id/2013/09/asuhan-keperawatan-untuk-bph-
benigna.html
B. Etiologi
Penyebab BPH tidak dapat dimengerti, berbagai hubungan antara diet, obesitas, aktivitas
sexsual dan suku etnik telah diselidiki, tak satupun memberikan pengetahuan yang spesifik pada
etiologi. Penyebabnya tidak pasti, tetapi bukti-bukti menunjukan bahwa hormon menyebabkan
hiperplasia jaringan penyangga stromal damn elemen glandular pada prostat.
1. Dihydrotestosteron Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron Pada proses penuaan
pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan
hiperplasi stroma.
3. Interaksi stroma - epitel Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast
growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma
dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
C. Patofisiologi
Hormon androgen yang memperantarai pertumbuhan prostat pada semua usia adalah
dihirosteron (DHT), DHT dibentuk dalam prostat dari testosteron. Meskipun produksi androgen
menurun pada pria lansia, tetapi prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT. Pada preia estrogen
dipropduksi dalam jumlah kecil dan memperlihatkan kepekaannya pada kelenjar prostat dan
berpengaruh terhadap DHT. Jumlah estrogen yang meningkat dihubungkan dengan penuaan atau
relatif meningkat dihubungkan dengan jumlah testosteron yang berkontribusi terhadap
hiperplasia prostat.
Wilayah prostat, BPH dimulai dengan nodul-nodul kecil dalam transisi wilayah prostat,
disebelah uretra. Nodul-nodul dengan glanular ini dibentuk dari jaringan hiperplastilk. Jaringan
yang berkembang akan menekan jaringan yang disekitarnya, dan menyebabkan penyempitan
uretra. BPH yang menekan atau tidak, dapat menimbulkan gejala. Gejala-gejala tersebut
bergantung pada kekuatan kapsul prostat, jika kapsul prostat ini kuat, maka kelenjar akan
berkembang sedikit dan menimbulkan obstruksi pada uretra. Penyempitan postrat uretra
menyebabkan gejala BPH. Hipertropi otot mengkonpensasi perningkatan.
Resisten aliran urin, meskipun akhirnya kompliern bleder menurun dan ketidakstabilan
bleder ini dapat menghasilkan gejala BPH. Nokturia, peningkatan urin yang berklebihan pada
malam hari, peningkatan frekuensi tersebut dihubungkan dengan BPH. Jika tidak diobati
peningkatan tekanan dalam bleder menyebabkan terjadinya refkux urin kedalam ureter, yang
disebut “fesikouretal reflux”. Masalah-masalah ini menjadi dasar terjadinya hidro ureter dan
idronefrosis, yang bisa membahayakan fungsi renal. Komplikasi ini jarang terjadi, karena
kebanyakan pria segera mencari pertolongan sebelum gejalanya berkembang.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma
Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala Obstruktif
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang
disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama
meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan
otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
3) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
4) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu
untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
b. Gejala Iritasi
1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
(Nocturia) dan pada siang hari.
3) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
E. Penatalaksanaan
Perawatan pada klien dengan BPH difokuskan pada diagnosa dari kerusakan, memperbaiki atau
meminimalkan obstruksi urinaria dan mencegah atau mengobati komplikasi yang terjadi
sekarang ini. Pembedahan dan pengobatan BPH mengalami perubahan yang cepat dengan
berbagai pengobatan yang baru. Saat ini, pengobatan dan perawatan lebih difokuskan pada
beratnya gejala. Beberapa pria di diagnosa dengan BPH selama pemeriksaan fisik secara urin
sebelum gejala berkembang. Beberapa diantaranya menunggu sampai timbul ketidaknyamanan
dari dysuria, urgensi, dan retensi urin hampir tidak dapat diatasi. Sebelum mencari pertolongan.
1. Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung
keadaan klien
2. Farmakologi
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai
penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa
repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.
3. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
b. Klien dengan residual urin > 100 ml.
c. Klien dengan penyulit.
d. Terapi medikamentosa tidak berhasil.
e. Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
Pembedahan dapat dilakukan dengan :
a. TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 - 95 % )
b. Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
c. Perianal Prostatectomy
d. Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
B. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih dan infeksi urinaria.
3. Retensi kekurangan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port masuknya mikroorganisme melalui
kateterisasi
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
DX INTERVEN RASIONAL
SI
KEPERAW
ATAN
1 - Dorong - Meminimalkan
pasien retensi urin dan
berkemih 2- distensi
4 jam dan berlebihan pada
bila tiba-tiba kandung kemih.
dirasakan. - Tekanan
uretral tinggi
- Tanyakan menghambat
pasien pengosongan
tentang kandung kemih
inkontinentia- Berguna
stress unutuk
- Observasi mengevaluasi
aliran urin, obstruksi dan
perhatikan pilihan
ukuran dan intervensi
kekuatan - Distensi
- Perkusi/palp kandung kemih
asi area dapat dirasakan
suprapubik diarea
suprapubik
- Dorong - Peningkatan
masukan aliran cairan
cairan memepertrahan
sampai 3000 kan perfusi
ml sehari ginjal,
dalam membersihkan
kondisi ginjal dan
jantung bila kandung kemih
diindikasika dari bakteri
n
2 - Kaji nyeri, - Memberikan
perhatikan informasi untuk
lokasi, membantu
intensitas dalam
lamanya intervensi
- Pertahankan- Tirah baring
tirah baring mungkin
bila diperlukan pada
diindikasika awal selama
n fase akut.
Namun
ambulasi dini
dapat
- Dorong memperbaiki
teknik pola berkemih
relaksasi normal dan
menghilangkan
nyeri kolik
- Dorong - Meningkatkan
menggunaka relaksasi,
n rendam memfokuskan
duduk kembali
- Plester perhatian dan
selang dapat
drainase meningkatkan
pada paha koping
dan kateter - Meningkatkan
pada relaksasi otot
abdomen - Mencegah
- Berikan obat penarikan
sesuai kandung kemih
indikasi dan erosi
pertemuan
penis-skrotal
- Diberikan
untuk
menghilangkan
nyeri berat,
memberikan
relaksasi dan
fisik
3 - Awasi - Diuresis cepat
keluaran dapat
dengan hati- menyebabkan
hati, tiap jam kekurangan
bila total volume
diindikasika cairan, karena
n. Perhatikan ketidak
keluaran cukupan jumlah
100-200 natrium
ml/jam diabsorpsi
dalam tubulus
ginjal
- Dorong - Pasien dibatasi
peningkatan pemasukan oral
pemasukan dalam upaya
oral mengontrol
berdasarkan urinaria,
kebutuhan homeostatik
individu pengurangan
cadangan dan
penigkatan
- Awasi TD, resiko dehidrasi
nadi dengan - Memampukan
sering, deteksi dini /
evaluasi intervensi
pengisian hipovolemik
kaviler dan sistemik
membran
mukosa oral - Menurunkan
- Tingkatkan kerja
tirah baring jantung,memud
dengan ahkan kerja
kepala tinggi homeostatis
sirkulasi
- Awasi - Bila
elektrolit pengumpulan
khususnya cairan
natrium tekumpul dari
area
eksreselular
natrium dapat
mengikuti
- Berikan perpindahan
cairan IV menyebabkan
(garam faal hiponatremia
hipertonik)
sesuai - Menggantikan
kebutuhan kehilangan
cairan dan
natrium untuk
mencegah/mem
perbaiki
hipovolemia
4 - Observasi - Mengontrol
insisi luka insisi
(adanya
indurasi
drainage dan- Mencegah
kateter), masuknya
(adanya bakteri /
sumbatan, mikroorganism
kebocoran) e ke luka insisi
- Lakukan
perawatan - Mengidentifika
luka insisi si adanya
secara infeksi.
5 aseptik, jaga
kulit sekitar - Mencegah
kateter dan tanda-tanda
drainage Shock
- Monitor
balutan
luka, Observ- Menunjukan
asi urine: perhatian Dn
warna, keinginan
jumlah, bau. untuk
- Monitor membantu
tanda-tanda
sepsis (nadi - Membantu
lemah, pasien
hipotensi, memahami
nafas tujuan dari apa
meningkat, yang dilakukan
dingin) dan
- Selalu ada mengurangi
untuk masalh karena
pasien, buat ketidaktahuan,
hubungan termasuk
saling ketakutan akan
percaya kanker. Namun
dengan kelebihan
pasien / ionformasi
orang tidak
terdekat membantu dan
- Berikan dapat
informasi meningkatkan
tentang kecemasan
proseduf dan- Menyatakan
tes khusus penerimaan dan
dan apa yang menghilangkan
akan terjadi rasa malu
misalnya pasien
pemasangan
kateter - Mendefinisikan
masalah,
memberikan
kesempatan
untuk
- Pertahankan menjawab
perilaku pertanyaan,
nyata dalam memperjelas
melakukan kesalahan
prosedur, konsep, dan
lindungi solusi
privsi klien pemecahan
- Dorong masalah
psien / orang- Memingkinkan
terdekat pasien untuk
menyatakan menerima
masalah / kenyataan dan
perasaan menguatkan
kepercayaan
pada pemberian
perawatan dan
- Beri pemberi
penguatan informasi
informasi
pasien yang
telah
diberikan
sebelumnya
D. Evaluasi
1. Menunjukan penurunan ansietas
2. Menunjukan rasa nyeri yang minimal
3. Tanda-tanda vidal dalam batas normal
4. Tanda peradangan hemoragi tidak ada
5. Sistem drainase oprtimal
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
bph.html
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia.
B. ETIOLOGI
- Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi
kencing bertambah terutama pada malam hari
- Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi
terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
- Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke
atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,
hidronefrosis.
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular pada prostat.
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada
RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.
2. Teori hormon
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh
sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan
pada kemunculan dan perkembangan hiperplasi prostat.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (-FGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien
dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. -
FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran
awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat
yang membesar.
Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)
jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi
involunter,
Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience maksimum,
tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
prostat yang membesar.
Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi
ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini
dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia dan hemoroid.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,
eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri
dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal
dan status metabolik.
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan
pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin.
Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-
buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari
fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria,
residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal,
mendeteksi residu urin dan batu ginjal.
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada
hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya
dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing
(viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk
menilai residual urin.
E. MANAGEMEN TERAPI
Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
- Retensi urin berulang
- Hematuri
Prostatektomi perineal sangat berguna untuk biopsi terbuka. Pada pasca operatif, luka
bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat rektum. Inkontinensia, impotensi,
atau cedera rektal lebih mungkin terjadi komplikasi pada pendekatan ini.
Insisi prostat transuretral (TUIP)diindikasikan ketika kelenjar prostat kecil (30mg atau
kurang). Satu atau du buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretra
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang
mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi mencakup
perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi
seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada
prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada
kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu karena
saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir ke dalam
kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra posterior
menyebabkan ejakulasi retrogard.
Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum transuretral
F. PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
- Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam. Sebelum pemeriksaan IVP pasien
diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk
meminimalkan masuknya udara
2. Post operasi
Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)
- Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis < 50cc)
- Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien
sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.
- Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
- Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
- Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
- Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih,
merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar
kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme.
Kompres hangat pada pubis dapat membantu menghilangkan spasme.
- Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk terlalu
lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan
- Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan
perineal harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.
- Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga
sedikit merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.
- Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya
menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan
vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan kateter pada
tempatnya memberikan tekannan pada fossa prostatik.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
- Sulit kencing
- Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
- Kalau mau miksi harus menunggu lama
b. Data Obyektif
- Terpasang kateter
2. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
- Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas
b. Data Obyektif
- Tampak lemah
a. Riwayat kesehatan : riwayat penyakit dahulu, riwyat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup pasien, apakah masalah urinari yang dialami
pasien.
b. Pengkajian fisik
- Sering berkemih
2) Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
d. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses
penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.
a. Pre operasi
- Nyeri akut
- Cemas
b. Post operasi
- Nyeri akut
- Resiko infeksi
Rencana keperawatan
PRE OPERASI
Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)
3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan
terapeutik
Intervensi :
- Batasi pengunjung
- Ketakutan Keterangan:
- Membingungkan 4 : Sering
menunjukkan
- Ketidaktentuan
5 : Selalu
- Peningkatan kewaspadaan menunjukkan
- Fokus pada diri
Fisiologis : Indikator :
- Mengenal koping
- Suara gemetar efektif
- Mengenal strategi
koping multipel
- Menggunakan
strategi koping
efektif
- Menghindari
situasi penuh
stress
- Memverbalkan
kebutuhan akan
bantuan
- Mencari
pertolongan
professional yang
sesuai
- Melaporkan
menurunnya
keluhan fisik
- Melaporkan
menurunnya
perasaan negatif
- Melaporkan
kenyamanan
psikologis yang
meningkat
Keterangan:
1 :Tidak pernah
menunjukkan
2 : Jarang
menunjukkan
3 : Kadang-
kadang
menunjukkan
4 : Sering
menunjukkan
5 : Selalu
menunjukkan
Membran
mukosa dan makanan Dorong asupan zat besi
Masukan
konjungtiva pucat dan cairan
Tawarkan makanan ringan
Kelemahan
otot yang Tingkat energi
Berikan gula tambahan k/p
digunakan untuk cukup
menelan/mengunyah Tawarkan bumbu sebagai
Berat badan stabil
pengganti garam
Luka,
peradangan pada
Nilai laboratorium
rongga mulut Berikan
makanan tinggi kalori,
protein dan minuman yang
Mudah
merasa kenyang,
mudah dikonsumsi
sesaat setelah mengunyah
Keterangan:
makanan Berikan pilihan makanan
1 : Sangat
Dilaporkan
atau fakta Sesuaikan diet dengan gaya
bermasalah
adanya kekurangan hidup klien
makanan 2 : Cukup
Ajarkan
klien cara membuat
bermasalah
Dilaporkan
adanya catatan makanan
perubahan sensasi rasa 3 : Masalah
Monitor asupan nutrisi dan
sedang
Perasaan
ketidakmampuan kalori
untuk mengunyah makanan 4 : Sedikit
Timbang berat badan secara
bermasalah
Miskonsepsi teratur
5 : Tidak ada
Kehilangan
BB dengan Berikan
informasi tentang
masalah
makanan cukup kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
Keengganan untuk makan
Ajarkan
teknik penyiapan dan
Kram pada abdomen
penyimpanan makanan
Tonus otot jelek
Tentukan
kemampuan klien
Nyeri
abdominal dengan untuk memenuhi kebutuhan
atau tanpa patologi nutrisinya
Kurang
berminat terhadap
makanan
2. Monitor nutrisi
Pembuluh
darah kapiler Definisi :mengumpulkan dan
mulai rapuh menganalisa data dari pasien
untuk mencegahatau
Diare dan atau steatorrhea meminimalkan malnutrisi.
Kehilangan
rambut yang Intervensi :
cukup banyak (rontok)
BB klien dalam interval spesifik
Suara usus hiperaktif
Monitor adanya penurunan BB
Kurangnya
informasi,
misinformasi Monitor
tipe dan jumlah nutrisi
untuk aktivitas biasa
Monitor
respon emosi klien
Faktor yang
saat berada dalam situasi yang
berhubungan :
Ketidakmampuan mengharuskan makan.
pemasukan atau mencerna
makanan atau Monitor
interaksi anak dengan
mengabsorpsi zat-zat gizi orang tua selama makan.
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau Monitor lingkungan selama
ekonomi. makan.
Monitor
kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah.
Monitor
adanya bengkak pada
alat pengunyah, peningkatan
perdarahan, dll.
Monitor
kadar albumin, total
protein, Hb, kadar Ht.
Monitor
pucat, kemerahan, dan
kekeringan pada jaringan
konjungtiva.
Catat
jika lidah berwarna merah
keunguan.
POST OPERASI
- Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)
3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan
terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
Ketidakcukupan
Indikator: - Ganti peralatan klien setiap
pengetahuan untuk selesai tindakan
menghindari paparan Menerangkan cara-cara
patogen penyebaran - Batasi jumlah pengunjung
Drainase serosasanguinis
pada drain berkurang
2 : terbatas
3 : Sedang
2. Ajarkan : pengobatan
4 : Luas
- Jelaskan klien utk mengenal
5 : Sangat luas
karakteristik obat
makan
Intervensi :
Definisi :
berpakaian
Monitor kemempuan klien untuk
Gangguan kemampuan perawatan diri yang mandiri.
untuk melakukan ADL pada toileting
diri Monitor kebutuhan klien untuk
mandi alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias,
berhias
toileting dan makan.
Batasan karakteristik :
ketidakmampuan untuk hygiene Sediakan bantuan sampai klien
mandi, ketidakmampuan mampu secara utuh untuk
untuk berpakaian, oral hygiene melakukan self-care.
ketidakmampuan untuk
ambulasi: berjalan
makan, ketidakmampuan Dorong klien untuk melakukan
untuk toileting ambulasi: wheelchair aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan
transfer performance yang dimiliki.
DISCHARGE PLANNING
1. PENGERTIAN
Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kencing dan menyumbat aliran air kencing
dengan menutup lubang berkemih/buang air kecil. BPH merupakan kondisi penyakit yang
paling umum pada pria lansia.
3. PENATALAKSANAAN:
Observasi : pada pasien dengan keluhan ringan. Mencakup nasehat mengurangi minum setelah
makan malam, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol. Setiap 3 bulan
kontrol
Terapi obat, dapat menurunkan gangguan aliran air seni dan mengurangi gejala.
Terapi bedah
- Jus buah dan sayuran tinggi serat dapat digunakan untuk memudahkan buang air besar dan
mencegah mengejan yang berlebihan.
- Latihan otot-perineal dilakukan dengan menekan bokong bersamaan, tahan posisi ini, rileks.
Latihan ini dapat dilakukan 10 sampai 20 kali setiap jam ketika duduk atau berdiri.
- Coba untuk memutuskan aliran air kencing setelah mulai buang air kecil, tunggu beberapa
detik dan kemudian lanjutkan.
- Kembalinya Kemampuan mengontrol buang air kecil adalah proses yang bertahap, pasien
dapat terus merasa berkemih tidak tuntas setelah dipulangkan dan rasa tersebut harus secara
bertahap hilang (hingga 1 tahun)
- Air kencing mungkin tampak keruh selama beberapa minggu setelah pembedahan dan kembali
jernih ketika area prostat menyembuh
- Dalam masa penyembuhan (6 - 8 minggu) pasien tidak boleh melakukan aktivitas seperti
mengejan ketika buamg air besari, mengangkat barang berat. Hal ini dapat meningkatkan
tekanan pada pembuluh darah balik dan menyebabkan keluarnya darah
- Pasien harus menghindari perjalanan jarak jauh dengan motor dan latihan berat yang dapat
meningkatkan perdarahan.
- Minum cukup cairan (paling sedikit 3000-4000 ml) untuk mencegah dehidrasi, yang dapat
meningkatkan terbentuknya jendalan darah dan menyumbat aliran air kencing
- Tanda-tanda seperti perdarahan, keluarnya jendalan darah, penurunan aliran air kencing, atau
gejala infeksi saluran kemih harus dilaporkan ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby:
Philadelphia
Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2, EGC,
Jakarta
http://mantrinews.blogspot.co.id/2012/01/neoplasma-pada-sistem-perkemihan.html
Hematuria merupakan gejala yang paling lumrah pada carcinoma sel-sel renal. Hematuri
yang intermitten mengurangi kepedulian orang untuk mencari pertolongan. Setiap orang
yang mengalami hematuria harus menjalani pemeriksaan urologi yang lengkap, karena
lebih dini diketahui maka peluang sembuh akan lebih bersih. Gejala-gejala lain terdiri dari
rasa nyeri tumpul pada bagian pinggir badan, berat badan turun, demam, polycytemia.
Mungkin timbul hipertensi karena dampak stimulasi sistem renin angiotensin.
IVP akan memperlihatkan ketidakserasian tepi-tepi ginjal dan memberi gambaran adanya
dugaan tumor ginjal. Tumor kecil pada parenkhim tidak akan jelas, tapi bisa diperjelas
dengan CT scan. Ct scan juga penting untuk membuat diferensiasi carcinoma sel-sel ginjal
dan kista renal. Angiografi juga bisa dikerjakan untuk diferensiasi kista dengan tumor.
Kecuali pada orang yang berisiko jelek untuk bedah atau telah timbul metastase hebat,
ginjal dapat diangkat (nefrektomi) dengan cara transabdominal, thoraco abdominal atau
retroperitoneal. Yang pertama merupakan yang paling sering dipilih agar menjamin arteri
dan vena renal tetap aman dan sebagai pencegahan penyebaran sel kanker ganas.
Setelah bedah tumor maligna diteruskan dengan sensitifitas radigrafi, biasanya pasien
mendapatkan serangkaian therapi sinar X. Untuk pengobatan ini tidak perlu hospitalisasi.
Radiasi juga dilakukan untuk daerah metastase sebagai pengobatan paliatif bagi mereka
yang tidak mungkin bisa dibedah.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 %
sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari
kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine,
infeksi schistosoma haematobium dan merokok.
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna
yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih
dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap
papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui.
Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang
lain adalah adenocarcinoma.
Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor
kandung kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta
pertolongan. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran
kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti.
Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena tumor merupakan benda
asing di dalam kandung kemih.
Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat
divisualisasikan dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai
tingkatan invasif dari tumor penting dalam menentukan regimen terapi dan dalam
pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah menjalani pengangkatan
papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk selama dua
tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang
baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus
diperkuat oleh perawat.
Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan
sempurna dengan fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang
setelah pembedahan. Air kemih berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross.
Rasa panas saat berkemih dapat diatasi dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat
pada daerah kandung kemih atau berendam air hangat. Pasien boleh pulang beberapa hari
kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah kandung kemih harus
dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau pengangkatan seluruh
kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas.
Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk
memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada pasien yang
fisikinya tidak kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit
dalam pengelolaan bila tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai
karena efeknya yang berbahaya.
C.KARSINOMA PROSTAT
Karsinoma prostat ditemukan secara kebetulan pada waktu prostatektomi, sesudah
dilakukan pemerikasaan patologi anatomik. Karsinoma prostat perlu dicurigai bila pada
rectal toucher teraba benjolan-benjolan yang keras (indurasi pada satu atau beberapa
tempat). Biasanya di lobus posterior. Seringkali penderita datang karena adanya hematuria
gross. Hal ini mungkin karena proses penjalaran karsinoma ke arah lumen uretra dan
menimbulkan ulcerasi disitu sehingga terjadi perdararahan. Diagnosis diferensialnya adalag
batu prostat, TBC prostat, prostatitis kronik. Untuk membedakannya perlu dilakukan biopsi
jarum.
Therapi yang umum digunakan adalah triple therapy yaitu prostatektomy, orkidektomy sub
kapsuler dan pemberian hormon estrogen.
Kelenjar prostat merupakan tempat yang kedua pada pria untuk pertumbuhan kanker.
Terdapat faktor keluarga untuk pertumbuhan penyakit ini. Kanker prostat bertanggung
jawab atas 10% dari seluruh jumlah angka kematian pria. Jarang terjadi sebelum usia 50
tahun dan angka semakin meningkat seiring peningkatan usia. Lebih muda penderita
terserang, lebih lethal penyakit ini. Walaupun kanker bisa dimulai dimana saja pada
kelenjar prostat dan bermulti fokal sumbernya biasanya timbul pada lobus perifer sehingga
timbul pada lobus perifer sehingga timbul nodul yang dapat diraba. Deteksi dini pada waktu
palpasi memungkinkan pengobatan yang dini juga dan dapat memperbaiki prognosa.
Karena alasan tersebut semua pria harus menjalani pemeriksaan rektal tiap tahun.
Kanker prostat biasanya dimulai dengan perubahan pola berkemih, frekuensi, desakan,
nokturia akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Obstruksi uretra yang
lengkap dapat terjadi. Hematuria dapat berkembang menjadi anemia.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI: Media
Aescullapius.
http://naoki88panggih.blogspot.co.id/2009/09/neoplasma-pada-sistem-perkemihan-bag-2.html
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan
kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah
karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan
merokok.
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif.
Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi.
Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap
pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya
lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma.
Kanker kandung kemih dibagi tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya yaitu : tingkat O
Mukosa, tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial, Tingkat D Kelenjar Limfe.
Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung
kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang tidak
disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena
itu tiap terjadi hematuri harus diteliti. Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena
tumor merupakan benda asing di dalam kandung kemih.
Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat divisualisasikan
dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai tingkatan invasif dari tumor penting
dalam menentukan regimen terapi dan dalam pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah
menjalani pengangkatan papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk
selama dua tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang
baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus diperkuat oleh
perawat.
Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan sempurna dengan
fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang setelah pembedahan. Air kemih
berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross. Rasa panas saat berkemih dapat diatasi
dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat pada daerah kandung kemih atau berendam air
hangat. Pasien boleh pulang beberapa hari kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah
kandung kemih harus dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau
pengangkatan seluruh kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas.
Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk
memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada pasien yang fisikinya tidak
kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam pengelolaan bila
tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai karena efeknya yang berbahaya.
http://karyatulisilmiah.com/asuhan-keperawatan-neoplasma-pada-sistem-perkemihan/