DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12
MELSA SHAFIRA
MIFTAHUL JANNAH
SITI MIFTAHUL FAUZIAH
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Sistem Pengendalian Internal Pemerintahan Dan
Pembangunan Zona Integritas”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Dalam makalah ini mengulas tentang
kelebihan, kekurangan komputerisasi dalam ilmu kesehatan dan keperawatan.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern
3
2.2 Unsur-Unsur Pengendalian Intern
6
2.3 Tujuan Pengendalian Intern
11
2.4 Sejarah Pengendalian Intern
12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
(WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan
korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Zona Integritas
merupakan program yang dibentuk baik untuk tingkat lokal maupun
nasional.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian
Intern.
2. Untuk memahami unsur-unsur Pengendalian Intern.
3. Untuk memahami tujuan Pengendalian Intern.
4. Untuk memahami Sejarah Pengendalian Intern.
5. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Pengendalian Zona
Integrasi.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan sasaran yang
tertentu.” Secara singkat dapat dinyatakan bahwa sistem adalah kumpulan
dari komponen-komponen atau prosedur-prosedur yang saling berhubungan
satu sama lain dalam menjalankan suatu proses atau kegiatan untuk
mencapai tuuan tertentu.
Setiap tujuan memiliki risiko. Risiko dapat diartikan sebagai
kemungkinan yang berpengaruh terhadap tujuan. Agar tujuan dapat dicapai
dengan meminimalisir risiko, diperlukan adanya pengendalian intern.
Menurut Hery (2013), “Pengendalian intern adalah seperangkat kebijakan
dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala
bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi
perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan
(peraturan) hukum/undang-undangserta kebijakan menejemen telah dipatuhi
atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan
organisasi/perusahaan.” ValeryG. Kumaat (2011) menyatakan bahwa,
“Pengendalian intern adalah suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi dan
mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk
mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber
daya organisasi baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud
“(misalnya, reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).”
The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(COSO), sebuah komisi nasional amerika untuk mencegah penyelewengan
laporan keuangan, menyatakan bahwa: “Pengendalian intern adalah suatu
proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, menejemen, dan karyawan
yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan
organisasi akan dapat dicapai melalui efisiensi dan efektifitas operasi,
penyajian laporan, keuangan yang dapat dipercaya, ketaatan terhadap
undang-undang dan aturan yang berlaku.” Dapat disimpulkan bahwa
pengendalian intern adalah suatu cara yang berisi seperangkat kebijakan dan
peraturan untuk mengarahkan, mengawasi dan melindungi sumber daya
organisasi atau perusahaan agar terhindar dari segala bentuk tindakan
4
penyalahgunaan dan penyelewengan. Pengendalian intern dilakukan untuk
memantau apakah kegiatan operasional telah berjalan sesuai dengan
kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oganisasi atau perusahaan.
Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2011) mendefinisikan
pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, menejemen dan personil lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini:
5
Pengendalian intern dalam proses penerimaan pegawai diilustrasikan
sebagai berikut. Proses penerimaan pegawai baru bertujuan untuk
mendapatkan pegawai yang memiliki kompetensi, profesionalisme, dan
sikap perilaku yang dibutuhkan oleh organisasi. Untuk itu, dalam proses
penerimaan pegawai dilakukan dengan penetapan persyaratan peserta, ujian
tertulis, wawancara, tes kesehatan fisik dan mental. Hal ini merupakan
pengendalian intern dalam proses penerimaan pegawai untuk mencapai
tujuan organisasi dalam hal penerimaan pegawai baru, yaitu memperoleh
pegawai yang berintegritas, kompeten, dan profesional.
