DISUSUN OLEH :
B. Etiologi
Menurut Amadea, Langitan, & Wahyuni (2019) Penyebab terjadinya BPH
adalah
1. DHT (Dihydrotestosteron)
DHT (Dihydrotestosteron) adalah suatu metabolit testosteron yang
terbentuk dalam sel prostat oleh pemecahan testosteron, enzim 5-alpha
reductase mengubah testosteron menjadi DHT. Enzim ini adalah target
terapi obat penghambat reduktase 5-alpha yang bertujuan mengurangi
ukuran prostat
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses
penuaan, pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan penurunan
hormon testosteron. Hal ini yang memicu terjadinya hiperplasia stroma pada
prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma
dan epitel, sehingga akan terjadi BPH.
F. Komplikasi
Menurut (Azizah, 2018) komplikasi BPH meliputi :
a) Aterosclerosis
b) Infark jantung
c) Impoten
d) Haemoragik post operasi
e) Fistula
f) Struktur pasca operasi dan inconentia urin
g) Infeksi
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Bimandama & Kurniawaty (2018) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk pasien yang mengalami BPH adalah :
1. Pemeriksaan colok dubur
Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaan
yang penting pada pasien BPH, di samping pemeriksaan fisik pada regio
suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi bulibuli. Dari
pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat,
konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari
keganasan prostat.
2. Urinalisis
Pemeriksaan ini dapat memberikan hasil ada tidaknya laukosituria dan
hematuria.
3. Pemeriksaan fungsi Ginjal
Pemeriksaan faal ginjal ini berguna untuk mencari ada tidaknya efek BPH
pada saluran kemih bagian atas
4. Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
Pemeriksaan PSA yaitu antigen yang disintesis oleh sel epitel prostat dan
memiliki sifat organon spesifik tetapi bukan merupakan cancer spesifik.
5. Pancaran Urin (Uroflowmetry)
Uroflowmetry merupakan pemeriksaan yang menilai dari pancaran urin
selama proses berkemih, pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi
gejala obstruksi saluran kemih bagian bawah volume prostat dan juga Qmax
6. Residu Urin / Post Voiding Residual Urine (PVU)
Residu Urin / Post Voiding Residual Urine (PVU) adalah volume urin sisa
setelah berkemih, biasanya 12mL pada pria normal. Pemeriksaan ini dapat
di akukan dengan berbagai cara yaitu dengan USG, bladder scan atau
dengan kateter uretra
7. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai saluran kemih bagian atas dan
bawah. Selain itu, USG dapat digunakan untuk menilai volume prostat
H. Pathway
Growth factor Sel prostat umur memanjang Prolekerasi abnormal sel stem
Prostat membesar
Penyempitan TURP
lumen posterior
Post OP
Gangguang
mobilitas fisik
A. Pengkajian
Pengkajian pada psien BPH dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan.
Adapun fokus pengkajian pasien dengan BPH adalah sebagai berikut:
1. Sirkulasi
Pada kasus BPH sering dijumpai adanya gangguan sirkulasi; pada kasus
preoperasi dapat dijumpai adanya peningkatan tekanan darah yang
disebabkan oleh karena efek pembesaran ginjal. Penurunan tekanan darah;
peningkatan nadi sering dijumpai pada. kasus postoperasi BPH yang terjadi
karena kekurangan volume cairan.
2. Integritas Ego
Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas
egonya karena memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan yang
dapat dilihat dari tanda- tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan
perilaku.
3. Eliminasi
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali
dialami oleh pasien dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan dalam
memulai aliran urin, aliran urin berkurang, pengosongan kandung kemih
inkomplit, frekuensi berkemih, nokturia, disuria dan hematuria.
Sedangkan pada postoperasi BPH yang terjadi karena tindakan invasif serta
prosedur pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk
mengetahui adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin.
Evaluasi warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan
dengan tidak ada bekuan, peningkatan viskositas, warna keruh, gelap
dengan bekuan. Selain terjadi gangguan eliminasi urin, juga ada
kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada preoperasi BPH hal tersebut terjadi
karena protrusi prostat ke dalam rektum, sedangkan pada postoperasi BPH,
karena perubahan pola makan dan makanan.
4. Makanan dan Cairan
Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu karena
efek penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek
dari anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia,
mual, muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah
awasi masukan dan pengeluaran baik cairan maupun nutrisinya.
5. Nyeri dan Kenyamanan
Menurut hierarki Maslow, kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan dasar yang utama. Karena menghindari nyeri merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada pasien postoperasi biasanya
ditemukan adanya nyeri suprapubik, pinggul tajam dan kuat, nyeri punggung
bawah.
6. Keselamatan/keamanan
Pada kasus operasi terutama pada kasus penyakit BPH faktor keselamatan
tidak luput dari pengkajian perawat karena hal ini sangat penting untuk
menghindari segala jenis tuntutan akibat kelalaian paramedik, tindakan
yang perlu dilakukan adalah kaji adanya tanda-tanda infeksi saluran
perkemihan seperti adanya demam (pada preoperasi), sedang pada
postoperasi perlu adanya inspeksi balutan dan juga adanya tanda-tanda
infeksi baik pada luka bedah maupun pada saluran perkemihannya.
7. Seksualitas
Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami
masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya, takut
inkontinensia/menetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan
kontraksi saat ejakulasi, dan pembesaran atau nyeri tekan pada prostat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. D.0050 - Retensi urine b.d peningkatakan tekanan uretra d.d dribbling
2. D.0077 - Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri,
tampak meringis
3. D.0080 - Ansietas b.d b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
4. D.0054 - Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri d.d mengeluh sulit
menggerakan ekstermitas, Nyeri saat bergerak
5. D.0142 - Resiko infeksi d.d efek prosedur infasif peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan
C. Intervensi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I. 09314)
Kekhawatiran tindakan keperawatan
Observasi :
mengalami 1 x 24 jam tingkat
kegagalan d.d ansietas (L.09093) - Identifikasi saat tingkat
merasa khawatir menurun dengan ansietas berubah (mis. kondisi,
akibat dari kondisi kriteria hasil : waktu, stressor)
yang dihadapi - Monitor tanda-tanda ansietas
1. verbalitas khawatir
(D.0080) (verbal dan nonverbal)
akibat kondisi yang
Terapeutik :
dihadapi menurun (5)
- Temani pasien untuk
2. verbalitas
mengurangi kecemasan, jika
kebingungan menurun
memungkinkan
(5)
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
Edukasi :
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersamapasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :