A. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat nonkanker,(Corwin, 2000).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.Price&Wilson
(2005).
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesanan prostat yang jinak
bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang seringmenyebut
nya dengan hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan adalahhyperplasia (Sabiston,
David C,2004)
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun
yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang eratkaitannya
dengan BPH adalah proses penuaan.
Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain :
1. DihydrotestosteronPeningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma darikelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen– testoteronPada proses penuaan pada pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunantestosteron yang mengakibatkan hiperplasi
stroma.
3. Interaksi stroma – epitel
Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunantransforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang matiEstrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel darikelenjar prostat
5. Teori sel stemSel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transitBPH
(BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
C. TANDA DAN GEJALA
1. Gejala iritatif meliputi :
a. Peningkatan frekuensi berkemih
b. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
c. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
d. Nyeri pada saat miksi (disuria)
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang
ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi
dehidrosteron (DHT) dalam
sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkaninsk
ripsi pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormonPada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg
disebabkanoleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut.
Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitelHal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic
fibroblast growth factor (b-FGF)dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan
konsentrasi yang lebih besar
pada pasien dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-
reduktase. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkimsinus
urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.Proses pembesaran prostat
terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada salurankemih juga terjadi secara
perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi
pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta o
totdetrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase
penebalandetrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor
menjadilelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksisehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis
dandisfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu
:Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awaldan
menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat
yangmembesar.
Hesitancy
(kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkanwaktu yang lama
untuk dapat melawan resistensi uretra.
Intermittency
(kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasiresistensi uretra sampai
akhir miksi.
Terminal dribbling
dan rasa belum puas sehabis miksiterjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-
buli. Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidaklengkap
pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.Frekuensi terutama terjadi pada malam
hari (nokturia) karena hambatan normal darikorteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra
berkurang selama tidur.Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi) jarangterjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi
kontraksiinvolunter,Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya
penyakit urinkeluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai
compliencemaksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.Hematuri
biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat yang
membesar.Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatik,sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya
terjadidilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal
ginjal.Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap
beradadalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.Karena selalu
terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu inidapat menambah keluhan
iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pulamenimbulkan sistiitis dan bila terjadi
refluks dapat terjadi pielonefritis.Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan
dapat menyebabkanhernia dan hemoroid.
E. WOC
Terlampir
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,eritrosit,
bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologilain seperti
keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPHsendiri dapat
menyebabkan hematuri.Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari
fungsi ginjaldan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen ( PSA)
dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.Sed
angkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD)yaitu PSA
serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat,
demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek pembekuan
harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderitaBPH karena usianya
yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.Pemeriksaan darah mencakup
Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,golongan darah, Hmt, trombosit, BUN,
kreatinin serum.
Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi.
Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residuuri
n. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjalatau buli-buli.
Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari
keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihats
upresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter
berbelok- belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,meme
riksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.BNO /IVP untuk menilai apakah ada
pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayanganradioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk
melihat /mengetahui fungsi ginjal apakahada hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat
sebelum, sementara dan sesudahisinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya
tumor, divertikel.Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin.
Sesudahkencing adalah untuk menilai residual urin
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati pr
ostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak diobati, dapatmengakibatk
an gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalahmengurangi
minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan,
mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agartidak terlalu sering miksi.
Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur
Penghambat adrenergik a (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di leher
vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars
prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.- Penghambat enzim 5-a-
reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostatyang membesar akan mengecil.Terapi
bedahTergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah
yaitu:- Retensi urin berulang-
Hematuri- Tanda penurunan fungsi ginjal- Infeksi saluran kemih berulang- Tanda obstruksi berat se
perti hidrokel- Ada batu saluran kemih.
1. Prostatektomi
a. Prostatektomi Supra pubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatuinsisi yang
dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis
dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh lagiinkontinensia,
impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugianlain adalah kemungkinan
kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidangoperatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara
arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah periode
pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.Pembedahan seperti
prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yangmengalami hiperplasi.
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melaluiuretra. Satu atau
dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangitekanan prostat pada uretra
dan mengurangi kontriksi uretral. Cara ini diindikasikan ketikakelenjar prostat berukuran kecil ( 30
gram/kurang ) dan efektif dalam mengobati banyakkasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik
rawat jalan dan mempunyai angkakomplikasi lebih rendah di banding cara lainnya.
3. TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakanresektroskop,
dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang
dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkandengan arus listrik. Tindakan ini
memerlukan pembiusan umum maupun spinal danmerupakan tindakan invasive yang masih
dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikanterhadap
potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-
60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakansecara terus-menerus dengan cairan
isotonis selama prosedur. Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan
reepitelisasi uretra pars prostatika (Anonim,FKUI,2005).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon30 ml,
untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasikanding kemih yang
konstan dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi.Kemudian kateter dibilas tiap
4 jam sampai cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 harisetelah operasi dan pasien harus sudah
dapat berkemih dengan lancar.TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-
gejala dari sedangsampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk
menjalanioperasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia
atauretensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah
strikturauretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan
tidakmengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10
tahunkemudian.Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transurethral
2. Post operasi- Irigasi/Spoling dengan Nacl
a.Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit
b.Hari pertama post operasi : 60 tetes/menit
c.Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit
d.Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit
_ Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih.Latihan perineal
harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.
_ Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernihhingga sedikit
merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan
_ Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya
menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental.Perdarahan vena
diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yangmenahan kateter pada tempatnya
memberikan tekannan pada fossa prostatik
- Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus- Urin terus menetes setelah berkemih
- Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
- Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
-Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Ekspresi tampak menahan nyeri
- Ada luka post operasi tertutup balutan
- Tampak lemah
- Terpasang selang irigasi, kateter, infus
3. Riwayat kesehatan :
Riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakitkeluarga, pengaruh BPH
terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
4. Pengkajian fisika. Gangguan dalam berkemih seperti
- Sering berkemih
- Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
-Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
-Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih- Ada darah dalam urin- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih
b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik
c. Kaji status emosi : cemas, takut
d. Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
e. Kaji tanda vital
5. Kaji pemeriksaan diagnostic
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
_Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang keadaan dan proses penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Pre operasi
1. Retensi urin
2. Nyeri kronis
3. Cemas
b . Post operasi
1. Nyeri akut
2. Kurang pengetahuan
3. Risiko infeksi
11. Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Kerusakan eliminasi NOC : NIC :
urine urin Urinary continence Urinary Chateterization
Urinary elimination Jelaskan prosedur dasn rasional
Definisi : dari intervensi
Pengosongan kandung Kriteria Hasil : Sediakan peralartan kateterisasi
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat.
5. Resiko Infeksi b/d NOC :
Immune Status
tindakan invasive Resiko
NIC :
Infeksi b/d Knowledge : Infection
tindakan
invasive control
Infection
Risk control
Definisi : Peningkatan
Control
resiko masuknya Kriteria Hasil :
organisme patogen 1. Klien bebas dari tanda
(Kontrol infeksi)
dan gejala infeksi Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : 2. Mendeskripsikan proses dipakai pasien lain
Prosedur Infasif penularan penyakit,
Pertahankan teknik isolasi
Ketidakcukupan factor yang
Batasi pengunjung bila perlu
pengetahuan untuk mempengaruhi Instruksikan pada pengunjung
menghindari paparan penularan serta untuk mencuci tangan saat
patogen penatalaksanaannya, berkunjung dan setelah berkunjung
Trauma 3. Menunjukkan meninggalkan pasien
Kerusakan jaringan dan kemampuan untuk
Gunakan sabun antimikrobia untuk
peningkatan paparan mencegah timbulnya cuci tangan
lingkungan infeksi
Cuci tangan setiap sebelum dan
Ruptur membran amnion 4. Jumlah leukosit dalam
sesudah tindakan keperawatan
Agen farmasi batas normal
Gunakan baju, sarung tangan
(imunosupresan) 5. Menunjukkan perilaku
sebagai alat pelindung
Malnutrisi hidup sehat
Pertahankan lingkungan aseptik
Peningkatan paparan
selama pemasangan alat
lingkungan patogen
Ganti letak IV perifer dan line
Imonusupresi
central dan dressing sesuai dengan
Ketidakadekuatan imum
petunjuk umum
buatan
Gunakan kateter intermiten untuk
Tidak adekuat
menurunkan infeksi kandung
pertahanan sekunder
kencing
(penurunan Hb,
Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan
Berikan terapi antibiotik bila perlu
respon inflamasi)
Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer Infection
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja
Protection
silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
(proteksi
perubahan peristaltik)
Penyakit kronik
terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
6. Cemas b/d perubahan NOC : NIC :
Anxiety control
status kesehatan (rencana Anxiety Reduction (penurunan
tindakan operasi ) Coping kecemasan)
Impulse control Gunakan pendekatan yang
Definisi : menenangkan
Perasaan gelisah yang tak Kriteria Hasil : Nyatakan dengan jelas harapan
jelas dari
1. Klien mampu terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau mengidentifikasi dan
Jelaskan semua prosedur dan
ketakutan yang disertai mengungkapkan gejala apa yang dirasakan selama prosedur
respon autonom (sumner cemas Pahami prespektif pasien
tidak spesifik atau tidak
2. Mengidentifikasi, terhdap situasi stres
diketahui oleh individu); mengungkapkan dan
Temani pasien untuk
perasaan keprihatinan menunjukkan tehnik memberikan keamanan dan
disebabkan dari antisipasi untuk mengontol cemas mengurangi takut
terhadap bahaya. Sinyal3. Vital sign dalam batas
Berikan informasi faktual
ini merupakan peringatan normal mengenai diagnosis, tindakan
adanya ancaman yang
4. Postur tubuh, ekspresi prognosis
akan datang dan wajah, bahasa tubuh
Dorong keluarga untuk
memungkinkan individu dan tingkat aktivitas
menemani anak
untuk mengambil menunjukkan
Lakukan back / neck rub
langkah untuk berkurangnya
Dengarkan dengan penuh
menyetujui terhadap kecemasan
perhatian
tindakan
Identifikasi tingkat kecemasan
Ditandai dengan
Bantu pasien mengenal situasi
Gelisah
yang menimbulkan kecemasan
Insomnia
Dorong pasien untuk
Resah
mengungkapkan perasaan,
Ketakutan
ketakutan, persepsi
Sedih
Instruksikan pasien
Fokus pada diri menggunakan teknik relaksasi
Kekhawatiran Barikan obat untuk mengurangi
Cemas kecemasan
ASUHAN KEPERAWATAN Tn.S DENGAN BPH POST PROSTATEKTOMY
DI RUANG PRABU KRESNA RSUD KOTA SEMARANG
A. BIODATA
1. Identitas pasien
Nama : Tn. Sugiyan
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah 1 kali
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Pucang Gading RT/RW : 07/11 ,Mranggen,Demak
Tanggal Masuk : 22 Juni 2015
No. Register : 198785
Diagnosa medis : BPH
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. Neli Darwati
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : MTs
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub. dengan pasien : Istri
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Perut bagian kiri sakit, dada sakit
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Alasan dirawat dirumah sakit / perjalanan penyakit
BAK sulit
b. Faktor pencetus
Umur sudah tua
c. Lamanya keluhan
2 hari
d. Timbulnya keluhan (bertahap/mendadak)
bertahap
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Jika sakit dipijitkan
3. Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu
Pernah dirawat di Puskesmas selama 1 minggu karena typoid
4. Riwayat kesehatan keluarga
Paman pernah menderita tumor
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
Sebelum sakit : pasien biasa BAB 1 kali sehari
Setelah dirawat : pasien belum pernah BAB setelah dioperasi
b. Eliminasi urin
Sebelum sakit : pasien BAK seperti biasanya, warna urin jernih
Setelah dirawat : pasien BAK melalui kateter, warna urin pasien keruh
D. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : C
b. Tekanan darah : 150/82 mmHg
c. Respirasi : 28x/menit, cepat, teratur
d. Nadi : 82 x/menit, kuat, teratur
e. Pengkajian nyeri : Nyeri dada kanan, skala 2
4. Pengukuran antropometri : LiLA= 29 cm
5. Kepala : Mesocephal
a. Rambut
warna hitam, lebat, nampak bersih
b. Mata
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
c. Hidung
hidung nampak bersih
d. Telinga
pendengaran baik, telinga nampak bersih
e. Mulut
bibir tidak kering, tidak ada ginggivitis
1. Leher dan tenggorok : tonsil tidak membesar
2. Dada dan thorak
Bentuk dada simetris
3. Paru-paru : tidak ada ronchi dan wheezing
4. Jantung : Ictus cordis tidak tampak
5. Abdomen : luka operasi post prostatektomi
6. Genital : nampak bersih, terpasang kateter
7. Ekstremitas
a. Inspeksi kuku, kulit
Tidak sianosis, turgor baik, tidak ada edema
b. Capillary refill
< 2 detik
c. Kemampuan berfungsi
Tonus otot baik
d. Bila terpasang infus
tidak ada nyeri tekan pada daerah tusukan infus
8. Kulit
Kulit nampak bersih, warna sawo matang, turgor baik, tidak ada edema
E. DATA PENUNJANG
1) Hasil pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Hematologi
Hb : 10,0 g/dL
Hematokrit : 32,9 %
Leukosit : 10.000 sel/mm3
Trombosit : 206.000 sel/mm3
Eritrosit : 3,5 juta/mm3
Urinalisa
Bau : Khas
Warna : Kuning
Kekeruhan : Keruh
Ph : 7,0
Protein : +
Reduksi : -
Keton : -
Bilirubin : -
Urobilin : -
Nitrit : -
BJ urin : 1,010
Sedimen
Eritrosit : 6-8
Lekosit : 25-30 (ada yang bergelombang)
Bakteri : positif
Benang mucus : +
Kristal : AMORS/+
b. Pemeriksaan Radiologi
X Foto BNO - IVP :
UTI dikedua ginjal
Cystitis
Pembesaran kelenjar prostat
c. Pemeriksaan UGS
Kesan :
Cystitis
Pembesaran kelenjr prostat (vol = 37 cm3)
Tak tampak kelainan di organ intraabdomen lainnya secara sonografi
DAFTAR PUSTAKA
McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC).
Mosby, St. Louise.
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intevensi
NOC NIC
1. Nyeri b.d spasme Setelah dilakukan - kaji skala nyeri
kandung kemih tindakan keperawatan - MANAJEMEN
dalam 1x24 jam dengan NYERI : meringankan atau
kriteria hasil : mengurangi nyeri sampai pada
- nyeri berkurang tingkat kenyamaan yang dapat
diterima oleh pasien
- pemberian analgetik :
mengguanakan agens- agens
farmakologis untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
2. Gangguan - urinary elimination _urinary retention care
eliminasi urin b.d _ urinary conturance _ lakukanlah penilaian kemih
proses infeksi Kriteria hasil : kandung yang komprehensif berfokus
kemih kosong secara pada inkontinesia ( misalnya ,
punuh output urin, pola berkemih ,
_ tidak bada fungsi kongnitif dan
residu urine > 100-200 masalah kencing praekisten
cc _ membantu penggunaan obat
_ intake cairan dengan sifat antikolinergik atau
dalam rentang normal property alpha agonis
_ bebas dari ISK _memasang refleks kandung
_ tidak kemih dengan menerapkan
ada spasme blader dingin untuk perut , membelai
_ blance tinggi batin atau air
cairan seimbang _ sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih ( 10 menit)
Evaluasi
No Tanggal dan Perkembangan Nama dan TTD perawat
waktu (SOAP)
1. S : pasien mengeluh nyeri
berkurang
O : pasien masih terlihat begitu
kesakitan
A : gangguan rasa nyaman b.d
nyeri
P : intervensi dilanjutkan
Kaji skala nyeri
Manajemen nyeri
Pemberian analgetik
Pemberian analgetik
P : intervensi dihentikan
P : intervensi dihentikan
No Diagnosa Tujuan Intevensi Rasional
NOC NIC
1. Nyeri b.d Setelah dilakukan - kaji skala nyeri - lakukan
spasme tindakan - MANAJEMEN pengkajian
kandung keperawatan dalam NYERI : meringankan atau nyeri yang
kemih 1x24 jam dengan mengurangi nyeri sampai pada komperhensif
kriteria hasil : tingkat kenyamaan yang dapat meliputi
- nyeri berkurang diterima oleh pasien lokasi,
- pemberian analgetik : karakteristik,
mengguanakan agens- agens frekuensi,
farmakologis untuk mengurangi kualitas,
atau menghilangkan nyeri. intensitas,
atau
keparahan
nyeri.
- memantau
peredaan
nyeri oleh
analgetik dan
kemungkinan
efek
sampingnya.
2. Gangguan - _urinary retention care - pantau suhu
eliminasi urinary elimination _ lakukanlah penilaian kemih minimal dua
urin b.d _ urinary conturance yang komprehensif berfokus jam, sesuai
proses Kriteria hasil : pada inkontinesia ( misalnya , dengan
infeksi kandung output urin, pola berkemih , kebutuhan
kemih kosong secara fungsi kongnitif dan
punuh masalah kencing praekisten
_ tidak bada _ membantu penggunaan obat
residu urine > 100- dengan sifat antikolinergik atau
200 cc property alpha agonis
_ intake cairan _memasang refleks kandung
dalam rentang kemih dengan menerapkan
normal dingin untuk perut , membelai
_ bebas dari ISK tinggi batin atau air
_ tidak _ sediakan waktu yang cukup
ada spasme blader untuk pengosongan kandung
_ blance kemih ( 10 menit)
cairan seimbang _
WOC Pre Operasi BPH
Prostat
membesar
Pembedahan
Open gate control