6
a. Bidang baru bisnis yang memerlukan prosedur akuntansi yang
belum pernah diterapkan sebelumnya
b. Perubahan standar akuntansi
c. Hukum dan peraturan baru
d. Perubahan yang terkait revisi sistem dan teknologi baru
e. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi tugas
3. Pengendalian Aktivitas
Kebijakan dan prosedur yang dimiliki oleh manajemen untuk
memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa manajemen telah
melakukan sebagai mana seharusnya. Pengendalian aktivitas meliputi
lima komponen sebagai berikut:
7
Sedangkan dalam PP No. 60 tahun 2008 terdapat lima unsur dari
pengendalian internal pemerintahan yaitu:
1. Pengendalian Lingkungan
2. Penilaian Resiko
3. Kegiatan Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pemantauan Pengendalian Internal
Penjelasan dari lima poin unsur pengendalian internal pemerintahan
diatas adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Lingkungan
Pimpinan instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan
kerjanya melalui:
8
g. Perwujudan peran aparat dalam pengawasan intern pemerintah
yang efektif
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait
Mencakup diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar
Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian Resiko
a. Identifikasi Resiko
b. Analisis Resiko
3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan
pengendalian mencakup:
9
seperti pemisahan setiap fungsi untuk melaksanakan semua tahap
dari suatu transaksi.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan
dan biaya. Dalam setiap organisasi harus dibuat sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otoritasi atas terlaksananya
setiap transaksi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin
data yang direkam tercatat kedalam catatan akuntansi dengan
tingkat ketelitian dan keandalan (reliability) yang tinggi. Dengan
demikian, sistem otoritasi akan menjamin masukan yang dapat
dipercaya bagi proses akuntansi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem
wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak
akan terlaksana dengan baik jika ditetapkan cara-cara untuk
menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara
yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dlam menciptakan
praktik yang sehat adalah:
a. Penggunan formulir bernomor urut tercetak pemakaiannya
harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu kepada pihak yanga akan diperiksa, dengan
jadwal yang tidak teratur.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakna dari awal sampai
akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada
campur tangan dari yang lain, agar tercipta internal chek yang
baikdalam pelaksanaan tugasnya.
d. Perputaran jabatan (job rotating). Perputaran jabatan yang
diadakan secra rutin akan dapat menjaga independensi pejabat,
memperluas wawasan pengetahuan yang mendalam, sehingga
persekongkolan diantara karyawan dapat dihindari.
10
e. Secara periodik diadakan pencocokan antara fisik kekayaan
dengan catatannya. Untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya,
secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi
antara kekayaan fisik dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan kekayaan tersebut.
f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektivitas unusur-unsur sistem pengendalian intern yang
lainnya.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut
oleh pekerjaannya.
b. Pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan,
sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
11
kemungkinan tersebut, maka perlu dirancang berbagai metode dan cara
cara tertentu untuk mencegah terjadinya hal-hal di atas.
3. Menguji ketelitian dan kebenaran data akuntansi perusahaan. Catatan
akuntansi harus terus-menerus diuji coba (internal check), agar
kebenaran data akuntansi dapat di pertahankan. Untuk melaksanakan uji
coba tersebut, maka perlu dipisahkan berbagai fungsi yang ada dalam
struktur organisasi perusahaan terutama yang menyangkut transaksi
keuangan.
4. Meningkatkan efisiensi operasi perusahaan. Dengan menggunakan
metode dan prosedur untuk mengendalikan pemeliharaan, yaitu dengan
menyusun pengendalian, pemeriksaan intern akan menjadi alat yang
efisien untuk mengendalikan pemeliharaan dengan tujuan akhir
menciptakan efektifitas.
5. Ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pimpinan
perusahaan. Kebijaksanaan pimpinan yang telah ditetapkan dengan
surat keputusan, juga memerlukan berbagai aktivitas pengeluaran dan
penerimaan dari pendapatan.
12
3.600 SM. Kenneth Most menunjukkan bahwa orang sumeria mencatat
transaksi komersial diatas batu yang ditandai dengan tahun 3600 SM dan
diatas tanah liat pada masa 400 tahun kemudian. Sudah menjadi kebiasaan
bahwa ringkasan transaksi disiapkan oleh mereka yang tidak membuat
catatan aslinya. Selanjutnya, dokumen pada periode tersebut menunjukkan
simbol beruoa tanda, titik, centang, dan lingkaran disamping angka, yanng
menunjukkan bahwa pengecekan telah dilakukan .
Williard Stone (1969) mencatat bahwa zaman pemerintahan Mesir
kuno, diapartemen keuangan pusat kerajaan Firaun, pada “perbendaharaan
rumah perak”, pengendalian intern dan audit telah digunakan. Para juru tulis
menyiapkan catatan penerimaan dan pengeluaran komoditas berupa perak,
jagung,dan komoditas lainnya. Seorang mencatat pada kertas mengenai
jumlah barang yang dibawa kegudang dan yang lainnya memeriksa
pengosongan kontainer untuk disimpan kedalam gudang penyimpanan.
Audit dilakukan oleh juru tulis ketiga yang membandingkan dua catatan
tersebut. Perintah resmi diperlukan untuk permintaan pengeluaran barang
dan juru tulis yang bertanggung jawab atas pengelolaan gudang mencatat
pengeluaraan barang dan menyimpan surat pesanan. Catatan penerimaan,
pengeluaran, dan inventarisasi saldo barang secara periodik diaudit oleh juru
tulis lain atau atasannya.
Williard Stone (1969) memberi catatn tentang pengendalian internal
pada masa peradaban dipersia mulai tahun 549 sampai 330 SM. Dia
melaporkan bahwa Raja Darius(52-486 SM) menggunakan juru tulis
pemerintah, yang dipanggil sebagai “mata dan telianga raja” untuk
melakukan fungsi penting dalam pengendalian kerajaannya yang luas.
Untuk kenyamanan administrasi, kekaisaran pun membagi fungsi
pemerintahan menjadi bagian-bagian, yaitu masing-masing “bagian”
sebagai administrator sipil dan sebagai pemungut cukai. Pemerintahan
provinsi terbagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok pasukan yang
berada dibawah komando seorang jenderal dan sekretaris kerajaan yang
menjalankan tugas sebagai auditor intern. Sekretaris kerajaan melapor
kepada raja tentang aktivitas “bagian” dan jenderal tersebut. Sekretaris
13
kerajaan bertanggung jawab atas pajak yang dikumpulkan dan dikirimkan
kepada raja.
14
Pencanagan pembangunan zona integritas adalah deklarasi
dari pimpinan suatu instansi pemerintah bahwa instansinya
telah siap membangun zona integritas.
Pimpinan dan seluruh/sebagian besar pegawai harus
menandatangani dokumen pakta integritas, sebagai tanda
pencanangan pembangunan zona integritas
Pencanangan pembangunan zona integritas beberapa
instansi pusat yang berada dibawah koordinasi
kementerian dapat dilakukan bersama-bersama, sedangkan
didaerah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota bersama-
bersama dalam satu provinsi
2) Proses pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM
Pimpinan instansi pemerintah menetapkan unit kerja yang
diusulkan menjadi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), dengan
terlebih dahulu membentuk tim penilai internal,
menganalisis beberapa alternatif unit kerja, yang
memenuhi kriteria:
Dianggap sebagai unit yang penting/strategis dalam
melakukan pelayanan publik.
Mengelola sumber daya yang cukup besar.
Memiliki tingkat keberhasilan reformasi birokrasi yang
cukup tinggi diunit tersebut.
Menetapkan komponen pengungkit dan komponen hasil,
yang dibangun pada unit kerja yang telah ditetapkan
WBK/WBBM. Komponen/indikator pengungkit adalah
komponen yang menjadi faktor penentu pencapaian
sasaran pembangunan zona integritas.
Komponen/indikator hasil adalah keadaan yang
diharapkan setelah seluruh komponen pengungkit
dilakukan. Setiap elemen dari komponen pengungkit dan
15
komponen hasil memiliki bobot (%) dalam
pengukurannya.
16
a. Pencanangan pembangunan Zona Integritas adalah
deklarasi/pernyataan dari pimpinan suatu instansi pemerintah
bahwa instansinya telah siap membangun Zona Integritas.
b. Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi
pemerintah yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar
pegawainya telah menandatangani dokumen Pakta Integritas dapat
dilakukan secara massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai
CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka mutasi kepegawaian
horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang belum
seluruh pegawainya menandatangani dokumen Pakta Integritas,
dapat melanjutkan/melengkapi setelah pembangunan Zona
Integritas;
c. Pencanangan pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat
yang berada di bawah koordinasi Kementrian dapat dilakukan
bersama-sama. Sedangkan pencanangan pembangunan Zona
Integritas di instansi daerah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota
bersama-sama dalam satu provinsi;
d. Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilaksanakan secara
terbuka dan dipublikasikan secara luas dengan maksud agar semua
pihak termasuk masyarakat dapat memantau, mengawal,
mengawasi dan berperan serta dalam program kegiatan reformasi
birokrasi khususnya di bidang pencegahan korupsi dan peningkatan
kualitas pelayanan publik;
e. Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona
Integritas untuk instansi pusat dilaksanakan oleh pimpinan instansi
pemerintah;
f. Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona
Integritas untuk instansi daerah dilaksanakan oleh pimpinan
instansi pemerintah daerah; dan
g. KPK, ORI, unsur masyarakat lainnya (perguruan tinggi, tokoh
masyarakat/LSM, dunia usaha) dapat juga menjadi saksi pada saat
17
pencanangan Zona Integritas untuk instansi pusat dan instansi
daerah.
18
nilai Akuntabilitas Kinenja Instansi Pemerintah (AKIP)
minimal “CC”.
Pada level unit kerja yang diusulkan, stingkat eselon I-III,
berperan dalam penyelenggaraan fungsi pelayanan strategis,
telah melaksankan program reformasi birokrasi secara baik,
dan mengelola sumber daya yang cukup besar.
Pengajuan unit kerja sebagai WBK, tim penilai internal menilai
unit kerja yang diusulkan, dan jika memenuhi kriteria WBK,
maka dapat mengusulkan pada kemen PANRB untuk
dilakukan reviu. Jika hasilnya memenuhi syarat, maka kemen
PANRB akan menyetujui pencanangan unit kerja menuju
WBK. Jika tidak memenuhi, maka unit kerja agar dibina
kembali.
Pengajuan unit kerja sebagai WBBM, tim penilai internal
menilai unit kerja, jika memenuhi kriteria WBBBM, maka
dapat mengusulkan pada kemen PANRB. Lalu kemen PANRB,
KPK, Ombudsman RI (ORI), sebagai tim penilai nasional,
akan melakukan reviu, jika memenuhi syarat, maka akan
menyetujui pencanagan unit kerja menuju WBBM. Jika tidak
memenuhi, maka unit kerja agar dibina kembali.
19
Peniaian WBBM, penilaian terhadap unit kerja yang diusulkan
untuk mendapatkan predikat WBBM dilakukan oleh TPN
dengan menggunakan lembar kerja evaluasi (LKE) yang
memuat indikator pengungkit dan indikator komponen hasil.
Penetapan WBK, dapat dilakukan jika nilai total (pengungkit
dan hasil) minimal 75, nilai komponen hasil “Terwujudnya
Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN” minimal 18, nilai
sub komponen survei persepsi anti korupsi minimal 13,5 dan
subkomponen persentasi TLHP minimal 3,5.
Penetapan WBBM, dapat dilakukan jika nilai total (pengungkit
dan hasil) minimal 85, nilai komponen hasil “Terwujudnya
Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN” minimal 18, nilai
sub komponen survei persepsi anti korupsi minimal 13,5 dan
subkomponen persentasi TLHP minimal 3,5, nilai komponen
hasil “Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayan Publik
kepada Masyarakat” minimal 16.
20
dan kemampuan untuk meninggalkan sikap dan perbuatan
koruptif serta perbuatan yang melanggar hukum lainnya.
2) Pengawasan
Masyarakat dapat berpartisipasi melakukan pemantauan dan
pengawasan melalui berbagai media seperti kontak pengaduan
masyarakat, website, e-mail, TP 5000, dan lain sebagainya.
Hasil tindak lanjut dari pengaduan/pelaporan masyarakat
dijadikan bahan oleh menteri PAN dan RB dalam
mengevaluasi penepatan predikat WBK/WBBM. Apabila hasil
evaluasi menujukkan kebenaran pengaduan/laporan yang
menyebabkan tidak lagi dipenuhinya indikator WBK/WBBM,
maka menteri PAN dan RB akan mencabut predikat WBbm
pada unit kerja yang bersangkutan, sedangkan pimpinan
instansi pemerintah akan mencabut predikat WBK pada unit
kerja yang bersangkutan.
21
pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja serta peningkatan kualitas
pelayanan publik.
22
menjadikan keluhan masyarakat sebagai sarana untuk melakukan
perbaikan pelayanan publik.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian intern adalah suatu cara yang berisi seperangkat kebijakan
dan peraturan untuk mengarahkan, mengawasi dan melindungi sumber daya
organisasi atau perusahaan agar terhindar dari segala bentuk tindakan
penyalahgunaan dan penyelewengan.
Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi
pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk
mewujudkan wilayah bebas korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih
melayani (WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Dalam membangun zona intergritas, dapat menempuh tiga (3) langkah
yaitu: Tahap membangun Zona Integritas, Syarat dan mekanisme penetapan
unit kerja berpredikat menuju WBK dan WBM, dan Pembinaan dan
pengawasan unit kerja berpredikat WBK dan WBM.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman
bagi pembaca. Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan
maupun isi. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA