Selain itu, korupsi memiliki dampak buruk pada psikologis (cara berpikir)
masyarakat. Paling tidak, ada dua mekanisme psikologis yang bersifat negatif yang
dialami oleh masyarakat akibat korupsi. Mekanisme pertama adalah belajar sosial
(social learning). Dalam suatu masyarakat di mana para pelaku korupsi tidak
mendapatkan hukuman atas apa yang dilakukannya, melainkan justru mendapatkan
pujian atau penghormatan karena kekayaan yang diperolehnya melalui korupsi, maka
anggota-anggota masyarakat akan meniru perilaku korupsi itu. Mereka menilai
(belajar) bahwa korupsi lebih mendatangkan dampak positif (pujian dan
penghormatan) disbanding dampak negatif (diberi hukuman oleh pengadilan dan
masyarakat), sehingga perilaku korupsi adalah pilihan yang benar atau dapat
dibenarkan. Kedua, desensitasi (desensization), yaitu hilang atau berkurangnya
kepekaan moral dan sosial. Jika dalam suatu masyarakat anggota-anggotanya banyak
yang melakukan korupsi dan setiap saat kita bombardir oleh berita-berita tentang
korupsi, maka kita tidak akan lagi merasa prihatin atau marah terhadap kasus-kasus
korupsi yang terjadi disekitar kita. Kita akan anggap biasa atau lazim jika orang
melakukan korupsi dan disadari maupun tidak disadari, kita (akan) menjadi pelaku
korupsi.
a. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek, secara rasio uang
tersebut tersebut merupakan milik kontraktor sebagai keuntungannya.
b. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek dan memberikan kepada
aparat, berarti uang tersebut merupakan keuntungan kontraktor/pengusaha sebagian
diberikan kepada aparat yang seharusnya konstraktor tinggal 20%, mungkin prinsip
kontraktor sedikit untung tetapui mendapat borongan/pekerjaan dari instansi
pemerintah
c. Hasil korupsi dibagi-bagi, dimana proyek bangunan 100 miliar, sebenarnya yang
dibutuhkan dana untuk pembangunan tersebut cukup Rp 700 juta dan korupsi sebesar
300 juta dengan cara biaya proyek digelembungkan, dan bestek pembvangunan sesuai
dengan perjanjian sedangkan kelebihan biaya yang digelembungkab dikorupsi aparat
pemerintah, dengan demikian Rp 300 juta dibagi-bagi sesame aparat terkait dengan
proyek tersebut , dan uang Rp 300 juta terakhir kembali juga kepada masyarakat
dalam bentuk dibelanjakan sesuai kebutuhan masing-masing antara lain membangun
rumah berarti mulai penggali pasir, angkutan, pedagang dan tukang bangunan
menikmatinya lewat kinerjanya dengan demikian uang Rp 300 juta tersebut tidak
langsung membuat orang miskin yang ada hanya kecemburuan sosial.
2. hukuman koruptor
,,
Terpidana korupsi memperoleh sanksi berupa penjara dan sanksi berupa hukuman
finansial, yaitu hukuman yang diberikan kepada terpidana korupsi berupa uang yang
harus dikembalikan ke negara karena sebuah tindakan korupsi. Hukuman finansial
adalah gabungan nilai hukuman denda, hukuman pengganti, dan perampasan barang
bukti (aset).