Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KESEHATAN REPRODUKSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga

Disusun Oleh:

1. Aga Taufiq Firmansyah J230205053


2. Mutia Ayu Pratiwi J230205002
3. Ulfah Nur Hanifah J230205015
4. Rizky Agilliya Putri J230205019
5. Dyah Indriani J230205027
6. Adriana Mardiah J230205038
7. Ulfa Widiyasari J230205042
8. Etik Rositasari J230205054
9. Ita Indraswati J230205055

PROGRAM PROFESI NERS XXIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/ Tanggal : Jum’at, 9 April 2021


Waktu :
Judul/Topic : Kesehatan Reproduksi
Sasaran : Remaja Putri Dusun Kaworan Desa Geneng
Sasaran Utama : Remaja putri
Tempat : Balai Desa Geneng, Kec Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah

A. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan sutau tahap pertumbuhan dan perkembangan manusia
yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa (WHO, 2013).
Masa remaja adalah masa kritis dalam hidup dimana menjadi individu yang
mandiri, menjalin hubungan baru, mengembangkan keterampilan social dan
mempelajari perilaku yang akan bertahan selama sisa hidup mereka (WHO,
2021).
Pada masa remaja terjadi apa yang dinamakan growth spurt atau
pertumbuhan cepat, dan pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan
fisik disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses
tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas. Masa remaja
seringkali dianggap sebagai periode hidup yang paling sehat (Kemenkes RI,
2018). Pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan
kematangan kemampuan berpikir dan emosional. Selain itu, di masa remaja
juga terjadi proses pengenalan jati diri, dan kegagalan dalam proses
pengenalan diri ini bisa menimbulkan berbagai masalah (Kemenkes RI, 2018).
Perilaku ingin mencoba hal baru diiringi dengan rangsangan seksual dapat
menjerumuskan remaja masuk ke dalam hubungan seks pra nikah. Hal ini
dapat berdampak pada kesehatan reproduksi mereka. Kesehatan reproduksi
remaja merupakan suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi pada remaja termasuk sehat secara mental serta sosial
kultural. Menjaga kesehatan reproduksi pada masa remaja sangat penting,
karena pada masa ini organ organ seksual remaja telah aktif (Senja,
Widiastuti, & Istioningsih, 2020).
Pengetahuan seseorang tentang kesehatan reproduksi sangat penting,
karena jika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang
kesehatan reproduksi, mereka akan mengabaikan kesehatan reproduksinya dan
membahayakan dirinya sendiri dan banyak masalah yang akan timbul akibat
mengabaikan kesehatan reproduksi (Senja et al., 2020).
Salah satu pengetahuan kesehatan reproduksi yaitu cara mendeteksi
terjadinya kanker payudara sedini mungkin. Cara yang paling sederhana dan
paling murah untuk mendeteksi dini benjolan payudara adalah dengan
mengenali payudara sendiri melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
SADARI membantu mengecek kondisi payudara apakah terdapat benjolan
ataupun perubahan lainnya yang dapat menjadi tanda terjadinya tumor atau
kanker payudara yang membutuhkan perhatian medis (Sinaga & Ardayani,
2016).
Berdasarakan data remaja putri di 3 RT yang ada di dusun Kaworan
sebanyak 14 orang dari total 20 orang memiliki pengetahuan yang kurang
mengenai lesehatan reproduksi dan berdasarkan wawancara dengan remaja
putri didapatkan belum adanya Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
rmaja putri sehingga belum paham mengenai kesehatan reproduksi.
Oleh karena itu kami tertarik untuk memberikan rencana kegiatan kepada
remaja putri terkait Pendidikan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi dan
cara mendeteksi kanker payudara sedini mungkin dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

B. TUJUAN INSTRUKSI UMUM (TIU)


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan diharapkan pengetahuan Remaja
tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri dapat bertambah.
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)    
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan remaja dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
2. Macam-macam masalah Kesehatan Reproduksi
3. Penyebab masalah Kesehatan Reproduksi
4. Pencegahan dan pengobatan masalah Kesehatan Reproduksi
5. Langkah-langkah SADARI
D. SUB POKOK BAHASAN
Pencegahan masalah Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri
E. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Adriana Mardiah
2. Penyaji : Ita Indrawati
Ulfa Widyasari
3. Fasilitator : Ulfah Nur hanifah
Dyah Indriani
Mutia Ayu Pratiwi
Etik Rositasari
4. Observer : Rizky Agilliya Putri
Aga Taufiq Firmansyah
F. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
G. MEDIA PENYULUHAN
1. Leaflet
2. Lembar balik
3. Pantum
H. SETTING TEMPAT PENYULUHAN
Keterangan :
: Penyaji
: Fasilitator
: Observer
: Peserta

I. TABEL PROSES PELAKSANAAN


No
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Alokasi waktu
.
1. 09.00 – 09.05 Pembukaan: 1. Menjawab salam 5 menit
WIB  Memberikan salam 2.   Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dan
Pembelajaran memperhatikan
 Menyebutkan materi
atau pokok bahasan
yang di sampaikan
2. 09.05 – 09.30 Pelaksanaan materi: Menyimak dan 25 menit
WIB  Menjelaskan materi memperhatikan
penyuluhan secara
berurutan dan teratur
 Materi:
1. Pengertian kesehatan
reproduksi
2. Macam macam
masalah kesehatan
reproduksi
3. Penyebab masalah
kesehatan reproduksi
4. Pencegahan dan
pengobatan masalah
kesehatan reproduksi
5. Langkah sadari

3. 09.30–09.40 WIB Evaluasi : Aktif bertanya 10 menit


 Menyimpulkan isi
penyuluhan
 Memberi kesempatan
kepada audience untuk
bertanya
4. 09.40- 09.45 WIB Penutup: Menjawab salam 5 menit
Mengucapkan terima kasih
dan mengucapkan salam

J. EVALUASI
1. Evaluasi struktur :
a. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya lengkap
b. Materi disiapkan dalam bentuk leaflet dan power point agar
penyampaian kepada peserta penyuluhan lebih mudah.
2. Evaluasi proses :
a. Penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja : berjalan
dengan baik, peserta dapat memahami penyuluhan yang diberikan.
b. Di dalam proses penyuluhan terjadi interaksi
3. Evaluasi hasil :
a. Pasien dapat memahami apa itu kesehatan reproduksi
b. Pasien dapat menyebutkan macam-macam masalah kesehatan reproduksi
c. Pasien dapat menyebutkan penyebab masalah kesehatan reproduksi
d. Pasien dapat menjelaskan pencegahan dan pengobatan masalah
kesehatan reproduksi
e. Pasien dapat mempraktekkan langkah sadari

LAMPIRAN MATERI
1. PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan (Rahayu,
2020). Kesehatan Reproduksi merupakan kemampuan seseorang untuk dapat
memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani
kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko. Kesehatan
Reproduksi merupakan suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan social yang berkaita dengan alat, fungsi serta reproduksi yang
bebas dari penyakit dan dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah (Manuaba, 2010).
2. MACAM MACAM MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI
Banyak masalah yang akan timbul akibat mengabaikan kesehatan reproduksi.
Masalah- masalah yang timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan
reproduksi yaitu (Senja, Widiastuti & Istioningsih, 2020):
a. Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya tidak
hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan
rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan
untuk menunjukkan bukti cinta.
b. Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti.
Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain
dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus
HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya
sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan
usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya.
Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-
obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin
memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi
ini.
c. KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)
Kehamilan tak diinginkan (KTD) terjadi karena beberapa faktor seperti faktor
sosiodemografik (kemiskinan, seksualitas aktif dan kegagalan dalam
penggunaan kontrasepsi, media massa), karakteristik keluarga yang kurang
harmonis (hubungan antar keluarga), status perkembangan (kurang pemikiran
tentang masa depan, ingin mencobacoba, kebutuhan akan perhatian),
penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan. Selain itu kurangnya
pengetahuan yang lengkap dan benar tentang proses terjadinya kehamilan dan
metode pencegahannya, kegagalan alat kontrasepsi, serta dapat juga terjadi
akibat terjadi tindak perkosaan.
d. Aborsi
Terjadinya KTD menyebabkan dampak social bagi remaja. Lingkungan akan
cenderung mencemooh dan mengucilkan karena masih kuatnya nilai norma
kehidupan masyarakat kita. Akibatnya remaja akan kesulitan beradaptasi
secara psikologis, kesulitan berperan sebagai orang tua (tidak bisa mengurus
kehamilan dan bayinya), akhirnya berujung pada stress dan konflik, aborsi
illegal yang lebih lanjut berisiko mengakibatkan kematian ibu dan bayi.
e. Perkawinan dan pernikahan dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa daerah, dominasi
orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal
ini remaja perempuan. Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan
bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang
menikah dini, baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk
memiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada
saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani
kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini
berkaitan dengan distribusi makanan yang tidak merata, antara janin dan ibu
yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
f. IMS atau PMS
IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan
HIV/AIDS. IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar
menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun
dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu
kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat
besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan,
kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian. Beberapa contoh
penyakit menular seksual adalah:
1) Gonore (kencing nanah)
2) Sifilis (raja singa)
3) Herpes genital
4) Klamidia
5) Trikomoniasis vaginalis
6) Kutil kelamin
g. Penyakit menular (HIV/AIDS dan laim-lain)
Penularan virus HIV menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan kaum
muda melalui hubungan seksual yang tidak aman, jarum suntik (pemakaian
jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba, dan melalui transfusi
darah. Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah:
1) Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan
upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda
2) Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi
dorongan seksual dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk
melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba
3) Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh
melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui
berbagai media cetak atau elektronik
4) Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks,
misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan
5) Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS
mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera
terlihat
6) Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga
belum cukup menyebar di kalangan remaja sehingga banyak remaja
masih mempunyai pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS
Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan
reproduksi dibanding orang dewasa sehingga banyak remaja yang terkena HIV/AIDS
tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain,
sehingga sulit dikontrol
3. PENYEBAB MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI
a. Faktor sosial ekonomi dan demografi
Faktor sosial ekonomi dan demografi yang menyebabkan masalah kesehatan
reproduksi terutama adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidak tahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi.
b. Faktor budaya dan lingkungan
Faktor budaya dan lingkungan misalnya, kepercayaan banyak anak banyak
rejeki.
c. Faktor psikologis
Faktor psikologis misalnya, deperesi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa
tidak berharga seorang wanita terhadap pria.
d. Faktor biologis
Faktor biologis misalnya, cacat sejak lahir, cacat / kelainan pada saluran
reproduksi
e. Perilaku seksual yang menyimpang
Perilaku seksual yang menyimpang seperti berhubungan seks di luar nikah,
berhubungan seks dengan sesama jenis, dan bergonta ganti pasangan dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual (PMS) seperti
HIV AIDS.
f. Aborsi
Tindakan aborsi yang tidak sesuai dengan prosedur medis dapat
meningkatkan risiko terkena kanker rahim dan infeksi pada rahim
4. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN MASALAH KESEHATAN
REPRODUKSI
Menurut Hasanah (2016) upaya dalam penanganan masalah Kesehatan reproduksi
yaitu sebagai berikut :
a. Pendidikan Kesehatan Kesehatan reproduksi
Setiap remaja mempunyai hak untuk mendapatkan akses dan informasi tentang
kesehatan reproduksi berupa pendidikan reproduksi dan seks. Pendidikan seks
tidak ditujukan untuk mengajarkan mereka tentang hubungan seks saja, namun
memberi pengetahuan tentang upaya yang perlu mereka tempuh untuk menjaga
kesehatan organ reproduksi. Kesehatan reproduksi bagi remaja berarti memiliki
informasi yang benar dan tepat mengenai fungsi, peran, dan proses reproduksi.
Pendidikan kesehatan reproduksi juga mengarahkan pada remaja untuk
memiliki sikap serta tingkahlaku bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi.
b. Menjaga kebersihan dan kesehatan diri
Menjaga kebersihan diri adalah proses membersihkan dan menjaga diri untuk
tetap bersih, tidak kotor, dan terhindar dari penyakit. Ini dapat dilakukan
dengan cara :
1) mandi rutin dua kali sehari
2) mencukupi kebutuhan gizi dan asupan makanan
3) Menjaga berat badan ideal
4) Hindari rokok dan alcohol
5) Membersihkan hati dan berusaha hidup bahagia
6) Istirahat yang cukup
7) Seringkali melakukan SADARI untuk mencegah terjadinya tumor/kanker
payudara
c. Menjaga kebersihan dan Kesehatan organ reproduksi
Menjaga kebersihan organ reproduksi dilakukan dengan cara :
1) Menjaga kesehatan vagina dimulai dari memperhatikan kebersihan diri.
Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis. Udara panas dan
cenderung lembab sering membuat banyak berkeringat. Terutama dibagian
tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan kulit, seperti daerah alat kelamin.
Kondisi ini dapat menyebabkan mikroorganisme jahat, terutama jamur
mudah berkembang biak, yang akhirnya bisa menimbulkan infeksi
2) Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari
3) Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin atau anus dengan
menggunakan air bersih atau kertas pembersih (tisu)
4) Gerakkan cara membersihkan alat kelamin adalah dari arah vagina kearah
anus, untuk mencegah kotoran anus masuk ke vagina
5) Tidak menggunakan air yang kotor untuk membersihkan vagina
6) Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa
ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal dan tidak
nyaman
7) Pada siklus menstruasi, remaja perempuan mengganti pembalut setiap tiga
hingga empat jam sekali
8) Menghindari aktivitas seksual yang beresiko
5. LANGKAH-LANGKAH SADARI
SADARI merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanyabenjolan
kelainan payudara. Tujuan utamanya adalah untuk mendeteksi adanya kanker sedini
mungkin. Saat yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah pada hari
ke 5-7 setelah menstruasi, dimana payudara tidak mengeras, membesar atau nyeri.
Untuk wanita yang telah menopause dapat melakukan pemeriksaan ini setiap awal
atau akhir bulan (Alini, 2020).
Rispawati (2021) memaparkan langkah-langkah SADARI adalah sebagai berikut
a. Langkah 1
Buka seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdiri di depan cermin.
Dengan posisi pundak tegap dan kedua tangan di pinggang. Kenali ukuran,
bentuk dan warna payudara yang biasa. Cermati jika ada perubahan-perubahan
berikut pada payudara :
1) Kulit mengkerut, ada tonjolan
2) Puting berubah posisi, biasanya seperti tertarik ke dalam
3) Kemerahan, nyeri, ruam-ruam atau bengkak.
b. Langkah 2
Angkat kedua tangan ke atas. Dan amati kembali apakah ada perubahan-
perubahan yang telah disebut pada langkah pertama.
c. Langkah 3
Cermati apakah ada cairan yang keluar dari kedua putting (baik cairan bening,
seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah)
d. Langkah 4
Berbaring, kemudian gunakan tangan kanan untuk merasakan payudara kiri.
Gunakan pijatan pelan dengan tiga ujung jari, yaitu jari telunjuk, tengah, dan
manis. Lakukan pijatan dengan langkah berikut :
1) Buat pola memutar mulai dari putting, semakin lama semakin
besar sampai mencapai bagian tepi payudara.
2) Buatlah gerakan naik-turun, dari depan (puting) sampai belakang
tepi payudara dan sebaliknya. Lakukan seterusnya hingga seluruh
bagian payudara.
e. Langkah 5
Periksa payudara bisa dengan berdiri, duduk atau saat mandi karena sebagian
wanita merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, A. (2020). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia. Surabaya:
Airlangga University Press, hal 1.ISBN 978-602-6606-23-5.

Manuaba, IBG. (2010). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran

Senja, Andika Oktavian. (2020). Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan


Reproduksi. Jurnal Keperawatan Vol. 12 No. 1 Maret 2020

Hasanah, H. (2016). Pemahaman Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan: Sebuah


Strategi Mencegah Berbagai Resiko Masalah Reproduksi Remaja. Sawwa: Jurnal
Studi Gender, 11(2), 229-252.

Alini., & Indrawati., (2018). Efektivitas Promosi Kesehatan Melalui Audio Visual dan
Leaflet Tentang SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Remaja Putri Tentang SADARI di SMAN 1 Kampar Tahun 2018.
Jurnal Ners, 2(2), 1-9.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners/article/view/187/153

Rispawati, B., dkk,. (2021). Penyuluhan Kesehatan Tentang Pemeriksaan Payudara


Sendiri (SADARI) Pada Santriwati Kelas X dan XI di Pondok Pesantren Al-
Aziziyah. Lentera Jurnal Pengabdian, 1(1), 35-4.
http://journal.stikesyarsimataram.ac.id/index.php/lentera/article/view/16
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2018). Menkes: Remaja Indonesia Harus Sehat. Retrieved from
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA website:
https://www.kemkes.go.id/article/view/18051600001/menkes-remaja-
indonesia-harus-sehat.html
Senja, A. O., Widiastuti, Y. P., & Istioningsih. (2020). Tingkat Pengetahuan
Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi. FamilyEdu: Jurnal Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, 12(1), 85–92.
Sinaga, C. F., & Ardayani, T. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Putri Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Periksa Payudara
Sendiri Di Sma Pasundan 8 Bandung Tahun 2016. Kartika Jurnal Ilmiah
Farmasi, 4(1), 16–19. https://doi.org/10.26874/kjif.v4i1.52
WHO. (2013). Kesehatan Reproduksi Wanita ISK. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. (2021). Coming of age: adolescent health. Retrieved from
https://www.who.int/news-room/spotlight/coming-of-age-adolescent-health

Anda mungkin juga menyukai