressing sesuai dengan
       Ketidakadekuatan imum
petunjuk umum
buatan
         Gunakan kateter intermiten untuk
        Tidak adekuat
menurunkan infeksi kandung
pertahanan sekunder
kencing
(penurunan Hb,
         Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan
         Berikan terapi antibiotik bila perlu
respon inflamasi)
         Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer Infection
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja
Protection
silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
(proteksi
perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
        
terhadap
infeksi)
         Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
         Monitor hitung granulosit, WBC
         Monitor kerentanan terhadap
infeksi
         Batasi pengunjung
         Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
         Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
         Pertahankan teknik isolasi k/p
         Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
         Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
         Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
         Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
         Dorong masukan cairan
         Dorong istirahat
         Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
         Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
         Ajarkan cara menghindari infeksi
         Laporkan kecurigaan infeksi
         Laporkan kultur positif
6. Cemas b/d perubahan NOC : NIC :
  Anxiety control
status kesehatan (rencana Anxiety Reduction (penurunan
tindakan operasi )   Coping kecemasan)
  Impulse control          Gunakan pendekatan yang
Definisi : menenangkan
Perasaan gelisah yang tak Kriteria Hasil :          Nyatakan dengan jelas harapan
jelas dari
1.      Klien mampu terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau mengidentifikasi dan
         Jelaskan semua prosedur dan
ketakutan yang disertai mengungkapkan gejala apa yang dirasakan selama prosedur
respon autonom (sumner cemas          Pahami prespektif pasien
tidak spesifik atau tidak
2.     Mengidentifikasi, terhdap situasi stres
diketahui oleh individu); mengungkapkan dan
         Temani pasien untuk
perasaan keprihatinan menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
disebabkan dari antisipasi untuk mengontol cemas mengurangi takut
terhadap bahaya. Sinyal3.      Vital sign dalam batas
         Berikan informasi faktual
ini merupakan peringatan normal mengenai diagnosis, tindakan
adanya ancaman yang
4.      Postur tubuh, ekspresi prognosis
akan datang dan wajah, bahasa tubuh
         Dorong keluarga untuk
memungkinkan individu dan tingkat aktivitas
menemani anak
untuk mengambil menunjukkan
         Lakukan back / neck rub
langkah untuk berkurangnya
         Dengarkan dengan penuh
menyetujui terhadap kecemasan
perhatian
tindakan
         Identifikasi tingkat kecemasan
Ditandai dengan
         Bantu pasien mengenal situasi
        Gelisah
yang menimbulkan kecemasan
        Insomnia
         Dorong pasien untuk
        Resah
mengungkapkan perasaan,
        Ketakutan
ketakutan, persepsi
        Sedih
         Instruksikan pasien
        Fokus pada diri menggunakan teknik relaksasi
       Kekhawatiran          Barikan obat untuk mengurangi
        Cemas kecemasan
ASUHAN KEPERAWATAN Tn.S DENGAN BPH POST PROSTATEKTOMY
DI RUANG PRABU KRESNA RSUD KOTA SEMARANG

A. BIODATA
1. Identitas pasien
Nama                         : Tn. Sugiyan
Umur                        : 65 tahun

Jenis Kelamin            : Laki-laki
Suku Bangsa              : Jawa
Agama                       : Islam
Status perkawinan     : Menikah 1 kali
Pendidikan                : SD
Pekerjaan                   : Tani
Alamat                       : Pucang Gading RT/RW : 07/11 ,Mranggen,Demak
Tanggal Masuk          : 22 Juni 2015
No. Register              : 198785
Diagnosa medis         : BPH
2. Penanggung jawab
Nama                        : Ny. Neli Darwati
Umur                        : 48 tahun
Jenis Kelamin           : Perempuan
Pendidikan               : MTs
Pekerjaan                  : Ibu Rumah Tangga
Hub. dengan pasien : Istri

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Perut bagian kiri sakit, dada sakit
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Alasan dirawat dirumah sakit / perjalanan penyakit
BAK sulit
b. Faktor pencetus
Umur sudah tua
c. Lamanya keluhan
2 hari
d. Timbulnya keluhan (bertahap/mendadak)
bertahap
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Jika sakit dipijitkan
3. Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu
Pernah dirawat di Puskesmas selama 1 minggu karena typoid
4. Riwayat kesehatan keluarga
Paman pernah menderita tumor

C.    POLA KESEHATAN FUNGSIONAL( DATA FOKUS)


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri
Sebelum sakit        : kesehatan adalah nikmat dari Allah
Setelah dirawat     : kesehatan adalah nikmat dari Allah
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakitnya
Sebelum sakit        : perut kiri ada benjolan
Setelah dirawat     : BAK sulit karena penyakit prostat
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan keseh atan
Sebelum sakit        : pasien jarang bberobat
Setelah dirawat     : pasien berobat langsunng ke Puskesmas
d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan pasien bila sakit,
kemana pasien  biasa  berobat bila sakit)
m sakit        : pasien biasa kerokan kalau sakit
Setelah dirawat     : pasien periksa di Puskesmas dan Rumah Sakit
e. Kebiasaan hidup
Sebelum sakit        : pasien dahulu konsumsi kopi dan rokok
Setelah dirawat     : pasien tidak merokok dan minum kopi
f. Faktor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
Sebelum sakit        : pasien terdaftar di Jamkesmas
Setelah dirawat     : pasien terdaftar di Jamkesmas

2. Pola nutrisi dan metabolik


a. Pola makan
Sebelum sakit        : pasien biasa makan 3 kali sehari
Setelah dirawat     : pasien makan tidak seperti biasanya
b. Apakah keadaan sakit saat ini mempengaruhi pola makan/minum
Sebelum sakit        : pasien biasa habis 1 porsi setiap makan
Setelah dirawat     : pasien tidak habis 1 porsi setiap makan
c. Makanan yang disukai pasien, adakah makanan pantangan / makanan tertentu yang
menyebabkan alergi, adakah makanan yang dibatasi
m sakit        :pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan
h dirawat     :pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang mempengaruhi diit
m sakit        : kebudayaan pasien tidak mempengaruhi diit
h dirawat     : kebudayaan pasien tidak mempengaruhi diit
e. Kebiasaan mengkonsumsi vitamin/obat penambah nafsu makan  (jumlah yang dikonsumsi
setiap hari, sudah berapa lama)
m sakit        : pasien tidak biasa mengkonsumsi vitamin penambah nafsu makan
h dirawat     : pasien tidak biasa mengkonsumsi vitamin penambah nafsu makan
f. Keluhan dalam makan
m sakit        : pasien tidak memiliki keluhan dalam makan
h dirawat     : pasien mual setelah operasi
g. Pola minum
m sakit        : pasien biasa minum air putih kurang lebih 8 gelas sehari
h dirawat     : pasien biasa minum 3 gelas sehari
h. Bila pasien terpasang infuse berapa cairan yang masuk sehari
Pasien terpasang infus pada ektremitas atas sebelah kanan dan dalam satu hari cairan yang masuk 1-
3 plabot perhari
i. Keluhan demam
Post operasi hari ke 1-3 pasien merasa demam

3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
      Sebelum sakit        : pasien biasa BAB 1 kali sehari
      Setelah dirawat     : pasien belum pernah BAB setelah dioperasi
b.      Eliminasi urin
Sebelum sakit       : pasien BAK seperti biasanya, warna urin jernih
Setelah dirawat    : pasien BAK melalui kateter, warna urin pasien keruh

4. Pola aktifitas dan latihan


a.       Kegiatan dalam pekerjaan
      Sebelum sakit        : pasien biasa bekerja dan beraktivitas
h dirawat     : pasien tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti biasanya
b.      Keluhan dalam aktivitas
Sebelum sakit        : pasien biasa melakukan aktivitas tanpa bantuan
Setelah dirawat     : semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga

5. Pola istirahat dan tidur


1. Kebiasaan tidur
Sebelum sakit        : pasien biasa tidur setelah tengah malam
Setelah dirawat     : pasien biasa tidur setelah tengah malam
2. Kesulitan tidur
Sebelum sakit        : pasien biasa tidur pulas
Setelah dirawat     : pasien mudah terbangun

6. Pola persepsi sensori dan kognitif


a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi
m sakit        : pasien tidak memiliki keluhan dalam kemampuan sensasi sensori
h dirawat     : pasien tidak memiliki keluhan dalam kemampuan sensasi sensori
b. Kemampuan kognitif
Sebelum sakit        : pasien tidak mengalami gangguan kognitif
Setelah dirawat     : pasien tidak mengalami gangguan kognitif

c. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T


P  = nyeri bertambah saat beraktivitas
Q = nyeri seperti dicengkeram
R  = nyeri ulu hati
S  = Skala 3
T  = 2 hari
7. Pola hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit        : pasien biasa bersosialisasi dengan orang lain
Setelah dirawat     : pasien biasa bersosialisasi dengan orang lain

8. Pola reproduksi dan seksual


m sakit        : pasien biasa berhubungan seksual dengan istrinya
h dirawat     : pasien tidak bisa berhubungan seksual dengan istrinya

9. Persepsi diri dan konsep diri


m sakit        :Pasien biasa menjalankan tugasnya sebagai kepala rumah tangga
Setelah dirawat     :pasien tidak bisa bekerja

10.  Pola Mekanisme koping


m sakit        : pasien biasa menyelesaikan masalah dengan istri dan keluarganya
h dirawat     : pasien biasa menyelesaikan masalah dengan istri dan keluarganya
11.  Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Sebelum sakit        : pasien biasa menjalankan sholat 5 waktu
Setelah sakit          : pasien biasa menjalankan sholat 5 waktu

D. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum                       : Baik
2. Tingkat kesadaran                   : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh                  :   C
b. Tekanan darah             : 150/82 mmHg
c. Respirasi                      : 28x/menit, cepat, teratur
d. Nadi                            : 82 x/menit, kuat, teratur
e. Pengkajian nyeri                      : Nyeri dada kanan, skala 2
4.  Pengukuran antropometri         : LiLA= 29 cm
5.  Kepala                                      : Mesocephal
a.       Rambut
warna hitam, lebat, nampak bersih
b.      Mata
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
c.       Hidung
hidung nampak bersih
d.      Telinga
pendengaran baik, telinga nampak bersih
e.       Mulut
bibir tidak kering, tidak ada ginggivitis
1. Leher dan tenggorok   : tonsil tidak membesar
2. Dada dan thorak
Bentuk dada simetris
3. Paru-paru         : tidak ada ronchi dan wheezing
4. Jantung            : Ictus cordis tidak tampak
5. Abdomen        : luka operasi post prostatektomi
6.      Genital            : nampak bersih, terpasang kateter
7.      Ekstremitas    
a. Inspeksi kuku, kulit
Tidak sianosis, turgor baik, tidak ada edema
b. Capillary refill
< 2 detik
c. Kemampuan berfungsi
Tonus otot baik
d. Bila terpasang infus
tidak ada nyeri tekan pada daerah tusukan infus
8.      Kulit
Kulit nampak bersih, warna sawo matang, turgor baik, tidak ada edema

E. DATA PENUNJANG
1)       Hasil pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hb                   : 10,0 g/dL
Hematokrit      : 32,9 %
Leukosit          : 10.000 sel/mm3
Trombosit        : 206.000 sel/mm3
Eritrosit           : 3,5 juta/mm3
Urinalisa
Bau                  : Khas
Warna              : Kuning
Kekeruhan       : Keruh
Ph                    : 7,0
Protein             : +
Reduksi           : -
Keton              : -
Bilirubin          : -
Urobilin           : -
Nitrit               : -
BJ urin             : 1,010
Sedimen
Eritrosit           : 6-8
Lekosit                        : 25-30 (ada yang bergelombang)
Bakteri                        : positif
Benang mucus : +
Kristal             : AMORS/+
b.      Pemeriksaan Radiologi
X Foto BNO - IVP :
UTI dikedua ginjal
Cystitis
Pembesaran kelenjar prostat

c.       Pemeriksaan UGS
Kesan :
Cystitis
Pembesaran kelenjr prostat (vol = 37 cm3)
Tak tampak kelainan di organ intraabdomen lainnya secara sonografi

d.      Diit yang diperoleh


e.       TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein)
f.       Therapy
Infus RL 20 tpm
Inj. Gentamicin 2x80 mg
Inj. Ketorolac 2x30 mg
Inj. Shorax 4x750 m

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT


EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.


Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran,
Jakarta, 1987.

Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on: www.Minurse.com, 28


Oktober 2009

McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC).
Mosby, St. Louise.

NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002), Philadelphia.

