Disusun Oleh:
Fla Aurelia. R
P2002023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah penyakit yang sangat
meningkat dari 20% laki-laki berusia 41-50 tahun, 50% pada laki-laki berusia
51-60 tahun, hingga lebih dari 90% pada laki-laki berusia >80 tahun. BPH
paling sering terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering
ditemukan untuk intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun. Di dunia,
hampir 30 juta pria menderita BPH pada usia 40 tahun sekitar 40%, usia 60-70
tahun meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90%.
Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih dari 80 tahun memberikan gejala
Lower Urinary Tract sympstons (LUTS). Di Amerika Serikat, hampir 14 juta pria
1033 ]
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas dari Stase Keperawatan Medikal Bedah
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan saat ini
A. Definisi
jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum di
1033 ]
B. Etiologi
pada prostat.
C. Manifestasi Klinis
1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai
dengan mengejan.
b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan
tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2. Gejala iritasi
a. Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b. Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat
terjadi pada malam dan siang hari.
dubur) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml.
Biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan
konservatif
2. Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat
lebih menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml. Merupakan indikasi untuk melakukan
3. Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan
sisa urin lebih dari 100 ml. Reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila
perianal.
4. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total. Tindakan harus segera
E. Komplikasi
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.
kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-
beda. Proses pembesaran prostad terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-buli dan
fase kompensasi,
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang
statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari urin yang
tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika
saat berkemih /disuria. Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan
sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik
tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan
mengakibatkan pielonefritis (Purnomo, 2011)
G. Penatalaksanaan Medik
1. Prostatektomi
1. Urinalisis
Warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang, penampilan keruh, Ph:
4. IVP
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih dan adanya
6. Sistouretrografi berkemih
Sebagai ganti IVP untuk menvisualisasi kandung kemih dan uretra dengan
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
PSA < 4mg / ml tidak perlu biopsy. Sedangkan bila nilai PSA 4–10 mg /
ml, hitunglah Prostat Spesific Antigen Density (PSAD) yaitu PSA serum
dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15 maka sebaiknya
dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 mg/ml
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
dan volume residu urine, mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan BPH. Dari semua
buli – buli
3. Pemeriksaan colok dubur
J. Pengkajian Keperawatan
1. Demografi
Kebanyakan menyerang pada pria berusia diatas 50 tahun. Ras kulit
hitam memiliki resiko lebih besar dibanding dengan ras kulit putih.
Status social ekonomi memili peranan penting dalam terbentuknya
Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi, nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,
penyakit BPH
5. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya,
ragu ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari
untuk berkemih (nokturia), kekuatan system perkemihan. Tanyakan
penggunaan alkhohol.
f. Pola aktifitas
beban berat. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan,
g. Seksualitas
Kaji apakah ada masalah tentang efek kondisi/terapi pada
a. Laboratorium
1) Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting
10 ng/ml.
b. Pemeriksaan Diagnostik
dan volume residu urin serta untuk mencari kelainan patologi lain,
baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan BPH.
sakulasi buli-buli.
3) Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar
K. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Op
a. Retensi Urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
prostat
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
2. Post Op
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik prosedur
operasi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: irigasi kandung
kemih, kateter
c. Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan urologi
Rencana Keperawatan
Pre Op
Post Op
ANALISA DATA
A. Kasus
Tn. SA (67 th) alamat jalan Sari Mulyo, Masuk ke IGD RS Jaya Bakti jam 22.30.
RM 102030. Info yang diperoleh dari istri Tn. SA mengalami nyeri di area
kandung kemih, kencing sedikit seperti tidak tuntas. Tn. SA sehari-hari
berprofesi sebagai pedagang sembako. Saat dikaji Tn. SA terlihat meringis
menahan nyeri, area blader teraba keras, adanya pembesaran bagian prostat.
Perawat IGD melakukan pemeriksaan didapatkankan data data vital sign Tn
SA sebagai berikut : TD 100/70 MmHg, Suhu tubuh 37,2 C, RR 17 x/mnt, nadi
92x/mnt, dilakukan skoring nyeri Tn SJ menunjukan level 6, kesadaran GCS
E4 V5 M6 .Hasil pemeriksaan darah lengkap HB: 13,1 g/dL, Hematokrit 41 %,
lekosit 9.200 10³/µL,Ureum : 40 mg/dL, Creatinin: 1.2 mg/dL hasil Rapid test
non reaktif,
Diagnosa sementara Dokter Jaga IGD pasien di diagnosa BPH, terapi yang
diberikan pada Tn SA Pasang kateter, injeksi Tramadol 1 amp drip dalam Nacl
10 tetes/mnt. Saat dipasang kateter pasien terlihat mengerang dan terlihat di
dalam urine bag urine bercampur dengan darah.
B. Analisa Kasus
4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan:
Diagnosa sementara Dokter Jaga IGD pasien di diagnosa BPH, data data vital sign
Tn SA sebagai berikut : TD 100/70 MmHg, Suhu tubuh 37,2 C, RR 17 x/mnt, nadi
92x/mnt, dilakukan skoring nyeri Tn SA menunjukan level 6, kesadaran GCS E4 V5
M6 .Hasil pemeriksaan darah lengkap HB: 13,1 g/dL, Hematokrit 41 %, lekosit 9.200
10³/µL,Ureum : 40 mg/dL, Creatinin: 1.2 mg/dL hasil Rapid test non reaktif., terapi
yang diberikan pada Tn SA Pasang kateter, drip Tramadol 100 mg/ kolf dalam Nacl
10 tetes/mnt. Saat dipasang kateter pasien terlihat mengerang dan terlihat di dalam
urine bag urine bercampur dengan darah
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum sakit pasien BAB selama 1x sehari dengan konsistensi lunak.
b. Buang air kecil
klien mengatakan BAK sedikit seperti tidak tuntas. Selama dirumah sakit pasien
dipasang kateter dan terlihat di dalam urin bag urin bercampur dengan darah
Makan/minum ✔
Mandi ✔
Toileting ✔
Berpakaian ✔
Berpindah ✔
Ambulasi/ROM ✔
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total
7. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)
a. Pandangan klien tentang sakitnya:
klien mengatakan tidak pernah mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien
juga mengatakan tidak tau bagaimana pengobatannya
b. Gambaran diri:
klien mengatakan semenjak terasa nyeri di area kandung kemih, aktivitasnya
menjadi terganggu dan ketika BAK rasa tidak keluar semua urinnya
c. Kecemasan: klien mengatakan merasa sedih dan cemas dengan kondisinya saat
ini
10. Pola managemen koping-stess (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir
ini):
Klien sedikit mengalami stress karena ia tidak bisa bekerja seperti biasanya dan
memikirkan biaya pengobatan rumah sakit.
11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan,
dll):
Pasien mengatakan selama sakit tidak pernah menjalankan ibadahnya dan
ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya.
b. Pendengaran
✔ Normal Berdengung Berkurang Alat bantu Tuli
Klien tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
Keluhan lain: Tidak ada
3. Hidung:
a. Inspeksi:
Lubang hidung simetris kanan dan kiri, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, tidak terdapat bekas luka, tidak terdapat massa baik diluar maupun di
dalam hidung, tidak terdapat secret, perdarahan dan polip.
b. Fungsi penciuman : baik
c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
4. Mulut/Gigi/Lidah:
a. Inspeksi:
Mukosa bibir lembab, tidak terdapat luka pada area bibir, gigi lengkap, terdapat
karies gigi, gusi berwarna merah muda, tidak terdapat stomatitis, lidah tepat
berada ditengah dan tampak bersih, tonsil normal
5. Leher :
a. Inspeksi:
Tampak simetris, tidak terdapat pembengkakan di sekitar leher, warna sama
dengan kulit sekitar, tidak ada bekas luka
b. Palpasi:
Trakea tidak teraba adanya deviasi, kelenjar limfe tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar dan tidak ada nyeri tekan, vena jugularis tidak teraba
adanya distensi vena, kelenjar tiroid tidak teraba adanya pembesaran kelenjar.
6. Respiratori
a. Dada:
1) Inspeksi:
Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, warna kulit
tampak sama dengan daerah sekitar, tidak tampak otot bantu pernapasan,
bentuk dada normal
2) Palpasi:
Pengembangan dinding dada teraba simetris kanan dan kiri saat inspirasi
dan ekspirasi, tidak teraba adanya masa, taktil fermitis teraba sama pada
kedua sisi
3) Perkusi :
Pada arean jantung terdengar pekak pada ICS 3-5 sebelah kiri
4) Auskultasi:
Tidak terdengar suara nafas tambahan pada seluruh lapang paru, suara
vesikuler
8. Neurologis
Rasa ingin pingsan/ pusing: klien mengatakan tidak pusing dan tidak ada rasa ingin
pingsan
Sakit Kepla: Klien mengatakan tidak merasakan sakit kepala untuk saat ini
Pupil : isokor
Reflek cahaya :+/+
Sinistra :+ cepat
Dextra :+ cepat
Bicara :
Keluhan lain:
Warna kulit
Kelembaban :
✔Lembab Kering
Turgor : elastis
> 2 detik
✔< 2 detik
10. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen datar, tidak tampak pernapasan abdomen, tidak tampak masa
b. Auskultasi
Peristaltik usus 10x/menit
c. Perkusi
Suara perkusi timpani di seluruh lapang perut
d. Palpasi
Ada nyeri tekan pada perut bawah, area blader teraba keras, adanya
pembesaran bagian prostat.
Nyeri tekan : pasien mengalami nyeri tekan pada bagian perut
bawah skala 6
Lunak : tidak ada penumpukan cairan
Massa : tidak ada pembesaran hepar
Ukuran/lingkar perut : 80 cm
Bising usus : 10x/menit
Asites : tidak ada penumpukan cairan di rongga perut
Keluhan lain : pasien mengatakan nyeri di kandung kemih
11. Muskuloskeletal
12. Seksualitas
a. Aktif melakukan hubungan seksual:
sebelumnya klien aktif melakukan hubungan seksual, namun dalam
beberapa minggu terakhir mengalami penurunan hasrat
b. Penggunaan alat kontrasepsi :
selama berhubungan seksual, klien mengatakan tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi
c. Masalah/kesulitan seksual :
pasien mengatakan kesulitan saat akan melakukan hubungan seksual
dikarenakan rasa nyeri yang dialami
d. Perubahan terakhir dalam frekuensi: klien mengatakan mengalami
penurunan
Pria
Rabas penis : tidak ada masalah
Sirkumsisi : klienmengatakan tidak ada masalah
Impoten : klien mengatakan tidak ada masalah
Gangguan prostat : Terdapat pembesaran prostat
Vasektomi : klien mengatakan tidak pernah dilakukan vasektomi
Ejakulasi dini : klien mengatakan tidak ada masalah
V. Program terapi:
Samarinda, 13 Januari
2021
Perawat
Data objektif:
a. Tampak gelisah
VII. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urin
2. Nyeri akut
3. Defisit pengetahuan
RENCANA
KEPERAWATAN
a.
Sensasi berkemih cukup
meningkat
b. Desakan berkemih (urgensi)
sedang
c. Distensi kandung kemih
sedang
d. Berkemih tidak tuntas
(hesitancy) cukup menurun
e. Volume residu urin sedang
f. Urin menetes (dribbling)
cukup menurun
g. Disuria sedang
P: Lanjutkan intervensi
6. Hasil yang didapat dan makna Aktivitas saraf simpatik dihambat sedangkan saat pasien
relaksasi yang akan bekerja sistem saraf parasimpatis yang
akan mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi oksigen
oleh tubuh selanjutnya otot-otot tubuh menjadi rileks
sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman
dengan demikian relaksasi dapat menekan rasa nyeri.
7. Identifikasi tindakan a. Teknik distraksi
keperawatan lainnya yang b. Imajinasi terbimbing
dapat dilakukan untuk c. Relaksasi napas dalam
mengatasi masalah/diagnosa
tersebut.
8. Evaluasi diri tentang pelaksanaan Praktikan dapat memberikan terapi relaksasi benson
tindakan tersebut dengan memperhatikan prinsip – prinsip, serta
mengobservasi bahaya yang kemungkinan terjadi akibat
terapi relaksasi benson
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada kasus BPH diatas adalah Pre Op Retensi Urin
B. Saran
Perawat harus lebih memperhatikan pasien dalam memberikan asuhan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Cetakan 3. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-18445-6-4.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-51680-0-0
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-18445-9-5.