Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN ANAK

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

Disusun oleh:
Agnes Erna Thalia (30190120060)
Erica Smith (3012019010043)
Kettrin Siolany (3012019010071)
Nova Kriswahyuni (3012019010082)
Rahel Santi Kanu (3012019010047)
Yosef Syukurman (3012019010085)

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISIi

KATA PENGANTAR ii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang1

B. Tujuan 2

BAB II Landasan Teori3

A. Pengertian MTBS3

B. Tujuan MTBS 3

C. Sasaran MTBS3

D. Materi MTBS 3

E. Strategi MTBS16

F. Peran Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan MTBS 18

G. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan MTBS18

H. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan MTBS 19

BAB IV PENUTUP21

A. Simpulan21

B. Saran 22

DAFTAR PUSTAKA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bejudul
“KEPERAWATAN ANAK : MENEJEMEN TERPADU BALITA SAKIT”
dengan baik dan tepat pada waktunya dalam penyusunan ini mungkin ada sedikit
hambatan namun alhamdulillah bisa terlewati.
Dengan adanya maklah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahyan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen Tina Shinta Parulian., M.Kep., Ns.,
Sp.Kep.An.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak. Makalah ini
mungkin kurang sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran.
Terimakasih

Bandung, Desember 2020

Kelompok 1

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu negara bila dilihat secara
internasional diukur dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) . IPM
Indonesia berada di posisi 108 dari 187 negara. Hal tersebut menunjukkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tertinggal dari negara lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM sebagai acuan dalam pengukuran
keberhasilan pembangunan adalah tingkat ekonomi, pendidikan dan
kesehatan. Pada bidang kesehatan, salah satu unsur yang patut untuk
dipertimbangkan adalah angka kematian bayi (Dirjen Kesmas, 2018).
Pada tahun 2017 sebanyak 5,4 juta kematian anak di dunia terjadi
pada usia dibawah 5 tahun. Persentase kejadian tersebut meningkat dari
tahuntahun sebelumnya, tahun 1990 sebesar 40%, tahun 2000 41%, dan tahun
2017 47%. Melalui data tersebut didapatkan bahwa 2,5 juta kematian terjadi
pada masa neonatus, 1,6 juta pada usia 1-11 bulan, dan 1,3 juta pada usia 1-4
tahun. Kesimpulannya adalah 75,9% dari angka kematian anak terjadi pada
masa bayi yaitu 0 sampai 11 bulan (UN IGME, 2018).
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Kehidupan anak usia
dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat penting. Usia tersebut
merupakan landasan yang membentuk masa depan, kesehatan, kebahagiaan,
pertumbuhan, perkembangan dan hasil pembelajaran anak di sekolah,
keluarga serta masyarakat. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan
sejak janin dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun
(Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun
2030, telah ditetapkan target bagi 118 negara didunia untuk menurunkan
angka kematian anak di masing-masing negaranya, jika target tersebut
terpenuhi maka 10 juta jiwa anak di tahun 2030 akan terselamatkan.

1
2

Pemerintah Indonesia juga melakukan upaya dengan mengeluarkan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013
mengenai Penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Berbasis Masyarakat. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut memuat paket
pelayanan kesehatan khusus untuk bayi muda dengan usia 0-2 bulan atau
paket pelayanan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). MTBM
merupakan salah satu komponen dari MTBS, dimana digunakan sebagai
pedoman pada penanganan bayi muda, baik bayi dalam keadaan sehat
maupun sakit. Penanganan atau tatalaksana ini diberikan pada kunjungan
neonatal (Kemenkes RI, 2013).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui menejemen terpadu balita sakit pada perawat,
tim Kesehatan lain, dan orang tua.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi, tujuan, dan sasaran MTBS
b. Menjelaskan bagan penilaian, klasifikasi dan tindakan/pengobatan
yang dilakukan.
c. Menjelaskan strategi promosi dan strategi menuju MTBS
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
MTBS atau Manajemen Terpadu Bayi Sakit adalah suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang
datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit,
status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Moelyo, Widardo, & Herlambang, 2013).
MTBS adalah Merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif
yang meliputi imunisasi dan pemberian vitamin A dan konseling pemberian
makan (Kemenkes, 2014)
B. Tujuan
Adapun tujuan dari MTBS ini adalah:
1. Tujuan utama
Tatalaksana ini untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Kemenkes RI, 2014)
2. Tujuan lainnya (Moelyo, Widardo, & Herlambang, 2013)
a. Memperbaiki status gizi,
b. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
C. Sasaran
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua
kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok
usia 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk kelompok 1 hari – 2 bulan merupakan
kelompok MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
D. Materi MTBS
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. MTBS terdiri dari langkah
penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling,

