Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman
pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
- Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi kencing
bertambah terutama pada malam hari
- Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa
panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
- Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke atas,
timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada pada pria usia 50
tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen
glandular pada prostat.
Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1. Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat menjadi
faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga
menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh sekresi
androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan pada kemunculan
dan perkembangan hiperplasi prostat.
3. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (-FGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan
pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. -FGF dapat dicetuskan
oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus urogenital
untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih
juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada
leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga
timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan
berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas. Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan
menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang
membesar.
Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor membutuhkan waktu
yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi
uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena
jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap
pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari korteks
berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi) jarang terjadi.
Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter,
Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin keluar
sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience maksimum, tekanan
dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada prostat yang
membesar.
Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi
ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada dalam
saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat
menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan
sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan hernia
dan hemoroid.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen, eritrosit,
bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan
pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status
metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi
atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai
PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan
volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10
ng/ml
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek pembekuan
harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang
sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan darah,
Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan
pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin. Dari foto
polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli. Dapat juga dilihat
lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan
ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis dan
hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan
besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan radioopak
daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada hidronefrosis. Dengan
IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing adalah
untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding cystografi) adalah untuk melihat adanya
refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk menilai residual urin.
E. MANAGEMEN TERAPI
Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien. Jika
pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia tidak dapat berkemih maka kateterisasi segera
dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik.
Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase yang adekuat.
Jenis pengobatan pada BPH antara lain:
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah mengurangi minum
setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan, mengurangi
minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan
dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok dubur
Terapi medikamentosa
- Penghambat adrenergik (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di leher vesika,
prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra pars prostatika sehingga
gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.
- Penghambat enzim 5--reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar
akan mengecil.
Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
- Retensi urin berulang
- Hematuri
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- Infeksi saluran kemih berulang
- Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
- Ada batu saluran kemih.
Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan optikal dimasukan
secara langsung melalui uratra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat secara langsung. Kelenjar
diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik. Prostatektomi transuretral jarang
menimbulakan disfungsi erektil tetapi dapat menyebabkan ejakulasi retrogard karena pengangkatan
jaringan prostat pada kolum kandung kemih dapat menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah
belakang ke dalam kandung kemih dan bukan melalui uretra.
Prostatektomi perineal sangat berguna untuk biopsi terbuka. Pada pasca operatif, luka bedah mudah
terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat rektum. Inkontinensia, impotensi, atau cedera rektal lebih
mungkin terjadi komplikasi pada pendekatan ini.
Insisi prostat transuretral (TUIP)diindikasikan ketika kelenjar prostat kecil (30mg atau kurang).
Satu atau du buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada
uretra dan mengurangi kontriksi uretra
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang mengalami
hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi mencakup perdarahan, infeksi, retensi
oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi seksual. Kebanyakan prostatektomi
tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi
akibat kerusakan saraf pudendal. Pada kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam
6 sampai 8 minggu karena saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal
mengalir ke dalam kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra
posterior menyebabkan ejakulasi retrogard.
Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral
F. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
- Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia
- Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax
- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP pasien diberikan
diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk meminimalkan
masuknya udara
2. Post operasi
- Irigasi/Spoling dengan Nacl
Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit
Hari pertama post operasi : 60 tetes/menit
Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit
Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit
Hari ke 4 post operasi diklem
Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)
- Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis < 50cc)
- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien sudah mampu
makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
- DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi
- Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
- Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
- Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih, merasakan
tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar kateter. Medikasi yang dapat
melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme. Kompres hangat pada pubis dapat
membantu menghilangkan spasme.
- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk terlalu lama
karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan
- Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan perineal harus
dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.
- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga sedikit merah
muda dalam 24 jam setelah pembedahan.
- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya menandakan
perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan vena diatasi dengan
memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan kateter pada tempatnya memberikan
tekannan pada fossa prostatik.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri saat berkemih
- Sulit kencing
- Frekuensi berkemih meningkat
- Sering terbangun pada malam hari untuk miksi
- Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda
- Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih
- Pancaran urin melemah
- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
- Kalau mau miksi harus menunggu lama
- Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
-
Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
-
Urin terus menetes setelah berkemih
-
Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
-
Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
- Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Ekspresi tampak menahan nyeri
- Ada luka post operasi tertutup balutan
- Tampak lemah
- Terpasang selang irigasi, kateter, infus
a. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwyat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga,
pengaruh BPH terhadap gaya hidup pasien, apakah masalah urinari yang dialami pasien.
b. Pengkajian fisik
1) Gangguan dalam berkemih seperti
- Sering berkemih
- Terbangun pada malam hari untuk berkemih
- Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
- Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
- Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.
- Nyeri saat berkemih
- Ada darah dalam urin
- Kandung kemih terasa penuh
- Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
- Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih
2) Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik
3) Kaji status emosi : cemas, takut
4) Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau
5) Kaji tanda vital
c. Kaji pemeriksaan diagnostik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
- Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin
d. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses penyakit,
pengobatan dan cara perawatan di rumah.
2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Pre operasi
- Nyeri akut
- Cemas
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
- Kerusakan eleminasi urin
b. Post operasi
- Nyeri akut
- Resiko infeksi
- Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan
- Defisit perawatan diri
Rencana keperawatan
PRE OPERASI
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Manajemen Nyeri
Definisi : Sensori dan asuhan Definisi : perubahan
pengalaman emosional keperawatan atau pengurangan
yang tidak menyenangkan selama ….x 24 nyeri ke tingkat
yang timbul dari jam, klien dapat: kenyamanan yang
kerusakan jaringan aktual 1. Mengontol nyeri dapat diterima pasien
atau potensial, muncul Definisi : tindakan Intervensi:
tiba-tiba atau lambat seseorang untuk Kaji secara
dengan intensitas ringan mengontrol nyeri menyeluruh tentang
sampai berat dengan akhir ndikator: nyeri, meliputi:
yang bisa diantisipasi atau Mengenal faktor- lokasi, karakteristik,
diduga dan berlangsung faktor penyebab waktu kejadian,
kurang dari 6 bulan. Mengenal lama, frekuensi,
onset/waktu kualitas,
Faktor yang kejadian nyeri intensitas/beratnya
berhubungan : Agen tindakan nyeri, dan faktor-
injuri (biologi, kimia, pertolongan non- faktor pencetus
fisik, psikologis) analgetik Observasi isyarat-
Menggunakan isyarat non verbal
Batasan karakteristik : analgetik dari
- Laporan secara verbal melaporkan gejala- ketidaknyamanan,
gejala kepada tim khususnya dalam
atau non verbal adanya kesehatan (dokter, ketidakmampuan
nyeri perawat) untuk komunikasi
- Fakta dari observasi nyeri terkontrol secara efektif
- Posisi untuk menghindari Berikan analgetik
nyeri Keterangan: sesuai dengan
- Gerakan melindungi 1 = tidak pernah anjuran
- Tingkah laku berhati-hati dilakukan Gunakan komunkasi
- Muka topeng 2 = jarang dilakukan terapeutik agar klien
- Gangguan tidur (mata 3 =kadang-kadang dapat
sayu, tampak capek, sulit dilakukan mengekspresikan
atau gerakan kacau, 4 = sering dilakukan nyeri
menyeringai) 5 = selalu dilakukan Kaji latar belakang
- Terfokus pada diri sendiri budaya klien
- Fokus menyempit Tentukan dampak
(penurunan persepsi dari ekspresi nyeri
waktu, kerusakan proses2. Menunjukkan
terhadap kualitas
berpikir, penurunan tingkat nyeri
Definisi : tingkat hidup: pola tidur,
interaksi dengan orang dan nafsu makan,
lingkungan) keparahan dari
nyeri yang aktifitas mood,
- Tingkah laku distraksi, hubungan, pekerjaan,
contoh : jalan-jalan, dilaporkan atau
tanggungjawab peran
menemui orang lain ditunjukan
Kaji pengalaman
dan/atau aktivitas, individu terhadap
aktivitas berulang-ulang) Indikator:
nyeri, keluarga
- Respon autonom (seperti Melaporkan nyeri
dengan nyeri kronis
diaphoresis, perubahan Frekuensi nyeri
Evaluasi tentang
tekanan darah, perubahan Lamanya episode keefektifan dari
nafas, nadi dan dilatasi nyeri tindakan mengontrol
pupil) Ekspresi nyeri:
nyeri yang telah
- Perubahan autonomic wajah digunakan
dalam tonus otot (mungkin Posisi melindungi
Berikan dukungan
dalam rentang dari lemah tubuh
Kegelisahan terhadap klien dan
ke kaku)
keluarga
- Tingkah laku ekspresif Perubahan
Respirasirate Berikan informasi
(contoh : gelisah, merintih,
tentang nyeri,
menangis, waspada, Perubahan Heart
seperti: penyebab,
iritabel, nafas Rate
berapa lama terjadi,
panjang/berkeluh kesah) Perubahan tekanan
dan tindakan
- Perubahan dalam nafsu Darah
Perubahan ukuran pencegahan
makan dan minum
Pupil Kontrol faktor-faktor
Perspirasi lingkungan yang
Kehilangan nafsu dapat mempengaruhi
makan respon klien terhadap
ketidaknyamanan
Keterangan: (contoh : temperatur
1 : berat ruangan, penyinaran,
2 : agak berat dll)
3 : sedang Anjurkan klien untuk
4 : sedikit memonitor sendiri
5 : tidak ada nyeri
Ajarkan penggunaan
teknik non-
farmakologi
(ex: relaksasi, guided
imagery, terapi
musik, distraksi,
aplikasi panas-
dingin, massase)
Evaluasi keefektifan
dari tindakan
mengontrol nyeri
Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan respon
klien
Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
Anjurkan klien untuk
berdiskusi tentang
pengalaman nyeri
secara tepat
Beritahu dokter jika
tindakan tidak
berhasil atau terjadi
keluhan
Informasikan kepada
tim kesehatan
lainnya/anggota
keluarga saat
tindakan
nonfarmakologi
dilakukan, untuk
pendekatan preventif
monitor kenyamanan
klien terhadap
manajemen nyeri
2. Pemberian
Analgetik
Definisi :
penggunaan agen
farmakologi untuk
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Intervensi:
Tentukan lokasi
nyeri, karakteristik,
kualitas,dan
keparahan sebelum
pengobatan
Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
Cek riwayat alergi
obat
Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik
yang akan digunakan
Pilih analgetik secara
tepat /kombinasi
lebih dari satu
analgetik jika telah
diresepkan
Tentukan pilihan
analgetik (narkotik,
non narkotik,
NSAID) berdasarkan
tipe dan keparahan
nyeri
Monitor tanda-tanda
vital, sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
Monitor reaksi obat
dan efeksamping
obat
Dokumentasikan
respon dari analgetik
dan efek-efek yang
tidak diinginkan
Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
analgetik
(konstipasi/iritasi
lambung)
3. Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
Definisi :
memanipulasi
lingkungan untuk
kepentingan
terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan
dengan lingkungan
yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal
yang menyebabkan
ketidaknyamanan
seperti pakaian
lembab
- Sediakan tempat
tidur yang nyaman
dan bersih
- Tentukan temperatur
ruangan yang paling
nyaman
- Sediakan lingkungan
yang tenang
- Perhatikan hygiene
pasien untuk
menjaga
kenyamanan
- Atur posisi pasien
yang membuat
nyaman.
Cemas Setelah dilakukan . Menurunkan
Definisi : Perasaan gelisah asuhan cemas
yang tak jelas dari keperawatan Definisi :
ketidaknyamanan atau selama......x24 jam meminimalkan rasa
ketakutan yang disertai pasien takut, cemas, merasa
respon autonom (sumner menunjukan dapat dalam bahaya atau
tidak spesifik atau tidak : ketidaknyamanan
diketahui oleh individu); 1. Mengontrol terhadap sumber
perasaan keprihatinan cemas: yang tidak diketahui
disebabkan dari antisipasi Definisi : Intervernsi:
terhadap bahaya. Sinyal Tindakan Tenangkan pasien
ini merupakan peringatan seseorang untuk Jelaskan seluruh
adanya ancaman yang mengurangi prosedurt tindakan
akan datang dan perasaan kepada pasien dan
memungkinkan individu tertekan/terbebani perasaan yamng
untuk mengambil langkah dan ketegangan mungkin muncul
untuk menyetujui terhadap dari sumber yang pada saat melakukan
tindakan. tidak dapat tindakan
diidentifikasi Berusaha memahami
Faktor yang Indikator : keadaan pasien
berhubungan : terpapar Monitor intensitas Berikan informasi
racun, konflik yang tidak cemas tentang diagnosa,
disadari tentang nilai-nilai Meghilangkan prognosis dan
utama/tujuan hidup, penyebab cemas tindakan
berhubungan dengan Menurunkan Mendampingi pasien
keturunan/herediter, stimulus untuk mengurangi
kebutuhan tidak terpenuhi, lingkungan ketika kecemasan dan
transmisi iterpersonal, cemas meningkatkan
krisis Mencari informasi kenyamanan
situasional/maturasional, untuk menurunkan Dorong pasien untuk
ancaman kematian, cemas menyampaikan
ancaman terhadap konsep Gunakan strategi tentang isi
diri, stress, substans abuse, koping efektif perasaannya
perubahan dalam: status Melaporkan Kaji tingkat
peran, status kesehatan, kepada perawat kecemasan
pola interaksi, fungsi penurunan lama Dengarkan dengan
peran, lingkungan, status cemas penuh perhatian
ekonomi. Menggunakan Ciptakan hubungan
Batasan karaktersistik : teknik relaksasi saling percaya
Perilaku untuk menurunkan Bantu pasien
- Produktivitas berkurang cemas menjelaskan keadaan
- Scanning dan Mempertrahankan yang bisa
kewaspadaan hubungan sosial menimbulkan
- Kontak mata yang buruk Mempertahankan kecemasan
- Gelisah konsentrasi Bantu pasien untuk
- Pandangan sekilas
Melaporkan mengungkapkan hal
- Pergerakan yang tidak
kepada perawat hal yang membuat
berhubungan, (misal :
tidur cukup cemas
berjalan dengan menyeret
Melaporkan Ajarkan pasien
kaki, pergelangan
kepada perawat teknik relaksasi
tangan/lengan
- Menunjukkan perhatian bahwa cemas tidak Berikan obat obat
seharusnya dalam kejadian mempengatruhi yang mengurangi
hidup keadaan fisik cemas
- Insomnia Tidak adanya
- Resah tingkahlaku yang
Affektive menunjukan
- Penyesalan cemas
- Irritable
- Kesedihan yang Keterangan:
mendalam 1 :Tidak pernah
- Ketakutan menunjukkan
- Gelisah, gugup 2 : Jarang
- Mudah tersinggung menunjukkan
- Rasa nyeri hebat dan 3 : Kadang-
menetap kadang
- Ketidakberdayaan menunjukkan
meningkat 4 : Sering
- Membingungkan menunjukkan
- Ketidaktentuan 5 : Selalu
- Peningkatan kewaspadaan menunjukkan
- Fokus pada diri
- Perasaan tidak adekuat
2. Koping yang
- Ketakutan
baik
- Distress
Definisi :
- Kekhawatiran, prihatin
Tindakan untuk
- Cemas
mengelola stressor
Fisiologis :
yang
- Suara gemetar
menggunakan
- Gemetar, tangan tremor
sumber individu
- Goyah
Indikator :
- Respirasi meningkat
- Mengenal koping
(simpatis)
efektif
- Keinginan kencing
- Mengenal koping
(parasimpatis)
tak efektif
- Nadi meningkat
- Memverbalkan
(simpatis)
kemampuan
- Berkeringat banyak
kontrol
- Wajah tegang
- Melaporkan
- Anorexia (simpatis)
menurunnya stress
- Jantung berdetak kuat
- Memverbalkan
(simpatis)
penerimaan
- Diare (parasimpatis)
terhadap situasi
- Keragu-raguan dalam
- Mencari informasi
berkemih (parasimpatis)
yang berkaitan
- Kelelahan (Simpatis)
dengan penyakit
- Mulut kering (simpatis)
dan
- Kelemahan (simpatis)
pengobatannya
- Wajah kemerahan
- Modifikasi gaya
(simpatis)
hidup sesuai
kebutuhan
- Beradaptasi
dengan perubahan
perkembangan
- Menggunakan
support sosial
yang
memungkinkan
- Mengerjakan
sesuatu yang
menurunkan stress
- Mengenal strategi
koping multipel
- Menggunakan
strategi koping
efektif
- Menghindari
situasi penuh
stress
- Memverbalkan
kebutuhan akan
bantuan
- Mencari
pertolongan
professional yang
sesuai
- Melaporkan
menurunnya
keluhan fisik
- Melaporkan
menurunnya
perasaan negatif
- Melaporkan
kenyamanan
psikologis yang
meningkat
Keterangan:
1 :Tidak pernah
menunjukkan
2 : Jarang
menunjukkan
3 : Kadang-
kadang
menunjukkan
4 : Sering
menunjukkan
5 : Selalu
menunjukkan
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Manajemen
nutrisi: kurang dari asuhan Nutrisi
kebutuhan tubuh keperawatan Definisi : membantu
Definisi : Intake nutrisi selama …. X 24 dengan atau
tidak cukup untuk jam klien dapat menyediakan
keperluan metabolisme menunjukkan masukan diet
tubuh 1. status nutrisi seimbang dari
Batasan karakteristik : yang baik, makanan dan cairan
- Berat badan 20 % di Definisi : Nutrisi Intervensi :
bawah ideal cukup untuk - Catat jika klien
- Dilaporkan adanya intake memenuhi memiliki alergi
makanan yang kurang dari kebutuhan makanan
metabolisme tubuh - Catat makanan
RDA (Recomended Daily Indikator : kesukaan klien
Allowance) - Masukan nutrisi - Tentukan jumlah
- Membran mukosa dan - Masukan kalori dan tipe
konjungtiva pucat makanan dan nutrien yang
- Kelemahan otot yang cairan dibutuhkan
digunakan untuk - Tingkat energi - Dorong asupan
menelan/mengunyah cukup kalori sesuai tipe
- Luka, peradangan pada - Berat badan stabil tubuh dan gaya hidup
rongga mulut - Nilai - Dorong asupan zat
- Mudah merasa kenyang, laboratorium besi
sesaat setelah mengunyah - Tawarkan makanan
makanan Keterangan: ringan
- Dilaporkan atau fakta 1 : Sangat - Berikan gula
adanya kekurangan bermasalah tambahan k/p
makanan 2 : Cukup - Tawarkan bumbu
- Dilaporkan adanya bermasalah sebagai pengganti
perubahan sensasi rasa 3 : Masalah garam
- Perasaan sedang - Berikan makanan
ketidakmampuan untuk 4 : Sedikit tinggi kalori, protein
mengunyah makanan bermasalah dan minuman yang
- Miskonsepsi 5 : Tidak ada mudah dikonsumsi
- Kehilangan BB dengan masalah - Berikan pilihan
makanan cukup makanan
- Keengganan untuk makan - Sesuaikan diet
- Kram pada abdomen dengan gaya hidup
- Tonus otot jelek klien
- Nyeri abdominal dengan - Ajarkan klien cara
atau tanpa patologi membuat catatan
- Kurang berminat terhadap makanan
makanan - Monitor asupan
- Pembuluh darah kapiler nutrisi dan kalori
mulai rapuh - Timbang berat
- Diare dan atau steatorrhea badan secara teratur
- Kehilangan rambut yang - Berikan informasi
cukup banyak (rontok) tentang kebutuhan
- Suara usus hiperaktif nutrisi dan
- Kurangnya informasi, bagaimana
misinformasi memenuhinya
- Ajarkan teknik
Faktor yang penyiapan dan
berhubungan : penyimpanan
Ketidakmampuan makanan
pemasukan atau mencerna - Tentukan
makanan atau kemampuan klien
mengabsorpsi zat-zat gizi untuk memenuhi
berhubungan dengan kebutuhan nutrisinya
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi. 2. Monitor nutrisi
Definisi :
mengumpulkan dan
menganalisa data
dari pasien untuk
mencegahatau
meminimalkan
malnutrisi.
Intervensi :
- BB klien dalam
interval spesifik
- Monitor adanya
penurunan BB
- Monitor tipe dan
jumlah nutrisi untuk
aktivitas biasa
- Monitor respon
emosi klien saat
berada dalam situasi
yang mengharuskan
makan.
- Monitor interaksi
anak dengan orang
tua selama makan.
- Monitor lingkungan
selama makan.
- Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan, tidak
selama jam makan.
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam dan
mudah patah.
- Monitor adanya
bengkak pada alat
pengunyah,
peningkatan
perdarahan, dll.
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, kadar
Ht.
- Monitor kadar
limfosit dan
elektrolit.
- Monitor makanan
kesukaan.
- Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan.
- Monitor kadar
energi, kelelahan,
kelemahan.
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan pada
jaringan konjungtiva.
- Monitor kalori dan
intake nutrisi.
- Catat adanya edema,
hiperemia,
hipertropik papila
lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah
berwarna merah
keunguan.
POST OPERASI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Nyeri
keperawatan selama ….x Definisi : perubahan atau
Definisi : Sensori dan 24 jam, klien dapat: pengurangan nyeri ke
pengalaman emosional1. Mengontol nyeri tingkat kenyamanan yang
yang tidak menyenangkan Definisi : tindakan dapat diterima pasien
yang timbul dari seseorang untuk Intervensi:
kerusakan jaringan aktual mengontrol nyeri - Kaji secara menyeluruh
atau potensial, muncul ndikator: tentang nyeri, meliputi:
tiba-tiba atau lambat Mengenal faktor-faktor lokasi,
dengan intensitas ringan penyebab karakteristik,waktu
sampai berat dengan Mengenal onset/waktu kejadian, lama, frekuensi,
akhir yang bisa kejadian nyeri kualitas,
diantisipasi atau diduga tindakan pertolongan non- intensitas/beratnya nyeri,
dan berlangsung kurang analgetik dan faktor-faktor
dari 6 bulan. Menggunakan analgetik pencetus
melaporkan gejala-gejala - Observasi isyarat-isyarat
Batasan karakteristik : kepada tim kesehatan non verbal dari
- Laporan secara verbal (dokter, perawat) ketidaknyamanan,
atau non verbal adanya nyeri terkontrol khususnya dalam
nyeri ketidakmampuan untuk
- Fakta dari observasi Keterangan: komunikasi secara efektif
1 = tidak pernah dilakukan
- Posisi untuk menghindari - Berikan analgetik sesuai
nyeri 2 = jarang dilakukan dengan anjuran
- Gerakan melindungi 3 = kadang-kadang dilakukan - Gunakan komunkasi
4
- Tingkah laku berhati-hati= sering dilakukan terapeutik agar klien
- Muka topeng 5 = selalu dilakukan dapat mengekspresikan
- Gangguan tidur (mata nyeri
sayu, tampak capek, sulit2. Menunjukkan tingkat - Kaji latar belakang
atau gerakan kacau, nyeri budaya klien
menyeringai) Definisi : tingkat - Tentukan dampak dari
- Terfokus pada diri sendiri keparahan dari nyeri ekspresi nyeri terhadap
- Fokus menyempit yang dilaporkan atau kualitas hidup: pola tidur,
(penurunan persepsi ditunjukan nafsu makan, aktifitas
waktu, kerusakan proses mood, hubungan,
berpikir, penurunan pekerjaan,
Indikator: tanggungjawab peran
interaksi dengan orang Melaporkan nyeri
dan lingkungan) - Kaji pengalaman
Frekuensi nyeri individu terhadap nyeri,
- Tingkah laku distraksi, Lamanya episode nyeri
contoh : jalan-jalan, Ekspresi nyeri: wajah keluarga dengan nyeri
menemui orang lain Posisi melindungi tubuh kronis
dan/atau aktivitas, Kegelisahan - Evaluasi tentang
aktivitas berulang-ulang) Perubahan Respirasirate keefektifan dari tindakan
- Respon autonom (seperti Perubahan Heart Rate mengontrol nyeri yang
diaphoresis, perubahan Perubahan tekanan Darah telah digunakan
tekanan darah, perubahan Perubahan ukuran Pupil - Berikan dukungan
nafas, nadi dan dilatasi Perspirasi terhadap klien dan
pupil) Kehilangan nafsu makan keluarga
- Perubahan autonomic - Berikan informasi
dalam tonus otot Keterangan: tentang nyeri, seperti:
(mungkin dalam rentang 1 : berat penyebab, berapa lama
dari lemah ke kaku) 2 : agak berat terjadi, dan tindakan
- Tingkah laku ekspresif 3 : sedang pencegahan
(contoh : gelisah, 4 : sedikit - Kontrol faktor-faktor
merintih, menangis, 5 : tidak ada lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
klien terhadap
ketidaknyamanan
(contoh : temperatur
ruangan, penyinaran, dll)
- Anjurkan klien untuk
memonitor sendiri nyeri
- Ajarkan penggunaan
teknik non-farmakologi
- (ex: relaksasi, guided
imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri yang telah
digunakan
- Berikan dukungan
terhadap klien dan
keluarga
- Berikan informasi
tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan
pencegahan
- Kontrol faktor-faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
klien terhadap
ketidaknyamanan
(contoh : temperatur
ruangan, penyinaran, dll)
- Anjurkan klien untuk
memonitor sendiri nyeri
- Ajarkan penggunaan
teknik non-farmakologi
- (ex: relaksasi, guided
imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase)
- Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri
- Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan respon klien
- Tingkatkan
tidur/istirahat yang cukup
- Anjurkan klien untuk
berdiskusi tentang
pengalaman nyeri secara
tepat
- Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau terjadi keluhan
- Informasikan kepada tim
kesehatan
lainnya/anggota keluarga
saat tindakan
nonfarmakologi
dilakukan, untuk
pendekatan preventif
- monitor kenyamanan
klien terhadap
manajemen nyeri
2. Pemberian
Analgetik
Definisi : penggunaan
agen farmakologi untuk
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Intervensi:
- Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum
pengobatan
- Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik yang
akan digunakan
- Pilih analgetik secara
tepat /kombinasi lebih
dari satu analgetik jika
telah diresepkan
- Tentukan pilihan
analgetik (narkotik, non
narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital, sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
- Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
- Dokumentasikan respon
dari analgetik dan efek-
efek yang tidak
diinginkan
- Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
analgetik
(konstipasi/iritasi
lambung)
3. Manajemen
lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk
kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang
menyebabkan
ketidaknyamanan seperti
pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur
ruangan yang paling
nyaman
- Sediakan lingkungan
yang tenang
- Perhatikan hygiene
pasien untuk menjaga
kenyamanan
- Atur posisi pasien yang
membuat nyaman.
DISCHARGE PLANNING
1. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran,
memanjang ke atas ke dalam kandung kencing dan menyumbat aliran air kencing dengan menutup lubang
berkemih/buang air kecil. BPH merupakan kondisi penyakit yang paling umum pada pria lansia.
3. PENATALAKSANAAN:
Observasi : pada pasien dengan keluhan ringan. Mencakup nasehat mengurangi minum setelah makan
malam, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol. Setiap 3 bulan kontrol
Terapi obat, dapat menurunkan gangguan aliran air seni dan mengurangi gejala.
Terapi bedah
Prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang mengalami perbesaran.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia
Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta
McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia
Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, Philadelphia, USA.
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC, Jakarta
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)
I. PENGERTIAN
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar periuretra
yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah. (Anonim FK UI 1995).
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior dari kandung
kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm.
Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragma
urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir
pada verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksterna.
II. PATOFISIOLOGI
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga
terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher
buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut,
maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi
saluran kemih atas.
III. ETIOLOGI
Penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor resiko umur dan hormon androgen
(Anonim,FK UI,1995). Pada umur diatas 50 tahun, pada orang laki-laki akan timbul mikronodule dari kelenjar
prostatnya.
Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS),yang
dibedakan menjadi:
1. Gejala iritatif, yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun pada malam hari untuk miksi
(nokturia),perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi),dan nyeri pada saat miksi (disuria).
2. Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas setelah miksi, kalau mau miksi harus
menunggu lama, harus mengedan,kencing terputus-putus,dan waktu miksi memanjang yang akhirnya
menjadi retensi urin dan inkontinen karena overflow. (Anonim,FK UI,1995).
V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum,
kelainan lain seperti benjolan dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur dapat
diperhatikan konsistensi prostat, adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat
diraba. Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urine setelah miksi
spontan. Sisa miksi ditentukan engan mengukur urine yang masih dapat keluar dengan kateterisasi.
Sisa urine dapat pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.
2.Pemeriksaan laboratorium
a.Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum kreatinin.
b.Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsi.
3.Pemeriksaan radiologi :
b.BNO-IVP
c.Systocopy
d.Cystografi
4.USG
VI. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa
2. Terapi bedah : Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi.
Indikasi terapi bedah yaitu :
b. Hematuria
1. PROSTATEKTOMI
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu suatu insisi yang
dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini lebih praktis dibanding
cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Keuntungan yang lain memberikan
pendekatan anatomis langsung, drainage oleh bantuan gravitasi, efektif untuk terapi kanker radikal,
hemostatik di bawah penglihatan langsung,angka mortalitas rendah, insiden syok lebih rendah, serta
ideal bagi pasien dengan prostat yang besar, resiko bedah buruk bagi pasien sangat tua dan ringkih.
Pada pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat dengan rektal.
Lebih jauh lagi inkontinensia, impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini.
Kerugian lain adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang
operatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah suatu teknik yang lebih umum dibanding pendekatan suprapubik dimana insisi abdomen
lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa tanpa
memasuki kandung kemih. Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis.
Meskipun darah yang keluar dapat dikontrol dengan baik dan letak bedah labih mudah untuk dilihat,
infeksi dapat cepat terjadi dalam ruang retropubis. Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengobati
penyakit kandung kemih yang berkaitan serta insiden hemorargi akibat pleksus venosa
prostat meningkat juga osteitis pubis. Keuntungan yang lain adalah periode pemulihan lebih singkat
serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen melalui uretra. Satu atau dua
buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan
mengurangi kontriksi uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang
) dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat jalan dan
mempunyai angka komplikasi lebih rendah di banding cara lainnya.
3. TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan terhadap
potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-60 gram,
kemudian dilakukan reseksi. Cairan irigasi digunakan secara terus-menerus dengan cairan isotonis selama
prosedur. Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi uretra pars
prostatika (Anonim,FK UI,1995).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon 30 ml, untuk
memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Irigasi kanding kemih yang konstan
dilakukan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai
cairan jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat berkemih
dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari sedang sampai berat,
volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka
pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan
komplikasi jangka panjang adalah striktura uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-40%). Karena
pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun
kemudian.
VII. KOMPLIKASI
1. Perdarahan.
2. Pembentukan bekuan
3. Obstruksi kateter
5. Komplikasi yang lain yaitu perubahan anatomis pada uretra posterior menyebabkan ejakulasi retrogard yaitu
setelah ejakulasi cairan seminal mengalir kedalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin. Selain itu
vasektomi mungkin dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dari uretra prostatik melalui vas deference
dan ke dalam epidedemis. Setelah prostatektomi total ( biasanya untuk kanker ) hampir selalu terjadi
impotensi. Bagi pasien yang tak mau kehilangan aktifitas seksualnya, implant prostetik penis mungkin
digunakan untuk membuat penis menjadi kaku guna keperluan hubungan seksual.
6. Infeksi
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurang
familier terhadap informasi, kognitif.
RENPRA BPH
-v/s dbn (TD 120/80 -Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
mmHg, N: 60-100 dll) untuk mengatasi nyeri.
x/mnt, RR: 16-
20x/mnt). -Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri.
-Monitor V/S
4 Sindrom defisit self Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri makan, kebersihan,
care b/d kelemahan asuhan berpakaian, toileting dan ambulasi)
dan nyeri, keperawatan ….
penyakitnya jam klien mampu
Perawatan diri
-Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri
Dg KH:
-Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
-Pasien dapat berpakaian, toileting dan makan dan ambulasi
melakukan aktivitas
sehari-hari (makan,
berpakaian,
-Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan
untuk merawat diri
kebersihan,
toileting, ambulasi)
-Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
-Kebersihan diri
pasien terpenuhi -Anjurkan & ajarkan klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuannya