Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak Korupsi Terhadap Berbagai Bidang

A. Dampak ekonomi
Korupsi merupakan salah satu dari sekian masalah yang mempunyai
dampak negative terhadap perekonomian suatu Negara,dan dapat berdampak
merusak sendi-sendi perekonomian Negara. Korupsi dapat memperlemah
investasi dan pertumbuhan ekonomi. (Mauro,1995,Dalam pendidikan anti
Korupsi untuk perguan tinggi,2011).
1. Menghambat inventasi dan pertumbuhan ekonomi
Menurut Mauro(1995)setelah dilakukan studi terhadap 106 negara, ia
meyimpulkan kenaikan 2 point pada indeks persepsi korupsi . Sementara
podobnik et al( 2008) menyimpulkan setiap kenaikan 1 ponit IPK GDP
perkapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7% setelah melakukan
kajian empiric terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004.
Menurut gubta et al (1998) fakta bahwa penurunan skor ipk sebesar
0,78 akan mengurangi pertumbuhan ekonomi kelompok miskin sebesar
7,8% . ini menunjukkan baahwa korupsi memiliki dampak sangat
siknifikan dalam menghambat infestasi dan pertumbuhan ekonomi .
(Bagus Anwar, 2011)
Ipk merupakan indeks gabungan yang mengukur persepsi korupsi
secara global yang merupakan gabungan yang berasal dari 13 data.
Korupsi yang dihasilkan oleh berbagai lembaga indenpeden yang kredibel.
IPK digunakan untuk membandinkan kondisi korupsi disuatu Negara
terhadap Negara lain. IPK mengukur tingkat presepsi korupsi disektor
public, yaitu korupsi yang dilakukan oleh pejabat Negara dan politisi. IPK
direpresentasikan dalam bentuk bobot skor/angkat (score) dengan rentang

3
0-100. Skor 0 berarti Negara dipersepsikan sangat korup, sementara skor
100 berarti dipresepsikan sangat bersih dari korup. Meskipun skor IPK
Indonesia tahun 2013 tidak beranjak dari skor tahun 2012 yaitu 32,
Indonesia meningkat 4 peringkat. Tahun 2012, Indonesia berada di
peringkat 118 dari 176 negara dan ditahun 2013 peringkat Indonesia
menjadi 114 dari 177 negara (Anonim,2013)
2. Melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam program
pembangunan untuk meningkatan perekonomian
Gubta davodi dan tiongson (2000) dalam bagus anwar (2011)
menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan
memperburuk pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Korupsi juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan
fasilitas umum, seperti perbaikan jalan sehingga menghambat roda
perekonomian. Infrastruktur jalan yang bagus, akan memudahkan
transportasi barang dan jasa, maupun hubungan antar daerah. Dengan
demikian, kondisi jalan yang rusak akan mempengaruhi perekonomian
masyarakat. Pada setember 2013 tercatat, 201.313 km jalan kabupaten dan
2468 km jalan provinsi yang rusak dan harus diperbaiki. Menteri
keperkerjaan umum menyebut kebutuhan dana untuk jalan daerah
mencapai Rp.118,073 triliun (KPK, tanpa tahun).
Fakta, mencengangkan berikutnya adalah, diEra serba listrik seperti
sekarang, ternyata 10.211 desa di Indonesia masih gelap gulita. Jumlah
tersebut setara dengan 13% desa diseluruh Indonesia yang berjumlah
72.944 desa atau kelurahan hingga akhir 2012. (KPK, tanpa tahun).

4
4

Korupsi juga dapat menyebabkan kurang baiknya hubungan


internasional antar Negara. Hal ini disebabkan Negara yang korupsi akan
merugikan Negara lain yang memberikan modal atau berkerja sama dalam
bidang tertentu. (Justiana,sandri dkk. 2014)
3. Meningkatkan utang Negara
Kondisi ini memaksa pemerintah untuk melakukan utang untuk
menutupi difisit anggaran. Korupsi akan makin memperparah kondisi
keuangan.
Utang luar negeri terus meningkat sehingga utang pemerintah
mencapai Rp2.273,76 triliun.
Jumlah utang ini naik Rp. 95,81 triliun di bandingkan posisi pada
agustus 2013. Disbanding dengan utang diakhir 2013 yang sebsar
Rp.1.977,71 triliun, utang pemerintah di September 2013 naik cukup
tinggi. (ditjen pengelolaan utang kemenkeu yang dikutip
finance.detik.com, 2013)
4. Menurunkan pendapatan Negara

Pendapatan perkapita Indonesia termasuk rendah. Pendapatan


Negara terutama berkurang Karena menurunnya pendapatan Negara dari
sektor pajak. Pajak menjadi sumber untuk membiayai pengeluaran
pemerintah dalam menyediakan barang dan jasa public. Pada umumnya
perdagangan didaerah itu illegal dan tidak membayar pajak, tidak resmi,
izin nya banyak di langgar (sekjen asosiasi pengusaha
Indonesia/apindo,franky sibarani, seperti di kutip KPK, tanpa tahun).

Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak,diperparah


dengan korupsi pegawai pajak untuk memperkaya diri sendiri maupun
kelompok. Dengan demikian, pendapatan pemerintah dari sektor pajak
akan berkurang Rp26 Miliar, itu hanya kasus GT belum termasuk kasus
makelar pajak lainnya yang sudah maupun belum terungkap.
5

5. Menurunkan produktifitas

Hal ini akan berdampak pada peningkatnya pengangguran.


Berdasarkan data februari 2013, angka pengangguran terbuka usis 15
tahun ke-atas 5,92% atau berdasarkan angka absolut mencapai 7.170.523
jiwa. Dibandingkan dengan Negara maju, angka ini jauh lebih tinggi
misalnya, belanda 3,3% atau Denmark 3,7% dibanding Negara tetangga,
misalnya kamboja hanya 3,5% tahun(2007), Thailand 2,1% pada(2009).
(KPK, 2013)

Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah kemiskinan


masyarakat akan semakin meningkat.

B. Dampak terhadap pelayanan kesehatan

Kewenangan dan kekuasaan pada tahap inplementasi dapat


diterjemahkan secara berbeda oleh tiap tiap daerah dan cenderung ditafsirkan
dengan keinginan masing masing daerah. Dampak korupsi dibidang kesehatan
antara lain tingginya biaya kesehatan, tingginya angka AKI, tingkat kematikan
masih buruk dll. (KPK,tanpa tahun)

Laksono trisnantoro dalam seminar penecegahan dalam korupsi


disektor kesehatan yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran Jakarta.
Sistem managemen rumah sakit diharapkan untuk mengelola lebih baik
menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi terjadi diberbagai leval maka akan
terjadi sbb :

1. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai


sisi bayangan yang semakin gelap.
2. Ilmu managemen yang diajarkan dipendidikan tinggi menjadi tidak
relapan.
6

3. Direktur yang diangkat karena kolusif menjadi sulit menghargai


ilmu managemen.
4. Proses management dan klinis dipelayanan juga cenderung akan
tidak seperti apa yang ada dibuku teks.

C. Dampak sosial dan kemiskinan pada masyarakat


Korupsi berdampak merusak kehidupan sosial didalam
masyarakat,kekayaan Negara yang dikorupsi oleh segelintir orang dapat
menggoncang stabilitas ekonomi Negara , yang berdampak pada kemiskinan
masyarakat dalam Negara .
Dampak pada aspek sosial dianatarnya sbb:
1. Meningkatnya kemiskinan
Masyarakat yang miskin kesulitan memperoleh makanan pokok,
konsumsi gizi yang sehat terlupakan, dan menyebabkan gizi buruk.
Gizi buruk merupakan masalah yang tak kunjung usai. Dampak
krisis yang ditimbulkan gizi buruk menyebabkan biaya subsidi
kesehatan semakin meningkat. Gizi buruk juga menyebabkan lebih
dari separoh kematian bayi, balita, dan ibu, serta Human
Devlopment Indeks (HDI) menjadi rendah (suhendar, 2012).
2. Tingginya angka kriminalitas (KPK, tanpa tahun)
Dengan mengurangi korupsi dapat juga(secara tidak langsung)
mengurangi kejahatan yang lain. Ideal nya angka kejahatan akan
berkurang jika timbul kesadaran masyarakat (marginal dettrence).
Kondisi ini hanya terwujud jika tingkat kesadaran hokum dan
kesejahteraan masyarakat sudah mamadai(subfficient)
(kemendikbud, 2011). Setidaknya , setiap 91 detik kejahatan
muncul selama tahun 2012. Tidak criminal sendiri, antara lain
dipicu oleh tingkat kemiskinan yang tinggi(KPK, tanpa tahun).
7

