TINJAUAN PUSTAKA
A. Dampak ekonomi
Korupsi merupakan salah satu dari sekian masalah yang mempunyai
dampak negative terhadap perekonomian suatu Negara,dan dapat berdampak
merusak sendi-sendi perekonomian Negara. Korupsi dapat memperlemah
investasi dan pertumbuhan ekonomi. (Mauro,1995,Dalam pendidikan anti
Korupsi untuk perguan tinggi,2011).
1. Menghambat inventasi dan pertumbuhan ekonomi
Menurut Mauro(1995)setelah dilakukan studi terhadap 106 negara, ia
meyimpulkan kenaikan 2 point pada indeks persepsi korupsi . Sementara
podobnik et al( 2008) menyimpulkan setiap kenaikan 1 ponit IPK GDP
perkapita akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,7% setelah melakukan
kajian empiric terhadap perekonomian dunia tahun 1999-2004.
Menurut gubta et al (1998) fakta bahwa penurunan skor ipk sebesar
0,78 akan mengurangi pertumbuhan ekonomi kelompok miskin sebesar
7,8% . ini menunjukkan baahwa korupsi memiliki dampak sangat
siknifikan dalam menghambat infestasi dan pertumbuhan ekonomi .
(Bagus Anwar, 2011)
Ipk merupakan indeks gabungan yang mengukur persepsi korupsi
secara global yang merupakan gabungan yang berasal dari 13 data.
Korupsi yang dihasilkan oleh berbagai lembaga indenpeden yang kredibel.
IPK digunakan untuk membandinkan kondisi korupsi disuatu Negara
terhadap Negara lain. IPK mengukur tingkat presepsi korupsi disektor
public, yaitu korupsi yang dilakukan oleh pejabat Negara dan politisi. IPK
direpresentasikan dalam bentuk bobot skor/angkat (score) dengan rentang
3
0-100. Skor 0 berarti Negara dipersepsikan sangat korup, sementara skor
100 berarti dipresepsikan sangat bersih dari korup. Meskipun skor IPK
Indonesia tahun 2013 tidak beranjak dari skor tahun 2012 yaitu 32,
Indonesia meningkat 4 peringkat. Tahun 2012, Indonesia berada di
peringkat 118 dari 176 negara dan ditahun 2013 peringkat Indonesia
menjadi 114 dari 177 negara (Anonim,2013)
2. Melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam program
pembangunan untuk meningkatan perekonomian
Gubta davodi dan tiongson (2000) dalam bagus anwar (2011)
menyimpulkan bahwa tingginya angka korupsi ternyata akan
memperburuk pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Korupsi juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan
fasilitas umum, seperti perbaikan jalan sehingga menghambat roda
perekonomian. Infrastruktur jalan yang bagus, akan memudahkan
transportasi barang dan jasa, maupun hubungan antar daerah. Dengan
demikian, kondisi jalan yang rusak akan mempengaruhi perekonomian
masyarakat. Pada setember 2013 tercatat, 201.313 km jalan kabupaten dan
2468 km jalan provinsi yang rusak dan harus diperbaiki. Menteri
keperkerjaan umum menyebut kebutuhan dana untuk jalan daerah
mencapai Rp.118,073 triliun (KPK, tanpa tahun).
Fakta, mencengangkan berikutnya adalah, diEra serba listrik seperti
sekarang, ternyata 10.211 desa di Indonesia masih gelap gulita. Jumlah
tersebut setara dengan 13% desa diseluruh Indonesia yang berjumlah
72.944 desa atau kelurahan hingga akhir 2012. (KPK, tanpa tahun).
4
4
5. Menurunkan produktifitas
masyarakat adalah bentuk peran serta yang harus mendapat tanggapan dengan
cepat dapat dipertanggung jawabkan. (Justiana,sandri dkk. 2014)
korban pada umumnya adalah masyarakat miskin, yang tidak memiliki akses terhadap
kekuasaan, baik kekuasaan politik, ekonomi, dan budaya. Ketidakadilan ini
menggenjala baik dalam bidang hukum, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan semua
bidang kehidupan. Sebagaimana ditulis oleh Transparency International (TI)
“:Corruption is one of the greatest challenges of the contemporary world. It
undermines good government, fundamentally distorst public policy, leads to the
misallocation of resources, harm the private sector and private sector development
and particularly hurts the poor” (Transperency International, 1998).
