Disusun oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
RahmatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ”BENIGNA
PROSTAT HIPERTROPI”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas matakuliah kami.
Penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa dalam proses menyelesaikan makalah ini
banyak mengalami kendala-kendala, namun dapat di atasi karena adanya dukungan dari berbagai
pihak. Kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
krtik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.5 Manifestasi Klinis
2.5 Penatalaksanaan
2.6 Pemeriksaan Diasnotik
2.7 Komplikasi
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian dari Benigna Prostat Hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan
jaringan selular kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan
dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang berlapis kapsula dengan perubahan
endokrin berkenaan dengan proses penuaan (Madjid dan Suharyanto, 2009) Benigna Prostat
Hipertropi adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria
(Nursalam dan Fransisca, 2006).
Hipertrofi prostat benigna atau pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada pria
tua dan jarang ditemukan pada usia sebelum 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami
peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, pada waktu itu ada peningkatan
yang cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30.
Hipertrofi prostat benigna timbul dalam jaringan kelenjar periurethral. Yang terlibat
tanpa fungsi penting prostat atau tanpa asal keganasan. Jaringan kelenjar peruiretral meluas
dan bagian prostat yang tertekan disebut kapsul bedah. Jaringan hiperplastik bias terdiri dari
dari satu di antara lima pola histology ; stroma,fibromuskular,muscular,fibroadenomatosa.
Istilah hipertrofi sendiri sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya yang terjadi adalah
hiperplasi kelenjar periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer
dan kemudian menjadi sampai bedah, kapsul bedah.
Hipertrofi prostat merupakan kelainan yang sering dijumpai di klinik urologi di Jakarta
dan merupakan kelaian kedua tersering setelah batu seluran kemih.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
2. Untuk mengetahui pengobatan dari BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
1.3 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penyakit BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia)
2. Menambah pengetahuan dan keterampilan tentang pengobatan penyakit BPH (Benigna
Prostat Hyperplasia)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Benigna BPH (prostat hyperplasia) adalah pembesaran atau hypertrofi jinak.
Kelenjar prostatnya mengalami perbesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih
dan menyumbat aliran dengan menutupi orifisium uretra.
BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatik adalah
pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan
tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh
dengan menekan kelenjar normal yang tersisa.
BPH adalah pertumbuhan dari nodula-nodula fibrioadenomatosa majemuk dalam
prostat , jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa yang
jumlahnya berbeda-beda.
BPH adalah perbesaran dari kelenjar prostat yang disebabka oleh bertambahnya
sel-sel glanduler dan interstitial, sehingga sebenarnya lebih tepat disebut hyperplasia atau
adenoma prostat (Rumahorbo, 2000 : 70).
2.2 Etiologi
Penyebab BPH kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan disertai dengan
perubahan hormon. Dengan penuaan, kadar testosteron serum menurun, dan kadar
estrogen serum meningkat. Terdapat teori bahwa rasio estrogen /androgen yang lebih
tinggi akan merangsang hyperplasia jaringan prostat.
Referensi lain menyatakan bahwa penyebab terjadinya hiperlasia prostat, tetapi
beberapa hepotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat rat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (dht) dan proses angin (menjadi tua). Beberapa
hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti teori atau hipotesis yang diduga
sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat.
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal,yaitu
antara hormone testosterone dan hormone estrogen. Karena produksi testoteron menurun
dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer,dengan
pertolongan enzim aromatase,dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya
hyperplasia pada stroma,sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel,tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk
perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron
dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi factor pertumbuhan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Pada keadan normal hormone gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi
hormone androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan
bertambahnya usia akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang
akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hel ini
mengakibatkan hormone gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormone
estrogen oleh sel sertoli,dilihat dari fungsional histologist,prostat terdiri dari dua bagian
yaitu sentral sekitar uretra yang beraksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak
bereaksi terhadap estrogen.
2.3 Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-
lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis
yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor
mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi
lebih tebal dan penonjolan serat detrusor kedalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai
balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi,
mukosa vesika dapat menerobos keluar diantara serat detrusor sehingga terbentuk
tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabilabesar disebut diverkel.
Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan
menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumenuretra prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tekanan ini. Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan perubahan anatomic
dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor.tuberkulasi, terbentuknya sakula dan
divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawahyang dulu dikenal dengan gejala prostatismus.
Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatic, dengan demikian menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.
Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, dimana sebagian urin tetap berada
dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organism infektif.
2.5 Penatalaksanaan
Rencana pengobatan bergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi
pasien. Jika pasien masuk rumah sakit dalam keadaan darurat karena ia tidak pernah
berkemih, maka kateterisasi segera dilakukan. Kateter yang lazim mungkin terlalu lunak
dan lemas untuk dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih. Dalam kasus
seperti ini, kabel kecil yang disebut stylet dimasukkan(oleh ahli urologi) ke dalam kateter
untuk mencegah kateter kolaps ketika menemui tahanan. Pada kasus yang berat, mungkin
digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva prostatic. Kadang suatu insisi dibuat ke
dalam kandung kemih (sistomi suprapubik)untuk drainase yang adekuat.
Adanya komponen hormonal pada hyperplasia prostatic jinak, salah satu metode
pengobatan mencakup manipulasi hormonal dengan preparat antiandrogen seperti
finasteride (Proscar. Pada penelitian klinis, inhibator 5a-reduktase seperti finasteride
terbukti efektif dalam mencegah perubahan testosterone menjadi hidrotestosteron.
Menurunnya kadar hidrotestosteron menunjukkan supresi aktivitas sel glandular dan
penurunan ukuran prostat. Efek samping dari medikasi ini termasuk ginekomastia,
disfungsi erektil, dan wajah kemerahan.
2.7 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah retensi kronik dapat
menyebabkan;
1. Refluk
2. Vesiko
3. Ureter
4. Hidroureter
5. Hidronefrosis
6. Gagal ginjal
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi, hernia/hemoroid
karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu, hemeturia,
sistisis, dan pielonefritis.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Kajian administratif
Nama pasien : Tn. Dedi Panji Wahono
Umur : Dewasa
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : -
Nama dokter : Achmad Riski Hendra P. Sp. U
Nomor Surat Izin Praktik (SIP) : -
Alamat : -
Nomor telepon : -
Paraf : ada
Tanggal penulisan resep : 16 -9-2019
2. Kekuatan Sediaan Farmasetik
Bentuk dan kekuatan sediaan : Tablet
Stabilitas : baik
Kompatibilitas : baik
3. Pertimbangan Klinis
Ketepatan indikasi : Sudah tepat
Dosis obat : Sudah tepat
Aturan, cara dan lama penggunaan obat : Sudah tepat
Duplikasi dan/atau polifarmasi : Tidak ada
Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis
lain) : Tidak ada
Kontra indikasi dan interaksi : Tidak ada
3.5 Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki
kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan:
Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap tamsulion hidroklorida.
Penderita angiodema yang diinduksi oleh obat.
Orang dengan riwayat hipotensi ortostatik.
Penderita gangguan fungsi hati berat.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang kea rah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar
urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat
Hypertropi sebenarnya tidak lah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau
hypertropi prostst, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hyperplasia
(sel-selnya bertambah banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi
gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literature di benigna hyperplasia of
prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.
BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatic adalah
pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan
tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh
dengan menekan kelenjar normal yang tersisa.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer,C. Suzanne. 2002. Buku bAjar Keperawat Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC