Disusun oleh:
Agnes Erna Thalia (30190120060)
Erica Smith (3012019010043)
Kettrin Siolany (3012019010071)
Nova Kriswahyuni (3012019010082)
Rahel Santi Kanu (3012019010047)
Yosef Syukurman (3012019010085)
DAFTAR ISIi
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang1
B. Tujuan 2
A. Pengertian MTBS3
B. Tujuan MTBS 3
C. Sasaran MTBS3
D. Materi MTBS 3
E. Strategi MTBS16
BAB IV PENUTUP21
A. Simpulan21
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bejudul
“KEPERAWATAN ANAK : MENEJEMEN TERPADU BALITA SAKIT”
dengan baik dan tepat pada waktunya dalam penyusunan ini mungkin ada sedikit
hambatan namun alhamdulillah bisa terlewati.
Dengan adanya maklah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahyan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen Tina Shinta Parulian., M.Kep., Ns.,
Sp.Kep.An.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak. Makalah ini
mungkin kurang sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran.
Terimakasih
Kelompok 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu negara bila dilihat secara
internasional diukur dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) . IPM
Indonesia berada di posisi 108 dari 187 negara. Hal tersebut menunjukkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tertinggal dari negara lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi IPM sebagai acuan dalam pengukuran
keberhasilan pembangunan adalah tingkat ekonomi, pendidikan dan
kesehatan. Pada bidang kesehatan, salah satu unsur yang patut untuk
dipertimbangkan adalah angka kematian bayi (Dirjen Kesmas, 2018).
Pada tahun 2017 sebanyak 5,4 juta kematian anak di dunia terjadi
pada usia dibawah 5 tahun. Persentase kejadian tersebut meningkat dari
tahuntahun sebelumnya, tahun 1990 sebesar 40%, tahun 2000 41%, dan tahun
2017 47%. Melalui data tersebut didapatkan bahwa 2,5 juta kematian terjadi
pada masa neonatus, 1,6 juta pada usia 1-11 bulan, dan 1,3 juta pada usia 1-4
tahun. Kesimpulannya adalah 75,9% dari angka kematian anak terjadi pada
masa bayi yaitu 0 sampai 11 bulan (UN IGME, 2018).
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas
serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Kehidupan anak usia
dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat penting. Usia tersebut
merupakan landasan yang membentuk masa depan, kesehatan, kebahagiaan,
pertumbuhan, perkembangan dan hasil pembelajaran anak di sekolah,
keluarga serta masyarakat. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan
sejak janin dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun
(Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun
2030, telah ditetapkan target bagi 118 negara didunia untuk menurunkan
angka kematian anak di masing-masing negaranya, jika target tersebut
terpenuhi maka 10 juta jiwa anak di tahun 2030 akan terselamatkan.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui menejemen terpadu balita sakit pada perawat,
tim Kesehatan lain, dan orang tua.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi, tujuan, dan sasaran MTBS
b. Menjelaskan bagan penilaian, klasifikasi dan tindakan/pengobatan
yang dilakukan.
c. Menjelaskan strategi promosi dan strategi menuju MTBS
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
MTBS atau Manajemen Terpadu Bayi Sakit adalah suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang
datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit,
status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Moelyo, Widardo, & Herlambang, 2013).
MTBS adalah Merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif
yang meliputi imunisasi dan pemberian vitamin A dan konseling pemberian
makan (Kemenkes, 2014)
B. Tujuan
Adapun tujuan dari MTBS ini adalah:
1. Tujuan utama
Tatalaksana ini untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Kemenkes RI, 2014)
2. Tujuan lainnya (Moelyo, Widardo, & Herlambang, 2013)
a. Memperbaiki status gizi,
b. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
C. Sasaran
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua
kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok
usia 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk kelompok 1 hari – 2 bulan merupakan
kelompok MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
D. Materi MTBS
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. MTBS terdiri dari langkah
penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling,
3
4
perawatan di rumah dan kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri
dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk
penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan
diagnosis penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai
suatu tindakan sesuai dengan klasifikasi tersebut. Tiap klasifikasi mempunyai
warna dasar, yaitu merah (penanganan segera atau perlu dirujuk), kuning
(pengobatan spesifik di pelayanan kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah)
sesuai dengan urutan keparahan penyakit. Tiap klasifikasi menentukan
karakteristik pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk
cara komunikasi yang baik dan efektif dengan ibu untuk memberikan obat
dan dosis pemberian obat, baik yang harus diberikan di klinik maupun obat
yang harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan nasihat perawatan
termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan nasihat kapan harus
kembali segera maupun kembali untuk tindak lanjut (Kemenkes, 2019).
5
1. Letargis atau tidak Diare dehidrasi 1. Jika tidak ada klasifikasi berat
sadar. berat lain: Beri cairan untuk
2. Mata cekung dehidrasi berat dan tablet Zink
sesuai rencana terapi C.
3. Tidak bisa minum
atau malas minum.
2. Jika anak juga mempunyai
klasifikasi berat lain: RUJUK
4. Cubitan kulit perut
SEGERA dan jika masih bisa
kembali sangat
minum, berikan ASI dan
lambat
larutan oralit selama
perjalanan.
3. Jika anak >2 tahun da nada
wabar kolera di daerah
tersebut, beri antibiotic untuk
kolera.
Terdapat dua atau lebih Diare dehidrasi 1. Beri cairan, tablet zinc dan
tanda-tanda berikut: ringan/sedang makanan sesuai rencana terapi
1. Rawel B.
2. Mata cekung 2. Jika terdapat klasifikasi berat
Tidak cukup tanda-tanda Diare tanpa 1. Beri cairan, tablet zinc dan
untuk diklasifikasikan dehidrasi makanan sesuai rencana terapi
sebagai diare dehidrasi berat A.
atau ringan/sedang.
2. Nasihati kapan kembali
segera.
3. Kunjungan ulang 3 hari jika
tidak ada perbaikan
8
Tidak ada tanda bahaya Demam bukan 1. Beri satu dosis parasetamol
umum dan tidak ada kaku malaria untuk demam ≥ 38,5 C
kuduk.
2. Obati penyebab lain dari
demam.
3. Nasihati kapan kembali
segera.
4. Kunjungan ulang 2 hari jika
tetap demam.
5. Jika demam berlanjut lebih
dari 7 hari, RUJUK
Tidak ada nyeri telinga dan Tidak ada infeksi 1. Tangani masalah telinga
tidak ada nanah keluar dari telinga yang ditemukan.
telinga
2. Klasifikasi berat
3. Masalah pemberian
ASI pada umur < 6
bulan
1. Terlihat sangat kurus Gizi buruk tanpa 1. Beri antibiotic yang sesuai
komplikasi selama 5 hari.
2. BB/PB (TB) < -3 SD
6) Memeriksa anemia
Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan
Tidak ditemukan tanda Tidak anemia Jika anak < 2 tahun, nilai
kepucatan pada telapak pemberian makanan pada anak,
tangan. jika ada masalah pemberian
makan, kunjungan ulang 7 hari.
Tes HIV pada ibu atau anak Mungkin bukan Tangani infeksi yang ada
negatif Infeksi HIV
0-24 Jam HB 0
9 bulan Campak
9) Pemberian Vitamin A
Jadwal suplementasi : Setiap februari dan Agustus
Umur 6 bulan sampai 11 bulan : 100.000 IU (Kapsul biru)
Umur 12 bulan sampai 59 bulan : 200.000 IU (Kapsul merah)
Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis
sesuai umur.
3. Konseling ibu
a. Makanan
1) Menilai cara pemberian makan
2) Anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit.
3) Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan
b. Minuman
1) Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama
anak sakit
4. Pelayanan tindak lanjut
E. Strategi MTBS
1. Strategi Promosi MTBS
a. Kombinasi perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit ( kuratif)
dalam aspek gizi, imunisasi dan konseling (promotive) dan (
preventive)
b. Penyakit anak yang dipilih merupakan penyakit utama, kematian, dan
kesakitan bayi anak balita
c. Untuk meningkatkan penemuan penderita tuberculosis, ISPA, malaria,
DBD secara dini pada anak balita
d. Diperlukan puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten (DKK) setiap
daerah menerapkan suatu metode yang bersifat aktif selektif
e. Membantu mencegah penularan berbagai penyakit pada anak dan
menolong penyembuhan anak balita sakit kota maupun pedesaan
f. Mampu menghemat pemebelian obat, menurunkan tingkat kesalahan
pemeriksaan dan dapat merupakan penggabungan sumberdaya
pelayanan kesehatan anak balita sakit di puskesmas
18
21
22
B. Saran
1. Tenaga kesehatan, terkhusus perawat dapat mengikuti pelatihan
MTBS yang diadakan kementerian kesehatan sebagai dasar untuk
melakukan MTBS di desa-desa atau dimanapun dia ditugaskan.
2. Dalam mengklasifikasikan penyakit, harus benar-benar dinilai
gejala yang sesuai dengan jenis penyakit sehingga tidak keliru
dalam memberikan tindakan/pengobatan.
3. Mengikuti pedoman tindakan yang sesuai dengan klasifikasi
penyakit
DAFTAR PUSTAKA
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1420015024-3-skripsi%20dwi%20Bab%2
0II.pdf