Anda di halaman 1dari 41

Laporan Pendahuluan

Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Masalah Diagnosa


Medik: BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Disusun Oleh:
Fla Aurelia. R
P2002023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


ITKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah penyakit yang sangat

sering mengakibatkan masalah pada pria. BPH mempunyai karakteristik


berupa hiperplasia pada stroma dan epitel prostat. Prevalensi histologi BPH

meningkat dari 20% laki-laki berusia 41-50 tahun, 50% pada laki-laki berusia
51-60 tahun, hingga lebih dari 90% pada laki-laki berusia >80 tahun. BPH

menimbulkan manifestasi klinis seperti LUTS, hipertrofi, serta distensi kantung


kemih dengan akibat retensi urine, nokturia dan disuria Kondisi patologis ini

paling sering terjadi pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering
ditemukan untuk intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun. Di dunia,

hampir 30 juta pria menderita BPH pada usia 40 tahun sekitar 40%, usia 60-70
tahun meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90%.

Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih dari 80 tahun memberikan gejala
Lower Urinary Tract sympstons (LUTS). Di Amerika Serikat, hampir 14 juta pria

menderita BPH. Prevalensi dan kejadian BPH di Amerika Serikat terus


meningkat pada tahun 1994- 2000 dan tahun 1998-2007. Peningkatan jumlah

insiden ini akan terus berlangsung sampai beberapa dekade mendatang. Di


Indonesia pada tahun 2017 terdapat 6,2 juta kasus.

Penatalaksanaan jangka panjang pada pasien dengan BPH adalah


dengan melakukan pembedahan. Salah satu tindakan yang paling banyak

dilakukan pada pasien dengan BPH adalah tindakan pembedahan


Transurethral Resection Of the Prostate (TURP) yang prosedur pembedahan

dengan memasukkan resektoskopi melalui uretra untuk mengeksisi dan


mengkauterisasi atau mereseksi kelenjar prostat yang mengalami obstruksi.

Prosedur tersebut menimbulkan luka bedah yang berakibat menimbulkan


nyeri pada luka post operasi. (Purnomo, 2011 dalam [ CITATION Arf19 \l

1033 ]

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas dari Stase Keperawatan Medikal Bedah

serta mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Benign


Prostatic Hyperplasia (BPH)

2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan saat ini

b. Mampu mengkaji pasien dengan BPH


c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan BPH

d. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah suatu keadaan dimana kelenjar


prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung

kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra.


Hyperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh penambahan

jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum di

derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun [ CITATION Azi18 \l

1033 ]

B. Etiologi

Menurut Prabowo dkk (2014) dalam [ CITATION Azi18 \l 1033 ] etiologi

BPH sebagai berikut:

1. Peningkatan DHT (dehidrotestosteron)


Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan menyebabkan

epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.

2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron


Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses

penuaan, pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan penurunan


hormon testosteron. Hal ini yang memicu terjadinya hiperplasia stroma

pada prostat.

3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat


peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor

dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia


stroma dan epitel, sehingga akan terjadi BPH

4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )


Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

5. Teori stem sel


Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan
memicu terjadi BPH.

C. Manifestasi Klinis

1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai

dengan mengejan.
b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan
tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.

c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.


d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran

destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di


uretra.

e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.

2. Gejala iritasi
a. Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b. Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat
terjadi pada malam dan siang hari.

c. Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.


D. Klasifikasi

Menurut Sjamsuhidajat. R, (2011) klasifikasi BPH meliputi :


1. Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (colok

dubur) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml.
Biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan
konservatif
2. Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat

lebih menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml. Merupakan indikasi untuk melakukan

pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (


trans urethral resection / TUR ).

3. Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan
sisa urin lebih dari 100 ml. Reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila

diperkirakan prostate sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam


sebaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui trans retropublik /

perianal.
4. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total. Tindakan harus segera

dilakukan membebaskan klien dari retensi urine total dengan


pemasangan kateter.

E. Komplikasi
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi

2. Infeksi saluran kemih


3. Involusi kontraksi kandung kemih

4. Refluk kandung kemih


5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus

berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urin yang akan mengakibatkan tekanan intravesika meningkat.

6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi


7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat

terbentuk batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah


keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila

terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.


8. Hernia atau hemoroid lama-kelamaan dapat terjadi dikarenakan pada

waktu miksi pasien harus mengedan.


F. Patofisiologi

Hiperplasi prostat adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa


majemuk dalam prostat, pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian

periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan


kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari

kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-
beda. Proses pembesaran prostad terjadi secara perlahan-lahan sehingga

perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostad, resistensi pada leher buli-buli dan

daerah prostad meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang


sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor disebut

fase kompensasi,
keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami

dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi/terjadi


dekompensasi sehingga terjadi retensi urin. Pasien tidak bisa mengosongkan

vesika urinaria dengan sempurna, maka akan terjadi statis urin. Urin yang
statis akan menjadi alkalin dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.

Obstruksi urin yang berkembang secara perlahan-lahan dapat mengakibatkan


aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih ada urin yang menetes,

kencing terputus-putus (intermiten), dengan adanya obstruksi maka pasien


mengalami kesulitan untuk memulai berkemih (hesitansi). Gejala iritasi juga

menyertai obstruksi urin. Vesika urinarianya mengalami iritasi dari urin yang
tertahan tertahan didalamnya sehingga pasien merasa bahwa vesika

urinarianya tidak menjadi kosong setelah berkemih yang mengakibatkan


interval disetiap berkemih lebih

pendek (nokturia dan frekuensi), dengan adanya gejala iritasi pasien


mengalami perasaan ingin berkemih yang mendesak/ urgensi dan nyeri

saat berkemih /disuria. Tekanan vesika yang lebih tinggi daripada tekanan
sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik

menyebabkan refluk vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal


ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu

miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan menyebabkan


hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat

menyebabkan terbentuknya batu endapan didalam kandung kemih. Batu


ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu

tersebut dapat juga menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluk akan
mengakibatkan pielonefritis (Purnomo, 2011)

G. Penatalaksanaan Medik
1. Prostatektomi

a. Prostatektomi suprapubis, adalah salah satu metode mengangkat


kelenjar melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat

kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.


b. Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu

insisi dalam perineum.


c. Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di

banding [endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih


rendah mendekati kelenjar prostat yaitu antara arkuspubis dan

kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih.


2. Insisi prostat transurethral (TUIP)

Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan


instrumen melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat

berukuran kecil (30 gr / kurang) dan efektif dalam mengobati banyak


kasus dalam BPH.

3. Transuretral Reseksi Prostat (TURP)


Operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan

resektroskop dimana resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung


10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong

dan counter yang di sambungkan dengan arus listrik.


H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalisis
Warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang, penampilan keruh, Ph:

7 atau lebih besar, bakteria.


2. Kultur Urine

Adanya staphylokokus aureus, proteus, klebsiella, pseudomonas, e.coli.


3. BUN / kreatinin : meningkat.

4. IVP
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih dan adanya

pembesaran prostat, penebalan otot abnormal kandung kemih.


5. Sistogram

Mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung


kemih.

6. Sistouretrografi berkemih
Sebagai ganti IVP untuk menvisualisasi kandung kemih dan uretra dengan

menggunakan bahan kontras lokal


7. Sistouretroscopy

Untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan kandung kemih.


8. Transrectal ultrasonografi

Mengetahui pembesaran prosat, mengukur sisa urine dan keadaan


patologi seperti tumor atau batu

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopis urin penting untuk


melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat

hematuria, harus diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada


saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat

menyebabkan hematuria. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah


merupakan informasi dasar dan fungsi ginjal dan status metabolik.

Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar


penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai

PSA < 4mg / ml tidak perlu biopsy. Sedangkan bila nilai PSA 4–10 mg /
ml, hitunglah Prostat Spesific Antigen Density (PSAD) yaitu PSA serum

dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15 maka sebaiknya
dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 mg/ml

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,

pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Dengan tujuan untuk


memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli–buli

dan volume residu urine, mencari kelainan patologi lain, baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan BPH. Dari semua

jenis pemeriksaan dapat dilihat :


a. Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada batu traktus

urinarius, pembesaran ginjal atau buli – buli.


b. Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi

renal, hidronefrosis dan hidroureter, fish hook appearance


(gambaran ureter belok –belok di vesika).

c. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa masa


ginjal, mendeteksi residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor

buli – buli
3. Pemeriksaan colok dubur

Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus


sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam

rectum dan prostat.


4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)

Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan


internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen

dan diperiksa jumlah sel darah merahnya.


5. PA(Patologi Anatomi)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi.


Sampel jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk

mengetahui apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga akan


menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.

J. Pengkajian Keperawatan

1. Demografi
Kebanyakan menyerang pada pria berusia diatas 50 tahun. Ras kulit

hitam memiliki resiko lebih besar dibanding dengan ras kulit putih.
Status social ekonomi memili peranan penting dalam terbentuknya

fasilitas kesehatan yang baik. Pekerjaan memiliki pengaruh terserang


penyakit ini, orang yang pekerjaanya mengangkat barang-barang berat

memiliki resiko lebih tinggi.


2. Riwayat penyakit Sekarang

Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi, nokturia,
urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,

hesistensi ( sulit memulai miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan


waktu miksi memanjang dan akhirnya menjadi retensi urine.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji apakah memilki riwayat infeksi saluran kemih (ISK), adakah

riwayat mengalami kanker prostat. Apakah pasien pernah menjalani


pembedahan prostat / hernia sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan Keluarga


Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita

penyakit BPH
5. Pola Kesehatan Fungsional

a. Pola Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya,

ragu ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari
untuk berkemih (nokturia), kekuatan system perkemihan. Tanyakan

pada pasien apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan


aliran kemih. Pasien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan

seperti konstipasi akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum.


b. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Kaji frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan, jumlah


minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan atau keadaan

yang mengganggu nutrisi seperti anoreksia, mual, muntah,


penurunan BB.

c. Pola tidur dan istirahat


Kaji lama tidur pasien, adanya waktu tidur yang berkurang karena

frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ).


d. Nyeri/kenyamanan

Nyeri supra pubis, panggul atau punggung, tajam, kuat, nyeri


punggung bawah

e. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


Pasien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan obatobatan,

penggunaan alkhohol.
f. Pola aktifitas

Tanyakan pada pasien aktifitasnya sehari–hari, aktifitas penggunaan


waktu senggang, kebiasaan berolah raga. Pekerjaan mengangkat

beban berat. Apakah ada perubahan sebelum sakit dan selama sakit.
Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak mengalami gangguan,

dimana pasien masih mampu memenuhi kebutuhan sehari–hari


sendiri.

g. Seksualitas
Kaji apakah ada masalah tentang efek kondisi/terapi pada

kemampua seksual akibat adanya penurunan kekuatan ejakulasi


dikarenakan oleh pembesaran dan nyeri tekan pada prostat.

h. Pola persepsi dan konsep diri


Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau

dirasakan pasien sebelum pembedahan dan sesudah pembedahan


pasien biasa cemas karena kurangnya pengetahuan terhadap

perawatan luka operasi.


6. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium
1) Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting

dilakukan untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi.


Pemeriksaan kultur urin berguna untuk menegtahui kuman

penyebab infeksi dan sensitivitas kuman terhadap beberapa


antimikroba.

2) Pemeriksaan faal ginjal, untuk mengetahui kemungkinan adanya


penyulit yang menegenai saluran kemih bagian atas. Elektrolit,

kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari


fungsin ginjal dan status metabolic.

3) Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) dilakukan sebagai


dasar penentuan perlunya biopsy atau sebagai deteksi dini

keganasan. Bila nilai PSA <4ng/ml tidak perlu dilakukan biopsy.


Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml, hitunglah prostate specific

antigen density (PSAD) lebih besar sama dengan 0,15 maka


sebaiknya dilakukan biopsy prostat, demikian pula bila nila PSA >

10 ng/ml.
b. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Purnomo (2011) pemeriksaan radiologis bertujuan untuk


memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi bulibuli

dan volume residu urin serta untuk mencari kelainan patologi lain,
baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan BPH.

1) Foto polos abdomen, untuk mengetahui kemungkinan adanya


batu di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat, dan adanya

bayangan buli-buli yang penuh dengan urin sebagai tanda adanya


retensi urin. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda

metastasis dari keganasan prostat, serta osteoporosis akbibat


kegagalan ginjal.

2) Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP ), untuk mengetahui


kemungkinan adanya kelainan pada ginjal maupun ureter yang

berupa hidroureter atau hidronefrosis. Dan memperkirakan


besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan adanya

indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau


ureter dibagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked

fish)/gambaran ureter berbelok-belok di vesika, penyulit yang


terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau

sakulasi buli-buli.
3) Pemeriksaan USG transektal, untuk mengetahui besar kelenjar

prostat, memeriksa masa ginjal, menentukan jumlah residual


urine, menentukan volum buli-buli, mengukur sisa urin dan batu

ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli, dan mencari kelainan


yang mungkin dalam buli-buli.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Pre Op
a. Retensi Urin berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran

prostat
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,

pembesaran prostat dan obstruksi uretra.


c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status

kesehatan, kekhawatiran tentang pengaruhnya pada ADL atau


menghadapi prosedur bedah.

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

2. Post Op
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik prosedur

operasi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: irigasi kandung

kemih, kateter
c. Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan urologi
Rencana Keperawatan

Pre Op

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Retensi Urin Eliminasi Urin Perawatan Retensi Urin

Definisi: Definisi: Pengosongan Definisi: Mengidentifikasi


Pengosongan kandung kemih yang dan meredakan distensi
kandung kemih yang lengkap kandung kemih
tidak lengkap Tindakan
Ekspektasi : Meningkat Observasi:
Gejala dan Tanda Kriteria hasil: a. Identifikasi
Mayor a. Sensasi penyebab retensi
Subjektif: berkemih urin
a. Sensasi penuh b. Monitor intake
pada kandung Ekspektasi: Menurun dan output cairan
kemih Kriteria hasil: c. Monitor tingkat
Objektif: a. Desakan distensi kandung
a. Disuria/anuria berkemih kemih dengan
b. Distensi kandung (urgensi) palpasi/perkusi
kemih b. Distensi Terapeutik:
Gejala dan tanda kandung kemih a. Sediakan privasi
Minor c. Berkemih tidak untuk berkemih
Subjektif: tuntas b. Berikan
a. Dribbling (hesitancy) rangsangan
Objektif: d. Volume residu berkemih
a. Inkontinesia urin c. Pasang kateter
berlebih e. Urin menetes urin, jika perlu
b. Residu urin 150 (dribbling) Edukasi:
ml atau lebih f. Disuria a. Jelaskan penyebab
g. Anuria retensi urin
b. Anjurkan pasien
atau keluarga
mencatat output
urin
2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

Definisi: Pengalaman Definisi: Pengalaman Definisi:


sensorik atau sensorik atau
Mengidentifikasi dan
emosional yang emosional yangmengelola pengalaman
berkaitan dengan berkaitan dengan sensorik atau emosional
kerusakan jaringan kerusakan jaringanyang berkaitan dengan
aktual atau aktual atau fungsional,kerusakan jaringan atau
fungsional, dengan dengan onsetfungsional dengan onset
onset mendadak atau mendadak atau
mendadak atau lambat
lambat dan lambat dan
dan berintensitas ringan
berintensitas ringan berintensitas ringanhingga berat dan konstan.
hingga berat yang hingga berat danTindakan
berlangsung kurang konstan. Observasi:
dari 3 bulan a. Identifikasi lokasi,
Gejala dan Tanda Ekspektasi: Menurun karakteristik,
Mayor Kriteria hasil: durasi, frekuensi,
Subjektif: a. Keluhan nyeri kualitas, intensitas
a. Mengeluh b. Meringis nyeri
nyeri c. Sikap protektif b. Identifikasi skala
Objektif: d. Gelisah nyeri
a. Tampak e. Kesulitan tidur c. Identivikasi respon
meringis f. Menrik diri nyeri non verbal
b. Bersikap g. Berfokus pada Terapeutik
protektif diri sendiri a. Berikan teknik
c. Gelisah nonfarmakologis
d. Frekuensi nadi untuk mengurangi
meningkat rasa nyeri
e. Sulit tidur b. Kontrol
Gejala dan Tanda lingkungan yang
Minor memperberat rasa
Objektif: nyeri
a. Tekanan c. Fasilitasi istirahat
darah dan tidur
meningkat Edukasi:
b. Pola napas a. Jelaskan strategi
berubah meredakan nyeri
c. Nafsu makan b. Ajarkan teknik
berubah nonfarmakologis
d. Proses untuk mengurangi
berpikir rasa nyeri
terganggu Kolaborasi:
e. Menarik diri a. Kolaborasi
f. Berfokus pada pemberian
diri sendiri analgetik, jika
g. Diaforesis perlu
3. Ansietas Tingkat Ansietas Persiapan Pembedahan

Definisi: kondisi Definisi: Kondisi emosiDefinisi: mengidentifikasi


emosi dan dan pengalaman dan menyiapkan pasien
pengalaman subyektif subyektif terhadap untuk menjalani prosedur
individu terhadap objek yang tidak jelas operasi dan mencegah
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat komplikasi serta
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang perburukan saat prosedur
antisipasi bahay yang memungkinkan operasi.
memuungkinkan individu melakukan Tindakan
individu melakukan tindakan untukObservasi:
tindakan untuk menghadapi ancaman. a. Identifikasi kondisi
menghadapi umum pasien
ancaman Ekspektasi: Menurun b. Monitor tekanan
Kriteria hasil: darah, nadi,
Gejala dan Tanda a. Verbalisasi pernapasan, suhu
Mayor kebingungan tubuh, bb, ekg
Subjektif: b. Verbalisasi Terapeutik:
a. Merasa khawatir akibat a. Ambil sampel
bingung kondisi yang darah untuk
b. Merasa dihadapi pemeriksaan kimia
khawatir c. Perilaku gelisah darah
dengan akibat d. Perilaku tegang b. Fasilitasi
dari kondisi pemeriksaan
yang dihadapi penunjang
c. Sulit Edukasi:
berkonsentrasi a. Jelaskan tentang
Objektif: prosedur, waktu
a. Tampak dan lamanya
gelisah operasi
b. Tampak Kolaborasi:
tegang a. Kolaborasi
c. Sulit tidur pemberian obat
Gejala dan Tanda sebelum
Minor pembedahan
Subjektif: b. Koordinasi dengan
a. Mengeluh petugas gizi
pusing tentang jadwal
b. Anoreksia puasa dan diet
c. Palpitasi pasien
d. Merasa tidak
berdaya
Objektif:
a. Frekuensi
napas
meningkat
b. Frekuensi nadi
meningkat
c. Tekanan
darah
meningkat
d. Diaforesis
e. Tremor
f. Muka tampak
pucat
g. Suara
bergetar
h. Kontak mata
buruk
i. Sering
berkemih
4. Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan

Definisi: ketiadaan Definisi: kecukupan


Definisi: Mengajarkan
atau kurangnya informasi kognitif
pengelolaan faktor risiko
informasi kognitif yang berkaitan
penyakit dan perilaku
yang berkaitan dengan topik tertentu
hidup bersih serta sehat
dengan topik tertentu Tindakan
Ekspektasi : Meningkat Observasi:
Gejala dan tanda Kriteria hasil: a. Identifikasi
mayor a. Perilaku sesuai kesiapan dan
Subjektif: anjuran kemampuan
a. Menanyakan b. Verbalisasi menerima
masalah yang minat dalam informasi
dihadapi belajar b. Identifikasi faktor-
Objektif: c. Perilaku sesuai faktor yang dapat
a. Menunjukkan dengan meningkatkan dan
perilaku tidak pengetahuan menurunkan
sesuai anjuran Ekspektasi: menurun motivasi perilaku
b. Menunjukan Kriteria hasil: hidup bersih dan
persepsi yang a. Persepsi yang sehat
keliru keliru terhadap Terapeutik
terhadap masalah a. Sediakan materi
masalah b. Pertanyaan dan media
Gejala dan tanda tentang pendidikan
minor masalah yang kesehatan
Objektif: dihadapi b. Jadwalkan
a. Menjalani pendidikan
pemeriksaan kesehatan sesuai
yang tidak kesepakatan
tepat c. Berikan
b. Menunjukkan kesempatan untuk
perilaku bertanya
berlebihan. Edukasi
a. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
b. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

Post Op

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Nyeri Akut Kontrol Nyeri Pemberian Analgesik

Definisi: Definisi: tindakan untuk Definisi: Menyiapkan dan


Pengalaman meredakan memberikan agen
sensorik atau pengalaman sensorik farmakologis untuk
emosional yang atau emosional yang mengurangi atau
berkaitan dengan tidak menyenangkan menghilangkan rasa sakit.
kerusakan jaringan akibat kerusakan Tindakan
aktual atau jaringan Observasi:
fungsional, dengan a. Identifikasi
onset mendadak Ekspektasi: Meningkat karakteristik nyeri
atau lambat dan Kriteria hasil: b. Identifikasi riwayat
berintensitas a. Melaporkan alergi obat
ringan hingga nyeri terkontrol c. Identifikasi
berat yang b. Kemampuan kesesuaian jenis
berlangsung mengenali onset analgesik
kurang dari 3 bulan nyeri dengantingkat
Gejala dan Tanda c. Kemampuan keparahan nyeri
Mayor mengenali d. Monitor ttv
Subjektif: penyebab nyeri sebelum dan
a. Mengeluh d. Kemampuan sesudah pemberian
nyeri menggunakan analgesik
Objektif: teknik non- e. Monitor efektifitas
a. Tampak farmakologis analgesik
meringis Terapeutik
b. Bersikap a. Diskusikan jenis
protektif analgesik yang
c. Gelisah disukai untuk
d. Frekuensi mencapai nalgesik
nadi optimal, jika perlu
meningkat b. Dokumentasikan
e. Sulit tidur respon terhadap
Gejala dan Tanda efek analgesik dan
Minor efek yang tidak
Objektif: diinginkan
a. Tekanan Edukasi
darah a. Jelaskan efek terapi
meningkat dan efek samping
b. Pola napas obat
berubah Kolaborasi
c. Nafsu a. Kolaborasi
makan pemberian dosis
berubah dan jenis analgesik,
d. Proses sesuai indikasi
berpikir
terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus
pada diri
sendiri
g. Diaforesis
2. Resiko Infeksi Kontrol Risiko Pencegahan infeksi
Definisi: Berisiko Definisi: Kemampuan Definisi: mengidentifikasi
mengalami untuk mengerti, dan menurunkan risiko
peningkatan mencegah, terserang organisme
terserang mengeliminasi atau patogenik
organisme mengurangi ancaman Tindakan
patogenik kesehatan yang dapat Observasi:
dimodifikasi. a. Monitor tanda dan
Faktor Risiko: gejala infeksi lokal
Efek prosedur Ekspektasi: Meningkat dan sistemik
invasif Kriteria hasil: Terapeutik
a. Kemampuan a. Batasi jumlah
mencari pengunjung
informasi b. Cuci tangan
tentang faktor sebelum dan
risiko sesudah kontak
b. Kemampuan dengan pasien dan
mengidentifikasi lingkungan pasien
faktor risiko c. Pertahankan teknik
c. Kemampuan aseptik pada pasien
melakukan berisiko tinggi
strategi kontrol Edukasi
risiko a. Jelaskan tanda dan
d. Kemampuan gejala infeksi
mengubah b. Ajarkan cara
perilaku mencuci tangan
dengan benar
c. Ajarkan cara
memeriksan kondisi
luka atau luka
operasi
3. Resiko disfungsi Fungsi Seksual Konseling Seksualitas
seksual
Definisi: Integrasi aspek Definisi: memberikan
Definisi: berisiko fisik dan bimbingan seksual pada
mengalami sosioemosional terkait pasangan sehingga
perubahan fungsi penyaluran dan kinerja mampu menjalankan
seksual selama fase seksual fungsinya secara optimal.
respon seksual Tindakan
berupa hasrat, Ekspektasi: Meningkat Observasi:
terangsang, Kriteria hasil: a. Identifikasi tingkat
orgasme dan a. Kepuasan pengetahuan,
relaksasi yang hubungan masalah sistem
dipandang tidak seksual reproduksi, masalah
memuaskan, tidak Ekspektasi: menurun seksualitas
bermakna/tidak Kriteria hasil: b. Identifikasi waktu
adekuat. a. Verbalisasi disfungsi seksual
aktivitas seksual dan kemungkinan
Faktor resiko: berubah penyebab
Gangguan urologi b. Verbalisasi c. Monitor stres,
fungsi seksual kecemasan, depresi
berubah dan penyebab
c. Keluhan nyeri disfungsi seksual
saat Terapeutik
berhubungan a. Fasilitasi
seksual komunikasi antara
(dispareunia) pasien dan
pasangan
Edukasi
a. Jelaskan efek
pengobatan,
kesehatan dan
penyakit terhadap
disfungsi seksual
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan
spesialis seksologi,
jika perlu
BAB III

ANALISA DATA

A. Kasus

Tn. SA (67 th) alamat jalan Sari Mulyo, Masuk ke IGD RS Jaya Bakti jam 22.30.
RM 102030. Info yang diperoleh dari istri Tn. SA mengalami nyeri di area
kandung kemih, kencing sedikit seperti tidak tuntas. Tn. SA sehari-hari
berprofesi sebagai pedagang sembako. Saat dikaji Tn. SA terlihat meringis
menahan nyeri, area blader teraba keras, adanya pembesaran bagian prostat.
Perawat IGD melakukan pemeriksaan didapatkankan data data vital sign Tn
SA sebagai berikut : TD 100/70 MmHg, Suhu tubuh 37,2 C, RR 17 x/mnt, nadi
92x/mnt, dilakukan skoring nyeri Tn SJ menunjukan level 6, kesadaran GCS
E4 V5 M6 .Hasil pemeriksaan darah lengkap HB: 13,1 g/dL, Hematokrit 41 %,
lekosit 9.200 10³/µL,Ureum : 40 mg/dL, Creatinin: 1.2 mg/dL hasil Rapid test
non reaktif,
Diagnosa sementara Dokter Jaga IGD pasien di diagnosa BPH, terapi yang
diberikan pada Tn SA Pasang kateter, injeksi Tramadol 1 amp drip dalam Nacl
10 tetes/mnt. Saat dipasang kateter pasien terlihat mengerang dan terlihat di
dalam urine bag urine bercampur dengan darah.
B. Analisa Kasus

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PSIK STIKES


WIYATA HUSADA SAMARINDA

Nama mahasiswa : Fla Aurelia. R


Tempat praktek : ITKES WHS
Tanggal : Rabu, 13 Januari 2021

I. Identitas diri klien


Nama : Tn. SA Suku : Bugis
Umur : 67 tahun Pendidikan : SMA
Jemis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jl. Sari Mulyo Lama bekerja : 5 tahun
Tanggal masuk RS : 13/01/21
Status perkawinan: kawin Tanggal Pengkajian : 13/01/21
Agama: Islam Sumber Informasi : Istri Tn.
SA

II. Riwayat penyakit

1. Keluhan utama saat masuk RS:


Mengalami kencing sedikit seperti tidak tuntas.

2. Riwayat penyakit sekarang:


Saat dikaji Tn. SA mengeluh nyeri di area kandung kemih, terlihat meringis menahan
nyeri, area blader teraba keras, adanya pembesaran bagian prostat Perawat IGD
melakukan pemeriksaan didapatkankan data data vital sign Tn SA sebagai berikut :
TD 100/70 MmHg, Suhu tubuh 37,2 C, RR 17 x/mnt, nadi 92x/mnt, dilakukan skoring
nyeri Tn SA menunjukan level 6, kesadaran GCS E4 V5 M6 .Hasil pemeriksaan darah
lengkap HB: 13,1 g/dL, Hematokrit 41 %, lekosit 9.200 10³/µL,Ureum : 40 mg/dL,
Creatinin: 1.2 mg/dL hasil Rapid test non reaktif.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit pada saluran perkemihan
sebelumnya

4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan:
Diagnosa sementara Dokter Jaga IGD pasien di diagnosa BPH, data data vital sign
Tn SA sebagai berikut : TD 100/70 MmHg, Suhu tubuh 37,2 C, RR 17 x/mnt, nadi
92x/mnt, dilakukan skoring nyeri Tn SA menunjukan level 6, kesadaran GCS E4 V5
M6 .Hasil pemeriksaan darah lengkap HB: 13,1 g/dL, Hematokrit 41 %, lekosit 9.200
10³/µL,Ureum : 40 mg/dL, Creatinin: 1.2 mg/dL hasil Rapid test non reaktif., terapi
yang diberikan pada Tn SA Pasang kateter, drip Tramadol 100 mg/ kolf dalam Nacl
10 tetes/mnt. Saat dipasang kateter pasien terlihat mengerang dan terlihat di dalam
urine bag urine bercampur dengan darah

III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan. Pengetahuan tentang penyakit/perawatan


Klien mengatakan saat hanya sakit ringan klien biasanya membeli obat di apotek
jarang untuk pergi memeriksanya. Berhubung sekarang klien menderita penyakit
yang memerluka perawatan lebih klien mau berobat ke RS.

2. Pola nutrisi/metabolic Program diit RS:


Intake makanan: sebelum masuk RS nafsu makan pasien baik dengan frekuensi
makan 3x/hari dengan nasi, sayur dan lauk pauk.
Intake cairan: sebelum masuk RS pasien minum air kurang lebih 2000 ml/hari, ketika
sakit frekuensi minum berkurang.

3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum sakit pasien BAB selama 1x sehari dengan konsistensi lunak.
b. Buang air kecil
klien mengatakan BAK sedikit seperti tidak tuntas. Selama dirumah sakit pasien
dipasang kateter dan terlihat di dalam urin bag urin bercampur dengan darah

4. Pola aktifitas dan latihan:

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum ✔

Mandi ✔

Toileting ✔
Berpakaian ✔

Mobilitas di tempat tidur ✔

Berpindah ✔

Ambulasi/ROM ✔
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total

5. Pola tidur dan istirahat


(lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun tidur)
Klien mengatakan sebelum sakit pola tidur klien teratur dengan lama waktu tidur 7-
8 jam/hari. Setelah sakit klien mengatakan sering terbangun dari tidur karena
merasakan nyeri
6. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):
Penglihatan baik, pendengaran baik, pengecap baik, sensasi baik

7. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)
a. Pandangan klien tentang sakitnya:
klien mengatakan tidak pernah mengetahui tentang penyakitnya saat ini, klien
juga mengatakan tidak tau bagaimana pengobatannya
b. Gambaran diri:
klien mengatakan semenjak terasa nyeri di area kandung kemih, aktivitasnya
menjadi terganggu dan ketika BAK rasa tidak keluar semua urinnya
c. Kecemasan: klien mengatakan merasa sedih dan cemas dengan kondisinya saat
ini

8. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstuasi, kontrasepsi, dll.)


Klien sudah menikah, namun beberapa minggu terakhir hasrat seksual menurun
dikarenakan rasa nyeri yang timbul

9. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan


keuangan):
Klien berprofesi sebagai pedagang sembako namun saat sakit digantikan oleh
anggota keluarga yang lain

10. Pola managemen koping-stess (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir
ini):
Klien sedikit mengalami stress karena ia tidak bisa bekerja seperti biasanya dan
memikirkan biaya pengobatan rumah sakit.

11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan,
dll):
Pasien mengatakan selama sakit tidak pernah menjalankan ibadahnya dan
ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya.

IV. Pemeriksaan fisik


(cephalocaudal) yang meliputi : Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi
Keluhan yang dirasakan saat ini: mengalami nyeri di area kandung kemih, kencing
sedikit seperti tidak tuntas
TD: 100/70 mm/Hg P: 17 x/m N: 92 x/m S: 37,2oC
BB/TB: 70kg/172 cm
1. Kepala:
a. Inspeksi :
Bentuk kepala normal, rambut berwarna hitam, pesebaran rambut tidak merata
sedikit beruban, kondisi kepala bersih, tidak terdapat lesi, tidak tampak massa
b. Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan

2. Mata dan Telinga (Penglihatan dan pendengaran)


a. Penglihatan
 Berkurang  Ganda  Kabur  Buta/Gelap
▪ Visus : baik
▪ Sklera ikterik : tidak
▪ Konjungtiva : tidak anemis
▪ Nyeri : tidak
▪ Kornea : jernih
▪ Alat bantu : tidak ada

b. Pendengaran
✔ Normal  Berdengung  Berkurang  Alat bantu  Tuli
Klien tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
Keluhan lain: Tidak ada

3. Hidung:
a. Inspeksi:
Lubang hidung simetris kanan dan kiri, tidak terdapat pernapasan cuping
hidung, tidak terdapat bekas luka, tidak terdapat massa baik diluar maupun di
dalam hidung, tidak terdapat secret, perdarahan dan polip.
b. Fungsi penciuman : baik
c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

4. Mulut/Gigi/Lidah:

a. Inspeksi:
Mukosa bibir lembab, tidak terdapat luka pada area bibir, gigi lengkap, terdapat
karies gigi, gusi berwarna merah muda, tidak terdapat stomatitis, lidah tepat
berada ditengah dan tampak bersih, tonsil normal
5. Leher :
a. Inspeksi:
Tampak simetris, tidak terdapat pembengkakan di sekitar leher, warna sama
dengan kulit sekitar, tidak ada bekas luka
b. Palpasi:
Trakea tidak teraba adanya deviasi, kelenjar limfe tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar dan tidak ada nyeri tekan, vena jugularis tidak teraba
adanya distensi vena, kelenjar tiroid tidak teraba adanya pembesaran kelenjar.

6. Respiratori
a. Dada:
1) Inspeksi:
Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, warna kulit
tampak sama dengan daerah sekitar, tidak tampak otot bantu pernapasan,
bentuk dada normal
2) Palpasi:
Pengembangan dinding dada teraba simetris kanan dan kiri saat inspirasi
dan ekspirasi, tidak teraba adanya masa, taktil fermitis teraba sama pada
kedua sisi
3) Perkusi :
Pada arean jantung terdengar pekak pada ICS 3-5 sebelah kiri
4) Auskultasi:
Tidak terdengar suara nafas tambahan pada seluruh lapang paru, suara
vesikuler

b. Batuk : tidak batuk


c. Napas bunyi : vesikular

 Sesak napas saat : tidak sesak


 Ekspirasi  Inspirasi  Istirahat  Aktivitas
-
Tipe pernapasan

 Perut ✔ Dada  Biot


 Kussmaul  Cynestokes  Lainnya

Frekuensi nafas : 17x/menit


Penggunaan otot-otot asesori : Tidak ada penggunaan otot-otot asesori
Napas cuping hidung : Tidak ada penggunaan cuping hidung
Fremitus : teraba sama kiri dan kanan
Sianosis : tidak
Keluhan lain : Tidak ada
7. Kardiovaskular
a. Inspeksi
Tidak nampak pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris antara kiri
dan kanan serta tidak adanya sianosis
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid klavikula kiri,
CRT < 2 detik.
c. Perkusi
Suara perkusi pekak ICS 4 dan 5 mid klavikula kiri
d. Auskultasi
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, Bj 1 dan Bj2 normal (lub-dub). Bj 1
terdengar bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis

Riwayat Hipertensi : pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi


Masalah jantung : pasien tidak memiliki masalah pada jantung
Bunyi jantung :normal
Frekuensi : reguler
Irama : sinus rhytm
Kualitas : normal
Murmur : tidak terdengar suara murmur pada jantung pasien
 Nyeri dada, intensitas: pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada dada
 Pusing: pasien mengatakan tidak merasakan pusing
 Cianosis: pasien tidak mengalami sianosi
 Capillary refill: <2 detik
 Edema, lokasi: pasien tidak mengalami edema
 Hemetoma, lokasi: pasien tidak mengalami hematoma

8. Neurologis
Rasa ingin pingsan/ pusing: klien mengatakan tidak pusing dan tidak ada rasa ingin
pingsan
Sakit Kepla: Klien mengatakan tidak merasakan sakit kepala untuk saat ini

 GCS : Eye =4 Verbal =5 Motorik


=6

 Pupil : isokor
 Reflek cahaya :+/+

 Sinistra :+ cepat

 Dextra :+ cepat

 Bicara :

✔Komunikatif  Aphasia  Pelo

Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan terarah

 Keluhan lain:

 Kesemutan  Bingung  Tremor ✔ Gelisah  Kejang

Tidak ada keluhan lain dari klien


 Koordinasi ekastemitas

✔Normal  Paralisis, Lokasi :  Plegia, Lokasi :


Klien mampu menggerakkan seluruh ekstermitas
 Keluhan lain:
Klien mengatakan tidak ada keluhan lain untuk ekstermitas
9. Integumen

 Warna kulit

Kemerahan Pucat  Sianosis  Jaundice ✔Normal


Warna kulit tampak merata di semua bagian

 Kelembaban :

 ✔Lembab  Kering

 Turgor : elastis

 > 2 detik
✔< 2 detik

Keluhan lain : klien mengatakan tidak ada keluhan

10. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen datar, tidak tampak pernapasan abdomen, tidak tampak masa
b. Auskultasi
Peristaltik usus 10x/menit
c. Perkusi
Suara perkusi timpani di seluruh lapang perut
d. Palpasi
Ada nyeri tekan pada perut bawah, area blader teraba keras, adanya
pembesaran bagian prostat.
Nyeri tekan : pasien mengalami nyeri tekan pada bagian perut
bawah skala 6
Lunak : tidak ada penumpukan cairan
Massa : tidak ada pembesaran hepar
Ukuran/lingkar perut : 80 cm
Bising usus : 10x/menit
Asites : tidak ada penumpukan cairan di rongga perut
Keluhan lain : pasien mengatakan nyeri di kandung kemih

11. Muskuloskeletal

 Nyeri otot/tulang, lokasi : klien mengatakan tidak mengalami nyeri otot


atau tulang

 Kaku sendi, lokasi : klien mengatakan tidak mengalami kaku


sendi
 Bengkak sendi, lokasi :tidak ada bengkak pada sendi

 Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : tidak ada fraktur

 Alat bantu, jelaskan : tidak menggunakan alat bantu

 Pergerakan terbatas, jelaskan : klien mengalami keterbatasan gerak karena


rasa nyeri di area kandung kemih
 Keluhan lain, jelaskan : tidak ada keluhan lain

12. Seksualitas
a. Aktif melakukan hubungan seksual:
sebelumnya klien aktif melakukan hubungan seksual, namun dalam
beberapa minggu terakhir mengalami penurunan hasrat
b. Penggunaan alat kontrasepsi :
selama berhubungan seksual, klien mengatakan tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi
c. Masalah/kesulitan seksual :
pasien mengatakan kesulitan saat akan melakukan hubungan seksual
dikarenakan rasa nyeri yang dialami
d. Perubahan terakhir dalam frekuensi: klien mengatakan mengalami
penurunan

Pria
 Rabas penis : tidak ada masalah
 Sirkumsisi : klienmengatakan tidak ada masalah
 Impoten : klien mengatakan tidak ada masalah
 Gangguan prostat : Terdapat pembesaran prostat
 Vasektomi : klien mengatakan tidak pernah dilakukan vasektomi
 Ejakulasi dini : klien mengatakan tidak ada masalah

V. Program terapi:

Infus Nacl 10 tetes/ menit

Drip tramadol 100mg/kolf

Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium


- 13 Januari 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah lengkap
Hemoglobin 13,1 g/dL 11,4-17,7 g/dl
Hematokrit 41% 37-48%
Leukosit 9.200 10³/µL 4.700-10.300
Kimia Klinik
Ureum 40 mg/dL 10-50 mg/dl
Kreatinin 1.2 mg/dL L <1,5 P <1,2 mg/dl

Samarinda, 13 Januari
2021
Perawat

(Fla Aurelia. R, S.Kep)


VI. Analisa Data

No Data Penunjang Kemungkinan Penyebab Masalah

1. Data Subjektif : Obstruksi saluran kemih yang Retensi Urin


a. “Klien mengeluh nyeri di area bermuara ke vesika urinaria
kandung kemih” ↓
b. “Klien mengeluh kencing sedikit Penebalan otot destrusor
seperti tidak tuntas” ↓
Dekompresi otot destrusor
Data Objektif : ↓
a. Area blader teraba keras Akumulasi urin di vesika
b. Adanya pembesaran di bagian ↓
prostat Sukar berkemih, berkemih
tidak lancar

Retensi urin
2. Data Subjektif : Obstruksi saluran kemih yang Nyeri Akut
a. “Klien mengeluh nyeri di area bermuara ke vesika urinaria
kandung kemih” ↓
b. “Klien mengatakan sering Penebalan otot destrusor
terbangun ketika tidur karena ↓
merasakan nyeri" Dekompresi otot destrusor

Data Objektif : Akumulasi urin di vesika
a. Skor nyeri 6 ↓
b. Terlihat meringis menahan nyeri Peregangan vesika urinaria
melebihi kapasitas

Spasme otot spinter

Nyeri akut

3. Data Subjektif: Perubahan status kesehatan Defisit Pengetahuan


a. “klien mengatakan tidak ↓
mengetahui tentang penyakitnya Kurang informasi kesehatan
saat ini” dan pengobatan
b. Klien mengatakan tidak tahu ↓
bagaimana pengobatannya” Defisit pengetahuan

Data objektif:
a. Tampak gelisah
VII. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urin
2. Nyeri akut
3. Defisit pengetahuan
RENCANA
KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


Retensi Urin Eliminasi Urin Perawatan Retensi Urin
Tindakan:
Ekspektasi : Meningkat
1.1 Identifikasi penyebab retensi urin
Kriteria hasil:
1.2 Monitor intake dan output cairan
b. Sensasi berkemih (4)
1.3 Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan
palpasi/perkusi
Ekspektasi: Menurun
1. 1.4 Sediakan privasi untuk berkemih
Kriteria hasil:
1.5 Pasang kateter urin, jika perlu
h. Desakan berkemih (urgensi) (3)
1.6 Anjurkan pasien atau keluarga mencatat output
i. Distensi kandung kemih (3)
urin
j. Berkemih tidak tuntas (hesitancy) (4)
k. Volume residu urin (3)
l. Urin menetes (dribbling) (4)
m. Disuria (3)
2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Ekspektasi: Menurun Tindakan
Kriteria hasil:
2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
h. Keluhan nyeri (4)
kualitas, intensitas nyeri
i. Meringis (4)
2.2 Identifikasi skala nyeri
j. Gelisah (4)
2.3 Identivikasi respon nyeri non verbal
k. Kesulitan tidur (4)
2.4 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2.5 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
2.6 Fasilitasi istirahat dan tidur
2.7 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Defisit Pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
Ekspektasi : Meningkat Tindakan:
Kriteria hasil:
3.1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
d. Perilaku sesuai anjuran (4)
informasi
e. Verbalisasi minat dalam belajar (4)
3.2 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
f. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
3.3 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
(3)
3. kesepakatan
3.4 Berikan kesempatan untuk bertanya
Ekspektasi: menurun
3.5 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
Kriteria hasil:
kesehatan
c. Persepsi yang keliru terhadap masalah
(4)
d. Pertanyaan tentang masalah yang
dihadapi (3)
Catatan Perkembangan

Nama Klien : Tn. SA Umur : 67 Th


No RM : 102030 Ruang : IGD

Hari/Tgl No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf

D1.1 Mengidentifikasi penyebab retensi urin S:


Rabu/
D1.2 Memonitor intake dan output cairan “Klien mengeluh nyeri di area
13-01-2021 D1.3 Memonitor tingkat distensi kandung kemih kandung kemih”
dengan palpasi/perkusi “Klien mengeluh kencing
D1.4 menyediakan privasi untuk berkemih sedikit seperti tidak tuntas”
D1.5 Memasang kateter urin
D1.6 Menganjurkan pasien atau keluarga O:
mencatat output urin a. Area blader teraba keras
b. Adanya pembesaran
dibagian prostat

A: Retensi Urin teratasi sebagian

a.
Sensasi berkemih cukup
meningkat
b. Desakan berkemih (urgensi)
sedang
c. Distensi kandung kemih
sedang
d. Berkemih tidak tuntas
(hesitancy) cukup menurun
e. Volume residu urin sedang
f. Urin menetes (dribbling)
cukup menurun
g. Disuria sedang
P: Lanjutkan intervensi

D2.1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S:


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri “Klien mengeluh nyeri di area
D2.2 Mengidentifikasi skala nyeri kandung kemih”
D2.3 Mengidentivikasi respon nyeri non verbal “Klien mengatakan sering
D2.4 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk terbangun ketika tidur karena
mengurangi rasa nyeri merasakan nyeri"
D2.5 Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri O:
D2.6 Memfasilitasi istirahat dan tidur a. Skor nyeri 6
D2.7 Mengkolaborasi pemberian analgetik b. Terlihat meringis
menahan nyeri
A: Nyeri teratasi sebagian
a. Keluhan nyeri cukup
menurun
b. Meringis cukup menurun
c. Gelisah cukup menurun
d. Kesulitan tidur cukup
menurun
P: Lanjutkan intervensi

D3.1 Mengidentifikasi kesiapan dan S:


kemampuan menerima informasi “klien mengatakan tidak
D3.2 Menyediakan materi dan media mengetahui tentang
pendidikan kesehatan penyakitnya saat ini”
D3.3 Menjadwalkan pendidikan kesehatan “Klien mengatakan tidak tahu
sesuai kesepakatan bagaimana pengobatannya”
D3.4 Memberikan kesempatan untuk bertanya O:
D3.5 Menjelaskan faktor risiko yang dapat a. Tampak gelisah
mempengaruhi kesehatan A: Defisit pengetahuan teratasi
sebagian
a. Perilaku sesuai anjuran
cukup meningkat
b. Verbalisasi minat dalam
belajar cukup meningkat
c. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan sedang
d. Persepsi yang keliru
terhadap masalah cukup
menurun
e. Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi
cukup menurun
P: Lanjutkan intervensi
LAPORAN ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN (KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH)
Nama Mahasiswa : Fla Aurelia. R Tanggal:14-01-2021
NIM :P2002023 Tempat :Stase KMB

1. Tindakan keperawatan Teknik Relaksasi Benson


yang dilakukan Relaksasi Benson merupakan gabungan antara teknik
Nama Pasien: Tn. SA respon relaksasi dan sistem keyakinan individu/ faith factor
Diagnosa Medis : BPH difokuskan pada ungkapan tertentu berupa nama-nama
Tanggal Tindakan : 14-01-2021 Tuhan atau kata yang memiliki makna menenangkan bagi
pasien itu sendiri yang diucapkan berulang-ulang dengan
ritme teratur.
[ CITATION Arf19 \l 1033 ]
2. Diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
pembesaran prostat dan obstruksi uretra
3. Tujuan tindakan Meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat
kenyamanan yang dirasakan oleh klien.
4. Prinsip-prinsip tindakan dan Teknik relaksasi pernapasan dengan melibatkan kepercayaan
rasional atau keyakinan sehingga dapat menurunkan konsumsi
oksigen oleh tubuh dan menjadikan otot-otot rileks sehingga
timbul rasa nyaman dan tenang
5. Bahaya-bahaya yang mungkin Tindakan latihan teknik relaksasi tidak memiliki efek samping
terjadi akibat tindakan tersebut
dan cara pencegahan

6. Hasil yang didapat dan makna Aktivitas saraf simpatik dihambat sedangkan saat pasien
relaksasi yang akan bekerja sistem saraf parasimpatis yang
akan mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi oksigen
oleh tubuh selanjutnya otot-otot tubuh menjadi rileks
sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman
dengan demikian relaksasi dapat menekan rasa nyeri.
7. Identifikasi tindakan a. Teknik distraksi
keperawatan lainnya yang b. Imajinasi terbimbing
dapat dilakukan untuk c. Relaksasi napas dalam
mengatasi masalah/diagnosa
tersebut.
8. Evaluasi diri tentang pelaksanaan Praktikan dapat memberikan terapi relaksasi benson
tindakan tersebut dengan memperhatikan prinsip – prinsip, serta
mengobservasi bahaya yang kemungkinan terjadi akibat
terapi relaksasi benson
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada kasus BPH diatas adalah Pre Op Retensi Urin

berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran prostat, Nyeri akut


berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, pembesaran prostat dan

obstruksi uretra. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan


status kesehatan, kekhawatiran tentang pengaruhnya pada ADL atau

menghadapi prosedur bedah. Defisit pengetahuan berhubungan dengan


kurang terpapar informasi tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

Diagnosa Post Op yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera


fisik prosedur operasi. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif:

irigasi kandung kemih, kateter. Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan


urologi.

B. Saran
Perawat harus lebih memperhatikan pasien dalam memberikan asuhan

keperawatan dan hendaknya tindakan dan prosedur harus sesuai dengan


standar yang berlaku di instansi.
Daftar Pustaka

Arfianto, A. N. (2019). The Effect of Benson Relaxation Technique on a Scale Of


Postoperative. Media Keperawatan Indonesia, 1-2.

Azizah, L. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POST OPERASI BPH DENGAN


MASALAH NYERI AKUT DI RS PANTI WALUYA. Malang: Akper Panti Waluya.

Purnomo, B.B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto


Sjamsuhidajat, R, Warko Karnadihardja, Theddeus O.H. Prasetyono, Reno
Rudiman (ed). 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Cetakan 3. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-18445-6-4.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-51680-0-0

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: Dewan pengurus Pusat
PPNI. ISBN 978-602-18445-9-5.

Anda mungkin juga menyukai