 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intevensi
NOC NIC
1. Nyeri b.d spasme Setelah dilakukan - kaji skala nyeri
kandung kemih tindakan keperawatan - MANAJEMEN
dalam 1x24 jam dengan NYERI : meringankan atau
kriteria hasil : mengurangi nyeri sampai pada
- nyeri berkurang tingkat kenyamaan yang dapat
diterima oleh pasien
- pemberian analgetik :
mengguanakan agens- agens
farmakologis untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
2. Gangguan - urinary elimination  _urinary  retention care
eliminasi urin b.d _ urinary conturance  _  lakukanlah penilaian  kemih
proses infeksi  Kriteria hasil : kandung yang komprehensif berfokus
kemih kosong  secara pada inkontinesia ( misalnya ,
punuh  output urin, pola berkemih ,
_  tidak bada fungsi kongnitif dan
residu  urine > 100-200 masalah kencing  praekisten
cc _  membantu penggunaan  obat
_ intake cairan dengan  sifat antikolinergik  atau
dalam  rentang normal  property  alpha agonis
_  bebas dari ISK _memasang refleks  kandung
_ tidak kemih dengan menerapkan
ada spasme  blader dingin untuk perut , membelai
_  blance tinggi batin  atau air
cairan seimbang _  sediakan  waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih ( 10 menit)

Evaluasi
No Tanggal  dan Perkembangan Nama dan TTD perawat
waktu (SOAP)
1. S : pasien mengeluh nyeri
berkurang
O : pasien masih terlihat begitu
kesakitan
A : gangguan rasa nyaman b.d
nyeri
P : intervensi dilanjutkan
Kaji skala nyeri
        

Manajemen nyeri
        

Pemberian analgetik
        

S : pasien mengeluh demam


berkurang.
O : suhu badan menurun
A : hipertermi b.d proses infeksi
P : intervensi diteruskan
Kompres dengan air hangat
        

Pemberian analgetik
        

S : pasien mengatakan sudah tidak


merasa nyeri saat makan.
O : pasien sudah tidak terlihat
kesakitan.
A : gangguan rasa nyaman b.d
nyeri
masalah teratasi
        

P : intervensi dihentikan

S : pasien mengatakan sudah tidak


demam
O : suhu dalam batas normal
A : hipertermi b.d proses infeksi
masalah teratasi
        

P : intervensi dihentikan
No Diagnosa Tujuan Intevensi Rasional
NOC NIC
1.  Nyeri b.d Setelah dilakukan - kaji skala nyeri - lakukan
spasme tindakan - MANAJEMEN pengkajian
kandung keperawatan dalam NYERI : meringankan atau nyeri yang
kemih 1x24 jam dengan mengurangi nyeri sampai pada komperhensif
kriteria hasil : tingkat kenyamaan yang dapat meliputi
- nyeri berkurang diterima oleh pasien lokasi,
- pemberian analgetik : karakteristik,
mengguanakan agens- agens frekuensi,
farmakologis untuk mengurangi kualitas,
atau menghilangkan nyeri. intensitas,
atau
keparahan
nyeri.
- memantau
peredaan
nyeri oleh
analgetik dan
kemungkinan
efek
sampingnya.
2. Gangguan  - _urinary  retention care - pantau suhu
eliminasi urinary elimination  _  lakukanlah penilaian  kemih minimal dua
urin b.d _ urinary conturance  yang komprehensif berfokus jam, sesuai
proses  Kriteria hasil : pada inkontinesia ( misalnya , dengan
infeksi kandung output urin, pola berkemih , kebutuhan
kemih kosong  secara fungsi kongnitif dan
punuh  masalah kencing  praekisten
_  tidak bada _  membantu penggunaan  obat
residu  urine > 100- dengan  sifat antikolinergik  atau
200 cc property  alpha agonis
_ intake cairan _memasang refleks  kandung
dalam  rentang kemih dengan menerapkan
normal  dingin untuk perut , membelai
_  bebas dari ISK tinggi batin  atau air
_ tidak _  sediakan  waktu yang cukup
ada spasme  blader untuk pengosongan kandung
_  blance kemih ( 10 menit)
cairan seimbang _
WOC Pre Operasi BPH

Hormone estrogen dan Faktor usia Proliferasi


abnormal sel testosterone
tidak seimbang produksi
stoma epitel berlebih

Prostat
membesar

Penyempitan TURP Lumen Ureter Prostatika

Obstruksi Kurang informasi

Retensi Urin Nyeri Kronik Ansietas/ Cemas

Kerusakan eliminasi urin


WOC Post Operasi BPH

Prostat Membesar Rangsangan syaraf


diameter kecil

Pembedahan
Open gate control

Iritasi mukosa VU Resiko


Pembedahan : Nyeri akut
Syok hipovolemik
Terputusnya kontinuitas
jaringan kulit Takut bergerak

Resiko Infeksi Ganguan mobilisasi

Anda mungkin juga menyukai