Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin di capai melalui


pembangunan kesehatan adalah masyarakt, bangsa dan Negara yang di tandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di selluruh
wilayah Republik Indonesia. Gamabaran keadaan Masyaarakat di masa depan
atau visi yang ingin di capai melalui pembangunan kesehatan tersebut di
rumuskan sebagai Indonesia sehat 2010.
Dengan semakin tingginya umur harapan hidup maka kecenderungan untuk
menderita penyakit, terutama penyakit generasi semakin meningkat pada umur di
atas 50 tahun. Kondisi tersebut merupakan masalah kependudukan pada umumnya
dan masalah kesehatan pada khususunya, sehingga perlu mendapat pelayanan
secara cermat dan tepat.
Masalah ini sangat berkaitan denagan peningkatan penderita Benigna Prostat
Hyperplasia (BPH). menurut Doengus (2000) Benigna prostak hipeplasia adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat, secara umum pada pria berumur labih
dari 50 tahun, dan menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
pembatasan aliran urinarius.
Menurut Smeltzer: (2001) bahwa pengertian BPH yang lain adalah kondisi
patologis yang umum pada pria lansia diatas 60 tahun dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urine dengan menutupi orifisium uretra.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah bagaimana cara
melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien Benigna Prostat Hyperplasia
(BPH) ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
untuk memperoleh gambaran nyata tentang pelaksnaan asuhan pada klien
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
2. Tujuan Kusus
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap klien BPH.
b. Menyusun diagnosa keperawatn pada klien BPH.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien BPH
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien BPH
e. Melakukan evaluasi keperawatn pada klien BPH

D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan masukan pada Rumah Sakit dalam meningkatkan pelayana
keperawatan khususnya pada klien yang menderita penyakit BPH.
2. Sebagai bahan pembelajaran Mahasiswa dalam meningkatkan kapabilitas
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien BPH.

E. Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis gunakan dalam menulis karya tulis ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Melalui metode ini penulis memperoleh banyak masukan yang berkaitan
dengan perawatan pasien BPH.
2. Studi kasus
Melalui asuhan keperawatan pasien BPH yang di rawat di ruang perawatan
2, dengan menggunakn pendekatan proses keperawatan yaitu: pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dengan tehnik obserfasi,

2
wawancara terhadap pasien dan keluarga, pemeriksaan fisik serta
melakukan asuha keperawatan.

3. Studi dokumenter
Adlah dengan cara melihat catatan yang ada pada status pasien.

4. Diskusi dengan tim kesehatan, dosen pembimbing, dan perawat di ruangan


bedah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medis

1. Pengertian
Benigna Prostat Hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat,
disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat
meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler yang menyebabkan
penyumbatan uretra pars prostatika.

2. Anatomi Dan Fisiologi Prostat


Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi /
mengitari uretra posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan
buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada
diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul.
Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah kemiri atau
jeruk nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan
tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari :
a. Jaringan Kelenjar : 50 - 70 %
b. Jaringan Stroma (penyangga) : 30 - 50 %
c. Kapsul/Musculer : 30 - 50 %

Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung


enzym yang berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami
koagulasi (penggumpalan) di dalam testis yang membawa sel-sel sperma.
Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar prostat akan bekerja memeras
cairan prostat keluar melalui uretra. Sel – sel sperma yang dibuat di dalam
testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang dihasilkan

4
meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat
mengganggu proses reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan
yang lain sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun
ganas, tidak memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi
lebih berperanan pada terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang
disebut belakangan ini manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.

3. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia
sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang
mempengaruhi terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia yaitu testis dan
usia lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa
yang diduga timbulnya Benign Prostatic Hyperplasia antara lain :
a. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT).
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostatmengalami
hiperplasia.
b. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron.
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon
Estrogen dan penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang
dapat menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
c. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan
penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia
stroma dan epitel.
d. Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
e. Teori stem cell

5
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. (Roger
Kirby, 2001 : 38).

4. Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami
hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.
Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi
terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli
berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi
yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa
: Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan
difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien
sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary
Tract Symptom/LUTS (Basuki, 2000 : 76).

Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh


muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas
dari miksi tidak banyak berubah. Pada fase ini disebut Sebagai Prostat
Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi
menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta
lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga
tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali
Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan
tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai
timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi
adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi
urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata.

Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan


dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine

6
secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan
buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup
menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah
ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine.
Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal.

5. Tanda dan Gejala Benigna Prostat Hyperplasia


Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benign Prostatic Hyperplasia
disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Gejala Obstruktif yaitu :
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor
buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra
prostatika.
2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang
disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam
pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
3) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
4) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa
belum puas.

b. Gejala Iritasi yaitu :


1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
3) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

7
6. Derajat Benigne Prostat Hyperplasia
a. Grade I (congestic)
1) Mula-mula klien berbulan atau bertahun, mulai susah berkemih
dsns mulai mengidan
2) Kalau miksi merasa tidak puas
3) Urin keluar menetes dan pancaran lemah
4) Nocturia (sering kencing pada malam hari)
5) Ereksi, kencig keluar agak lama lebih dari normal
6) Pada cytoscopi, keletihan hyperemin dari orifisum uretra interna,
lambat laun terjadi varises, akhirnya bias terjadi pendarahan
(booding).
b. Grade II (residual)
1) Bila miksi terasa panas
2) Disuria (nyeri pada saat miksi) dan Nocturia bertamabah berat
3) Tidak bisa buang Air kecil atau berkemih tidak puas
4) Bias terjadi infeksi karena sisa Air kemih, terjadi panas tinggi dan
bias mengigil.
5) Nyeri pada daerah pinggang (menjalar ke ginjal)
c. Grade III
1) Retensi Urine
2) Inkontinensia
d. Grade IV
1) Kandung kemih penuh
2) Penderita merasa kesakitan
3) Air seni menetes secara priodik yang di sebut over flow
inkontinensia
4) Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi Abdomen untuk meraba ada
tumor, karena bendungan yang hebat

8
5) Dengan adanya infeksi penderita bias menggigil dan panas tinggi

40-41 o c

6) Selanjutnya penderita bias koma

7. Komplikasi
a. Pendarahan
b. Inkontinensia
c. Batu kandung kemih
d. Retensi Urine
e. Impotensi
f. Epidedinitis
g. Hemoroid Hernia
h. Infeksi saluran kemih
i. Hidronefrosis

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap
2) Faal ginjal
3) Serum Elektrolit
4) Kadar gula
5) Pemeriksaan Urine lengkap
b. Radiologi
1) USG
2) CT-Scan
3) Foto polos Abdomen
4) Cystoscopy
c. Pirostactomi retropubis
d. Protobektomi parireal (penbedahan dengan kelenjar prostat di buang
melalui perineum.

9
9. Penatalaksanaan
a. Katerisasi segera di lakukan, pada kasus yang berat mungkin di
gunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatic
b. Prostaktektomy
c. Pengobatan yang mencakup “Watch-full waiting” insisi prostat
transurethral (TUIP), dilatassi balon penyebab Alfa.
d. Manifulasi hormonal dengan preparat anti androgen seperti finus teride
e. Prosedur pembedahan :
1) Reseksi transurethral prostat (TUR atau TURP) adalah prosedur
yang paling umum dilakukan melalui endoscopy
2) Prostatectomy suprapubis : mengangkat kelenjar melalui insisi
Abdomen
3) Prostatectomy perineal : mengangkat kelenjar melalui insisi dalam
perineum
4) Prostatectomy retropubik : insisi abdomen rendah mendekati
kelenjar prostat yaitu antara arcus pubis dan kandung kemih tanpa
memasuki kandung kemih.
5) Insisi prostat transurethral (TUIP) merupakan prosedur lain untuk
menangani HPB dengan cara memasukkan instrument melalui
uretra

10
B. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu modalitas pemecahan masalah yang di dasari


oleh metode ilmiah, yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis serta
identifikasi masalah dengan pengembangan strategi untuk memberikan hasil yang
di inginkan dan merupakan suatu alat bagi perawat untuk memecahkan masalah
yang terjadi pada klien. (Alimul Hidayat, 2003)
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap :

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawwatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
Tahap ini merupakan dasar utama dalam memberikan Asuhan
Keperawatan sesuai dengan kebutuhan Manusia.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi nama, umur, jenis kelamin, Agama,
Alamat, suku/bangsa, pendidikan, status pernikahan, Diagnosa Medik,
No Register, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan juga penanggung
jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Alasan masuk
2) Keluhan utama
3) Riwayat keluhan utama
P : segala sesuatu yang memberatkan dan meringankan
Q : keluhan yang di rasakan
R : tempat keluhan
S : apakah mengganggu Aktivitas
T : kapan di rasakan
4) Riwayat kesehatan masa lalu

11
Seperti, penyakit yang pernah di derita atau penyakit menular
misalnya, TBC dan HIV, penyakit keturunan misalnya, DM,
Hipertensi dan Asma.
5) Genogram
c. Data biologis dan Fisiologis
1) Pola aktivitas harian
2) Pola makan dan minum
3) Pola eliminasi
4) Pola istrahat tidur
5) Pola personal Hygine

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pola system
1) System persyarafan
Pada pasien BPH baik pree dan post operasi terdapat rangsangan
nyeri akibat dari obstruksi, retensi urine, dan luka insisi, tingkat
kesadaran pada klien composmentis.
2) System endokrin
Terjadi penurunan jumlah hormone testosteron
3) System perkemihan
Pre operasi pada klien BPH di temukan peningkatan prekuensi
BAK, nokturia, hemoturia, nyeri pada saat BAK, urine keluar
dengan menetes, retensi urine dan terdapat nyeri tekan pada area
CVA serta terjadi pembesaran ginjal.
4) System pencernaan
Pree operasi terjadi mual dan muntah akibat dari penekanan
lambung, konstipasi dan kebiasaan mengedan saat BAK akan
menyebabkan hernia dan hemoroid
5) System kardiovaskuler

12
Pada klien BPH pree operasi kaji tentang riwayat jantung dan
hipertensi, dapat terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan
prekuensi nadi, anemis,
6) System pernafasan
Dapat terjadi peningkatan prekuensi peningkatan nafas akibat nyeri
yang di rasakan klien.
7) System musculoskeletal
Keterbatasan pergerakan dan immobilisasi akibat nyeri yang d
rasakan oleh klien
8) System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh akibat terjadi proses infeksi,
sedangkan pada post operasi terdapat luka insisi jika di lakukan
prostaktomi terbuka
9) System reproduksi
Post operasi dapat terjadi disfungsi seksual bahkan sampai terjadi
impotensi.
b. Data psikologis
1) Status emosional
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
b) Identitas diri
c) Peran
d) Harga diri
e) Ideal diri
3) Mekanisme koping
a) Regresi
b) Projeksi
c) Menarik diri
c. Data social dan budaya
1) Pola komunikasi dan interaksi
2) Support system

13
d. Data spiritual
1) Pola religious
2) Kepercayaan dan keyakinan
e. Data penunjang

3. Analisa Data
Suatu tahap yang mengkaitkan dan menghubungkan data dengan konsep
teori dan penutup yang relevan untuk membuat kumpulan dalam
menentukan masalah keseluruhan dan keperawatan klien. Dari data yang
di peroleh kemudian di kelompokkan dalam 2 macam :
a. Data objektif : data yang di dapatkan dari klien
b. Data subjektif : data yang di sampaikan klien

4. Diagnose keperawatan
Suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia, dari individu atau
kelompok di mana menyatakan secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.
1. Grangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot
spingter
2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi
sekunder
3. Risiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan inkontinensia,
kebocoran urine setelah pengangkatan kateter.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi, kateter dan irigasi
kandung kemih
5. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pendarahan
6. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi berhubungan
dengan kurang imformasi

14
5. Rencana Keperawat
Bagian dari fase pengorganisasian dalam proses perawatan yang meliputi
tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah klien, berdasarkan
Diagnosa keperawatan yang telah di sebutkan di atas, maka dapat di
tetapkan tujuan dan criteria hasil.
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot
spingter
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari klien mampu
mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
b. klien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi :

a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor
pencetus serta penghilang nyeri.
R/ imformasi tentang intensitas nyeri, lokasi nyeri dapat
memudhakan penanganan masalah pasien.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening
mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
R/ peningkatan Tanda-Tanda Vital mengidentivikasi adanya nyeri
berlebih.
c. Beri compres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
R/ peningkatan suhu tubuh menandakan adanya infeksi
d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok,
abdomen tegang)
R/ menghilangkan Ansietas dan meningkatkan kerja sama dengan
prosedur tertentu

15
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif.
Lakukan perawatan aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika
nyeri meningkat
R/ meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan
dapat meningkatkan kemampuan koping

2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan


obstruksi sekunder.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak
mengalami retensi urin.
Kriteria :
Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan
teknik steril
R/ teknik steril dapat mengurangkan risiko infeksi

b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam
keadaan tertutup
R/ memberikan rileksasi kepada klien
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin,
kulit lembab, takikardi, dispnea)
R/ memberikan informasi tentang perkembangan klien
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum
dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran urin serta
adanya bekuan darah atau jaringan
R/ dengan teknik steril akan memberikan keamanan kepada klien
dan perawat
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam
(mulai hari kedua post operasi)

16
R/ terjadi perubahan warana pada urine menandakan terjadinya
hemoturia
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral
2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan
perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan
dan motivasi pasien untuk melakukannya.
R/ ketiadak adekuatan cairan dapat menyebabkan risiko infeksi

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée


ikroorganisme melalui kateterisasi
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari
infeksi
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik

Intervensi:

a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.


R/ mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman dan
aman

b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya


sumbatan, kebocoran)
R/ terjadinya kebocoran dapat memudahkan terkontaminasi dengan
bakteri
c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar
kateter dan drainage
R/ mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman dan
aman

17
d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk
menjamin dressing
R/ pasien yang mengalami pembedahan prostat beresiko untuk
syok septic
e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas
meningkat, dingin)
R/ pasien yang mengalami pembedahan prostat beresiko untuk
terjadi infeksi dan komplikasi.

6. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, jenis tindakan
adalah mandiri (independent), kolaborasi (interdependent) dan
ketergantungan (dependen)

7. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah di capai. Evaluasi di lakukan setiap habis
melakukan tindakan, evaluasi dapat di lakukan dengan membandingkan
respon klien pada tujuan.
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola piker.
S : Respon subjektif terhadap tindakan
O : Respon objektif terhadap tindakan
A : Analisa ulang atas data objektif dan data Subjektif
P : perencanaan berdasarkan tindakan lanjut, berdasarkan analisa hasil
respon klien.
a. Teruskan rencana jika massalah tidak berubah
b. Rencana di modifikasi jika masalah tetap, jika semua tindakan sudah
di jalankan tetapi hasil belum memuaskan

18
c. Rencana di batalkan jika muncul masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada, Diagnosa lama di batalkan.

Kreteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan


obstruksi urinari adalah :
a. Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang
permanen
b. Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan
c. Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang
retensio urine.
d. Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.


Jakarta.

Hardjowijoto S. (1999) .Benigna Prostatic Hyperplasia. Airlangga University


Press. Surabaya

http://www.slideshare.net/alie_yosiah/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
bph-5

http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-bph.html

http://belajaraskep.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-gawat-darurat.html

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Biodata
1) Indentitas Klien
Nama : Tn. Z,
Umur : 51 tahu
Agama : Islam
Pekerjaan : Konsultan
Pendidikan : S1
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jln Patunuan
Tanggal masuk RS : 22 April 2013
Tanggal operasi : 23 April 2013
Tagal Pengkajian : 24 April 2013
No register : 01028741
Diagnosa medik : Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
2) Identitas panenggung jawab
Nama : Tn. ‘’K,’’
Umur : 39 tahun
Alamat : Jln Patunuan
Pekerjaan : Wirasuasta
Agama : Islam
Hubungan : Adik Kandung

b. Riwayat Kesehatan Klien


1) Keluahan utama pada saat pengkajian adalah:
klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di daerah perut
bagian bawah.

21
2) Riwayat kesehatan sekarang :
pasien mengatakan yeri saat BAK sejak kurang lebih 3 minggu
yang lalu, nyeri bagian perut bawah dan urin keluar menetes. Pasien
berobat di poli bedah RSU Islam Faisal dan dikasi obat. Terapi tidak
kunjung sembuh juga dan akhirnya di opname. Pasien operasi pada
tanggal 23 April 2013 pasien mengatakan masih nyesi seperti tertusu-
tusuk dibagian perut bawah setelah operasi. Skala nyeri 6 nyeri
dirasakan terus menerus, pada perut bagian bawah terasa panas.

3) Riwayat kesehatan dahulu:


pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit. Apabila
sakit hanya membeli obat warung atau dibawa k puskesmas. Pasien
mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun(DM,
hipertensi, asma) atau penyakit menular (HIV.TBC). pasien
mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini.

4) Riwayat kesehatan keluarga:


Genogram 3 Generasi:

x X x X
GI

? x ? x ? ? x
G II
? ?

? 51 35 ? ?
G III

22
Keterangan; : Laki-Laki

: Perempuan

: Garis Keturunan

: Garis Perkawinan

: pasien

: meninggal

? : umur tidak di ketahui

a) G1 : Nenek dan kakek klien meninggal dengan penyebab tdk di


ketahui
b) Ayah klien masi hidup, ayah klien memiliki riwayat hipertensi,
sedangkan ibu dari klien meninggal dengan penyebab tdk di
ketahui.
c) klien memiliki riwayat usus buntu sejak berusia 17 tahun dan
telah di perasi, dan sekarang sebentara di rawat di ruang
perawatan II RS islam faisal dengan penyakit BPH. Pasien
mengatakan dalam keluarganya tidak ada anggota keluarga
mempunyai riwayat penyakit menurun (DM, hipertensi, asma)
atau penyakit menular (HIV.TBC). pasien mengatakan
sebelumnya belum pernah ada anggota keluarga mengalami
penyakit seperti ini.

c. Pola Aktivitas Sehari-Hari


1) Pola nutrisi:
1. sebelum sakit :
pasien mengatakan makan 3 kali seharu dengan menu nasi,
sayur, dan lauk pauk seadanya. Makan 1 porsi habis. Pasien

23
minum air mineral kuranh lebig 1,5 liter, pasien mengatakan
juga minum the pada pagi hari.
2. Selama sakit :
pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit tidak
mengalami penurunan nafsu makan, pasien makan dengan
menu rumah sakit yaitu diet bubur tinggi serat dan buah. Pasien
makan habis 1 porsi, minum 5-6 gelas air putih dan minum teh,
volume iar minum 1800 cc/hari.
2) Pola eliminasi:
(1) Sebelum sakit :
pasien mengatakan BAK 3-4 kali/hari warnah urin kuning jernih,
bau khas. BAB 1 kali/hari.
(2) Selama sakit :
pasien BAK melalui kateter 500cc dari jam 06.00-90.00, aliran
urin lancar, warnah agak kemerahan dan agak keruh terdapat
sedikit stosel terkadang BAK tidak terasa dan sulit ditahan. BAB 1
kali dalam 2 hari ini. Konsistensi feces lunak, warna kuning
3) Pola istirahat tidur:
(1) sebelum sakit :
pasien mengatakan tidur mulai jam 23.00 WITA, bangun jam
05.00 WIB. Waktu siang kadang tidur 1 jam. (tidak ada gangguan
tidur).
(2) Selama sakit :
pasien mengatakan tidur hanya 5-6 jam/hari, kadang terbangun
karena nyeri.
4) Pola aktivitas dan latihan :
(1) sebelum sakit :
pasien mengatakan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, seperti
makan, minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas dilakukan
sendiri.
(2) Selama sakit :

24
pasien mengatakan hanya terbaring di tempat tidur dan aktivitas
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga dan
perawat. Pasien tidak mampu mandiri dengan skala aktivitas sbb:
Makan dan minum nilai 2, mandi, toilet, berpakaian, mobilisasi
ditempat tidur ambulasi nilai 2. Keterangan jika dengan nilai 0:
mandiri. 1 : Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu alat dan
orang lain, 4: tergantung penuh.
5) Pola koognitif :
pasien mengetahui tentang kondisi penyakitnya saat ini dan keluarga
mampu merawatnya sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh dokter
maupun perawat.
6) Pola konsep diri :
gambaran diri, pasien mengatakan sedih dengan keadaan penyakitnya.
Pasien merasa telah banyak merepotkan orang, pasien menerima
kondisinya saat ini. Harga diri: pasien tidak merasa rendah diri dengan
sakitnya sekarang, karena pasien merasa bahwa ada yang lebih parah
darinya. Pasien berjenis kelamin laki-laki umur 63 tahun. Peran: pasien
mengatakan sebagai kepala keluarga dan juga seorang kakek. Ideal
diri: pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga.
7) Pola hubungan pasien:
(1) sebelum sakit :
pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja, tidak
ada masalah, begitu juga dengan tetangga dan lingkungan sekitar.
(2) Selama sakit :
pasien mengatakan dengan keluarga, orang lain, petugas rumah
sakit cukup baik.
8) Pola seksual dan reproduksi:
pasien seorang lak-laki berumur 63 tahun terjadi pembesaran kelenjar
prostat yang mendesak dan penyumbatan uretra, pasien tidak cemas
tentang keterbatasan yang akan datang pada penampilan seksual. Pola

25
koping dan stress: pasien mengatakan bila ada masalah diselesaikan
dengan cara baik- baik bersama keluarganya.
9) Pola nilai dan keyakinan:
(1) sebelum sakit :
pasien mengatakan beragama Islam rajin shalat dan berdoa
(2) selama sakit :
pasien mengatakan hampir tidak pernah shalat namun selalu berdoa
supaya cepat sembuh.

d. Pemerikasaan fisik :
1) keadaan umum : Baik
2) kesadaran : composmentis,
3) Tanda-Tanda Vital :
(1) TD : 140/80 mmHg
(2) Nadi : 80 x/menit,
(3) Respirasi : 20 x/menit
(4) Suhu : 37,5 o C
4) Pemeriksaan Head To To
a) Kepala :
Inspeksi
(1) Warna rambut sudah mulai beruban
(2) Kepala tampak simetris kiri dan kanan
(3) Tidak nampak lesi di kepala
Palpasi
(1) Tidak terdapat massa
(2) Tidak ada benjolan
(3) Tidak ada nyeri tekan
b) Mata :
Inspeksi
(1) Tidak tampak ikterus
(2) Konjungtiva nampak pucat

26
(3) Kornea nampak putih
Palpasi
(1) Tidak ada nyeri tekan
(2) Tidak ada benjolan

c) Telinga
Inspeksi
(1) simetris kiri dan kanan
(2) tidak ada peradangan
Palpasi
(1) tidak ada massa atau benjolan
(2) tidak ada nyeri tekan

d) Hidung
Inspeksi
(1) tidak tampak pembesaran polif
(2) tidak tampak adanya secret
Palpasi
(1) tidak adanya nyeri tekan
(2) tidak ada massa

e) Mulut
Inspeksi
(1) keadaan gigi tampak bersih
(2) pasien tidak memakai gigi palsu
(3) tidak ada peradangan pada gusi
(4) lidah tampak bersih
(5) bibir tampak kering
Palpasi
(1) tidak ada nyeri tekan
(2) tidak ada benjolan

27
f) Leher
Inspeksi
(1) Tidak tampak adanya pembesaran limfa
(2) Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid
(3) Tidak tampak adanya kelenjar para tiroid

g) Thorax dan paru-paru


Inspeksi
(1) Pengembangan dada mengikuuti gerak nafas
(2) Bentuk dada simetris
(3) Tidak adanya benjolan
Palpasi
(1) Tidak ada nyeri tekan pada dada
(2) Tidak teraba adanya massa
Perkusi
Buunyi resumen pada paru-paru
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler, tampa adanya bunyi tambahan

h) Jantung
Inspeksi
(1) Tidak tampak adanya pembesaran jantung
(2) Iktus cordis tidak nampak
Auskultasi
(1) Bunyi jantung 1 (lup) terdengar jelas I cs 4
(2) Bunyi jantung 2 (dup)
(3) Bunyi jantun regular
(4) Tidak ada suara tambahan

i) Abdomen

28
Inspeksi
(1) Simetris kiri dan kanan
(2) Terdapat luka operasi di bawa umbilicus
(3) Tidak ada asites
Palpasi
(1) Tidak ada nyeri tekan lokal
(2) Tidak teraba adanya massa
Perkusi
Bunyi timpani
Auskultasi
(1) Terdengar bising usus 10 x/menit
(2) Peristaltic usus terdengar
j) Kulit
Inspeksi
(1) Warna kulit sawo matang
(2) Turgor kulit baik
k) Genetalia
Inspeksi
(1) Terpasang kateter
(2) Terdapat luka pembedahan pada daerah suppra pubis,
cystotomy dan drainage.
l) Ekstermitas
1) Ekstermitas atas
Inspeksi
(a) Ekstermitas kanan atas dalam keadaan normal
(b) Ekstermitas kiri atas terpasang infuse, gerakan terbatas
2) Ekstermitas bawah
(a) Ekstermitas kanan bawah dalam keadaan normal
(b) Ekstermitas kiri bawah dalam keadaan normal

29
f. Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi
Fhoto Thorax
1. Corakan bronghovas leher dalam batas normal
2. Tidak nampak proses sfesifik pada kedua paru
3. Cor dalam batas normal
4. Kedua sinus dan diafragma baik tanpa bayangan di bawa kedua
diafragma
5. Tulang-tulang baik
2) Laboratorium
Pemeriksaan penunjang didapatkan pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 25 april 2013 yaitu:
No Pemeriksaan Hasil Normal
1 Hemoglobin 12,5 g/dl 13-16 g/dl
2 Eritrosit 4,5 106 µ/d 4,5-5,7 µ/d
3 Hematokrit 36% 40-48 %
4 Golongan darag B -
5 Creatine 1,16 mg/dl 0,6-1,1mg/dl
6 GDS 120 mg/dl 70-120 mg/dl
7 Urea 60,33 10-50 mg/dl
mg/dl

g. Data Therapy pengobatan


1) infus RL 20 tetes /menit, irigasi NaCl
2) injeksi cepotaxim 1 gram 2x/hari,
3) tramadol 1 gr 2x / hari,
4) cepotaxim 500 mg 3x/hari,
5) Asam mefenamat 500 mg (3x1) peoral
Semua melalui intravena (injeksi bolus)

30
h. Data Fokus
1) Data subyektif:
a) pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah bekas luka operasi
tembus belakang terasa tertusuk-tusuk
b) pasien mengatakan nyeri pada saat BAK serta panas, terkadang BAK
tidak terasa dan sulit ditahan.
c) Pasien mengatakan terdapat luka bekas operasi pada perut bagian
bawah
d) Pasien mengatakan nyeri terus menerus

2) Data obyektif:
1. skala nyeri 6
2. wajah tampak tegang menahan nyeri,
3. Tanda-tanda vital
(1) TD: 140/80 mmHg,
(2) Nadi: 76x/menit,
(3) Respirasi: 18x/menit
(4) Suhu: 36 °C
4. terapsang selang kateter
5. tampak urine kemerahan, warnah keruh dan ada sedikit stosel.
6. Tampak adanya luka post operasi
7. tampak agak kemerahan, terpasang drainage.

31
i. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Distensi vesica urinaria Nyeri
pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah bekas luka
operasi tembus belakang terasa Peregangan kandung
tertusuk-tusuk. kemih
DO :
1. Tampak adanya luka post Merangsang unjung-unjung saraf
operasi nyeri di vesica urinaria
2. skala nyeri 6
3. wajah tampak tegang
menahan nyeri, Implus nyeri ke hipotalamus
4. Tanda-tanda vital
a. TD:140/80 mmHg, Nyeri di persepsikan
b. Nadi: 76x/menit,
c. Respirasi: 18x/menit
d. Suhu: 36 °C Nyeri

2 DS : Pengarruh hormon Gangguan


Pasien mengatakan nyeri pada (hormon testosterone) eliminasi
saat BAK serta panas, urine
terkadang BAK tidak terasa Merangsang pertumbuhan
dan sulit ditahan. nodul-nodul fibroedenoma
DO :
1 .tampak agak kemerahan, jaringan hiperplastic pada kelenjar
terpasang drainage. dengan stroma fibroma
2 Tanda-tanda vital
a. TD:140/80 mmHg, pembesaran jarinagan prostat
b. Nadi: 76x/menit, periuretral
c. Respirasi: 18x/menit

32
d. Suhu: 36 °C pembedahan di lakukan
3. terapsang selang kateter
4. tampak urine kemerahan, perubahan bentuk jaringan
warnah keruh dan ada
sedikit stosel. terjadinya gangguan pada sfingter
kandung kemih akibat
pembedahan pascaprostatectomy

Gangguan Eliminasi Urine

3 DS : Retensi urine Risiko infeksi


1. Pasien mengatakan
terdapat luka bekas operasi
pada perut bagian bawah Pembedahan klenjar prostat
2. Pasien mengatakan nyeri
terus menerus
DO : Pemasangan kateter
1. Tanda-tanda vital
a. TD: 140/80 mmHg,
b. Nadi: 76x/menit, Port de entry mikroorganisme
c. Respirasi: 18x/menit
d. Suhu: 36 °C
2. terapsang selang kateter
3. tampak urine kemerahan,
Risiko Infeksi
warnah keruh dan ada
sedikit stosel.
4. Tampak adanya luka post
operasi

33
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan)
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan efek pembedahan pada
sfingter kandung kemih skunder akibat pascaprostatectomy
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya media masuknya
mikroorganisme, prosedur invasive, trauma pembedahan.

3. Perencanaan

Rencana
Dx Tujuan &
N Data Rasional
Keperawatan kreteria Tindakan
o
hasil
1 Ds: Nyeri akut Setelah 1.Observasi keadaan 1. Untuk
Pasien berhubungan dilakukan umum, dan tingkat mempermudah
mengatakan dengan agen tindakan nyeri dengan intervensi
nyeri pada injuri fisik selama 3x24 standar PQRST
bagian bawah (pembedahan) jam 2. Kaji vital sing 2. Dehidrasi dapat
bekas luka ditandai dengan diharapkan klien mengakibatkan syok
operasi Ds dan DO pasien dapat 3. Gunakan teknik 3. Untuk memberikan
DO : mengontrol komunikasi kenyamanan pada
1. Tampak nyeri trapeutik untuk pasien dalam
adanya luka post dengan mengetahui komunikasi
operasi kreteria pengalaman nyeri
2. skala nyeri 6 hasil secara pasien
3. wajah tampak subyektif, 4. Berikan informasi 4. Agar klien
tegang menahan klien tentang nyeri, mengetahui hal-hal
nyeri, melaporkan seperti penyebab yang dapat
4. Tanda-tanda nyeri nyeri dan lama menimbulkan nyeri
vital berkurang nyeri dan antisipasi

34
a. TD:140/8 atau hilang, ketidaknyamanan
0 mmHg, skala nyeri dari prosedur,
b. Nadi: 1-3 atau 5. Ajarkan 5. Nafas dalam dapat
76x/menit teratasi, penggunaan tekhnik mengurangi rasa
c. Respirasi: klien nonfarmakologi sakit tampa
18x/menit tampak misal tekhnik nafas menggunakan obat.
d. Suhu: 36 rileks dalam bila nyeri
°C muncul
6. Pemberian 6. mempercepat
antipasmodik/analg penyembuhan luka
esik untuk bekas operasi
merilekskan otot
polos
7. Memberikan 7. memenuhi
penurunan spasme kebutuhan istirahat
nyeri tidur

2 Ds: Gangguan Setelah 1. Memepertahankan 1. Eliminasi yang


Pasien eliminasi urin dilakukan pola eliminasi urin teratur dapat
mengatakan saat berhubungan tindakan yang optimun membantu proses
BAK masih dengan efek keperawatan 2. Pantau eliminasi penyembuhan
terasa panas dan pembedahan selama 3x24 urin, meliputi 2. Warna dan bau
nyeri, terkadang pada sfinter jam frekuensi, merupakan tanda
BAK tidak terasa kandung kemih diharapkan konsentrasi, bau, tanda terjadinya
dan sulit ditahan akibat pasien volume dan warna perdarahan dan
Do: pascaprostatect menjadi 3. Instruksikan infeksi

35
1. Terpasang omy kontinen pasien untuk
slang kateter, dengan berespon segera 3. membantu
2. tampak urin kreteria terhadap kebutuhan mempercepat
kemerahan hasil eliminasi. pemenuhan
3. keruh dan ada menunjukka 4. Kaji faktor yang kebutuhan eliminasi
sedikit stosel n menjadi insiden 4. mempermudah
kontinensia 5. Instruksikan pemberian terapi
urin, keluarga untuk 5. mempermudah
eliminasi mencatat haluaran pemantauan
urin tidak urin bila diperlukan pengeluaran cairan
terganggu, tubuh
berkemih
>150 cc
setiap kali.
3 DS : Resiko infeksi Setelah 1. Observasi dan 1. Mengawasi proses
1. Pasien berhubungan dilakukan laporkan tanda dan penyembuhan
mengatakan dengan adanya tindakan gejela infeksi
terdapat luka media keperawatan 2. Kaji temperatur 2. Untuk mengetahui
bekas operasi masuknya selama 3x24 klien tiap 4 jam suhu klien
pada perut mikroorganism jam 3. Catat dan laporkan 3. Untuk mengetahui
bagian bawah e, prosedur diharapkan nilasi laboratorium kadar air dalam
2. Pasien invasive, terbebas dari (leukosit,protein,ser tubuh pasien
mengatakan trauma tanda atau um, albumin)
nyeri terus pembedahan gejala 4. Kaji warna, 4. mengetahui
menerus ditandai dengan infeksi kelembaban tekstur keadaan
DO : data Ds dan Do dengan dan turgor kulit perkembangan
1. Tanda-tanda kreteria 5. Gunakan strategi penyembuhan
vital hasil tidak utuk mencegah 5. Nosokomial
TD: 140/80 ada tanda- nosokomial merupakan infeksi
mmHg, tanda infeksi 6. Pengendalian silang dalam tempat

36
Nadi: 76x/menit, (kemerahan, infeksi dengan perawatan
Respirasi: panas, pemberian 6. antibiotik dapat
18x/menit nyeri), suhu antibiotik melemahkan agen
Suhu: 36 °C pasien infeksi
2. terapsang normal
selang kateter
3. tampak urine
kemerahan,
warnah keruh
dan ada sedikit
stosel.
4. Tampak
adanya luka post
operasi
5. terpasang
drainage

37
4. Implementasi

No Hari/tgl Jam No Dx Implementasi Evaluasi tindakan


1 Rabu 08.30 I 1. Mengobservasi 1. Pasien tampak gelisah dan sesekali
24 April 2013 keadaan umum dan merintih kesakitan
mengkaji tingkat Skala Nyeri P: bertambah nyeri jika
nyeri dengan skala sering BAK, Q: nyeri seperti tertusuk-
PQRST tusuk, R: nyeri daerah suprapubik, S:
skala nyeri 6 ,T: nyeri timbul terus
menerus

2. Mengkaji Vital sing 2. TD: 140/80, nadi:76x/menit, suhu 36


klien C, respirasi 18x/menit

3. Menggunakan teknik 3. Klien mengunkapkan perasaan nyeri


komunikasi trapeutik yang dialami
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
4. Memberikan 4. Klien mengatakan akan menghindari
informasi tentang hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri
nyeri, seperti timbul
penyebab nyeri dan
lama nyeri dan
antisipasi
09.00
ketidaknyamanan dari
prosedur,
5. Mengajarkan 5. Pasien melakukan nafas dalam jika
penggunaan tekhnik nyeri timbul dan pasien juga bisa
nonfarmakologi misal pemperagakan tekhnik yang diajarkan

38
tekhnik nafas dalam oleh perawat
bila nyeri muncul
09.20

6. Memberiakan 6. Klien tampak kesakitan saat


antipasmodik/analgesi pemberian obat
k (injeksi tramadol 1
gr ) secara intravena
7. Memberikan 7. Klien meminum obat yang diberikan
penurunan spasme
nyeri (asam
mefenamat 500 mg)
peroral
2 Kamis/ 25 08.40 II 1. Memepertahankan 1.Klien mengatakan masih sering ingin
April 2013 pola eliminasi urin BAK
yang optimun
2. Memantau eliminasi 2.Klien mengatakan masih terasa panas
urin, meliputi dan nyeri saat BAK warna urin agak
frekuensi, konsentrasi, kemerahan keruh dan sedikit stosel
bau, volume dan volume 750 cc
warna

3. Menginstruksikan 3. Klien mengatakan sering tidak


09.15 pasien untuk berespon menyadari saat akan BAK
segera terhadap
kebutuhan eliminasi.
4. Mengkaji faktor 4. Keluarga klien menyatakan akan

39
yang menjadi insiden melaksanakan yang di instruksikan oleh
perawat
5. Menginstruksikan 5. keluarga pasien mengerti dan mau
keluarga untuk melakukannya
mencatat pengeluaran
urin bila diperlukan

3 Kamis/25 08.20 III 1. Observasi dan 1. Tampak kemerahan disekitar bekas


April 2013 laporkan tanda dan luka operasi
gejela infeksi
2. Kaji temperatur klien 2. Suhu klien 36° C
tiap 4 jam
3. Catat dan laporkan 3. Leukosit 4,5 106 µ/d
nilasi laboratorium
(leukosit,protein,seru
m, albumin)
4. Kaji warna, 4. Turgor kulit kembali dalam 2 detik,
kelembaman tekstur dan warna kulit sawo matang
dan turgor kulit
5. Gunakan strategi 5. Klien mengatakan akan
utuk mencegah memperhatikan kebersihan diri.
nosokomial
6. Pengendalian infeksi 6. Klien mengatakan pasien mengatakan
dengan pemberian nyeri pada luka operasi berkurang
antibiotik (cefotaxim setelah pengobatan dilakukan
500 mg) secara
intravena

40
5. Evaluasi
Evaluasi hasil yang diambil setelah dilakukan tindakan selama target
waktu yang ditentukan (3x24 jam)

N Hari/tgl Jam No Evaluasi Hasil


o DX
1 Kamis/25 08.10 I Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam maka
april hasil yang diperoleh:
2013 S: Klien melaporkan nyeri berkurang
O: wajah Klien tampak rileks skala nyeri 3
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
2 Jum’at/26 09.15 II Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam maka
April 2013 hasil yang diperoleh:
S: Klien mengatakan pada saat BAK nyeri sudah
berkurang, dan sudah bisa mengontrol eliminasi urin
O: menunjukkan kontinensia urin, volume 150 cc,
warna kemerahan sudah berkurang dan tidak ada lagi
stosel
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
3 Jum’at/26 09.20 III Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 jam maka
April 2013 hasil yang diperoleh:
S: klien mengatakan tidak deman dan nyeri pada
sekitar operasi berkurang
O: tidak ada tanda-tanda infeksi, luka sekitar operasi
bersih, balutan kering, tidak ada bengkak
A: masalah teratasi
P: pertahankan Intervensi

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian yang di dapatkan : pada saat pengkajian pasien cukup


koperatif terhadap setiap pertanyaan yang di ajukan, mungkin ini sesuai
dengan teori prilaku kognitivisme, bahwa tingka laku seseorang di
tentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan-tujuannya.
2. Diagnose keperawatan : diagnose keperawatan yang kami angkat hanya
tiga dan yang paling menonjol dari pasien, ini karena keterbatasan waktu
dan kemampuan kami dalam menegakkan seluruh diagnosa yang muncul
pada pasien.
3. Perencanaan yang kami buat untuk mengatasi respon pasien dan terdapat
beberapa hasil yang kami harapkan, berupa : pola berkemiih normal, nyeri
hilang dan infeksi tidak terjadi sehingga menambah pengetahuan tentang
penyakit.
4. Implementasi keperawatan di lakukan pada pasien berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah di tetapkan, dalam menegakkan implementasi
kami tidak mengalami masalah berkat dukungan dan dorongan dari teman,
petugas kesehatan maupun keluarga.
5. Evaluasi keperawatan dari ke-3 Diagnosa keperawatan yang kami angkat
Alhamdulillah berkat ridho dan bantuan dari Allah azza wa jallah, tak
luput dari doa-doa pasien sehingga memudahkan intervensi yang kami
berikan dapat terlaksana sesuai dengan criteria yang kami harapkan.

B. Saran

Kami sadari masalah Asuhan Keperawatan yang kami angkat ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu masukan, saran dan kritikan sangat kami
harapkan dari teman-teman, petugas di Rumah Sakit maupun Dosen
Pembimbing yang kami Cintai kerena Allah. Semoga Masalah Asuhan
Keperawatan yang kami angkat ini semoga bias menjadi tambahan Ilmu bagi
kami dan teman-teman rekan seperjuangan. Sesungguhnya kesempurnaan itu

42
hanyalah milik Rabbu Izzati dan segalah kekurangan dan kesalahan yang
terdapat di dalam Asuhan Keperawatan ini itu datangnya dari pribadi kami.

43

Anda mungkin juga menyukai