3. Demoralisasi (KPK, tanpa tahun)


Demoralisasi juga merupakan mata rantai, dampak korupsi
terhadap bidang pendidikan, karna korupsi menyebabkan biaya
pendidikan tinggi, angkat putus sekolah tinggi, banyaknya sekolah
yang rusak,dll. Saat ini, rata-rata pendidikan penduduk Indonesia
adalah 5.8 tahun atau tidak lulus sekolah dasar(SD). Setiap tahun,
lebih dari 1,5 juta anak tidak melanjutkan pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi. (KPK,tanpa tahun)

D. Dampak birokrasi pemerintahan


Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintah,sebagai pengampu kebijakan Negara, dapat dijelaskan sbb :
1. Korupsi menghambat peran Negara dalam pengaturan alokasi .
2. Korupsi menghambat Negara melakukan pemerataan akses dan asset.
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
dan ekonomi dan politik.

Korupsi adalah tindakan yang buruk sehingga tingkat korupsi suatu


Negara akan mempengaruhi pandangan Negara lain terhadap Negara tersebut.
Sebaliknya, Negara yang tingkat korupsinya rendah akan mendapat
pandangan positif dari Negara lain. Bahkan,apabila Negara memiliki tingkat
korupsi yang snagat rendah biasanya akan menjadi tempat studi banding dari
Negara lain untuk memperoleh pembelajaran. (Justiana,sandri dkk. 2014)

E. Dampak terhadap politik dan demontrasi


Korupsi tidak terlepas dari kehidupan politik dan demontrasi pihak-
pihak yang terlibat dalam penetapan anggaran pendapatan belanjaan Negara
ridak terlepas dari kepentingan politik. Indonesia merupakan Negara
demokrasi dimana masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan terhadap
jalannya pemerintah. Upaya pencegahan korupsi melalui pengaduan
8

masyarakat adalah bentuk peran serta yang harus mendapat tanggapan dengan
cepat dapat dipertanggung jawabkan. (Justiana,sandri dkk. 2014)

F. Dampak terhadap penegakan hokum


Korupsi adalah penyakit moral yang kecenderungan semakin
berkembang dengan penyebab multifactor,lemahnya penegakkan hokum
mendorong masyarakat lebih berani melakukan tindakan korupsi, sebab
hukuman yang diperoleh lebih ringan dibandingkan nilai perolehan korupsi.
Pihak yudikatif, eksekutif , dan legislative yang harusnya banyak
berperan dalam mendorong gerakan pemberantasan korupsi malah banyak
terlibat dan ikut berperan dalam KKN, sebagai dampak dari penegakkan
hokum yang lemah.( Justiana,sandri dkk. 2014)

G. Dampak pertahanan dan keamanan


Korupsi terhadap peluang penyalah gunaan uang Negara, yang sangat
mempengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap realitas kehidupan,yang
ujung-ujungnya dapat menimbulkan rasa frustasi, iri,gampang menghujat dan
pada ujungnya masyarakat dapat kehilangan arah dan identitas diri serta
menipisnya sikap bela Negara dalam pertahanan dan keamanan.
Korupsi dapat berdampak pada lemahnya sistem pertahanan dan
keamanan nasional, Negara yang korupsi dapat memiskinkan rakyat, dan
rakyat yang miskin sangat rapuh dan mudah diinterfensi oleh pihak-pihak
yang ingin terus menerus memasuki pemeritah (KPK,tanpa tahun)