3
4

perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri
dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk
penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan
diagnosis penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai
suatu tindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi mempunyai
warna dasar, yaitu merah (penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning
(pengobatan spesifik di pelayanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah)
sesuai dengan urutan keparahan penyakit. Tiap klasifikasi menentukan
karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk
cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk memberikan obat
dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat
yang harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan
termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus
kembali segera maupun kembali untuk tindak lanjut (Kemenkes, 2019).
5

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:


1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien apabila sudah dilatih);
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS);
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu panduan
tata laksana terkait kondisi sakit yang dialami oleh balita. Pada panduan
MTBS yang disusun oleh Kemenkes terdiri dari:
1. Penilaian, klasifikasi, dan tindakan pengobatan
a. Memeriksa tanda dan bahaya umum
Gejala Klasifikasi Tindakan

1. Tidak bisa minum Penyakit 1. Bila sedang kejang beri


atau menyusu sangat berat diazepam
2. Memuntahkan 2. Bila ada stridor pastikan
semua makanan tidak ada sumbatan jalan
dan atau minuman napas
3. Pernah atau sedang 3. Jika ada stridor, sianosis,
mengalami kejang ujung tangan dan kiki
4. Gelisah pucat dan dingin berikan
5. Letargis atau tidak oksigen 3-5 Liter/menit
sadar melalui nasal.
6. Ada stridor 4. Jaga anak tetap hangat
7. Tampak biru 5. Rujuk segera
8. Ujung tangan dan
kaki pucat dan
dingin
6

b. Menanyakan Keluhan Utama


1) Apakah anak menderita batuk dan sukar bernapas?
Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan

1. Tarikan dinding Pneumonia berat 1. Berikan oksigen minimal 2-3


dada ke dalam atau liter/menit dengan
2. Saturasi oksigen menggunakan nasal prong.

<90% 2. Beri dosis pertama antibiotik


yang sesuai.
3. RUJUK SEGERA

Nafas cepat Pneumonia 1. Beri amoksisilin 2x sehari


selama 3 hari atau 5 hari.
2. Beri pelega tenggorakan dan
pereda batuk aman.
3. Obati wheezing bila ada.

4. Apabila batuk >14 hari


RUJUK untuk pemeriksaan
lanjutan.
5. Nasehati kapan kembali
segera
6. Kunjungan ulang 2 hari

Tidak ada tanda-tanda Batuk bukan 1. Beri pelega tenggorokan dan


pneumonia berat maupun pneumonia pereda batuk yang aman.
pneumonia
2. Obati wheezing bila ada

3. Apabila batuk >14 hari rujuk


untuk pemeriksaan TB dan
sebab lain.
4. Nasihati kapan kembali
segera.
5. Kunjungan ulang 2 hari jika
tidak ada perbaikan.

2) Apakah anak menderita diare?


7

Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan

1. Letargis atau tidak Diare dehidrasi 1. Jika tidak ada klasifikasi berat
sadar. berat lain: Beri cairan untuk
2. Mata cekung dehidrasi berat dan tablet Zink
sesuai rencana terapi C.
3. Tidak bisa minum
atau malas minum.
2. Jika anak juga mempunyai
klasifikasi berat lain: RUJUK
4. Cubitan kulit perut
SEGERA dan jika masih bisa
kembali sangat
minum, berikan ASI dan
lambat
larutan oralit selama
perjalanan.
3. Jika anak >2 tahun da nada
wabar kolera di daerah
tersebut, beri antibiotic untuk
kolera.

Terdapat dua atau lebih Diare dehidrasi 1. Beri cairan, tablet zinc dan
tanda-tanda berikut: ringan/sedang makanan sesuai rencana terapi
1. Rawel B.
2. Mata cekung 2. Jika terdapat klasifikasi berat

3. Haus, minum lain: RUJUK SEGERA dan

dengan lahap jika masih bisa minum,


berikan ASI dan larutan oralit
4. Cubitan kulit perut
selama perjalanan.
kembali lama
3. Nasihati kapan kembali
segera.
4. Kunjungan ulang 3 hari jika
tidak ada perbaikan.

Tidak cukup tanda-tanda Diare tanpa 1. Beri cairan, tablet zinc dan
untuk diklasifikasikan dehidrasi makanan sesuai rencana terapi
sebagai diare dehidrasi berat A.
atau ringan/sedang.
2. Nasihati kapan kembali
segera.
3. Kunjungan ulang 3 hari jika
tidak ada perbaikan
8

Dengan dehidrasi Diare persisten Atasi dehidrasi sebelum


berat dirujuk, kecuali ada klasifikasi
berat lain.
RUJUK

Tanpa dehidrasi Diare Persisten 1. Berikan oralit

2. Beri tablet zinc selama 10


hari berturut-turut.
3. Nasihati pemberian
makan untuk diare
persisten
4. Nasihati kapan kembali
segera.
5. Kunjungan ulang 3 hari.

Ada darah dalam tinja Disentri 1. Berikan oralit.

2. Beri tablet zinc selama 10


hari berturut-turut
3. Nasihati pemberian
makan
4. Beri antibiotic yang
sesuai.
5. Nasihati kapan kembali
segera
6. Kunjungan ulang 3 hari.

3) Apakah anak demam?


Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan

1. Ada tanda bahaya atau Penyakit berat 1. Beri dosis pertama


dengan demam artemeter injeksi atau kinin
2. Kaku kuduk
injeksi untuk malaria berat.
2. Beri dosis pertama
antibiotic yang sesuai.
9

3. Cegah agar gula darah tidak


turun
4. Berikan satu dosis
parasetamol untuk demam ≥
38,5 C
5. RUJUK SEGERA

1. Demam (teraba panas Malaria 1. Beri obat anti malaria oral


atau suhu ≥ 38,5 C) pilihan pertama.
2. Mikroskopis positif 2. Beri satu dosis parasetamol
atau RDT positif. untuk demam ≥ 38,5 C
3. Nasihati kapan kembali
segera.
4. Kunjungan ulang 3 hari jika
tetap demam.
5. Jika demam berlanjut lebih
dari 7 hari, RUJUK.

1. Mikroskopis negative Demam mungkin 1. Beri satu dosis parasetamol


atau RDT negative bukan malaria untuk demam ≥ 38,5 C
2. Ditemukan penyebab 2. Obati penyebab lain dari
lain dari demam demam.
3. Nasihati kapan kembali
segera
4. Kunjungan ulang 3 hari jika
tetap demam.
5. Jika demam berlanjut lebih
dari 7 hari, RUJUK.

1. Ada tanda bahaya Penyakit berat 1. Beri dosis pertama


umum. dengan demam antibiotic yang sesuai
2. Kaku kuduk 2. Cegah agar gula darah

3. Usia < 3 bulan tidak turun.


3. Beri satu dosis paracetamol
untuk demam ≥38,5 C
4. RUJUK SEGERA
10

Tidak ada tanda bahaya Demam bukan 1. Beri satu dosis parasetamol
umum dan tidak ada kaku malaria untuk demam ≥ 38,5 C
kuduk.
2. Obati penyebab lain dari
demam.
3. Nasihati kapan kembali
segera.
4. Kunjungan ulang 2 hari jika
tetap demam.
5. Jika demam berlanjut lebih
dari 7 hari, RUJUK

1. Ada tanda bahaya Campak dengan 1. Beri vitamin A dosis


umum atau komplikasi berat pengobatan.
2. Adanya kekeruhan 2. Beri dosis pertama
pada kornea mata. antibiotic yang sesuai
3. Ada luka di mulut yang 3. Jika ada kekeruhan pada
dalam atau luas. kornea atau nanah pada
mata berikan salep mata
antibiotik.
4. Beri satu dosis parasetamol
untuk demam ≥38,5 C
5. RUJUK SEGERA

1. Ada nanah pada mata, Campak dengan 1. Beri vitamin A dosis


atau komplikasi pada pengobatan.
mata dan atau
2. Ada luka pada mulut 2. Jika ada nanah pada mata,
mulut
beri salep mata antibiotik.
3. Jika ada luka pada mulut
oleskan antiseptik mulut.
4. Jika anak gizi buruk beri
vitamin A sesuai dosis.
5. Kunjungan ulang 3 hari.

Campak sekarang atau dalam Campak Beri Vitamin A


3 bulan terakhir
11

1. Ada tanda-tanda syok Demam Berdarah 1. Jika ada syok, beri


Dengue (DBD) oksigen 2-4 liter/mnt dan
2. Nyeri ulu hati
beri segera cairan
3. Muntah-muntah
intravena sesuai petunjuk.
4. Perdarahan
2. Jika tiada ada syok tapi
(Kulit/hidung/BAB)
sering muntah atau malas
5. Uji turniket positif
minum, beri cairan infus
Ringer laktat/Ringer
asetat, jumlah cairan
rumatan
3. Jika tidak ada syok, tidak
muntah dan masih mau
minum, berikan oralit atau
cairan lain sebanyak
mungkin dalam
perjalanan rumah sakit.
4. Beri dosis pertama
parasetamol, jika demam
tinggi (≥38,5 C), tidak
boleh gunakan salisilat
dan ibuprofen.
5. RUJUK SEGERA

1. Demam mendadak Mungkin DBD 1. Beri dosis pertama


tinggi dan terus parasetamol, jika demam
menerus. tinggi (≥38,5 C), tidak
2. Bintik-bintik boleh golongan salisilat

perdarahan di kulit. dan ibuprofen.

3. Uji turniket (-) 2. Nasihati untuk lebih


banyak minum:
Oralit/cairan lain.
3. Nasihati kapan kembali
segera).
4. Kunjungan ulang 1 hari.

1. Tidak ada satupun Demam mungkin 1. Obati penyebab lain dari


gejala di atas bukan DBD demam.
12

2. Beri dosis pertama


paracetamol, jika demam
tinggi (≥38,5 C), tidak
boleh golongan salisilat dan
ibuprofen.
3. Nasihati kapan kembali
segera.
4. Kunjungan ulang 2 hari jika
tetap demam.

4) Apakah anak mempunyai masalah telinga?


Gejala Klasifikasi Tindakan/pengobatan

Pembengkakan yang nyeri di Mastoiditis 1. Beri dosis pertama


belakang telinga antibiotic yang sesuai.
2. Beri dosis pertama
paracetamol untuk
mengatasi nyeri.
3. RUJUK SEGERA

1. Nyeri telinga Infeksi Telinga 1. Beri antibiotic yang sesuai


Akut selama 7 hari.
2. Rasa penuh di telinga

3. Tampak cairan/nanah 2. Beri parasetamol untuk

keluar dari telinga selama mengatasi nyeri.

kurang dari 14 hari. 3. Keringkan telinga dengan


bahan penyerap.
4. Bila terdapat cairan keluar
dari telinga, beri obat tetes
pencuci H2O2 3% dan obat
tetes antibiotic yang sesuai.
5. Kunjungan ulang 5 hari.

1. Tampak cairan/nanah Infeksi telingan 1. Keringkan telinga dengan


keluar dari telinga dan kronis bahan penyerap setelah
dicuci dengan NaCl 0,9%
atau H202 3%
13

telah terjadi selama 14 2. Beri tetes telinga antibiotic


hari atau lebih yang sesuai.
3. Kunjungan ulang 5 hari.

Tidak ada nyeri telinga dan Tidak ada infeksi 1. Tangani masalah telinga
tidak ada nanah keluar dari telinga yang ditemukan.
telinga

5) Memeriksa status gizi


Gejala Klasifikasi Tindakan/pengobatan

1. Terlihat sangat kurus Gizi buruk 1. Beri dosis pertama


dengan antibiotik yang sesuai.
2. Edema pada keduua
komplikasi
punggung kaki 2. Beri vit A dosis pertama

3. BB/PB (TB) < -3 SD 3. Cegah gula darah tidak

4. Atau LiLA <11,5 cm turun.


4. Hangatkan badan
Dan terdapat salah satu dari:
5. RUJUK SEGERA
1. Tanda bahaya umum.

2. Klasifikasi berat

3. Masalah pemberian
ASI pada umur < 6
bulan

1. Terlihat sangat kurus Gizi buruk tanpa 1. Beri antibiotic yang sesuai
komplikasi selama 5 hari.
2. BB/PB (TB) < -3 SD

3. LiLA <11,5 cm 2. Beri Vit. A dosis pertama

3. Cegah gula darah tidak


turun.
4. Hangatkan badan

5. RUJUK untuk penanganan


gizi buruk termasuk
kemungkinan adanya
penyakit penyerta.
6. Nasihati kapan kembali
segera.
14

7. Kunjungan ulang 7 hari.

1. BB/PB (TB) -3 SD Gizi Kurang 1. Lakukan penilaian


sampai -2 SD atau pemberian makan pada
2. LiLA 11,5 cm -12,5 anak dan nasihati sesuai

cm Anjuran makan untuk anak


sehat maupun sakit. Bila
ada masalah pemberian
makan, kunjungan 7 ulang 7
hari.
2. RUJUK penilaian
kemungkinan adanya
penyakit penyerta (Infeksi
TB dll).
3. Kunjungan ulang 30 hari.

BB/PB (TB) ≥ -2 SD Gizi baik 1. Jika anak berumur kurang


LiLA ≥ 12,5 cm dari 2 tahun, lakukan
penilaian pemberian makan
dan nasihat sesuai anjuran
makan sehat.
2. Anjurkan untuk menimbang
BB anak setiap bulan.

6) Memeriksa anemia
Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan

1. Telapak tangan sangat Anemia Berat 1. Bila masih menyusu,


pucat teruskan pemberian ASI
2. RUJUK SEGERA

1. Telapak tangan agak Anemia 1. Lakukan penilaian memberi


pucat makan pada anak. Bila ada
masalah, beri konseling
makan dan kunjungan ulang
7 hari
2. Beri zat besi
15

3. Lakukan pemeriksaan tinja


untuk deteksi cacingan.
4. Jika daerah endemis tinggi
malaria, periksa dan obati
malaria terlebih dahulu jika
positif.
5. Nasihati kapan kembali
segera.
6. Kunjungan ulang 14 hari.

Tidak ditemukan tanda Tidak anemia Jika anak < 2 tahun, nilai
kepucatan pada telapak pemberian makanan pada anak,
tangan. jika ada masalah pemberian
makan, kunjungan ulang 7 hari.

7) Memeriksa status HIV


Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan

Tes HIV anak positif Infeksi HIV Rujuk ke puskesmas/RS


terkonfirmasi rujukan ARV untuk
mendapatkan terapi ARV
dan kotrimoksasol
profilaksis.

Ibu HIV positif atau riwayat Diduga terinfeksi Rujuk ke puskesmas/RS


kematian orang tua atau HIV rujukan ARV untuk
saudara kandung yang mendapatkan terapi ARV dan
didiagnosis HIV atau dengan kotrimoksasol profilaksis.
gejala klinis AIDS
1. Ibu HIV Positif atau Terpajan HIV Rujuk ke puskesmas/ RS
rujukan ARV untuk
2. Anak dari ibu dengan
mendapatkan pemeriksaan lebih
HIV, masih mendapat
lanjut dan ARV profilaksis serta
ASI
kotrimoksasol profilaksis.
3. Anak dari ibu dengan
HIV, status HIV, anak
tidak diketahui
16

Tes HIV pada ibu atau anak Mungkin bukan Tangani infeksi yang ada
negatif Infeksi HIV

8) Memeriksa status imunisasi


Umur Jenis Vaksin

0-24 Jam HB 0

Jadwal Imunisasi 1 bulan BCG, Polio 1


Imunisasi dasar
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, polio 3

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV

9 bulan Campak

Imunisasi 18 bulan DPT-HB-Hib


Lanjutan
18 bulan Campak

9) Pemberian Vitamin A
Jadwal suplementasi : Setiap februari dan Agustus
Umur 6 bulan sampai 11 bulan : 100.000 IU (Kapsul biru)
Umur 12 bulan sampai 59 bulan : 200.000 IU (Kapsul merah)
Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis
sesuai umur.

10) Menilai masalah/keluhan lain


Pastikan bahwa setiap anak dengan tanda bahaya umum apapun
harus dirujuk setelah mendapatkan dosis pertama antibiotic dan
tindakan pra rujukan lainnya.
2. Panduan pengobatan untuk ibu terhadap penyakit yang bisa diatasi di
rumah
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah;
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah;
17

c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak


sakit di rumah, misal aturan penanganan diare di rumah;
d. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian
makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat;
e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan, dan
lain-lain.

3. Konseling ibu
a. Makanan
1) Menilai cara pemberian makan
2) Anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit.
3) Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan
b. Minuman
1) Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama
anak sakit
4. Pelayanan tindak lanjut

E. Strategi MTBS
1. Strategi Promosi MTBS
a. Kombinasi perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit ( kuratif)
dalam aspek gizi, imunisasi dan konseling (promotive) dan (
preventive)
b. Penyakit anak yang dipilih merupakan penyakit utama, kematian, dan
kesakitan bayi anak balita
c. Untuk meningkatkan penemuan penderita tuberculosis, ISPA, malaria,
DBD secara dini pada anak balita
d. Diperlukan puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten (DKK) setiap
daerah menerapkan suatu metode yang bersifat aktif selektif
e. Membantu mencegah penularan berbagai penyakit pada anak dan
menolong penyembuhan anak balita sakit kota maupun pedesaan
f. Mampu menghemat pemebelian obat, menurunkan tingkat kesalahan
pemeriksaan dan dapat merupakan penggabungan sumberdaya
pelayanan kesehatan anak balita sakit di puskesmas
18

2. Strategi Menuju MTBS


a. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita,
mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami
gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi posyandu.
b. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan
tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi posyandu yang dikelola
oleh masyarakat melalui revitalisasi puskesmas.
c. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada
kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi),
seperti kapsul vitamin A, MP-ASI dan makanan tambahan.
d. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan
sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup
bersih dan sehat.
e. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia
usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya dalam rangka
meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat
dan bergizi seimbang
f. Meningkatkan Perilaku Sadar Gizi dengan :
1) Memantau berat badan
2) Memberi ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan
3) Makan beraneka ragam
4) Menggunakan garam beryodium
5) Memberikan suplementasi gizi sesuai anjuran
g. Intervensi Gizi dan Kesehatan dalam MTBS
1) Memberikan perawatan/pengobatan di Rumah Sakit dan
Puskesmas pada anak balita gizi buruk disertai penyakit
penyerta.
2) Pendampingan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa
MP-ASI bagi anak 6-23 bulan dan PMT pemulihan pada anak
24-59 bulan kepada balita gizi kurang baik yang memiliki penyakit
penyerta ataupun tidak ada penyakit penyerta.
19

h. Advokasi dan pendampingan MTBS


1) Menyiapkan materi/strategi advokasi MTBS.
2) Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara berkala tentang
pelaksanaan dan anggaran MTBS.
3) Melakukan pendampingan di semua Puskesmas di setiap
kabupaten.
F. Peran Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan MTBS Kemenkes RI (2014)
1. Mampu menilai tanda-tanda dan gejala penyakit, status imunisasi,
status gizi dan pemberian vitamin A
2. Mampu membuat klasifikasi
3. Mampu menentukan tindak lanjut sesuai dengan klasifikasi anak dan
memutuskan apakah seorang anak perlu dirujuk
4. Mampu Memberi pengobatan pra rujukan yang penting, seperti dosis
pertama pemberian antibiotik, vitamin A, dan perawatan anak untuk
mencegah turunnya gula darah dengan pemberian air gula, resomal,
cara menghangatkan anak untuk mencegah hipotermia serta merujuk
anak
5. Mampu Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan
preventif) seperti pemberian oralit, vitamin A, tablet Zinc
6. Mampu Memberi konseling kepada ibu mengenai pemberian makan
pada anak termasuk pemberian ASI dan kapan harus kembali ke
fasilitas kesehatan.
7. Melakukan penilaian ulang dan pemberian perawatan yang tepat pada
saat anak datang kembali untuk pelayanan tindak lanjut.
G. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan MTBS
Menurut Husni (2012) factor yang mempengaruhi ialah:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah
terjadinya perubahan perilaku seseorang dalam hal ini orang yang
dimaksud bisa juga dilihat dari segi tenaga kesehatan, Faktor ini
terwujud dalam umur, pengetahuan, sikap, keyakinan, dan sebagainya.
Dalam hal ini yang dibahas pada faktor Predisposisi dalam pelaksanaan
20

Manajemen Terpadu Balita Sakit di puskesmas adalah Pengetahuan Dan


Pelatihan.
2. Faktro pemungkin (Enabling factors)
Faktor pemungkin yang dimaksud adalah faktor yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak. Faktor pemungkin dapat
terwujud dari adanya sarana dan prasarana atau fasilitas yang
mendukung pelaksanaan suatu program kesehatan. Misalnya seorang
tenaga kesehatan dalam melaksanakan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) sangat dipengaruhi dengan Kelengkapan Sarana Dan Prasarana
Penunjang, seperti kelengkapan obat-obatan di puskesmas dan
ketersediaan serta kondisi alat yang digunakan untuk melaksanakan
pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
Ialah faktor yang dapat memperkuat atau mendorong terjadinya
perilaku sehat. Terkadang meski seseorang telah memiliki pengetahuan
dan sikap positif serta sarana dan prasarana yang mendukung.
H. Sarana dan Prasarana Pelayanan MTBS
Sarana Prasarana yang dapat digunakan untuk pelaksanaan suatu program
dan dapat menunjang kelancaran suatu program. Fasilitas harus ada dan harus
dalam kondisi yang baik( ukurannya pasti) atau tidak rusak, fasilitas harus
ada pada setiap puskesmas untuk membantu para petugas kesehatan untuk
melaksanakan kegiatannya hal yang dibutuhkan untuk menunjang
pelaksanaan MTBS di puskesmas meliputi Formulir MTBS, Kartu Nasehat
Ibu (KNI) dan obatobatan yang yang secara umum telah termasuk dalam
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Laporan Pemakian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) yang di gunakan di Puskesmas.Obat-obat yang
digunakan dalam penanganan Balita sakit adalah obat yang lazim sudah ada,
kecuali obat yang belum tersedia di puskesmas, obat-obat yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
No Nama obat No Nama obat

1 Kotrimoksasol tablet dewasa 19 Suntikan Penisilin Prokain


21

2 Kotrimoksasol tablet Anak 20 Suntikan Artemeter

3 Sirup Kotrimoksasol 21 Suntikan Kinin HCl

4 Sirup amoksilin 22 Suntikan Fenobarbital

5 Tablet amoksilin 23 Suntikan Diazepam

6 Kapsul tetrasiklin 24 Tetrasiklik atau Klorammfenikol Salep mata

7 Tablet asam Nalidiksat 25 Gentian Violet 1%

8 Tablet Metrodinazol 26 Tablet Niasin

9 Tablet Primakuin 27 Gliserin

10 Tablet Kina 28 Vitamin A 200.000 IU

11 Tablet Artesunate 29 Vitamin A 100.000 IU

12 Tablet Amodiakuin 30 Tablet Zinc

13 Tablet Paracetamol 31 Aqua Bides untuk pelarut

14 Tablet Albendazol 32 Oralit 200 cc

15 Tablet Pirantel Pamoat 33 Cairan infus NaCl 0,9%

16 Tablet besi 34 Cairan infus RL

17 Sirup besi 35 Cairan infus Dextrose 5%

18 Suntikan ampisilin 36 Alkohol 70%


22
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
MTBS adalah manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik
mengenai beberapa tanda dan gejala bahaya pada bayi, klasifikasi penyakit
seperti diare, pneumonia, malaria, campak, HIV, anemia, DBD, dan lain
sebagainya. MTBS juga memberikan pedoman tindakan/pengobatan yang
harus dilakukan ketika bayi atau anak 2 bulan – 5 tahun mengalami
penyakit, MTBS juga memberikan edukasi kepada ibu untuk merawat
bayinya dirumah, memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan
penyakit, memberikan obat di rumah, dan memberikan konseling kepada
ibu terkait keluhan yang yang terjadi pada bayi atau anak.
MTBS yang dibahas di dalam laporan ini mempunyai tujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita dan menekan morbiditas
karena penyakit tertentu dengan melakukan tatalaksana sesuai dengan
bagan yang telah ditentukan. Selain itu MTBS memberikan cara
pemeriksaan dan klasifikasi status gizi anak dan memaparkan pemberian
vitamin A pada anak. MTBS ini diarahkan pada pasien anak sakit dengan
umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Panduan/pedoman MTBS ini sesuai dengan Kemenkes kesehatan
yang telah memberikan pedoman tatalaksana bayi atau anak yang sakit.
MTBS ini sangat bermanfaat untuk para tim medis, baik perawat, bidan,
dan lainnya untuk melakukan tatalaksana ini jika dokter tidak ada dalam
lapangan. Pemberian tindakan harus sesuai dengan pedoman yang sudah
diberikan. Sebagai perawat tentunya harus mampu menilai tanda bahaya,
menilai gejala-gejala pasien dan klasifikasi penyakitnya, pemberian obat,
dan lain sebagainya.

21
22

B. Saran
1. Tenaga kesehatan, terkhusus perawat dapat mengikuti pelatihan
MTBS yang diadakan kementerian kesehatan sebagai dasar untuk
melakukan MTBS di desa-desa atau dimanapun dia ditugaskan.
2. Dalam mengklasifikasikan penyakit, harus benar-benar dinilai
gejala yang sesuai dengan jenis penyakit sehingga tidak keliru
dalam memberikan tindakan/pengobatan.
3. Mengikuti pedoman tindakan yang sesuai dengan klasifikasi
penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Moelyo, A. G., Widardo, & Herlambang, G. (2013). Keterampilan Manajemen


Terpadu Balita Sakit (MTBS). Google Scholar, 1-13.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Buku Bagan Manajemen


Terpadu Bayi Sakit (MTBS). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Retrived:
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/BUKU%20BAGAN%20MTBS%202
019.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Penyelenggaraan


Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Retrived:
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/MTBS-M%202014.pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1420015024-3-skripsi%20dwi%20Bab%2
0II.pdf

Anda mungkin juga menyukai