DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1:
NAMA:
LENI WIDYASTUTI
SRI MULYATI
RIANA ARYANTI
DESSY
NOPRIANSYAH
GANDA RISYADI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiawa diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit BPH ( benigna prostat hiperplasia).
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
2. Untuk mengetahui konsep dasar askep teoritis pada pasien dengan BPH (Benina
Prostat Hyperplasia) dengan meliputu pengkajian, diagnose keperawatan dan
intervensi.
C. Manfaat
1. Secara aplikatif, makalah ini diharapkan dapat menambah pengatahuan dan
keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
BPH (benigna prostat hyperplasia)
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan BPH ( benigna prostat hyperplasia)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Benigna BPH (prostat hyperplasia) adalah pembesaran atau hypertrofi jinak.
Kelenjar prostatnya mengalami perbesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung
kemih dan menyumbat aliran dengan menutupi orifisium uretra.
BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatic
adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat,
pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa.
Prostat Hiperplasi (BPH) merupakan penyakit pembesaran prostat yang
disebabkan oleh proses penuaan, yang biasa dialami oleh pria berusia 50
tahun keatas, yang mengakibatkan obstruksi leher kandung kemih, dapat
menghambat pengosongan kandung kemih dan menyebabkan gangguan
perkemihan.
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah
inferior buli-buli di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram.
Kelenjar prostat yang terbagi atas beberapa zona, antara lain zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona fibromuskuler, dan zona periuretra. Sebagian besar
hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional (Reynard J., 2006)
Kelenjar postat merupaka organ berkapsul yang terletak dibawah kandung kemih
dan ditembus oleh uretra. Uretra yang menembus kandung kemih ini disebut uretra
pars prostatika. Lumen uretra pars prostatika dilapisi oleh epitel transisional
(Eroschenko., 2008).
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-
lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan
fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat
detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor kedalam mukosa
buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari
dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar diantara
serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan
sakula dan apabilabesar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase
kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi
retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumenuretra prostatika dan
akan menghambat aliran urine. Keadaan ini urin, buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tekanan ini. Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan
perubahan anatomic dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor.tuberkulasi,
terbentuknya sakula dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan
pada saluran kemih sebelah bawahyang dulu dikenal dengan gejala prostatismus.
Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra
prostatic, dengan demikian menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi
urin. Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara
bertahap. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, dimana sebagian urin
tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organism
infektif.
E. Manifestasi Klinis
Kompleks gejala obstruktif dan iritatif (disebut prostatisme) mencakup
peningkatan frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, abdomen
tegang, volume urin menurun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urin tidak
lancar, dribbling (dimana urin terus menetes setelah berkemih), rasa seperti
kandung kemih tidak kosong dengan baik, retensi urin akut, dan kekambuhan infeksi
saluran kemih. Pada akhirnya, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah
nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar.
Gejala generalisata, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.
F. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah retensi kronik dapat
menyebabkan;
1. Refluk
2. Vesiko
3. Ureter
4. Hidroureter
5. Hidronefrosis
6. gagal ginjal
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi,
hernia/hemoroid karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batu, hemeturia, sistisis, dan pielonefritis.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien benigna prostat hyperplasia umunya dilakukan pemeriksaan:
1. Laboratorium meliputi ureum (BUN), kreatinin, elektrolit, dan tes sensitivitas.
2. Radiologis intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograde, USG, CT Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila
fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans
rectal (TRUS= Trans Rectal Ultrasonografi), selain untuk mengetahui pembesaran
prostat ultrasonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukur sisa urin
dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat danWim
De Jong,1997).
3. Prostatektomi retro pubis pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung
kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui
insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Protatektomi parineal yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui
perineum
H. Penatalaksanaan Medis
Rencana pengobatan bergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan
kondisi pasien. Jika pasien masuk rumah sakit dalam keadaan darurat karena ia
tidak pernah berkemih, maka kateterisasi segera dilakukan. Kateter yang lazim
mungkin terlalu lunak dan lemas untuk dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung
kemih. Dalam kasus seperti ini, kabel kecil yang disebut stylet dimasukkan(oleh ahli
urologi) ke dalam kateter untuk mencegah kateter kolaps ketika menemui tahanan.
Pada kasus yang berat, mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan kurva
prostatic. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih (sistomi
suprapubik)untuk drainase yang adekuat.
Adanya komponen hormonal pada hyperplasia prostatic jinak, salah satu
metode pengobatan mencakup manipulasi hormonal dengan preparat antiandrogen
seperti finasteride (Proscar. Pada penelitian klinis, inhibator 5a-reduktase seperti
finasteride terbukti efektif dalam mencegah perubahan testosterone menjadi
hidrotestosteron. Menurunnya kadar hidrotestosteron menunjukkan supresi aktivitas
sel glandular dan penurunan ukuran prostat. Efek samping dari medikasi ini
termasuk ginekomastia, disfungsi erektil, dan wajah kemerahan.
c. Pola Eliminasi
Yang menggambarkan:
1) pola defekasi (warna, kuantitas, dll)
2) penggunaan alat-alat bantu
3) penggunaan obat-obatan.
d. Pola Aktivitas
1) pola aktivitas, latihan dan rekreasi
2) pembatasan gerak
3) alat bantu yang dipakai, posisi tubuhnya.
e. Pola Istirahat – Tidur
Yang menggambarkan:
1) Pola tidur dan istirahat
2) Persepsi, kualitas, kuantitas
3) Penggunaan obat-obatan.
Data Obyektif :
· Terdapat luka insisi
· Takikardi
· Gelisah
· Tekanan darah meningkat
· Ekspresi w ajah ketakutan
· Terpasang kateter
2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
b. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder
c. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
d. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme
melalui kateterisasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit,
perawatannya.
3) Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Tujuan :
· Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan
derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
a. Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
b. Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi.
c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan perawatan
aseptik terapeutikg. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat
2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi
sekunder.
Tujuan :
· Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin
Kriteria :
· Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi :
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab,
takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah
menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau
jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua
post operasi)
f. Ukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000
ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-
20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
4) Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1
a. Memonitor dan mencatat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
b. Mengobservasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut,
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi.
c. Memberi kompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
d. Menganjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen
tegang)
e. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasif. Lakukan
perawatan aseptik terapeutikg. Melaporkan pada dokter jika nyeri meningkat
Diagnosa Keperawatan 2
a. Melakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Mengatur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Mengobservasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit
lembab, takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah
menggunakan alat dan mengobservasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau
jaringan
e. Memonitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari
kedua post operasi)
f. Mengukur intake output cairang. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000
ml/hari, jika tidak ada kontra indikasih. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-
20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.
Diagnosa Keperawatan 3
a. Memotivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan
perubahannya
b. Menjawab setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek
prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Melibatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual
e. Memberi penjelasan penting tentang:
a. Impoten terjadi pada prosedur radikal
b. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal
c. Adanya kemunduran ejakulasif. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan
seksual selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.
Diagnosa Keperawatan 4
a. Melakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Mengobservasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan,
kebocoran)
c. Melakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan
drainage
d. Memonitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin
dressing
e. Memonitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)
Diagnosa Keperawatan 5
a. Memotivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang
penyakit, perawat
b. Memberikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:
· Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
· Perawatan di rumahc. Adanya tanda-tanda hemoragi
5) Evaluasi
Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan
keperawatan melalui proses keperawtan pada klien dengan Benigna Prostatic
Hypertrophy berdasarkan tujuan pemulangan adalah :
1. Pola berkemih normal.
2. Nyeri/ ketidaknyamanan hilang.
3. Komplikasi tercegah minimal.
4. Proses penyakit/ prognosis dan program terapi dipahami
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang kea rah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar
urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat
Hypertropi sebenarnya tidak lah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar
atau hypertropi prostst, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami
hyperplasia (sel-selnya bertambah banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan
terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literature di
benigna hyperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat
sudah umum dipakai.
BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatic
adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat,
pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa.
Saran
Sebagai seorang mahasiswa keperawat sebaiknya nanyinya dalam
memberikan asuhan keperawatan juga harus memberikan pendidikan kesehatan,
serta dapat menganjurkan pasien untuk bergaya hidup sehat dan teratur. Dan
semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA