Anda di halaman 1dari 47

http://askep-laporan-pendahuluan.blogspot.co.

id/2013/09/asuhan-keperawatan-untuk-bph-
benigna.html

Senin, 14 Januari 2013

ASKEP BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)


A.    Pengertian
 BPH merupakan dimana kelenjar prostatnya mengalami pembesaran, memanjang keatas
kedalam kandung kemih dan menyambut aliran urin dengan menutupi orifisium uretra.
 BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi
beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang
menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo,
1994 : 193 ).
 BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua
dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius
( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).

B.     Etiologi 
      Penyebab BPH tidak dapat dimengerti, berbagai hubungan antara diet, obesitas, aktivitas
sexsual dan suku etnik telah diselidiki, tak satupun memberikan pengetahuan yang spesifik pada
etiologi. Penyebabnya tidak pasti, tetapi bukti-bukti menunjukan bahwa hormon menyebabkan
hiperplasia jaringan penyangga stromal damn elemen glandular pada prostat.
 1.      Dihydrotestosteron  Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi . 
 2.      Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron Pada proses penuaan
pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan
hiperplasi stroma.
 3.      Interaksi stroma - epitel Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast
growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma
dan epitel.
 4.      Berkurangnya sel yang mati Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
       C.    Patofisiologi
Hormon androgen yang memperantarai pertumbuhan prostat pada semua usia adalah
dihirosteron (DHT), DHT dibentuk dalam prostat dari testosteron. Meskipun produksi androgen
menurun pada pria lansia, tetapi prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT. Pada preia estrogen
dipropduksi dalam jumlah kecil dan memperlihatkan kepekaannya pada kelenjar prostat dan
berpengaruh terhadap DHT. Jumlah estrogen yang meningkat dihubungkan dengan penuaan atau
relatif meningkat dihubungkan dengan jumlah testosteron yang berkontribusi terhadap
hiperplasia prostat.
Wilayah prostat, BPH dimulai dengan nodul-nodul kecil dalam transisi wilayah prostat,
disebelah uretra. Nodul-nodul dengan glanular ini dibentuk dari jaringan hiperplastilk. Jaringan
yang berkembang akan menekan jaringan yang disekitarnya, dan menyebabkan penyempitan
uretra. BPH yang menekan atau tidak, dapat menimbulkan gejala. Gejala-gejala tersebut
bergantung pada kekuatan kapsul prostat, jika kapsul prostat ini kuat, maka kelenjar akan
berkembang sedikit dan menimbulkan obstruksi pada uretra. Penyempitan postrat uretra
menyebabkan gejala BPH. Hipertropi otot mengkonpensasi perningkatan.
 Resisten aliran urin, meskipun akhirnya kompliern bleder menurun dan ketidakstabilan
bleder ini dapat menghasilkan gejala BPH. Nokturia, peningkatan urin yang berklebihan pada
malam hari, peningkatan frekuensi tersebut dihubungkan dengan BPH. Jika tidak diobati
peningkatan tekanan dalam bleder menyebabkan terjadinya refkux urin kedalam ureter, yang
disebut “fesikouretal reflux”. Masalah-masalah ini menjadi dasar terjadinya hidro ureter dan
idronefrosis, yang bisa membahayakan fungsi renal. Komplikasi ini jarang terjadi, karena
kebanyakan pria segera mencari pertolongan sebelum gejalanya berkembang.

      D.    Manifestasi klinik


          Keluhan dan Gejala

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma
Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
          a. Gejala Obstruktif
1)      Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang
disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama
meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
2)  Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan
otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
3)      Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
4)      Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu
untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
5)      Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
                 b.      Gejala Iritasi
1)      Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2)      Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
(Nocturia) dan pada siang hari.
3)      Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

                2.      Pemeriksaan Fisik


 a.       Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat
pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta
urosepsis sampai syok - septik.
 b.      Pemeriksaan abdomen dilakukan pada saat palpasi terasa adanya ballotemen dan
klien akan terasa ingin miksi.
 c.       Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra, batu
uretra, karsinoma maupun fimosis.
 d.      Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis
                3.      Pemeriksaan Diagnostik
 a.       Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan
untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien.
 b.      Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.
 c.       PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya
keganasan.
 d.      Pemeriksaan UroflowmetriSalah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran
urin. Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
1)      Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.
2)      Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
                  3)      Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstrukti  
 e.        Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik
1)     BOF (Buik Overzich )
                 Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.
2)      USG (Ultrasonografi)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli – buli
termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra
pubik.

      E.     Penatalaksanaan
Perawatan pada klien dengan BPH difokuskan pada diagnosa dari kerusakan, memperbaiki atau
meminimalkan obstruksi urinaria dan mencegah atau mengobati komplikasi yang terjadi
sekarang ini. Pembedahan dan pengobatan BPH mengalami perubahan yang cepat dengan
berbagai pengobatan yang baru. Saat ini, pengobatan dan perawatan lebih difokuskan pada
beratnya gejala. Beberapa pria di diagnosa dengan BPH selama pemeriksaan fisik secara urin
sebelum gejala berkembang. Beberapa diantaranya menunggu sampai timbul ketidaknyamanan
dari dysuria, urgensi, dan retensi urin hampir tidak dapat diatasi. Sebelum mencari pertolongan.
       1.      Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung
keadaan klien
           2.      Farmakologi
Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai
penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa
repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen.
           3.      Pembedahan
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
 a.       Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut.
 b.      Klien dengan residual urin > 100 ml.
 c.       Klien dengan penyulit.
 d.      Terapi medikamentosa tidak berhasil.
 e.       Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.
Pembedahan dapat dilakukan dengan :
 a.       TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat ® 90 - 95 % )
 b.      Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy
 c.       Perianal Prostatectomy
 d.      Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA


A.      Pengkajian
1.      Identitas pasien
2.      Riwayat keperawatan
-          Bagaimana BPH mempengaruhi gaya hidup.
-          Apa saja masalah urinaria yang terjadi.
-          Apa ada masalah ketidaknyamanan yang berkaitan, misalnya : nyeri punggung
-          Bagaimana riwayat kesehatan keluarga
3.      Pemeriksaan fisik

B.       Diagnosa Keperawatan
1.      Retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih dan infeksi urinaria.
3.      Retensi kekurangan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal.
4.      Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port masuknya mikroorganisme melalui
kateterisasi
5.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C.      Intervensi Keperawatan

DX INTERVEN RASIONAL
SI
KEPERAW
ATAN
1 -       Dorong -       Meminimalkan
pasien retensi urin dan
berkemih 2- distensi
4 jam dan berlebihan pada
bila tiba-tiba kandung kemih.
dirasakan. -       Tekanan
uretral tinggi
-       Tanyakan menghambat
pasien pengosongan
tentang kandung kemih
inkontinentia-       Berguna
stress unutuk
-       Observasi mengevaluasi
aliran urin, obstruksi dan
perhatikan pilihan
ukuran dan intervensi
kekuatan -       Distensi
-       Perkusi/palp kandung kemih
asi area dapat dirasakan
suprapubik diarea
suprapubik
-       Dorong -       Peningkatan
masukan aliran cairan
cairan memepertrahan
sampai 3000 kan perfusi
ml sehari ginjal,
dalam membersihkan
kondisi ginjal dan
jantung bila kandung kemih
diindikasika dari bakteri
n
2 -       Kaji nyeri, -       Memberikan
perhatikan informasi untuk
lokasi, membantu
intensitas dalam
lamanya intervensi
-       Pertahankan-       Tirah baring
tirah baring mungkin
bila diperlukan pada
diindikasika awal selama
n fase akut.
Namun
ambulasi dini
dapat
-       Dorong memperbaiki
teknik pola berkemih
relaksasi normal dan
menghilangkan
nyeri kolik
-       Dorong -       Meningkatkan
menggunaka relaksasi,
n rendam memfokuskan
duduk kembali
-       Plester perhatian dan
selang dapat
drainase meningkatkan
pada paha koping
dan kateter -       Meningkatkan
pada relaksasi otot
abdomen -       Mencegah
-       Berikan obat penarikan
sesuai kandung kemih
indikasi dan erosi
pertemuan
penis-skrotal
-       Diberikan
untuk
menghilangkan
nyeri berat,
memberikan
relaksasi dan
fisik
3 -       Awasi -       Diuresis cepat
keluaran dapat
dengan hati- menyebabkan
hati, tiap jam kekurangan
bila total volume
diindikasika cairan, karena
n. Perhatikan ketidak
keluaran cukupan jumlah
100-200 natrium
ml/jam diabsorpsi
dalam tubulus
ginjal
-       Dorong -       Pasien dibatasi
peningkatan pemasukan oral
pemasukan dalam upaya
oral mengontrol
berdasarkan urinaria,
kebutuhan homeostatik
individu pengurangan
cadangan dan
penigkatan
-       Awasi TD, resiko dehidrasi
nadi dengan -       Memampukan
sering, deteksi dini /
evaluasi intervensi
pengisian hipovolemik
kaviler dan sistemik
membran
mukosa oral -       Menurunkan
-       Tingkatkan kerja
tirah baring jantung,memud
dengan ahkan kerja
kepala tinggi homeostatis
sirkulasi
-       Awasi -       Bila
elektrolit pengumpulan
khususnya cairan
natrium tekumpul dari
area
eksreselular
natrium dapat
mengikuti
-       Berikan perpindahan
cairan IV menyebabkan
(garam faal hiponatremia
hipertonik)
sesuai -       Menggantikan
kebutuhan kehilangan
cairan dan
natrium untuk
mencegah/mem
perbaiki
hipovolemia
4 -       Observasi -       Mengontrol
insisi luka insisi
(adanya
indurasi
drainage dan-       Mencegah
kateter), masuknya
(adanya bakteri /
sumbatan, mikroorganism
kebocoran) e ke luka insisi
-       Lakukan
perawatan -       Mengidentifika
luka insisi si adanya
secara infeksi.
5 aseptik, jaga
kulit sekitar -       Mencegah
kateter dan tanda-tanda
drainage Shock
-       Monitor
balutan
luka, Observ-       Menunjukan
asi urine: perhatian Dn
warna, keinginan
jumlah, bau. untuk
-       Monitor membantu
tanda-tanda
sepsis (nadi -       Membantu
lemah, pasien
hipotensi, memahami
nafas tujuan dari apa
meningkat, yang dilakukan
dingin) dan
-       Selalu ada mengurangi
untuk masalh karena
pasien, buat ketidaktahuan,
hubungan termasuk
saling ketakutan akan
percaya kanker. Namun
dengan kelebihan
pasien / ionformasi
orang tidak
terdekat membantu dan
-       Berikan dapat
informasi meningkatkan
tentang kecemasan
proseduf dan-       Menyatakan
tes khusus penerimaan dan
dan apa yang menghilangkan
akan terjadi rasa malu
misalnya pasien
pemasangan
kateter -       Mendefinisikan
masalah,
memberikan
kesempatan
untuk
-       Pertahankan menjawab
perilaku pertanyaan,
nyata dalam memperjelas
melakukan kesalahan
prosedur, konsep, dan
lindungi solusi
privsi klien pemecahan
-       Dorong masalah
psien / orang-       Memingkinkan
terdekat pasien untuk
menyatakan menerima
masalah / kenyataan dan
perasaan menguatkan
kepercayaan
pada pemberian
perawatan dan
-       Beri pemberi
penguatan informasi
informasi
pasien yang
telah
diberikan
sebelumnya

D.      Evaluasi
1.      Menunjukan penurunan ansietas
2.      Menunjukan rasa nyeri yang minimal
3.      Tanda-tanda vidal dalam batas normal
4.      Tanda peradangan hemoragi tidak ada
5.      Sistem drainase oprtimal
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
bph.html

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BPH


(HIPERPLASIA PROSTAT BENIGNA) APLIKASI NANDA,
NOC, NIC
A. PENGERTIAN

Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan di mana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan
menutup orifisium uretra. BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia.

B. ETIOLOGI

Faktor resiko umur

Perubahan hormon androgen.

Trauma berulang seperti karena koitus, kerja yang terlalu berat

B. TANDA DAN GEJALA

Gejala iritatif meliputi  :

 Peningkatan frekuensi berkemih


 Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
 Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda (urgensi)
 Nyeri pada saat miksi (disuria)
Gejala obstruktif meliputi :
 Pancaran urin melemah
 Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
 Kalau mau miksi harus menunggu lama
 Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
 Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
 Urin terus menetes setelah berkemih
 Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinensia karena
penumpukan berlebih.
 Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk sampah
nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.
Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.

Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :

-          Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi
kencing bertambah terutama pada malam hari

-          Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi
terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.

-          Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke
atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,
hidronefrosis.

C. PATOFISIOLOGI

Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia  30-40 tahun. Bila
perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologi anatomi yang ada
pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular  pada prostat.

 Teori-teori tentang terjadinya BPH :

1. Teori Dehidrosteron (DHT)

Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron (DHT) dalam sel prostat
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel yang menyebabkan inskripsi pada
RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesa protein.

2. Teori hormon

Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia yamg disebabkan oleh
sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah relatif atau aabsolut. Estrogen berperan
pada kemunculan dan perkembangan  hiperplasi prostat.

3. Faktor interaksi stroma dan epitel

Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast growth factor (-FGF) dapat
menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien
dengan pembesaran prostat jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. -
FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.

4. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus


urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada
saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini
disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin
yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. Adapun
patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :

 Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah gambaran
awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat
yang membesar.
 Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena detrusor
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
 Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi
resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi
terjadi karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli-buli.
 Nocturia miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak
lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.
 Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan normal dari
korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang selama tidur.
 Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi)
jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi
involunter,
 Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya penyakit urin
keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli mencapai complience maksimum,
tekanan dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan spingter.
 Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah submukosa pada
prostat yang membesar.
  Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatik,
sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi
ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
 Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organisme infektif.
 Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli, Batu ini
dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistiitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
 Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia dan hemoroid.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisa
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel leukosit, sedimen,
eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri harus diperhitungkan adanya etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri
dapat menyebabkan hematuri.
Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal
dan status metabolik.

Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya


biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.
Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu
PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan biopsi
prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml

2. Pemeriksaan darah lengkap


Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka semua defek
pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan pernafasan biasanya menyertai penderita
BPH karena usianya yang sudah tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.
Pemeriksaan darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT,
golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum.

3.  Pemeriksaan radiologis

Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi. Tujuan
pencitraan untuk memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume residu urin.
Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-
buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari keganasan prostat serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari Pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari
fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika urinaria,
residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal,
mendeteksi residu urin dan batu ginjal.

BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah terlihat bayangan
radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /mengetahui fungsi ginjal apakah ada
hidronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya
dikencingkan. Sebelum kencing adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing
(viding cystografi) adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk
menilai residual urin.

E. MANAGEMEN TERAPI

Rencana pengobatan tergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi


pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat  karena ia tidak dapat berkemih maka
kateterisasi segera dilakukan. Pada kasus yang berat mungkin digunakan kateter logam
dengan tonjolan kurva prostatik. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih (sitostomi
supra pubik) untuk drainase yang adekuat.

Jenis pengobatan pada BPH  antara lain:

 Observasi (watchfull waiting)


Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang diberikan adalah
mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu
sering miksi. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing, dan pemeriksaan colok
dubur
 Terapi medikamentosa
-          Penghambat adrenergik  (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor pada otot polos di
leher vesika, prostat sehingga terjadi relaksasi. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra
pars prostatika sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.
-          Penghambat enzim 5--reduktase, menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang
membesar akan mengecil.

 Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :
-          Retensi urin berulang

-          Hematuri

-          Tanda penurunan fungsi ginjal

-          Infeksi saluran kemih berulang

-          Tanda obstruksi berat seperti hidrokel

-          Ada batu saluran kemih.

Pendekatan transuretral merupakan pendekatan tertutup. Instrumen bedah dan optikal


dimasukan secara langsung melalui uratra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat secara
langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik. Prostatektomi
transuretral jarang menimbulakan disfungsi erektil tetapi dapat menyebabkan ejakulasi
retrogard karena pengangkatan jaringan prostat  pada kolum kandung kemih dapat
menyebabkan cairan seminal mengalir ke arah belakang ke dalam kandung kemih dan bukan
melalui uretra.

Prostatektomi perineal sangat berguna untuk biopsi terbuka. Pada pasca operatif, luka
bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan dekat rektum. Inkontinensia, impotensi,
atau cedera rektal lebih mungkin terjadi komplikasi pada pendekatan ini.

Insisi prostat transuretral (TUIP)diindikasikan ketika kelenjar prostat kecil (30mg atau
kurang). Satu atau du buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretra
Pembedahan seperti prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang
mengalami hiperplasi. Komplikasi yang mungkin terjadi pasca prostatektomi mencakup
perdarahan, infeksi, retensi oleh karena pembentukan bekuan, obstruksi kateter dan disfungsi
seksual. Kebanyakan prostatektomi tidak menyebabkan impotensi, meskipun pada
prostatektomi perineal dapat menyebabkan impotensi akibat kerusakan saraf pudendal. Pada
kebanyakan kasus aktivitas seksual dapat dilakukan kembali dalam 6 sampai 8 minggu karena
saat itu fossa prostatik telah sembuh. Setelah ejakulasi maka cairan seminal mengalir ke dalam
kandung kemih dan diekskresikan bersama uin. Perubahan anatomis pada uretra posterior
menyebabkan ejakulasi retrogard.

  Terapi invasif minimal, seperti dilatasi balon tranuretral, ablasi jarum  transuretral

F. PENGELOLAAN PASIEN

1. Pre operasi

-          Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)

-          Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita BPh kebanyakan lansia

-          Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen thorax

-          Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa minimal 8 jam.  Sebelum pemeriksaan IVP pasien
diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk
meminimalkan masuknya udara

2. Post operasi

-          Irigasi/Spoling dengan Nacl

  Post operasi hari 0 : 80 tetes/menit

  Hari pertama post operasi  : 60 tetes/menit

  Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit

  Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit

  Hari ke 4 post operasi diklem

  Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam kateter bening)

-          Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan serohemoragis < 50cc)

-          Infus diberikan untuk maintenance dan memberikan obat injeksi selama 2 hari, bila pasien
sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi bisa diganti dengan obat oral.

-          Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi

-          Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan betadin
-          Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)

-          DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi

-          Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.

-          Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi

-          Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih,
merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan perdarahan dari uretral sekitar
kateter. Medikasi yang dapat melemaskan otot polos dapat membantu mengilangkan spasme.
Kompres hangat pada pubis dapat membantu menghilangkan spasme.

-          Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi tidak duduk terlalu
lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen, perdarahan

-          Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali kontrol berkemih. Latihan
perineal harus dilanjutkan sampai passien mencapai kontrol berkemih.

-          Drainase diawali sebagai urin berwarna merah muda kemerahan kemudian jernih hingga
sedikit merah muda dalam 24 jam setelah pembedahan.

-          Perdarahan merah terang dengan kekentalan yang meningkat dan sejumlah bekuan biasanya
menandakan perdarahan arteri. Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan
vena diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang menahan kateter pada
tempatnya memberikan tekannan pada fossa prostatik.

F. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1.      Sebelum Operasi

a.       Data Subyektif

-   Klien mengatakan nyeri saat berkemih

-   Sulit kencing

-   Frekuensi berkemih meningkat

-   Sering terbangun pada malam hari untuk miksi

-   Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda

-   Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih

-   Pancaran urin melemah

-   Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
-   Kalau mau miksi harus menunggu lama

-   Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih

-   Aliran urin tidak lancar/terputus-putus

-   Urin terus menetes setelah berkemih

-   Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah

-   Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan

b.      Data Obyektif

-          Ekspresi wajah tampak menhan nyeri

-          Terpasang kateter

2.      Sesudah Operasi

a.       Data Subyektif

-       Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi

-       Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah operas

b.      Data Obyektif

-       Ekspresi tampak menahan nyeri

-       Ada luka post operasi tertutup balutan

-       Tampak lemah

-       Terpasang selang irigasi, kateter, infus

a. Riwayat kesehatan  : riwayat penyakit dahulu, riwyat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup pasien, apakah masalah urinari yang dialami
pasien.

b. Pengkajian fisik

1)      Gangguan dalam berkemih seperti

-    Sering berkemih

-    Terbangun pada malam hari untuk berkemih

-    Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak

-    Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah


-    Rasa tidak puas sehabis miksi

-    Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih

-    Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah berkemih.

-    Nyeri saat berkemih

-    Ada darah dalam urin

-    Kandung kemih terasa penuh

-    Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.

-    Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih

2)      Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik

3)      Kaji status emosi : cemas, takut

4)      Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau

5)      Kaji tanda vital

c. Kaji pemeriksaan diagnostik

-          Pemeriksaan radiografi

-          Urinalisa

-          Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin

d. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan dan proses
penyakit, pengobatan dan cara perawatan di rumah.

2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul

a. Pre operasi

-          Nyeri akut

-          Cemas

-          Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

-          Kerusakan eleminasi urin

b. Post operasi

-          Nyeri akut
-          Resiko infeksi

-          Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan pengobatan

-          Defisit perawatan diri

Rencana keperawatan
PRE OPERASI

N Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan


o

1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.       Manajemen Nyeri


asuhan
Definisi : Sensori dan keperawatan Definisi : perubahan atau
pengalaman emosional selama ….x 24 pengurangan nyeri ke tingkat
yang tidak menyenangkan jam, klien dapat: kenyamanan yang dapat
yang timbul dari kerusakan diterima pasien
jaringan aktual atau
1.       Mengontol nyeri
potensial, muncul tiba-tiba Intervensi:
atau lambat dengan      Definisi :tindakan
intensitas ringan sampai seseorang untuk    Kaji secara menyeluruh tentang
nyeri, meliputi: lokasi,
berat dengan akhir yang mengontrol nyeri
karakteristik, waktu kejadian,
bisa diantisipasi atau
    ndikator: lama, frekuensi, kualitas,
diduga dan berlangsung
intensitas/beratnya nyeri, dan
kurang dari 6 bulan.  Mengenal faktor- faktor-faktor pencetus
faktor penyebab
   Observasi isyarat-isyarat non
 Mengenal verbal dari ketidaknyamanan,
Faktor yang berhubungan
onset/waktu khususnya dalam
:Agen injuri (biologi, kimia,
kejadian nyeri ketidakmampuan untuk
fisik, psikologis)
komunikasi secara efektif
 tindakan
pertolongan non-    Berikan analgetik sesuai
Batasan karakteristik : analgetik dengan anjuran

-      Laporan secara verbal atau  Menggunakan    Gunakan komunkasi terapeutik


non verbal adanya nyeri analgetik agar klien dapat
mengekspresikan nyeri
-      Fakta dari observasi  melaporkan gejala-
gejala kepada tim    Kaji latar belakang budaya klien
-      Posisi untuk menghindari kesehatan (dokter,
nyeri perawat)    Tentukan dampak dari ekspresi
nyeri terhadap kualitas hidup:
-      Gerakan melindungi  nyeri terkontrol pola tidur, nafsu makan,
aktifitas mood, hubungan,
-      Tingkah laku berhati-hati pekerjaan, tanggungjawab
peran
-      Muka topeng Keterangan:
   Kaji pengalaman individu
-      Gangguan tidur (mata 1   = tidak pernah terhadap nyeri,  keluarga
sayu, tampak capek, sulit dilakukan dengan nyeri kronis
atau gerakan kacau,
menyeringai) 2   = jarang dilakukan    Evaluasi  tentang keefektifan
dari tindakan mengontrol nyeri
-      Terfokus pada diri sendiri 3   =kadang-kadang yang telah digunakan
dilakukan
-      Fokus menyempit    Berikan dukungan terhadap
(penurunan persepsi waktu, 4   = sering dilakukan klien dan keluarga
kerusakan proses berpikir,
5   = selalu dilakukan
penurunan interaksi    Berikan informasi tentang nyeri,
dengan orang dan seperti: penyebab, berapa lama
lingkungan) terjadi, dan tindakan
pencegahan
-      Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,2.  Menunjukkan    Kontrol faktor-faktor lingkungan
menemui orang lain tingkat nyeri yang dapat mempengaruhi
dan/atau aktivitas, aktivitas respon klien terhadap
berulang-ulang) Definisi : tingkat ketidaknyamanan  (contoh :
keparahan dari temperatur ruangan,
-      Respon autonom (seperti nyeri yang penyinaran, dll)
diaphoresis, perubahan dilaporkan atau
tekanan darah, perubahan ditunjukan    Anjurkan klien untuk memonitor
nafas, nadi dan dilatasi sendiri nyeri
pupil)
   Ajarkan penggunaan teknik
-      Perubahan autonomic Indikator: non-farmakologi
dalam tonus otot (mungkin
 Melaporkan nyeri (ex: relaksasi, guided imagery,
dalam rentang dari lemah
ke kaku) terapi musik, distraksi, aplikasi
 Frekuensi nyeri
panas-dingin, massase)
-      Tingkah laku ekspresif  Lamanya episode
(contoh : gelisah, merintih, nyeri    Evaluasi keefektifan dari
menangis, waspada, tindakan mengontrol nyeri
iritabel, nafas  Ekspresi nyeri:
   Modifikasi tindakan mengontrol
panjang/berkeluh kesah) wajah
nyeri berdasarkan respon klien
-      Perubahan dalam nafsu  Posisi melindungi
   Tingkatkan tidur/istirahat yang
makan dan minum tubuh
cukup
 Kegelisahan
   Anjurkan klien untuk berdiskusi
 Perubahan tentang pengalaman nyeri
Respirasirate secara tepat

 Perubahan Heart    Beritahu dokter jika tindakan


Rate tidak berhasil atau terjadi
keluhan
 Perubahan tekanan
Darah    Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
 Perubahan ukuran keluarga saat tindakan
Pupil nonfarmakologi dilakukan,
untuk pendekatan preventif
 Perspirasi
   monitor kenyamanan klien
 Kehilangan nafsu
terhadap manajemen nyeri
makan

2.  Pemberian Analgetik


Keterangan:
 Definisi : penggunaan agen
    1 :  berat
farmakologi  untuk   mengurangi
    2 :  agak berat atau menghilangkan nyeri

    3 :  sedang Intervensi:

    4 :  sedikit    Tentukan lokasi nyeri,


karakteristik, kualitas,dan
    5 :  tidak ada keparahan sebelum
pengobatan

   Berikan obat dengan prinsip 5


benar

   Cek riwayat alergi obat

   Libatkan klien dalam pemilhan


analgetik yang akan digunakan

   Pilih analgetik secara tepat


/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan

   Tentukan pilihan analgetik


(narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri

   Monitor tanda-tanda vital,


sebelum dan sesudah
pemberian analgetik

   Monitor reaksi obat dan


efeksamping obat
   Dokumentasikan respon dari
analgetik dan efek-efek yang
tidak diinginkan

   Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)

3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan

Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan
terapeutik

Intervensi :

-       Pilihlah ruangan dengan


lingkungan yang tepat

-       Batasi pengunjung

-       Tentukan hal-hal yang


menyebabkan
ketidaknyamanan seperti
pakaian lembab

-       Sediakan tempat tidur yang


nyaman dan bersih

-       Tentukan temperatur ruangan


yang paling nyaman

-       Sediakan lingkungan yang


tenang

-       Perhatikan hygiene pasien


untuk menjaga kenyamanan

-       Atur posisi pasien yang


membuat nyaman.

Cemas Setelah dilakukan . Menurunkan cemas


asuhan
Definisi : Perasaan gelisah keperawatan Definisi : meminimalkan rasa
yang tak jelas dari selama......x24 jam takut, cemas, merasa dalam
ketidaknyamanan atau pasien bahaya atau ketidaknyamanan
ketakutan yang disertai terhadap sumber yang tidak
respon autonom (sumner menunjukan diketahui
tidak spesifik atau tidak dapat :
diketahui oleh individu); Intervernsi:
perasaan keprihatinan 1. Mengontrol
cemas:       Tenangkan pasien
disebabkan dari antisipasi
terhadap bahaya. Sinyal ini
Definisi : Tindakan      Jelaskan seluruh prosedurt
merupakan peringatan
seseorang untuk tindakan kepada pasien dan
adanya ancaman yang perasaan yamng mungkin
mengurangi
akan datang dan muncul pada saat melakukan
perasaan
memungkinkan individu tindakan
tertekan/terbebani
untuk mengambil langkah
dan ketegangan
untuk menyetujui terhadap       Berusaha memahami keadaan
dari sumber yang
tindakan. pasien
tidak dapat
diidentifikasi       Berikan informasi tentang
diagnosa, prognosis dan
Faktor yang Indikator :
tindakan
berhubungan : terpapar
racun, konflik yang tidak      Monitor intensitas
      Mendampingi pasien untuk
disadari tentang nilai-nilai cemas
utama/tujuan hidup, mengurangi kecemasan dan
berhubungan dengan      Meghilangkan meningkatkan kenyamanan
keturunan/herediter, penyebab cemas
kebutuhan tidak terpenuhi,       Dorong pasien untuk
transmisi iterpersonal, krisis     Menurunkan menyampaikan tentang isi
situasional/maturasional, perasaannya
ancaman kematian, stimulus
ancaman terhadap konsep lingkungan ketika
      Kaji tingkat kecemasan
diri, stress, substans cemas
abuse, perubahan dalam:       Dengarkan dengan penuh
status peran, status      Mencari informasi
kesehatan, pola interaksi, perhatian
untuk menurunkan
fungsi peran, lingkungan, cemas
status ekonomi.       Ciptakan hubungan saling
percaya
     Gunakan strategi
Batasan karaktersistik :
koping efektif       Bantu pasien menjelaskan
Perilaku keadaan yang bisa
     Melaporkan
menimbulkan kecemasan
-      Produktivitas berkurang kepada perawat
penurunan lama      Bantu pasien untuk
-      Scanning dan cemas mengungkapkan hal hal yang
kewaspadaan membuat cemas
     Menggunakan
-      Kontak mata yang buruk teknik relaksasi       Ajarkan pasien teknik relaksasi
untuk menurunkan
-      Gelisah cemas       Berikan obat obat yang
mengurangi cemas
-      Pandangan sekilas      Mempertrahankan
hubungan sosial
-      Pergerakan yang tidak
berhubungan, (misal :     Mempertahankan
berjalan dengan menyeret konsentrasi
kaki, pergelangan
tangan/lengan      Melaporkan
kepada perawat
-      Menunjukkan perhatian tidur cukup
seharusnya dalam kejadian
hidup      Melaporkan
kepada perawat
-      Insomnia bahwa cemas tidak
mempengatruhi
-      Resah keadaan fisik

Affektive      Tidak adanya


tingkahlaku yang
-      Penyesalan
menunjukan
-      Irritable cemas

-      Kesedihan yang mendalam

-      Ketakutan Keterangan:

-      Gelisah, gugup  1 :Tidak pernah


menunjukkan
-      Mudah tersinggung
2 : Jarang
-      Rasa nyeri hebat dan menunjukkan
menetap
3 : Kadang-
-      Ketidakberdayaan kadang
meningkat menunjukkan

-      Membingungkan 4 : Sering
menunjukkan
-      Ketidaktentuan
  5 : Selalu
-      Peningkatan kewaspadaan menunjukkan
-      Fokus pada diri

-      Perasaan tidak adekuat 2. Koping yang


baik
-      Ketakutan
Definisi : Tindakan
-      Distress
untuk mengelola
-      Kekhawatiran, prihatin stressor yang
menggunakan
-      Cemas sumber individu

Fisiologis : Indikator :

-    Mengenal koping
-      Suara gemetar efektif

-      Gemetar, tangan tremor -    Mengenal koping


tak efektif
-      Goyah
-    Memverbalkan
-      Respirasi meningkat kemampuan
(simpatis) kontrol

-      Keinginan kencing -    Melaporkan


(parasimpatis) menurunnya stress

-      Nadi meningkat (simpatis) -    Memverbalkan


penerimaan
-      Berkeringat banyak
terhadap situasi
-      Wajah tegang
-    Mencari informasi
-      Anorexia (simpatis) yang berkaitan
dengan penyakit
-      Jantung berdetak kuat dan
(simpatis) pengobatannya

-      Diare (parasimpatis) -    Modifikasi gaya


hidup sesuai
-      Keragu-raguan dalam kebutuhan
berkemih (parasimpatis)
-    Beradaptasi
-      Kelelahan (Simpatis) dengan perubahan
perkembangan
-      Mulut kering (simpatis)
-    Menggunakan
-      Kelemahan (simpatis)
support sosial yang
-      Wajah kemerahan memungkinkan
(simpatis)
-    Mengerjakan
sesuatu yang
menurunkan stress

-    Mengenal strategi
koping multipel

-    Menggunakan
strategi koping
efektif

-    Menghindari
situasi penuh
stress

-    Memverbalkan
kebutuhan akan
bantuan

-    Mencari
pertolongan
professional yang
sesuai

-    Melaporkan
menurunnya
keluhan fisik

-    Melaporkan
menurunnya
perasaan negatif

-    Melaporkan
kenyamanan
psikologis yang
meningkat

Keterangan:

 1 :Tidak pernah
menunjukkan

2 : Jarang
menunjukkan

3 : Kadang-
kadang
menunjukkan

4 : Sering
menunjukkan

 5 : Selalu
menunjukkan

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi


nutrisi: kurang dari asuhan
kebutuhan tubuh keperawatan Definisi : membantu dengan
selama …. X 24 atau menyediakan masukan
Definisi : Intake nutrisi jam klien dapat diet seimbang dari makanan
tidak cukup untuk menunjukkan dan cairan
keperluan metabolisme
tubuh 1. status Intervensi :
nutrisiyang  baik,
       Catat jika klien memiliki alergi
Batasan karakteristik : Definisi : Nutrisi makanan
cukup untuk
       Berat
badan  20 % di        Catat makanan kesukaan klien
memenuhi
bawah ideal kebutuhan
       Tentukan jumlah kalori dan tipe
metabolisme tubuh
       Dilaporkan
adanya intake nutrien yang dibutuhkan
makanan yang kurang dari     Indikator :
       Dorongasupan kalori sesuai
RDA (Recomended Daily
Allowance)        Masukan nutrisi tipe tubuh dan gaya hidup

       Membran
mukosa dan makanan        Dorong asupan zat besi
       Masukan
konjungtiva pucat dan cairan
       Tawarkan makanan ringan

       Kelemahan
otot yang        Tingkat energi
       Berikan gula tambahan k/p
digunakan untuk cukup
menelan/mengunyah        Tawarkan bumbu sebagai
       Berat badan stabil
pengganti garam
       Luka,
peradangan pada
       Nilai laboratorium
rongga mulut        Berikan
makanan tinggi kalori,
protein dan minuman yang
       Mudah
merasa kenyang,
mudah dikonsumsi
sesaat setelah mengunyah
Keterangan:
makanan        Berikan pilihan makanan
1  : Sangat
       Dilaporkan
atau fakta        Sesuaikan diet dengan gaya
bermasalah
adanya kekurangan hidup klien
makanan 2  : Cukup
       Ajarkan
klien cara membuat
bermasalah
       Dilaporkan
adanya catatan makanan
perubahan sensasi rasa 3  : Masalah
       Monitor asupan nutrisi dan
sedang
       Perasaan
ketidakmampuan kalori
untuk mengunyah makanan 4  : Sedikit
       Timbang berat badan secara
bermasalah
       Miskonsepsi teratur
5  : Tidak ada
       Kehilangan
BB dengan        Berikan
informasi tentang
masalah
makanan cukup kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
       Keengganan untuk makan
       Ajarkan
teknik penyiapan dan
       Kram pada abdomen
penyimpanan makanan
       Tonus otot jelek
       Tentukan
kemampuan klien
       Nyeri
abdominal dengan untuk memenuhi kebutuhan
atau tanpa patologi nutrisinya

       Kurang
berminat terhadap
makanan
2.       Monitor nutrisi
       Pembuluh
darah kapiler Definisi :mengumpulkan dan
mulai rapuh menganalisa data dari pasien
untuk mencegahatau
       Diare dan atau steatorrhea meminimalkan malnutrisi.

       Kehilangan
rambut yang Intervensi :
cukup banyak (rontok)
       BB klien dalam interval spesifik
       Suara usus hiperaktif
       Monitor adanya penurunan BB
       Kurangnya
informasi,
misinformasi        Monitor
tipe dan jumlah nutrisi
untuk aktivitas biasa

       Monitor 
respon emosi klien
Faktor yang
saat berada dalam situasi yang
berhubungan :
Ketidakmampuan mengharuskan makan.
pemasukan atau mencerna
makanan atau        Monitor
interaksi anak dengan
mengabsorpsi zat-zat gizi orang tua selama makan.
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau        Monitor lingkungan selama
ekonomi. makan.

       Jadwalkan pengobatan dan


tindakan, tidak selama jam
makan.

       Monitor
kulit kering dan
perubahan pigmentasi

       Monitor turgor kulit

       Monitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah.

       Monitor
adanya bengkak pada
alat pengunyah, peningkatan
perdarahan, dll.

       Monitor mual dan muntah

       Monitor
kadar albumin, total
protein, Hb, kadar Ht.

       Monitor kadar limfosit dan


elektrolit.

       Monitor makanan kesukaan.

       Monitor pertumbuhan dan


perkembangan.

       Monitor kadar energi,


kelelahan, kelemahan.

       Monitor
pucat, kemerahan, dan
kekeringan pada jaringan
konjungtiva.

       Monitor kalori dan intake nutrisi.

       Catat adanya edema,


hiperemia, hipertropik papila
lidah dan cavitas oral.

       Catat
jika lidah berwarna merah
keunguan.

POST OPERASI

1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1.       Manajemen Nyeri


keperawatan selama ….x 24
jam, klien dapat: Definisi : perubahan atau
pengurangan nyeri ke tingkat
Definisi : Sensori dan
1.       Mengontol nyeri kenyamanan yang dapat
pengalaman emosional diterima pasien
yang tidak menyenangkan     Definisi : tindakan
yang timbul dari kerusakan seseorang untuk mengontrol Intervensi:
jaringan aktual atau nyeri
potensial, muncul tiba-tiba -  Kaji secara menyeluruh tentang
atau lambat dengan     ndikator: nyeri, meliputi: lokasi,
intensitas ringan sampai karakteristik,waktu kejadian,
 Mengenal faktor-faktor lama, frekuensi, kualitas,
berat dengan akhir yang
penyebab intensitas/beratnya nyeri, dan
bisa diantisipasi atau diduga
dan berlangsung kurang dari  Mengenal faktor-faktor pencetus
onset/waktu
6 bulan. kejadian nyeri -  Observasi isyarat-isyarat non
verbal dari ketidaknyamanan,
 tindakan pertolongan non-
khususnya dalam
analgetik
Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk
 Menggunakan analgetik komunikasi secara efektif
-    Laporan secara verbal atau
non verbal adanya nyeri  melaporkan gejala-gejala -  Berikan analgetik sesuai
kepada tim kesehatan dengan anjuran
-    Fakta dari observasi
(dokter, perawat)
-  Gunakan komunkasi terapeutik
-    Posisi untuk menghindari agar klien dapat
 nyeri terkontrol
nyeri mengekspresikan nyeri

-    Gerakan melindungi -  Kaji latar belakang budaya klien


-    Tingkah laku berhati-hati Keterangan: -  Tentukan dampak dari ekspresi
nyeri terhadap kualitas hidup:
-    Muka topeng = tidak pernah dilakukan pola tidur, nafsu makan,
aktifitas mood, hubungan,
-    Gangguan tidur (mata sayu,
= jarang dilakukan
pekerjaan, tanggungjawab
tampak capek, sulit atau
= kadang-kadang dilakukan peran
gerakan kacau,
menyeringai) -  Kaji pengalaman individu
= sering dilakukan
terhadap nyeri,  keluarga
-    Terfokus pada diri sendiri
= selalu dilakukan dengan nyeri kronis
-    Fokus menyempit
-  Evaluasi  tentang keefektifan
(penurunan persepsi waktu,
dari tindakan mengontrol nyeri
kerusakan proses berpikir,2.  Menunjukkan tingkat nyeri
yang telah digunakan
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan) Definisi : tingkat keparahan -  Berikan dukungan terhadap
dari nyeri yang dilaporkan klien dan keluarga
-    Tingkah laku distraksi, atau ditunjukan
contoh : jalan-jalan, -  Berikan informasi tentang nyeri,
menemui orang lain seperti: penyebab, berapa lama
dan/atau aktivitas, aktivitas terjadi, dan tindakan
berulang-ulang) Indikator:
pencegahan

-    Respon autonom (seperti  Melaporkan nyeri -  Kontrol faktor-faktor lingkungan


diaphoresis, perubahan yang dapat mempengaruhi
 Frekuensi nyeri
tekanan darah, perubahan respon klien terhadap
nafas, nadi dan dilatasi  Lamanya episode nyeri ketidaknyamanan  (contoh :
pupil) temperatur ruangan,
 Ekspresi nyeri: wajah
penyinaran, dll)
-    Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin  Posisi melindungi tubuh -  Anjurkan klien untuk memonitor
dalam rentang dari lemah ke sendiri nyeri
 Kegelisahan
kaku)
 Perubahan Respirasirate -  Ajarkan penggunaan teknik
-    Tingkah laku ekspresif non-farmakologi
(contoh : gelisah, merintih,  Perubahan Heart Rate
menangis, -  (ex: relaksasi, guided imagery,
 Perubahan tekanan Darah terapi musik, distraksi, aplikasi
panas-dingin, massase)
 Perubahan ukuran Pupil
-  Evaluasi keefektifan dari
 Perspirasi tindakan mengontrol  nyeri yang
telah digunakan
 Kehilangan nafsu makan
-  Berikan dukungan terhadap
klien dan keluarga
Keterangan:
-  Berikan informasi tentang nyeri,
    1 :  berat seperti: penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan
    2 :  agak berat pencegahan

    3 :  sedang -  Kontrol faktor-faktor lingkungan


yang dapat mempengaruhi
    4 :  sedikit respon klien terhadap
ketidaknyamanan  (contoh :
    5 :  tidak ada
temperatur ruangan,
penyinaran, dll)

-  Anjurkan klien untuk memonitor


sendiri nyeri

-  Ajarkan penggunaan teknik


non-farmakologi

-  (ex: relaksasi, guided imagery,


terapi musik, distraksi, aplikasi
panas-dingin, massase)

-  Evaluasi keefektifan dari


tindakan mengontrol nyeri

-  Modifikasi tindakan mengontrol


nyeri berdasarkan respon klien

-  Tingkatkan tidur/istirahat yang


cukup

-  Anjurkan klien untuk berdiskusi


tentang pengalaman nyeri
secara tepat

-  Beritahu dokter jika tindakan


tidak berhasil atau terjadi
keluhan

-  Informasikan kepada tim


kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan,
untuk pendekatan preventif

-  monitor kenyamanan klien


terhadap manajemen nyeri

2.  Pemberian Analgetik

 Definisi : penggunaan agen


farmakologi  untuk   mengurangi
atau menghilangkan nyeri
Intervensi:

-  Tentukan lokasi nyeri,


karakteristik, kualitas,dan
keparahan sebelum
pengobatan

-  Berikan obat dengan prinsip 5


benar

-  Cek riwayat alergi obat

-  Libatkan klien dalam pemilhan


analgetik yang akan digunakan

-  Pilih analgetik secara tepat


/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan

-  Tentukan pilihan analgetik


(narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri

-  Monitor tanda-tanda vital,


sebelum dan sesudah
pemberian analgetik

-  Monitor reaksi obat dan


efeksamping obat

-  Dokumentasikan respon dari


analgetik dan efek-efek yang
tidak diinginkan

-  Lakukan tindakan-tindakan
untuk menurunkan efek
analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)

3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan

Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk kepentingan
terapeutik

Intervensi :
-  Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat

-  Batasi pengunjung

-  Tentukan hal-hal yang


menyebabkan
ketidaknyamanan seperti
pakaian lembab

-  Sediakan tempat tidur yang


nyaman dan bersih

-  Tentukan temperatur ruangan


yang paling nyaman

-  Sediakan lingkungan yang


tenang

-  Perhatikan hygiene pasien


untuk menjaga kenyamanan

-  Atur posisi pasien yang


membuat nyaman.

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1.       Kontrol Infeksi


keperawatan selama … x 24
Definisi : Peningkatan jam, klien menunjukan Definisi :Meminimalkan
resiko masuknya organisme mendapatkan infeksi dan
patogen 1. Pengetahuan klien tentang trasmisi agen infeksi
kontrol infeksimeningkat
Itervensi :
Definisi : Tindakan untuk
Faktor-faktor resiko : mengurangi ancaman -    Bersikan lingkungan secara
kesehatan secara aktual dan tepat setelah digunakan oleh
       Prosedur Invasif
potensial klien

       Ketidakcukupan
Indikator: -    Ganti peralatan klien setiap
pengetahuan untuk selesai tindakan
menghindari paparan  Menerangkan cara-cara
patogen penyebaran -    Batasi jumlah pengunjung

       Trauma -    Ajarkan cuci tangan untuk


 Menerangkan factor-faktor
yang berkontribusi dengan menjaga kesehatan individu
       Kerusakan
jaringan dan
penyebaran
peningkatan paparan -    Anjurkan klien untuk cuci
lingkungan  Menjelaskan tanda-tanda dan tangan dengan tepat
gejala
       Ruptur membran amnion -    Gunakan sabun antimikrobial
       Agen
farmasi  Menjelaskan aktivitas yang untuk cuci tangan
(imunosupresan) dapat meningkatkan
resistensi terhadap infeksi -    Anjurkan pengunjung untuk
       Malnutrisi mencuci tangan sebelum dan
setelah meninggalkan ruangan
       Peningkatan
paparan klien
lingkungan patogen Keterangan:
-    Cuci tangan sebelum dan
       Imonusupresi 1 : Tidak pernah menunjukkan sesudah kontak dengan klien

       Ketidakadekuatan imum 2 : Jarang menunjukkan -    Lakukan universal precautions


buatan
3 : Kadang-kadang -    Gunakan sarung tangan steril
       Tidak
adekuat pertahanan menunjukkan
sekunder (penurunan Hb, -    Lakukan perawatan aseptic
Leukopenia, penekanan 4 : Sering menunjukkan             pada semua jalur IV
respon inflamasi)
5 : Selalu menunjukkan -    Lakukan teknik perawatan luka
       Tidak adekuat pertahanan yang tepat
tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, -    Tingkatkan asupan nutrisi
penurunan kerja silia, cairan
-    Anjurkan asupan cairan
tubuh statis, perubahan 2. pengetahuan tentang
sekresi pH, perubahan deteksi resiko meningkat -    Anjurkan istirahat
peristaltik)
Definisi : Tindakan untuk -    Berikan terapi antibiotik
       Penyakit kronik mengidentifikasi ancaman
kesehatan -    Ajarkan klien dan keluarga
tentang tanda-tanda dan gejala
Indikator : dari infeksi

-    Mengenali tanda dan gejala -    Ajarkan klien dan anggota


yang mengindikasikan resiko keluarga bagaimana mencegah
infeksi
-    Mengidentifikasi resiko
kesehatan potensial

-    Mencari pembenaran resiko2.       Proteksi infeksi


yang dirasakan
Definisi : Meminimalkan
-    Memeriksakan diri pada mendapatkan infeksi dan
interval waktu yang trasmisi agen infeksi
ditentukan
Intervensi :
-    Berpartisipasi dalam
screening pada interval        Bersihkan lingkungan setelah
waktu yang ditentukan dipakai pasien lain

-    Mengetahui keadaan        Pertahankan teknik isolasi


kesehatan keluarga saat ini
-    Selalu mengetahui /        Batasi pengunjung bila perlu
memonitor keadaan
       Instruksikan
pada pengunjung
kesehatan keluarga
untuk mencuci tangan saat
-    Selalu mengetahui / berkunjung dan setelah
memonitor kesehatan diri berkunjung meninggalkan
pasien
-    Menggunakan sumber-
sumber informasi untuk         Gunakan sabun antimikrobia
tetap mendapatkan informasi untuk cuci tangan
tentang resiko potensial
       Cuci tangan setiap sebelum
-    Menggunakan sarana dan sesudah tindakan
pelayanan kesehatan sesuai kperawtan
kebutuhan
       Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung

Keterangan:        Pertahankan lingkungan


aseptik selama pemasangan
1 : Tidak pernah menunjukkan alat

2 : Jarang menunjukkan        Ganti


letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
3 : Kadang-kadang menunjukkan
dengan petunjuk umum
4 : Sering menunjukkan            
       Gunakankateter intermiten
5 : Selalu menunjukkan untuk menurunkan infeksi
kandung kencing

       Tingktkan intake nutrisi


3.  Status nutrisi yang  baik,
       Berikan terapi antibiotik bila
Definisi : Nutrisi cukup untuk perlu
memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh 3.       Manajemen Nutrisi

    Indikator : Definisi : membantu dengan


memberikan diet makanan dan
-    Masukan nutrisi cairan yang seimbang.

-    Masukan makanan dan Tindakan :


cairan
- Tanyakan pada klien tentang
-    Tingkat energi cukup alergi terhadap makanan

-    Berat badan stabil - Tanyakan makanan kesukaan


klien
-    Nilai laboratorium
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan

Keterangan: - Anjurkan masukan kalori yang


tepat yang sesuai dengan gaya
1  : Sangat bermasalah hidup

2  : Cukup bermasalah - Anjurkan peningkatan masukan


zat besi yang sesuai
3  : Masalah sedang
- Anjurkan peningkatan masukan
4  : Sedikit bermasalah
protein dan vitamin C
5  : Tidak ada masalah
- Anjurkan untuk banyak makan
buah dan minum

4.  Luka sembuh, dengan - Pastikan diit  tidak


indikator: menyebabkan konstipasi

 Kulit utuh - Berikan klien diit tinggi protein,


tinggi kalori
 Berkurangnya drainase
purulen

 Drainase serousa pada luka


berkurang

 Drainase sanguinis pada luka


berkurang

 Drainase serosa sangunis


pada luka berkurang

 Drainase sangunis pada


drain berkurang

 Drainase serosasanguinis
pada drain berkurang

 Eritema disekitar kulit


berkurang

 Edema sekitar luka


berkurang

 Suhu kulit tidak meningkat

 Luka tidak berbau

3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Pendidikan kesehatan:


tentang : penyakit, diet, keperawatan selama 1 x 24 Proses penyakit
jam pengetahuan klien dan -         Gali pengetahuan tentang
pengobatan  keluarga meningkat tentang: proses penyakit

1. Proses penyakit -        Jelaskan patofisiologi penyakit

Definisi : tidak adanya atau Indikator: -        Jelaskan tanda dan gejala


kurangnya informasi kognitif penyakit
sehubungan dengan topik -       Mengenal  nama penyakit
spesifik -        Terangkan proses penyakit
-       Menjelaskan proses
Batasan penyakit -        Identifikasi proses
karakteristik kemungkinan penyebab
-       Menjelaskan
:memverbalisasikan adanya
penyebab/fakor yang -        Berikan informasi tentang
masalah, ketidakakuratan
berkontribusi kondisi pasien
mengikuti instruksi, perilaku
tidak sesuai. -       Menjelaskan factor-faktor -        Hindari memberi harapan palsu
resiko
Faktor yang -        Berikan informasi kondisi
berhubungan : -       Menjelaskan efek dari pasien pada keluarga
keterbatasan kognitif, penyakit
interpretasi terhadap -        Diskusikan perubahan gaya
informasi yang salah,-       Menjelaskan tanda-tanda hidup untuk mencegah
kurangnya keinginan untuk dan gejala komplikasi di masa depan
mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber-       Menjelaskan tentang -        Diskusikan pilihan terapi
informasi. komplikasi dan tanda
gejalanya -        Terangkan rasional tindakan

-       Menjelaskan tentang -        Terangkan komplikasi kronik


perawatan dirumah
-        Terangkan tanda dan gejala
yang harus dilaporkan

Keterangan: -        Jelaskan cara mencegah atau


meminimalkan efek samping
1 : tidak pernah penyakit.

2 : terbatas

3 : sedang 2. Ajarkan : Diet

4 : Sering -  Kaji pengetahuan klien tentang


diet yang dianjurkan
5 : Selalu
-  Tentukan sikap keluarga klien
terhadap diet

2. Diet, dengan indikator: -  Jelaskan tujuan diet

-    Menggambarkan diet yang -  Informasikan berapa lama diet


dianjurkan harus diikuti
-    Menyebutkan  keuntungan -  Anjarkan klien tentang
dari mengikuti anjuran diet makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan
-    Menyebutkan tujuan dari diet
yang yang dianjurkan -  Bantu klien untuk mencatat
makanan kesukaan dalam diet
-    Menyebutkan makanan- yang dianjurkan
makanan yang
diperbolehkan dalam diet -  Observasi pilihan makanan
klien sesuai dengan diet yang
-    Menyebutkan makanan- dianjurkan
makanan yang dilarang
-  Anjurkan membuat rencana
-    Memilih makanan-makanan makan
yang dianjurkan dalam diet
-  Dorong untuk mengikuti
informasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan lain
Keterangan:
-  Konsul ahli gizi
1  :  Tidak pernah
-  Libatkan keluarga
2  :  Terbatas

3  :  Sedang
2.  Ajarkan : pengobatan
4  :  Luas
-  Jelaskan klien utk mengenal
5  :  Sangat luas
karakteristik obat

-  Informasikan nama generik dan


3.  Pengobatan, dengan nama dagang
indikator:
-  Jelaskan tujuan dan kerja obat
-    Menggambarkan metode
-  Jelaskan dosis, rute dan durasi
pengobatan yang tepat
obat
-    Menggambarkan tindakan-
-  Evaluasi kemampuan klien
tindakan dalam pengobatan
menggunakan obat
-    Menggambarkan efek
-  Ajarkan klien untuk melakukan
samping dalam pengobatan
prosedur sebelum minum obat
-    Menyebutkan interakasi obat
-  Informasikan apa yang
dengan agen yang lainnya
dilakukan jika dosis obat hilang
-    Menyebutkan rute
-  Informasikan akibat  tidak
pemberian obat yang tepat
minum obat

-  Informasikan efek samping


Keterangan : obat

1  :  Tidak pernah -  Jelaskan tanda dan gejala over


dosis obat
2  :  Terbatas
-  Jelaskan cara menyimpan obat
3  :  Sedang
-  Jelaskan interaksi obat
4  :  Luas
-  Jelaskan cara mencegah atau
5  :  Sangat luas mengurangi efek samping obat

-  Berikan informasi tertulis


tentang aksi, tujuan, efek
samping obat, dll

4 Sindroma Defisit Setelah dilakukan asuhan 1.Bantu dalam perawatan diri


Perawatan Diri keperawatan selama … x 24 (mandi, berpakaian, berhias,
(kurang perawatan diri : jam, klien mampu melakukan makan, toileting)
mandi, berpakaian, makan, perawatan diri: Activities  of
dan toileting) Daily Living (ADL), dengan Definisi : membantu pasien
indikator: untuk memenuhi ADL

       makan
Intervensi :
Definisi :
       berpakaian
  Monitor kemempuan klien untuk
Gangguan kemampuan perawatan diri yang mandiri.
untuk melakukan ADL pada        toileting
diri   Monitor kebutuhan klien untuk
       mandi alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, berpakaian, berhias,
       berhias
toileting dan makan.
Batasan karakteristik :
ketidakmampuan untuk        hygiene   Sediakan bantuan sampai klien
mandi, ketidakmampuan mampu secara utuh untuk
untuk berpakaian,        oral hygiene melakukan self-care.
ketidakmampuan untuk
       ambulasi: berjalan
makan, ketidakmampuan   Dorong klien untuk melakukan
untuk toileting        ambulasi: wheelchair aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan
       transfer performance yang dimiliki.

  Dorong untuk melakukan secara


mandiri, tapi beri bantuan ketika
Faktor yang Keterangan: klien tidak mampu
berhubungan : kelemahan,
melakukannya.
kerusakan kognitif atau 1:  bergantung total
perceptual, kerusakan   Ajarkan klien/ keluarga untuk
neuromuskular/ otot-otot 2 : dibantu orang dan alat
mendorong kemandirian, untuk
saraf. memberikan bantuan hanya jika
3 ; dibantu orang
4 : dibantu alat pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
5:  mandiri
  Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.

  Pertimbangkan usia klien jika


mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari. 

DISCHARGE PLANNING

1.        PENGERTIAN

Hiperplasia prostat benigna adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kencing dan menyumbat aliran air kencing
dengan menutup lubang berkemih/buang air kecil. BPH merupakan kondisi penyakit yang
paling umum pada pria lansia.

2. TANDA DAN GEJALA:

 Sering berkemih (buang air kecil)


 Sering terbangun malam hari untuk buang air kecil
 Perasaan ingin buang air kecil  yang mendesak/tidak dapat ditunda
 Nyeri saat buang air kecil
 Pancaran air kencing  melemah
 Rasa tidak puas sehabis buang air kecil,
 Kalau mau buang air kecil  harus menunggu lama
 Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat buang air kecil
 Aliran air kencing  tidak lancar/terputus-putus
 Air kencing  terus menetes setelah berkemih
 Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa tidak nyaman
pada lambung

3. PENATALAKSANAAN:

  Observasi : pada pasien dengan keluhan ringan. Mencakup nasehat mengurangi minum setelah
makan malam, mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol. Setiap 3 bulan 
kontrol

  Terapi obat, dapat menurunkan gangguan aliran air seni dan mengurangi gejala.
  Terapi bedah

Prostatektomi dilakukan untuk membuang jaringan prostat yang mengalami perbesaran.

4. HAL- HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DI RUMAH

-          Menjaga masukan nutrisi yang seimbang dan adekuat (cukup)

-          Jus buah dan sayuran tinggi serat dapat digunakan untuk memudahkan buang air besar dan
mencegah mengejan yang berlebihan.

-          Latihan otot-perineal dilakukan dengan menekan bokong bersamaan, tahan posisi ini, rileks.
Latihan ini dapat dilakukan 10 sampai 20 kali setiap jam ketika duduk atau berdiri.

-          Coba untuk memutuskan aliran air kencing setelah mulai buang air kecil, tunggu beberapa
detik  dan kemudian lanjutkan.

-          Dianjurkan untuk berkemih secepatnya ketika merasakan keinginan untuk berkemih

-          Kembalinya Kemampuan mengontrol buang air kecil adalah proses yang bertahap, pasien
dapat terus merasa berkemih tidak tuntas setelah dipulangkan dan rasa tersebut harus secara
bertahap hilang (hingga 1 tahun)

-          Air kencing mungkin tampak keruh selama beberapa minggu setelah pembedahan dan kembali
jernih ketika area prostat menyembuh

-          Dalam masa penyembuhan (6 - 8 minggu) pasien tidak boleh melakukan aktivitas seperti
mengejan ketika buamg air besari, mengangkat barang berat. Hal ini dapat meningkatkan
tekanan pada pembuluh darah balik  dan menyebabkan keluarnya darah

-          Pasien harus menghindari  perjalanan jarak jauh  dengan motor dan latihan berat yang dapat
meningkatkan perdarahan.

-          Makanan pedas, alkohol dan kopi dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

-          Minum cukup cairan (paling sedikit 3000-4000 ml) untuk mencegah dehidrasi, yang dapat
meningkatkan terbentuknya jendalan darah dan menyumbat aliran air kencing

-          Tanda-tanda seperti perdarahan, keluarnya jendalan darah, penurunan aliran air kencing, atau
gejala infeksi saluran kemih harus dilaporkan ke dokter.

-          Minum obat  sesuai dengan yang diresepkan

DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M; Maas, M; Moorhead, S. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby:
Philadelphia

Mansjoer, A, et all, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapis, Jakarta

McCloskey, J dan Bulechek, G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia

Nanda (2000), Nursing Diagnosis: Prinsip-Prinsip dan Clasification, 2001-2002, Philadelphia, USA.

Smeltzer, S.C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Vol 2,  EGC,
Jakarta

http://mantrinews.blogspot.co.id/2012/01/neoplasma-pada-sistem-perkemihan.html

SABTU, 28 JANUARI 2012

NEOPLASMA PADA SISTEM PERKEMIHAN


A.RENAL KARSINOMA
Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari semua
kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa membawa kerusakan
yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma sel-sel ginjal jarang timbul
sebelum orang berusia 40 tahun, lebih sering berjangkit pada usia 50 tahun samapi 70
tahun, terjadi lebih banyak pada pria daripada wanita.

Hematuria merupakan gejala yang paling lumrah pada carcinoma sel-sel renal. Hematuri
yang intermitten mengurangi kepedulian orang untuk mencari pertolongan. Setiap orang
yang mengalami hematuria harus menjalani pemeriksaan urologi yang lengkap, karena
lebih dini diketahui maka peluang sembuh akan lebih bersih. Gejala-gejala lain terdiri dari
rasa nyeri tumpul pada bagian pinggir badan, berat badan turun, demam, polycytemia.
Mungkin timbul hipertensi karena dampak stimulasi sistem renin angiotensin.

IVP akan memperlihatkan ketidakserasian tepi-tepi ginjal dan memberi gambaran adanya
dugaan tumor ginjal. Tumor kecil pada parenkhim tidak akan jelas, tapi bisa diperjelas
dengan CT scan. Ct scan juga penting untuk membuat diferensiasi carcinoma sel-sel ginjal
dan kista renal. Angiografi juga bisa dikerjakan untuk diferensiasi kista dengan tumor.

Kecuali pada orang yang berisiko jelek untuk bedah atau telah timbul metastase hebat,
ginjal dapat diangkat (nefrektomi) dengan cara transabdominal, thoraco abdominal atau
retroperitoneal. Yang pertama merupakan yang paling sering dipilih agar menjamin arteri
dan vena renal tetap aman dan sebagai pencegahan penyebaran sel kanker ganas.

Setelah bedah tumor maligna diteruskan dengan sensitifitas radigrafi, biasanya pasien
mendapatkan serangkaian therapi sinar X. Untuk pengobatan ini tidak perlu hospitalisasi.
Radiasi juga dilakukan untuk daerah metastase sebagai pengobatan paliatif bagi mereka
yang tidak mungkin bisa dibedah.

Kemotherapi belum memperlihatkan mutu pada pengobatan carcinoma sel-sel kanker.


Angka pasien yang bisa tertolong setelah pengobatan tergantung kepada gawatnya
metastase. Angka pulih kembali setelah 10 tahun sangat rendah, terutama karena
kebanyakan orang tidak berobat pada tingkat dini dan menunggu sampai penyakit sudah
sangat lanjut.

B.KARSINOMA KANDUNG KEMIH


Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker
kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita,
dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari
satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. 

Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 %
sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari
kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine,
infeksi schistosoma haematobium dan merokok.

Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna
yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih
dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap
papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui.
Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang
lain adalah adenocarcinoma. 

Kanker kandung kemih dibagi tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya


yaitu: tingkat O Mukosa, tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial,
Tingkat D Kelenjar Limfe.

Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor
kandung kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta
pertolongan. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran
kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti.
Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena tumor merupakan benda
asing di dalam kandung kemih. 

Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat
divisualisasikan dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai
tingkatan invasif dari tumor penting dalam menentukan regimen terapi dan dalam
pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah menjalani pengangkatan
papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk selama dua
tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang
baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus
diperkuat oleh perawat. 

Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan
sempurna dengan fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang
setelah pembedahan. Air kemih berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross.
Rasa panas saat berkemih dapat diatasi dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat
pada daerah kandung kemih atau berendam air hangat. Pasien boleh pulang beberapa hari
kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah kandung kemih harus
dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau pengangkatan seluruh
kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas.

Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk
memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada pasien yang
fisikinya tidak kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit
dalam pengelolaan bila tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai
karena efeknya yang berbahaya.

Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin)


merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam
kandung kemih sebagai pengobatan topikal. Pasien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai
12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam kandung kemih
selama dua jam.

C.KARSINOMA PROSTAT
Karsinoma prostat ditemukan secara kebetulan pada waktu prostatektomi, sesudah
dilakukan pemerikasaan patologi anatomik. Karsinoma prostat perlu dicurigai bila pada
rectal toucher teraba benjolan-benjolan yang keras (indurasi pada satu atau beberapa
tempat). Biasanya di lobus posterior. Seringkali penderita datang karena adanya hematuria
gross. Hal ini mungkin karena proses penjalaran karsinoma ke arah lumen uretra dan
menimbulkan ulcerasi disitu sehingga terjadi perdararahan. Diagnosis diferensialnya adalag
batu prostat, TBC prostat, prostatitis kronik. Untuk membedakannya perlu dilakukan biopsi
jarum.
Therapi yang umum digunakan adalah triple therapy yaitu prostatektomy, orkidektomy sub
kapsuler dan pemberian hormon estrogen.
Kelenjar prostat merupakan tempat yang kedua pada pria untuk pertumbuhan kanker.
Terdapat faktor keluarga untuk pertumbuhan penyakit ini. Kanker prostat bertanggung
jawab atas 10% dari seluruh jumlah angka kematian pria. Jarang terjadi sebelum usia 50
tahun dan angka semakin meningkat seiring peningkatan usia. Lebih muda penderita
terserang, lebih lethal penyakit ini. Walaupun kanker bisa dimulai dimana saja pada
kelenjar prostat dan bermulti fokal sumbernya biasanya timbul pada lobus perifer sehingga
timbul pada lobus perifer sehingga timbul nodul yang dapat diraba. Deteksi dini pada waktu
palpasi memungkinkan pengobatan yang dini juga dan dapat memperbaiki prognosa.
Karena alasan tersebut semua pria harus menjalani pemeriksaan rektal tiap tahun.

Kanker prostat biasanya dimulai dengan perubahan pola berkemih, frekuensi, desakan,
nokturia akibat membesarnya ukuran kelenjar yang mendesak uretra. Obstruksi uretra yang
lengkap dapat terjadi. Hematuria dapat berkembang menjadi anemia.

D.DIAGNOSA KEPERAWATAN & TINDAKAN PADA PASIEN DENGAN KANKER


SALURAN KEMIH
1.Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik. Tujuan:
Pasien dapat mengurangi rasa cemasnya
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Tindakan:
1)Tentukan pengalaman pasien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya
2)Berikan informasi tentang prognosis secara akurat
3)Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri
informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai
4)Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu pasien mempersiapkan diri dalam
pengobatan
5)Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll
6)Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system
7)Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
8)Pertahankan kontak dengan pasien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
2.Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi
kanker ditandai dengan pasien mengatakan nyeri, pasien sulit tidur, tidak mampu
memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan. Tujuan:
Pasien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
Melaporkan nyeri yang dialaminya
Mengikuti program pengobatan
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang
mungkin
Tindakan:
1)Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
2)Evaluasi therapi : pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan pasien dan
keluarga tentang cara menghadapinya
3)Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
musik atau nonton TV
4)Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan),
gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
5)Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
6)Kolaboratif 
Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan pasien
Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
3.Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik
yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan pasien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih
dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal
cramping. Tujuan:
Pasien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi
Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
Tindakan:
1)Monitor intake makanan setiap hari, apakah pasien makan sesuai dengan kebutuhannya
2)Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan
3)Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis
4)Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk pasien.
5)Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang
terlalu manis, berlemak dan pedas.
6)Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau
keluarga
7)Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan
8)Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami pasien
9)Kolaboratif
Amati study laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
Berikan pengobatan sesuai indikasi: Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan
infus.
4.Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering
bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi. Tujuan:
Pasien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan
siap
Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur
tersebut
Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan
Bekerjasama dengan pemberi informasi
Tindakan:
1)Review pengertian pasien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya
2)Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada pasien
tentang pengalaman pasien lain yang menderita kanker
3)Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan
informasi yang tidak diperlukan
4)Berikan bimbingan kepada pasien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan,
therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada pasien.
5)Anjurkan pasien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi
tentang penyakitnya
6)Review pasien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal
7)Anjurkan pasien untuk mengkaji membran mukosa mulut secara rutin, perhatikan
adanya eritema, ulcerasi
8)Anjurkan pasien memelihara kebersihan kulit dan rambut

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).


Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,


(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI: Media
Aescullapius.

http://naoki88panggih.blogspot.co.id/2009/09/neoplasma-pada-sistem-perkemihan-bag-2.html

NEOPLASMA PADA SISTEM PERKEMIHAN (bag 2)


a. KARSINOMA KANDUNG KEMIH
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih
terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan tumor-tumor multipel
juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.

Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan
kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah
karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan
merokok.

Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif.
Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi.
Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap
pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya
lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma.

Kanker kandung kemih dibagi tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya yaitu : tingkat O
Mukosa, tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial, Tingkat D Kelenjar Limfe.

Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung
kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang tidak
disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena
itu tiap terjadi hematuri harus diteliti. Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena
tumor merupakan benda asing di dalam kandung kemih.

Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat divisualisasikan
dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai tingkatan invasif dari tumor penting
dalam menentukan regimen terapi dan dalam pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah
menjalani pengangkatan papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk
selama dua tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang
baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus diperkuat oleh
perawat.

Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan sempurna dengan
fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang setelah pembedahan. Air kemih
berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross. Rasa panas saat berkemih dapat diatasi
dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat pada daerah kandung kemih atau berendam air
hangat. Pasien boleh pulang beberapa hari kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah
kandung kemih harus dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau
pengangkatan seluruh kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas.

Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk
memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada pasien yang fisikinya tidak
kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam pengelolaan bila
tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai karena efeknya yang berbahaya.

Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan


bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam kandung kemih sebagai
pengobatan topikal. Pasien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan
theotipa dan obat diabiarkan dalam kandung kemih selama dua jam.

http://karyatulisilmiah.com/asuhan-keperawatan-neoplasma-pada-sistem-perkemihan/

Anda mungkin juga menyukai