Selain itu, korupsi memiliki dampak buruk pada psikologis (cara berpikir)
masyarakat. Paling tidak, ada dua mekanisme psikologis yang bersifat negatif yang
dialami oleh masyarakat akibat korupsi. Mekanisme pertama adalah belajar sosial
(social learning). Dalam suatu masyarakat di mana para pelaku korupsi tidak
mendapatkan hukuman atas apa yang dilakukannya, melainkan justru mendapatkan
pujian atau penghormatan karena kekayaan yang diperolehnya melalui korupsi, maka
anggota-anggota masyarakat akan meniru perilaku korupsi itu. Mereka menilai
(belajar) bahwa korupsi lebih mendatangkan dampak positif (pujian dan
penghormatan) disbanding dampak negatif (diberi hukuman oleh pengadilan dan
masyarakat), sehingga perilaku korupsi adalah pilihan yang benar atau dapat
dibenarkan. Kedua, desensitasi (desensization), yaitu hilang atau berkurangnya
kepekaan moral dan sosial. Jika dalam suatu masyarakat anggota-anggotanya banyak
yang melakukan korupsi dan setiap saat kita bombardir oleh berita-berita tentang
korupsi, maka kita tidak akan lagi merasa prihatin atau marah terhadap kasus-kasus
korupsi yang terjadi disekitar kita. Kita akan anggap biasa atau lazim jika orang
melakukan korupsi dan disadari maupun tidak disadari, kita (akan) menjadi pelaku
korupsi. (Abidin, zainal, 2015)
11
a. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek, secara rasio uang
tersebut tersebut merupakan milik kontraktor sebagai keuntungannya.
b. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek dan memberikan kepada
aparat, berarti uang tersebut merupakan keuntungan kontraktor/pengusaha sebagian
diberikan kepada aparat yang seharusnya konstraktor tinggal 20%, mungkin prinsip
kontraktor sedikit untung tetapui mendapat borongan/pekerjaan dari instansi
pemerintah
12
c. Hasil korupsi dibagi-bagi, dimana proyek bangunan 100 miliar, sebenarnya yang
dibutuhkan dana untuk pembangunan tersebut cukup Rp 700 juta dan korupsi sebesar
300 juta dengan cara biaya proyek digelembungkan, dan bestek pembvangunan sesuai
dengan perjanjian sedangkan kelebihan biaya yang digelembungkab dikorupsi aparat
pemerintah, dengan demikian Rp 300 juta dibagi-bagi sesame aparat terkait dengan
proyek tersebut , dan uang Rp 300 juta terakhir kembali juga kepada masyarakat
dalam bentuk dibelanjakan sesuai kebutuhan masing-masing antara lain membangun
rumah berarti mulai penggali pasir, angkutan, pedagang dan tukang bangunan
menikmatinya lewat kinerjanya dengan demikian uang Rp 300 juta tersebut tidak
langsung membuat orang miskin yang ada hanya kecemburuan sosial.
(Siahaan,Monang, 2013)
2. Hukuman Koruptor
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut:
1. perbuatan melawan hukum;
2. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
3. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
4. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
13
1. Pidana Mati
Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan Keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan dalam keadaan tertentu.
2. Pidana Penjara
a. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling
lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan Keuangan Negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 ayat 1).
b. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 bagi
setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan Keuangan Negara atau
perekonomian Negara (Pasal 3).
14
c. Pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 12 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 150.000.000,00 dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 bagi setiap
orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara
langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan 24 terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara
korupsi (Pasal 21).
d. Pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 12 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 150.000.000,00 dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 bagi setiap
orang sebagaimana dimaksuddalam pasal 28, pasal 29, pasal 35 dan pasal 36.
3. Pidana Tambahan
a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
yang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana
korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi
dilakukan, begitu pula dari barang-barang yang menggantikan barang-barang
tersebut.
c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 tahun.
d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada
terpidana.
e. jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 bulan
sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka
harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti
tersebut.
15
f. jika terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokoknya, dan lamanya pidana tersebut sudah
ditentukan dalam putusan pengadilan.
4. Terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh atau atas nama korporasi maka
pidana pokok yang dapat dijatuhkan adalah pidana denda dengan ketentuan
maksimal ditambah 1/3.
16
Biaya sosial kejahatan dihitung dari tiga hal yaitu antisipasi kejahatan,biaya
akibat kejahatan dan biaya reaksi terhadap kejahatan. maka, nilai kerugian keamanan
Negara merupakan biaya sosial ekspisif dalam hal ini adalah akibat korupsi. misalnya
sbb:
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan salah satu dari sekian masalah yang berdampak negative
terhadap prekonomian terhadap suatu Negara dan dapat berdampak merusakkan
sendi-sendi prekonomian Negara.dampak korupsi bidang kesehatan,antara lain
tingginya kesehatan,tingginya AKI dan ibu menyusui,tingkat kesehatan masih buruk
dan lain-lain.dampak kerusakan lingkungan akibat perbuatan korupsi,bukan saja
lingkungan fisik,melainkan lingkungan sosial dan budaya. terhadap lingkungan fisik
yakni penyimpangan terhadap anggaran pembangunan saranan dan prasarana dapat
memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada kemiskinan rakyat.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-terkait
Justiana,sandri dkk. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi(PBAK).
Jakarta. Cetakan I,Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Siahaan, monang. 2013. Korupsi penyakit social yang Mematikan. Jakata. PT.Elex
Media Computindo kelompok gramedia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................10
3.2 Saran .............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii