OLEH :
ERIYADI
kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal
dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada
prostat yang membesar.
Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat
mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa
belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam
buli-buli.
Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang
tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal
dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat
miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga
terjadi kontraksi involunter,
Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya
penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli
mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik
melebihi tekanan spingter.
Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa
pada prostat yang membesar.
Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.
Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap, serta gagal ginjal.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap
berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme
infektif.
Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli,
Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu
tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis.
Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia dan hemoroid
.E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit,
sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan
adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih,
walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi
ginjal dan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan
perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak
perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen
density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15,
sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapatterjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu
melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksisaluran kemih dan apabila tidak
diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan herniadan hemoroid. Stasis urin dalam
vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasidan
hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan
mikroorganisme,yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan
pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan
kondisi pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat
berkemih maka kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin
digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke
dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara lain:
Terapi medikamentosa
Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah
yaitu :
- Retensi urin berulang
- Hematuri
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- Infeksi saluran kemih berulang
- Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
- Ada batu saluran kemih.
1. Prostatektomi
Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan
optikal dimasukan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat yang kemudian
dapat dilihat secara langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop
pemotong listrik. Prostatektomi transuretral jarang menimbulakan disfungsi erektil tetapi
dapat menyebabkan ejakulasi retrogard karena pengangkatan jaringan prostat pada
kolum kandung kemih dapat menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah belakang
ke dalam kandung kemih dan bukan melalui uretra.
a. Prostatektomi Supra pubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu
insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih
praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Lebih jauh
lagi inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini.
Kerugian lain adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta
bidang operatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Keuntungannya adalah
periode pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat
yang mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi
mencakup perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi
kateter dan disfungsi seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan
impotensi, meskipun pada prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat
kerusakan saraf pudendal. Pada kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan
kembali dalam 6 sampai 8 minggu karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah
ejakulasi maka cairan seminal mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan
bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra posterior menyebabkan ejakulasi
retrogard.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri saat berkemih
- Sulit kencing
- Frekuensi berkemih meningkat
- Sering terbangun pada malam hari untuk miksi
- Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda
- Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih
- Pancaran urin melemah
- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
- Kalau mau miksi harus menunggu lama
- Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
- Urin terus menetes setelah berkemih
- Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
- Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Ekspresi tampak menahan nyeri
- Ada luka post operasi tertutup balutan
- Tampak lemah
- Terpasang selang irigasi, kateter, infus
3. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari yang
dialami pasien.
4. Pengkajian fisik
a. Gangguan dalam berkemih seperti
- Sering berkemih
- Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
- Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih
- Ada darah dalam urin
- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih
b. Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik
c. Kaji status emosi : cemas, takut
d. Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
e. Kaji tanda vital
5. Kaji pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
- Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin
6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan
proses penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1) Nama: Tn. M
2) Umur: 69 tahun.
3) Jenis Kelamin: Laki-laki.
4) Alamat: : Parit Banjar
5) Diagnosa: Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
6) No Rekam Medis : 200919
7) Tanggal masuk : 01 – 10 – 2018
8) Tanggal keluar : 09 – 10 - 2018
Head To Toe
Kepala : bentuk normal, ukuran normal, posisi simetris, kulit kepala bersih
Rambut : kebersihan cukup
Mata : sklera tak icteric, konjunctiva tak anemis, pupil isokor, refleks cahaya ada,
tidak memakai alat bantu
Hidung : tidak ada benda asing, tidak epistaksis, tidak ada polip,
Telinga : tidak ada kelainan.
Mulut dan gigi : bibir kering, agak kering mukosa mulut stomatatitis tidak, peradangan
faring tidak
Leher : Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak ada kaku kuduk
Thorax : pernafasan dada, simetris, Ronchi & whezing tidak ada
Abdomen : asites tidak ada, umbilikus datar,
Alat kelamin luar : bersih
Anus : bersih, Bab. terakhir tgl. 30 –04-2002,
Extremitas : atas dan bawah tak ada kelainan
Integumen : keadaan kulit bersih, tonus baik, turgor baik, akral hangat.
Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1 X/minggu.
Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan
operasi.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya biasa
sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi
keluarganya), biaya mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama katolik, ajaran agama dijalankan setiap saat.
Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan
oleh gereja di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
Data Penunjang
USG : Hipertrofi Prostat ( volume +/- 37 CC )
Kista Ginjal Kiri
Buli = sam. Neurosen bladder
Laboratoriun
Darah lengkap:
- HCT : 39 (L 40 – 47 P 38 – 42)%
- Hb :12,6 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
- Leukosit :1 7.260 4000 – 11.000
Gula darah : 102 mg/dl ( <180 mg/dl )
- HIV : Non Reaktif
Post op : Infus RL + dripTKO ( Tramadol 1 amp, Ketorolac 1 amp, 1 ondansetron 1 amp )20
tpm s/s infus Asering : Infus Aminofluid/ 24 jam.
Injeksi Cinam 2x1,5 gr (Iv) Injeksi Ondansetron 3x1 amp (Iv)
Injeksi Ketorolac 3x1 amp (Iv) Infus Metronidazole 3x500 mg (Iv)
Injeksi Omeprazole 1x1 vial (Iv) Injeksi Kalnex 3x500 mg (Iv)
Channa kapsul 2x1
Irigasi Nacl 40 tpm ( macet, spolling ), puasa 4-6 jam post op.
Ganti perban / 2 hari
Cek PA
Ganti botol drain
Diagnosa Keperawatan
Pre op :
1) Nyeri Akut berhubungan dengan spasme kandung kemih.
2) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan sumbatan saluran pengeluaran kandung
kemih.
3) Ansietas berhubungan dengan dilakukan pembedahan dengan cara TUP-P.
Post op :
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi traktus urinarius, tindakan pasca bedah.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive trauma, pembedahan
Analisis data
No Data Etiologi Masalah
1. Do : Hiperplasia Prostat Nyeri Akut berhubungan
1) Klien mengeluh sakit saat ↓ dengan spasme kandung
miksi Otot destrutor menjadi kemih
2) Klien mengeluh miksi lelah dan mengalami
sedikit- sedikit dan lama- dekompensasi
lama kencing tidak keluar ↓
Ds : Tidak mampu
1) Kandung kemih tampak berkontraksi
penuh ↓
2) Klien meringis menahan Spasme otot spingter
kencing ↓
Nyeri Akut
2. Do : Hiperplasia Prostat Gangguan eliminasi urin
1) Klien mengeluh sudah ↓ berhubungan dengan
beberapa hari susah kencing. Otot destrutor menjadi sumbatan saluran
2) sedikit- sedikit dan lama- lelah dan mengalami pengeluaran kandung
lama kencing tidak keluar dekompensasi kemih
Ds : ↓
1) Pemeriksaan rectal toucher Tidak mampu
2) Dilakukan foto BNO berkontraksi
↓
Spasme otot spingter
↓
Nyeri saat miksi
↓
Disfungsi Saluran kemih
↓
Gangguan eliminasi urin
3 Ds : Hiperplasia Prostat Ansietas berhubungan
1) Pasien merasa takut untuk ↓ dengan dilakukan
melakukan operasi. Otot destrutor menjadi pembedahan dengan cara
Do : lelah dan mengalami TUP-P
1) Tidak ada dekompensasi
↓
Tidak mampu
berkontraksi
↓
Spasme otot spingter
↓
kandung kemih penuh
↓
Obstruksi
↓
Dilakukan tindakan
pembedahan TUP-P
↓
Ansietas
DO :
Wajah klien tampak tegang
menahan sakit
TTV:
TD: 140/90 mmHg, N: 86x/
menit, RR: 18x/ menit, S: 36
5 DS :
Klien mengatakan pada luka Prosedur invasive trauma Resiko infeksi
bekas operasi terasa panas
DO :
Tterlihat panjang luka Pembedahan
± 5 cm dan terdapat ± 5
jahitan.
Lluka bersih, tampak
kemerahan , tidak ada pus,
tidak bengkak.
. Intervensi
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Untuk mengurangi rasa 1. Lakukan 1. Pengkajian nyeri dapat
berhubungan nyeri pada pasien pengkajian nyeri secara mengetahui nyeri pasien dan
dengan dengan mengontrol komperhensif termasuk pada skala berapa.
spasme Hasil Noc : lokasi, karakteristik,
kandung - Mampu mengontrol durasi, frekuensi dan
kemih nyeri (mengetahui kualitas.
penyebab nyeri,
mampu menggunakan 2. Observasi reaksi 2. Observasi non verbal
teknik non farmakologi non verbal dari mengidentifikasikan bahwa
untuk mengurangi ketidaknyamanan. pasien sedang dalam keadaan
nyeri, mencari bantuan) nyeri dan tidak nyaman seperti
- Melaporkan bahwa pasien meringis pada saat
nyeri berkurang dengan miksi.
menggunakan
manajemen nyeri. 3. Gunakan teknik
- Mengatakan rasa terapeutik untuk 3. Komunikasi terapeutik
nyaman setelah nyeri mengetahui pengalaman merupakan komunikasi
berkurang. nyeri pasien. yang efektif untuk
berkomunikasi dengan
pasien sehingga dapat
4. Kurangi faktor mengetahui tingkat
presitivasi nyeri. nyeri.
Diagnosa
Keperawatan Implementasi Evaluasi
Tanggal/Hari/Jam
Senin, 01/10/20181. 1. Melakukan pengkajian nyeri S. S : Pasien mengatakan nyeri
08.oo wib secara komperhensif termasuk pada saat kencing.
Nyeri Akut lokasi, karakteristik, durasi, OO : Pasien terlihat meringis
berhubungan frekuensi dan kualitas. kesakitan.
dengan spasme 2. Mengobservasi reaksi non verbal Nyeri menusuk, terus
kandung kemih dari ketidaknyamanan. menerus, skala 7, terus
3. Mengunakan teknik terapeutik menerus.
untuk mengetahui pengalaman nyeri A : Masalah belum teratasi
pasien. P : Lanjutkan tindakan
4. Mengurangi faktor presitivasi
nyeri.
5. Melakukan kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil.
Rabu,03/10/2018
1. Memonitor kerentanan terhadap cc S : -
Resiko infeksi
berhubungan infeksi
O : Lukaoperasi sudah di ganti
2. Membatasi pengunjung
dengan prosedur balutan
3. Mempertahankan teknik aseptik
invasive trauma,
4. Melakukan inspeksi kondisi luka/ Luka daerah operasi
pembedahan.
insisi bedah terlihat bersih tidak ada sisa
5. Memberikan perawatan luka
6. Memberikan motivasi untuk darah atau pus
istirahat Tidak terdapat tanda
7. Memotivasi masukan nutrisi yang kemerahan.
cukup
Rawat luka post op /2 hari
8. Mengajarkan Cuci tangan
9. Melihat jika terlihat tanda-tanda A : Masalah teratasi sebagian
infeksi kolaborasikan dengan P : Lanjutkan tindakan
Dokter