H. Dampak terhadap pelestarian lingkungan


Dampak buruk korupsi terhadap pelestarian lingkungan sekarang ini
sudah terlihat dimana-mana. Terhadap dilingkunga fisik yakni penyimpanan
terhadap anggaran pembangunan sarana dan pra sarana dapat membahayakan
kualitas pelayanan perekonomian.
9

Bukan hanya lingkungan fisik yang berubah, lingkungan sosial juga


dapat berubah seperti penggusuran dan pengalihan penduduk yang tidak
semestinya. Selain itu dapat pula terjadi dengan pemberian izin pendirian
industry tanpa mempetimbangkan analisa dampak lingkungan secara serius.
Kerusakan yang terjadi tentu saja harus diperbaiki demi kembalinya
kelestarian alam. Pengembalian lingkungan yang rusak bisa memerlukan
waktu berpuluh-puluh tahun dan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Saat
ini Indonesia masih memiliki hutan dan lingkungan yang bisa diselamatkan
adalah lebih baik dicegah.seseorang atau sekelompok orang melakukan niat
jahatnya dari pada memperbaiki kerusakan yang mereka timbulkan.
(Justiana,sandri dkk. 2014)

I. Dampak di bidang pendidikan

Salah satu indikator sekaligus pendorong kemajuan suatu bangsa adalah


pendidikan. Maka, alokasi anggaran pendidikan dalam APBN idealnya harus relatif
besar dan tepat sasaran. Meski saat ini alokasi anggaran untuk pendidikan sudah
relatif besar, yakni 20 % dari APBN, akan tetapi praktiknya, anggraran tersebut tidak
seluruhnya sampai kepada masyarakat, karena sebagian disalahgunakan oleh para
pejabat yang mengelola anggaran tersebut. Penggunaan anggaran pendidikan tidak
efisien, tidak tepat sasaran, dan menjadi ajang atau objek korupsi. Aklibatnya,
pendidikan masih tertinggak dari negara-negara maju. Mutu pendidikan sangat
rendah. Korupsi menjadi salah satu faktor penyebab utama rendahnya kulitas
pendidikan dan kemajuan suatu bangsa. (Abidin,zainal,2015)

J. Dampak pada rasa keadilan

Korupsi menyebabkan hilangnya rasa keadilan. Korupsi berarti


menyalahgunakan kewenangan untuk mendapatkan keuntungan yang sebetulnya
bukan menjadi haknya. Hak orang lain, hak rakyat, atau negara, disalahgunakan
untuk kepentingan pribadi atau kelompok,. Dan masyarakat yang berhak justru tidak
mendapatkan apa-apa yang seharusnya diterima. Masyarakat yang sering menjadi
10

korban pada umumnya adalah masyarakat miskin, yang tidak memiliki akses terhadap
kekuasaan, baik kekuasaan politik, ekonomi, dan budaya. Ketidakadilan ini
menggenjala baik dalam bidang hukum, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan semua
bidang kehidupan. Sebagaimana ditulis oleh Transparency International (TI)
“:Corruption is one of the greatest challenges of the contemporary world. It
undermines good government, fundamentally distorst public policy, leads to the
misallocation of resources, harm the private sector and private sector development
and particularly hurts the poor” (Transperency International, 1998).

K. Dampak psikologis masyarakat

Selain itu, korupsi memiliki dampak buruk pada psikologis (cara berpikir)
masyarakat. Paling tidak, ada dua mekanisme psikologis yang bersifat negatif yang
dialami oleh masyarakat akibat korupsi. Mekanisme pertama adalah belajar sosial
(social learning). Dalam suatu masyarakat di mana para pelaku korupsi tidak
mendapatkan hukuman atas apa yang dilakukannya, melainkan justru mendapatkan
pujian atau penghormatan karena kekayaan yang diperolehnya melalui korupsi, maka
anggota-anggota masyarakat akan meniru perilaku korupsi itu. Mereka menilai
(belajar) bahwa korupsi lebih mendatangkan dampak positif (pujian dan
penghormatan) disbanding dampak negatif (diberi hukuman oleh pengadilan dan
masyarakat), sehingga perilaku korupsi adalah pilihan yang benar atau dapat
dibenarkan. Kedua, desensitasi (desensization), yaitu hilang atau berkurangnya
kepekaan moral dan sosial. Jika dalam suatu masyarakat anggota-anggotanya banyak
yang melakukan korupsi dan setiap saat kita bombardir oleh berita-berita tentang
korupsi, maka kita tidak akan lagi merasa prihatin atau marah terhadap kasus-kasus
korupsi yang terjadi disekitar kita. Kita akan anggap biasa atau lazim jika orang
melakukan korupsi dan disadari maupun tidak disadari, kita (akan) menjadi pelaku
korupsi. (Abidin, zainal, 2015)
11

2.2 Kerugian Negara VS Hukuman Koruptor

1. Perbuatan korupsi yang merugikan keuangan negara

Pemerintah dalam proyek pembangunan dalam satu tahun anggaran berkisar


Rp 1000 triliun, dan sel;uruhnya sudah dibagi habis dalam instansu pemerintah untuk
dibelanjakan sesuai dengan program instansi masing-masing. Dalam anggaran
tersebut pada dasarnya, tidak ada anggran langsung yang duberikan kepada rakyat
berupa uang, baik dalam bentuk kesejahteraan maupun pendidikan, haanya saja dari
pembangunan tersebut masayrakat dapat hasil dalam bentuk kontraktor, pengusaha,
pimpinan proyek, bendaharawan, pekerja kasar, pedagang, dan lain-lain karna semua
anggaran tersebut sudah direncanakan sesuain dengan kebutuhan sesuai dengan
jumlah anggaran yang dibutuhkan, antara lain suatu proyek pembangunan dgedung
petkantoran dengan bestek atau princian bahan bangunan yang digunakan dengan
anggaran Rp 1 miliar, selanjutnya di tenderkan kepada kontraktor(pengusaha),
pemenangnya membangun bangunan tersebut, setelah selesai semua kuitansi biaya
pengeluran diserahkan kontraktor kepada KPKN, selanjutnya KPKN menyerahkam
uamg kepada kontraktor lewat rekeningnya, dan biasanya diberikan bertahap,
kemuddian pengusaha memberikan sejumlah uang tersebut kepada pimpinan instansi
yang berwenang yang sudah disepakati bersama. Melihat hal tersebut dikaitkan
dengan perbuatan korupsi atas keuangan negara yang diatur dalam pasal 2 dan pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, bisa terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek, secara rasio uang
tersebut tersebut merupakan milik kontraktor sebagai keuntungannya.

b. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek dan memberikan kepada
aparat, berarti uang tersebut merupakan keuntungan kontraktor/pengusaha sebagian
diberikan kepada aparat yang seharusnya konstraktor tinggal 20%, mungkin prinsip
kontraktor sedikit untung tetapui mendapat borongan/pekerjaan dari instansi
pemerintah
12

c. Hasil korupsi dibagi-bagi, dimana proyek bangunan 100 miliar, sebenarnya yang
dibutuhkan dana untuk pembangunan tersebut cukup Rp 700 juta dan korupsi sebesar
300 juta dengan cara biaya proyek digelembungkan, dan bestek pembvangunan sesuai
dengan perjanjian sedangkan kelebihan biaya yang digelembungkab dikorupsi aparat
pemerintah, dengan demikian Rp 300 juta dibagi-bagi sesame aparat terkait dengan
proyek tersebut , dan uang Rp 300 juta terakhir kembali juga kepada masyarakat
dalam bentuk dibelanjakan sesuai kebutuhan masing-masing antara lain membangun
rumah berarti mulai penggali pasir, angkutan, pedagang dan tukang bangunan
menikmatinya lewat kinerjanya dengan demikian uang Rp 300 juta tersebut tidak
langsung membuat orang miskin yang ada hanya kecemburuan sosial.
(Siahaan,Monang, 2013)

2. Hukuman Koruptor

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:
1. perbuatan melawan hukum;
2. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi mendefinisikan pengertian korupsi ke dalam pasal 2 ayat (1) yaitu:

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
13

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pasal 1 ayat (1) mengartikan
pengertian tindak pidana korupsi sama seperti apa yang tertera dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sanksi Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001,
jenis sanksi yang dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa tindak
pidana korupsi adalah:

1. Pidana Mati
Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan Keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan dalam keadaan tertentu.
2. Pidana Penjara
a. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling
lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan Keuangan Negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 ayat 1).

b. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 bagi
setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan Keuangan Negara atau
perekonomian Negara (Pasal 3).
14

c. Pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 12 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 150.000.000,00 dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 bagi setiap
orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara
langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan 24 terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara
korupsi (Pasal 21).

d. Pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 12 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 150.000.000,00 dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 bagi setiap
orang sebagaimana dimaksuddalam pasal 28, pasal 29, pasal 35 dan pasal 36.
3. Pidana Tambahan
a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
yang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana
korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi
dilakukan, begitu pula dari barang-barang yang menggantikan barang-barang
tersebut.

b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan


harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 tahun.

d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada
terpidana.

e. jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan
sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka
harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti
tersebut.
15

f. jika terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokoknya, dan lamanya pidana tersebut sudah
ditentukan dalam putusan pengadilan.
4. Terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh atau atas nama korporasi maka
pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan
maksimal ditambah 1/3.
16

2.3 Hubungan Antara Dampak Korupsi Dan Biaya Sosial Korupsi

Pelayanan punblik tak kunjung baik.pelayaan kesehatan mahal dan banyak


lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor. korupsi merupakan mis-alokasi sumber
sehingga sumber perekonomian tidak dapat berkembang oktimum.dampak korupsi
terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat menimbulkan biaya yang disebut
sebagai biaya sosial korupsi.
17
18

2.4 Konsep Biaya Sosial Korupsi

Biaya sosial kejahatan dihitung dari tiga hal yaitu antisipasi kejahatan,biaya
akibat kejahatan dan biaya reaksi terhadap kejahatan. maka, nilai kerugian keamanan
Negara merupakan biaya sosial ekspisif dalam hal ini adalah akibat korupsi. misalnya
sbb:

1. Biaya penegakan hokum


2. Pencegahan korupsi
3. Biaya penahanan dan biaya penjara
4. Biaya pengadilan,serta biaya jaksa.
19
20
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Korupsi merupakan salah satu dari sekian masalah yang berdampak negative
terhadap prekonomian terhadap suatu Negara dan dapat berdampak merusakkan
sendi-sendi prekonomian Negara.dampak korupsi bidang kesehatan,antara lain
tingginya kesehatan,tingginya AKI dan ibu menyusui,tingkat kesehatan masih buruk
dan lain-lain.dampak kerusakan lingkungan akibat perbuatan korupsi,bukan saja
lingkungan fisik,melainkan lingkungan sosial dan budaya. terhadap lingkungan fisik
yakni penyimpangan terhadap anggaran pembangunan saranan dan prasarana dapat
memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada kemiskinan rakyat.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi


pembaca.saya menyadari banyak kekurangan dalam penyususan makalah ini.untuk
penyempurnaan saya harapkan kritik dan saran dari pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-terkait

Ermansjah Djaja, 2010, Op. Cit., hlm. 38

Justiana,sandri dkk. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi(PBAK).
Jakarta. Cetakan I,Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Abidin,zainal. 2015. Psikologi Korupsi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Siahaan, monang. 2013. Korupsi penyakit social yang Mematikan. Jakata. PT.Elex
Media Computindo kelompok gramedia.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak Korupsi Dalam Berbagai Bidang......................................3


2.2 Kerugian Negara vs Hukuman Koruptor........................................8
2.3 Hubungan Antara Dampak Korupsi Dan Biaya Sosial Korupsi.....8
2.4 Konsep Biaya Sosial Korupsi..........................................................8

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan....................................................................................10
3.2 Saran .............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai