Anda di halaman 1dari 7

RESUME

PADA Tn. W.H.M DENGAN DIAGNOSA BPH


DI POLIKLINIK BEDAH RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU

Disusun oleh :

NI WAYAN LISA ARIANI


NIM : 711440115 053
GABRIELLA R. MANUSSAMA
NIM : 711440115

POLTEKKES KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
TINGKAT IIB/D-III
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

Kosep Dasar

BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) atau Pembesaran Protat Jinak

A. PENGERTIAN BPH
Hiperplasia prostat adalah pembesaran prostat berupa hyperplasia
kelenjar atau hyperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang
dominan adalah hyperplasia (Long, 2006).
BPH adalah suatu keadaan di mana prostat mengalami pembesaran
memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin
dengan cara menutupi orifisium uretra. (Schwartz, 2000).
Prostatektomy adalah merupakan tindakan pembedahan bagian prostat
(sebagaian / seluruh) yang memotong uretra, bertjuan untuk memperbaiki
aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Pada pria, beberapa ogan berfungsi sebagai bagian dari traktus
urinarus maupun sistem reproduksi. Kelaianan pada orga reproduksi pria
dapat menganggu salah satu kedua sistem. Akibatnya, penyakit sistem
reproduksi pria biasanya ditangani oleh ahli urologi. Struktur dari sistem
eproduksi pria adalah testis, vas deferen (duktus deferen), vesika
seminalis, penis, dan kelenjar asesori tertentu, seperti kelenjar prostat dan
kelenjar cowper (kelenjar bulbo-uretra).
Gambar Prostat
Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah interior buli-
buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seprti
buah kemiri dengan ukuran 3x4x2,5 cm dan beratnya 20 gram. Sebagian
prostat mengandung kelenjar grandular dan sebagian lagi otot involuter
dan menghasilkan suatu cairan yang disebut semen, yang basa dan
mendukung nutrisi sperma. Cairan prostat merupakan kurang lebih 25%
dari seluruh volume ejakulat. Jika kelenjar ini mengalami hiperlasia jinak
atau berubah menjadi kanker ganas dapat membantu uretra posterior dan
mengakibatkan obstruksi saluran kemih.

C. ETIOLOGI
Penyebab hyperplasia prostat belum diketahui dengan pasti, ada
beberapa pendapat dan fakta yang menunjukkan, ini berasal dari proses
yang rumit dari androgen dan estrogen.
Dehidrotestosteron (DHT). Reseptor ini jumlahnya akan meningkat
dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk kemudian akan berikatan
dengan reseptor membentuk DHT-Reseptor komplek. Kemudian masuk
ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan sintesis protein
sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa sebagai dasar
adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan estrogen, dengan
bertambahnyan umur diketahui bahwa jumlah androgen berkurang
sehingga terjadi peninggian estrogen secara retatif. Diketahui estrogen
mempengaruhin prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus lateralis dan
lobus medius) hingga pada hiperestrinisme, bagian inilah yang
mengalami hyperplasia (Hardjowidjoto, 2000).
Menurut Basuki (2000), hingga sekarang belum diketahui secara pasti
penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa heperplasi prostaterat kaitannya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang
diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah:
- Aadanya perubahan keseimbangan antara hormone testosterone dan
estrogen pada usia lanjut.
- Peranan dari growt fakto ( factor pertumbuhan) sebagai pemicu
pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
- Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat kaena berkurangnya sel yang
mati.
- Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi selstroma dan sel epitel kelnjar
prostat menjadi berlebihan
D. PATOFISIOLOGI
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang
terletak di sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra
posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal
pada orang dewasa ± 20gram. Menurut Mc Neal (1976) yang
dikutip dan bukunya Basuki (2000), membagi kelenjar prostat
dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Basuki,
2000). Sjmsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia
lanjut akan terjadi perubahan keeimbangan testosterone estrogen
karena produksi testosterone menurun dan terjadi konversi
tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer.
Basuki (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini
sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-
sel kelenjar prsotat hormone ini akan di rubah menjadi
dehidrostestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa
reduktase. Dehidrostestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk
mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar
prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek
terjadinya perubahan pada traktur urinarus juga terjadi perlahan-
lahan. Perubahan patofisiologi yang disebabkan pembesaran
prostat sebenarnya di sebabkan oleh kombinasi resistensi uretra
daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatan
kontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor depesarafi oleh
sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat
oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya
pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada
leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan
mencoba mngatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat
dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor
kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti
balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat
menerobos keluar antara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang
kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi
otot diding kandung kemih.Apabila keadaan berlanjut maka
detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi
dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin..

E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis pada hiperplasia prostat di gololongkan dua
tanda gejala yaitu obstuksi dan iritasi.Gejala obstruksi
disebabkan detrusor gagal bekontraksi dengan cukup lama dan
kuat sehingga mengakibatkan : pancaran miksi melemah, rasa
tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu
lama (hesitancy), harus mengejan ( straining), dan waktu misi
memanjang dan akhirnya menjadi retensio urin dan ikontinen
karena overflow. Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang
tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang
kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum
penuh atau dikatakan sebagai hipersentivitasotot detrusor
dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekuensi),
terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan
ingin miksi yang mendasak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi
(dysuria) Mansjoer,2000.
Manifestasi dari BPH adalah peningkatan frekuensi
penuh, nokturia, dorongan ingin berkemih, anyang-anyangan,
abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus mengejan
saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus
menerus setelah berkemih), retensi urine akut.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain:
seiring dengan semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi
saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati prostat. Hal
ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan apabila tidak
diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi
kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi
yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen yang
akan menimbulkan herniadan hemoroid. Statis urin dalam
vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah
keluhan iritasi dan hematuria.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Sjamsuhidjat, 2005 dalam penatalaksanaan pasien
dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran
klinis.
- Stadium I
pada stadium ini belum melakukan tindakan bedah,diberikan
pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor
alfa, seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini
adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak
mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun
kekurangnya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk
pemakaian lama.
- Stadium II
pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan
pembedahan biasanya dianjurkan reseksiendoskopi melalui
uretra ( trans uretra)
- Stadium III
pada stadium ini reseksi endoskopi dapat dikerjakan apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehingga reseksi
tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan
melalui trans vesika, retropublik dan perineal.
- Stadium IV
pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan
penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter
atau sistotomi. Selain itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
amok melengkapi diagnosis,kemudian terapi definitive
dengan TUR atau pembedahan terbuka. Pada penderita yang
keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan
pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan
memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa.
Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti
androgen yang menekan produksi LH.

H.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada pasien BPH yaitu:
- Laboratorium
- USG
- Kultur Urin
- Systocopy

Anda mungkin juga menyukai