OLEH
EXALKURNIAWAN MANGGAS
(4120005)
CI LAHAN CI INSTITUSI
MAKASSAR
2021
BAB I
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis
inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus
ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar
disebabkan oleh karena hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliput
klinisnya :
1. Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine
panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa
urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal
B. ETIOLOGI
sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan penurunan
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
C. Gambaran klinis
1. Gejala iritatif, yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun pada malam hari untuk miksi
(nokturia),perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi),dan nyeri pada saat
miksi (disuria).
2. Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas setelah miksi, kalau
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinen karena
Tanda:
gambaran tonus sphingter ani mukosa rektum, adanya kelainan seperti meraba
prostat. Pada colok dubur, mukos aprostat teraba, lembut, kenyal dan elastis.
D. PATOFISIOLOGI
mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini
uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat
selula, sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan
klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract
Symptom/LUTS.
destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak
banyak berubah. Pada fase ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata.
Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas
miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi
tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir
timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak
berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini
masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan
terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat
dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak
sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah
ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi
1. Laboratorium
- Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal sisa
urin kososng dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
Syarat: jumlah urin dalam vesika 125 s/d 150 ml. Angka normal rata-rata 10 s/d 12
3. Pemeriksaan lain
buli-buli yang dapat dipkai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila adabatu
dalam vesika.
1. Terapi medikamentosa
finasteride (Poscar)
2. Terapi bedah
Hematuria
1. Prostatektomi
Yaitu suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat
dari atas. Pendekatan ini dilakukan untuk kelenjar dengan berbagai ukuran dan
beberapa komplikasi dapat terjadi seperti kehilangan darah lebih banyak dibanding
metode yang lain. Kerugian lainnya adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari
semua prosedur bedah abdomen mayor, seperti kontrol perdarahan lebih sulit, urin
dapat bocor disekitar tuba suprapubis, serta pemulihan lebih lama dan tidak nyaman.
Keuntungan yang lain dari metode ini adalah secara teknis sederhana, memberika
area eksplorasi lebih luas, memungkinkan eksplorasi untuk nodus limfe kankerosa,
b. Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini
lebih praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka.
penglihatan langsung,angka mortalitas rendah, insiden syok lebih rendah, serta ideal
bagi pasien dengan prostat yang besar, resiko bedah buruk bagi pasien sangat tua
dan ringkih. Pada pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi
dilakukan dekat dengan rektal. Lebih jauh lagi inkontinensia, impotensi, atau cedera
rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain adalah kemungkinan
kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta bidang operatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa tanpa memasuki kandung kemih. Prosedur ini
cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis. Meskipun darah yang
keluar dapat dikontrol dengan baik dan letak bedah labih mudah untuk dilihat, infeksi
dapat cepat terjadi dalam ruang retropubis. Kelemahan lainnya adalah tidak dapat
mengobati penyakit kandung kemih yang berkaitan serta insiden hemorargi akibat
pleksus venosa prostat meningkat juga osteitis pubis. Keuntungan yang lain adalah
periode pemulihan lebih singkat serta kerusakan spingter kandung kemih lebih
sedikit.
melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat
untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral.
Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang ) dan
efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di klinik rawat
jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih rendah di banding cara lainnya.
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan
pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan invasive yang masih
merugikan terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang
kandung kemih. Irigasi kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila
tidak keluar bekuan darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan
jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah dapat
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejala-gejala dari
sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien cukup sehat
infeksi, hiponatremia atau retensio oleh karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi
jangka panjang adalah striktura uretra, ejakulasi retrograd (50-90%), impotensi (4-
PENGELOLAAN PASIEN
1. Pre operasi
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal 10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
pemeriksaan IVP pasien diberikan diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa
2. Post operasi
Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin dalam
kateter bening)
Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan
hari, bila pasien sudah mampu makan dan minum dengan baik obat injeksi
Tirah baring selama 24 jam pertama. Mobilisasi setelah 24 jam post operasi
Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan
betadin
Jika terjadi spasme kandung kemih pasien dapat merasakan dorongan untuk
Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi
perdarahan
kontrol berkemih.
gelap dan kurang kental. Perdarahan vena diatasi dengan memasang traksi
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan.
2. Pembentukan bekuan
3. Obstruksi kateter
seksual dapat dilakukan kembali setelah 6-8 minggu karena fossa prostatik
sudah sembuh.
kedalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin. Selain itu vasektomi
( biasanya untuk kanker ) hampir selalu terjadi impotensi. Bagi pasien yang tak
6. Infeksi
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pre - Operasi
a. Data Subyektif
- Sulit kencing
dilakukan
b. Data Obyektif
2. Post - Operasi
a. Data Subyektif
setelah operas
b. Data Obyektif
- Tampak lemah
penyakit keluarga, pengaruh BPH terhadap gaya hidup, apakah masalah urinari
4. Pengkajian fisik
- Sering berkemih
berkemih.
2) Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual muntah, dan rasa
- Pemeriksaan radiografi
- Urinalisa
6. Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang keadaan
pembesaran prostate.
catheter/balon.
PK : Perdarahan
J. RENCANA KEPERAWATAN
partikel
pengosongan bladder ( 10
menit )
Lakukan katerisasi
bladder
Lakukan pemasangan
Rujuk ke spesialis
urologi
2. Nyeri (akut) NOC : NIC :
nyeri, mampu
Observasi reaksi
mengurangi nyeri,
Gunakan teknik
nyeri
penanganan nyeri
intervensi
non farmakologi
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
Monitor penerimaan
nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
pemberian obat
frekuensi
Tentukan pilihan
beratnya nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
teratur
kali
hebat
Evaluasi efektivitas
(efek samping)
cemas pasien
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
kecemasan
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
mengurangi kecemasan
kosong
informasi tentang
9. Diskusikan perubahan
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
tepat
pemberi perawatan
yang tepat
tehnik ketidaknyamanan
dengan nyeri
pencahayaan dan
kebisingan
nyeri
penanganan nyeri
(farmakologi, non
personal)
intervensi
non farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
berhasil
Monitor penerimaan
nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
pemberian obat
dan frekuensi
Tentukan pilihan
Tentukan analgesik
teratur
pemberian analgesik
pertama kali
hebat
Evaluasi efektivitas
(efek samping)
2. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Urinary elimination
partikel perhari
kepada klien
sesuai protokol
sesuai indikasi
respon pasien
3. Kekurangan NOC: Fluid management
Berikan penggantian
muncul meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
tindakan kperawtan
pelindung
Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
Partahankan teknik
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
kemerahan, panas,
drainase
insisi bedah
yang cukup
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
sesuai resep
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
5. Defisit self care NOC : NIC :
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
mampu untuk
melakukannya.
kemampuan.
Pertimbangkan usia
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
untuk terapinya
operasi
DAFTAR PUSTAKAA
SIA
1. http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/2494/3/KTI%20Lengkap%20jadi.pdf
2. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jmp/article/view/13191/10104http
3. www.kitapastisehat.com/2018/10/laporan-pendahuluan-lp-askep-prostat-hipertrofi-
lengkap-download-pdf-doc.html
4. https://www.academia.edu/7969448/LAPORAN_PENDAHULUAN_BPH.