DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I KELAS IA
1. ASMAUL HUSNA NIM (PO7224219 1877)
2. KALSUMIATI NIM (PO7224219 1889)
3. MARLISNAWATI NIM (PO7224219 1891)
4. NURHASANAH NIM (PO7224219 1895)
5. RAJA PUTRI MARISA NIM (PO7224219 1900)
6. STEVANIE NATASYA KEWA NIM (PO7224219 1904)
7. SYAHRINAR ENJHI LIANI NIM (PO7224219 1907)
8. TETY LESTARI NIM (PO7224219 1909)
DOSEN PENGAMPU :
RESPATININGRUM, M.Keb
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah dan
rahmat-Nya sehingga makalah Bahaya dan Dampak Korupsi ini sudah selesai. Makalah
ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang kami ambil, selain itu
makalah ini kami susun agar dapat memberikan manfaat untuk pembaca dalam
mempelajari program kementerian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi, Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembacanya, terutama
mahasiswa kebidanan poltekkes kemenkes Tanjungpinang.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………....………………i
DAFTAR ISI………………………………………...…………………………............ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….....………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....……2
C. Tujuan……………………………………………………………………..……2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan………………………………………………..……………………7
B. Saran……………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...……………………..9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya pencegahan korupsi harus dilaksanakan secara terintegrasi dari
semua sektor, baik formal maupun nonformal. Pengetahuan tentang budaya
antikorupsi harus disebarluaskan kepada masyarakat kampus kesehatan sehingga
timbul suatu tekad bahwa korupsi dibumihanguskan di Indonesia. Reformasi
birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja melalui berbagai cara
dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
Selanjutnya ketentuan itu dipertegas dalam Peraturan Menteri PAN dan
RB No. 29/2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah. Dalam hal ini setiap Pejabat Eselon II
ke atas harus menyusun Penetapan Kinerja pada setiap tahun anggaran.
Untuk program pengembangan sistem e-government, Men PAN dan RB
mendorong dan mewajibkan seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah untuk melaksanakan lelang secara elektronik, dan membentuk Lembaga
Pengadaan Barang dan Jasa Sistem Elektronik (LPSE) di masing-masing instansi.
Oleh karena itu, seluruh kementerian dan lembaga yang sudah mendapat
tunjangan kinerja, harus memiliki LPSE dan melaksanakan pengadaan barang dan
jasa secara elektronik. Selain itu, LPSE juga akan menjadi salah satu prasyarat
bagi kementerian/ lembaga yang akan melaksanakan reformasi birokrasi, dalam
memperoleh tunjangan kinerja. Menteri PAN dan RB juga mewajibkan seluruh
pegawai negeri untuk melaporkan harta kekayaannya. Hal ini sebagai kelanjutan
dari aturan dari KPK, yang mewajibkan setiap pejabat eselon I dan II untuk
melaporkan harta kekayaannya ke KPK. "Mungkin tidak semua harus langsung
melapor ke KPK, tetapi bisa melalui atasannya yang kemudian melaporkan ke
Bawasda, Inspektorat, atau Inspektorat Jenderal di masing-masing instansi.
Seperti hal ya Menpan sejalan dengan kebijakan Presiden oleh menteri
kesehatan telah melaksanakan upaya-upaya percepatan reformasi birokrasi di
lingkungan Kementerian kesehatan dengan berbagai cara dan bentuk sebagai
tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional (Stranas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program kementerian kesehatan dalam upaya pencegahan
korupsi?
2. Bagaimana upaya kementerian kesehatan menuju wilayah bebas korupsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana dan apasajakah bentuk program kementerian
kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya kementerian kesehatan menuju wilayah
bebas korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta
selalu mengandung unsur “penyelewengan” ataudishonest (ketidakjujuran).
Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas
korupsi.Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak
korupsi di Indonesia, antara lain: upaya pencegahan (preventif), upaya
penindakan (kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
(Stratanas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), diimplementasikan ke
dalam 6 (enam) strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni: melaksanakan
upaya upaya pencegahan; melaksanakan langkah langkah strategis dibidang
penegakan hukum; melaksanakan upaya upaya harmonisasi penyusunan peraturan
perundangundangan di bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lainnya;
melaksanakan kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil Tipikor;
meningkatkan upaya pendidikan dan bidaya antikorupsi; meningkatkan
koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya pemberantasan
korupsi.
Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012
tentang Strategi Nasional (Stratanas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
(PPK), Kementerian Kesehatan telah melaksanakan upaya percepatan reformasi
birokrasi melalui berbagai cara dan bentuk
B. Saran
Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Adwirman, dkk. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Jakarta
Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan