Anda di halaman 1dari 15

A.

Dampak korupsi terhadap berbagai bidang

Apa pun penyebab munculnya korupsi, apakah psikologis maupun non


psikologis, dampaknya dipastikan destruktif, menimbulkan akibat buruk pada bangsa,
masyarakat, bahkan individu. Beberapa dampak korupsi yang dapat diiddentifikasi di
antaranya adalah sebagai berikut.

1. Dampak pada sistem politik dan hukum

Korupsi, jika sudah mencapai tahap kronis, menjadi ancaman untuk


penegakan demokrasi dan hambatan dibangunnya good governance. Demokrasi
mempersyaratkan bekerjanya sistem eksekutif, legislatif, dan yudikatif secara
sinergis, sehingga sistem pemerintahan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Akan
tetapi korupsi, terutama korupsi politik membuat fungsi lembaga-lembaga tersebut
menjadi tidak jelas dan saling bersinergi bukan untuk menjadi efektif dan efisien,
melainkan untuk melakukan korupsi. Akibatnya, rakyat meragukan efektivitas
pemerintah demokrasi karena dinilai hanya menguntungkan para elite politik dan
birokrasi serta sebagian pengusaha yang dekat dengan lingkaran elite tersebut, akan
tetapi membuat sebagian rakyat sengsara dan menderita. Contohnya ialah kasus
korupsi menjelang dan dab pada saat pemilu serta korupsi di tubuh DPR serta
mengurangi kulitas kebijakan politik yang mereka buat. Demikian pula, korupsi di
pengadilan menyebabkan hilangnya kepercayaan public kepada penegakanb hukum
(Khan, M.H. 2006).
2. Dampak pada kondisi ekonomi

Korupsi menyebabkan pengeluaran keuangan Negara mengalami kebocoran,


sehingga berakibat pada inefisiensi dan ketidakadilan ekonomi. Korupsi
menyebabkan biaya operasional atau biaya produksi menjadi sangat tinggi karena
sebagian dari modal (biaya produksi dan operasional) perusahaan-perusahaan swasta
digunakan untuk menyuap para elite politik, petugas keamanan, dan pejabat
pemerintah, sehingga harga barang-barang komsumsi menjadi mahal. Korupsi pun
menyebabkan ketidakpastian dalam menjalaankan bisnis atau usaha. Korupsi
menyebabkan rendahnya kompetensi dan berakibat pada menurunnya kualitas
produksi. Dalam konteks perdagangan internasional, korupsi mengakibatkan
terhambatnya perkembangan usaha dan menghambat daya saing dengan produk-
produk dari negara-negara lain. Korupsi pun menyebabkan sebagian modal dilarikan
ke luar negeri untuk menghindari konsekuensi hukum di dalam negeri. Disamping
itu, korupsi pun menjadikan sebagian rakyat menjadi miskin dan sengsara, karena
perputaran uang hanya dikalangan elite dan kelas sosial tertentu. Bank dunia
mengungkapkan adanya hubungan antara tingkat korupsi suatu negara dengan tingkat
kemiskinan di negara itu (www.worldbank.com).
3. Dampak pada lingkungan

Korupsi memfasilitasi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kebijakan-


kebijakan yang dibuat berdasarkan kongkalikong antara para politisi di pemerintahan,
dan para pengusaha yang mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya,
seringkali tidak mengindahkan dan bahkan merusak lingkungan. Kebijkan-kebijakan
tersebut hanya memberi keuntungan ekonomi yang besar pada mereka (terutama para
pengusaha), tetapi sering mengorbankan lingkungn alam dan sosial. Kebijakan-
kebijakan tersebut boleh jadi bermanfaat untuk jangka pendek, tetapi untuk jangka
panjang menjadi sangat destruktif karena kerusakan alam akibat kebijakan-kebijakan
tersebut dapat dirasakan setelah bertahun-tahun lamanya.
4. Dampak di bidang Kesehatan

Salah satu tugas dan kewajiban pemerintah adalah melindungi dan


menyejahterakan rakyatnya. Maka, pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi
salah satu prioritas yang harus dikerjakan oleh pemerintah. Akan tetapi, anggaran
kesehatan seringkali tidak seluruhnya sampai ke masyarakat, karena sebagian
disalahgunakan oleh para pengelolanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok.
Terjadi juga mark up dalam pembelian alat-alat kesehatan dan pembangunan rumah
sakit, sehingga kualitas dan kuantitas alat-alat kesehatan dan rumah sakit menjadi
sangat buruk. Akibatnya, hak masyarakat kecil (miskin) dan masyarakat di
pedalaman untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara mudah, terkendala karena
anggaran sebagian dikorupsi oleh para koruptor.

5. Dampak di bidang pendidikan

Salah satu indikator sekaligus pendorong kemajuan suatu bangsa adalah


pendidikan. Maka, alokasi anggaran pendidikan dalam APBN idealnya harus relatif
besar dan tepat sasaran. Meski saat ini alokasi anggaran untuk pendidikan sudah
relatif besar, yakni 20 % dari APBN, akan tetapi praktiknya, anggraran tersebut tidak
seluruhnya sampai kepada masyarakat, karena sebagian disalahgunakan oleh para
pejabat yang mengelola anggaran tersebut. Penggunaan anggaran pendidikan tidak
efisien, tidak tepat sasaran, dan menjadi ajang atau objek korupsi. Aklibatnya,
pendidikan masih tertinggak dari negara-negara maju. Mutu pendidikan sangat
rendah. Korupsi menjadi salah satu faktor penyebab utama rendahnya kulitas
pendidikan dan kemajuan suatu bangsa.

6. Dampak pada rasa keadilan

Korupsi menyebabkan hilangnya rasa keadilan. Korupsi berarti


menyalahgunakan kewenangan untuk mendapatkan keuntungan yang sebetulnya
bukan menjadi haknya. Hak orang lain, hak rakyat, atau negara, disalahgunakan
untuk kepentingan pribadi atau kelompok,. Dan masyarakat yang berhak justru tidak
mendapatkan apa-apa yang seharusnya diterima. Masyarakat yang sering menjadi
korban pada umumnya adalah masyarakat miskin, yang tidak memiliki akses terhadap
kekuasaan, baik kekuasaan politik, ekonomi, dan budaya. Ketidakadilan ini
menggenjala baik dalam bidang hukum, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan semua
bidang kehidupan. Sebagaimana ditulis oleh Transparency International (TI)
“:Corruption is one of the greatest challenges of the contemporary world. It
undermines good government, fundamentally distorst public policy, leads to the
misallocation of resources, harm the private sector and private sector development
and particularly hurts the poor” (Transperency International, 1998).

7. Dampak psikologis masyarakat

Selain itu, korupsi memiliki dampak buruk pada psikologis (cara berpikir)
masyarakat. Paling tidak, ada dua mekanisme psikologis yang bersifat negatif yang
dialami oleh masyarakat akibat korupsi. Mekanisme pertama adalah belajar sosial
(social learning). Dalam suatu masyarakat di mana para pelaku korupsi tidak
mendapatkan hukuman atas apa yang dilakukannya, melainkan justru mendapatkan
pujian atau penghormatan karena kekayaan yang diperolehnya melalui korupsi, maka
anggota-anggota masyarakat akan meniru perilaku korupsi itu. Mereka menilai
(belajar) bahwa korupsi lebih mendatangkan dampak positif (pujian dan
penghormatan) disbanding dampak negatif (diberi hukuman oleh pengadilan dan
masyarakat), sehingga perilaku korupsi adalah pilihan yang benar atau dapat
dibenarkan. Kedua, desensitasi (desensization), yaitu hilang atau berkurangnya
kepekaan moral dan sosial. Jika dalam suatu masyarakat anggota-anggotanya banyak
yang melakukan korupsi dan setiap saat kita bombardir oleh berita-berita tentang
korupsi, maka kita tidak akan lagi merasa prihatin atau marah terhadap kasus-kasus
korupsi yang terjadi disekitar kita. Kita akan anggap biasa atau lazim jika orang
melakukan korupsi dan disadari maupun tidak disadari, kita (akan) menjadi pelaku
korupsi.

B. Kerugian negara vs hukuman koruptor

1. Perbuatan korupsi yang merugikan keuangan negara

Pemerintah dalam proyek pembangunan dalam satu tahun anggaran berkisar


Rp 1000 triliun, dan sel;uruhnya sudah dibagi habis dalam instansu pemerintah untuk
dibelanjakan sesuai dengan program instansi masingl-masing. Dalam anggaran
tersebut pada dasarnya, tidak ada anggran langsung yang duberikan kepada rakyat
berupa uang, baik dalam bentuk kesejahteraan maupun pendidikan, haanya saja dari
pembangunan tersebut masayrakat dapat hasil dalam bentuk kontraktor, pengusaha,
pimpinan proyek, bendaharawan, pekerja kasar, pedagang, dan lain-lain karna semua
anggaran tersebut sudah direncanakan sesuain dengan kebutuhan sesuai dengan
jumlah anggaran yang dibutuhkan, antara lain suatu proyek pembangunan dgedung
petkantoran dengan bestek atau princian bahan bangunan yang digunakan dengan
anggaran Rp 1 miliar, selanjutnya di tenderkan kepada kontraktor(pengusaha),
pemenangnya membangun bangunan tersebut, setelah selesai semua kuitansi biaya
pengeluran diserahkan kontraktor kepada KPKN, selanjutnya KPKN menyerahkam
uamg kepada kontraktor lewat rekeningnya, dan biasanya diberikan bertahap,
kemuddian pengusaha memberikan sejumlah uang tersebut kepada pimpinan instansi
yang berwenang yang sudah disepakati bersama. Melihat hal tersebut dikaitkan
dengan perbuatan korupsi atas keuangan negara yang diatur dalam pasal 2 dan pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, bisa terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek, secara rasio uang
tersebut tersebut merupakan milik kontraktor sebagai keuntungannya.

b. bila pembangunan dilakukan sudah selesai dengan bestek dan memberikan kepada
aparat, berarti uang tersebut merupakan keuntungan kontraktor/pengusaha sebagian
diberikan kepada aparat yang seharusnya konstraktor tinggal 20%, mungkin prinsip
kontraktor sedikit untung tetapui mendapat borongan/pekerjaan dari instansi
pemerintah

c. Hasil korupsi dibagi-bagi, dimana proyek bangunan 100 miliar, sebenarnya yang
dibutuhkan dana untuk pembangunan tersebut cukup Rp 700 juta dan korupsi sebesar
300 juta dengan cara biaya proyek digelembungkan, dan bestek pembvangunan sesuai
dengan perjanjian sedangkan kelebihan biaya yang digelembungkab dikorupsi aparat
pemerintah, dengan demikian Rp 300 juta dibagi-bagi sesame aparat terkait dengan
proyek tersebut , dan uang Rp 300 juta terakhir kembali juga kepada masyarakat
dalam bentuk dibelanjakan sesuai kebutuhan masing-masing antara lain membangun
rumah berarti mulai penggali pasir, angkutan, pedagang dan tukang bangunan
menikmatinya lewat kinerjanya dengan demikian uang Rp 300 juta tersebut tidak
langsung membuat orang miskin yang ada hanya kecemburuan sosial.
2. hukuman koruptor
,,

3. Kerugian Negara vs Hukuman Koruptor

Terpidana korupsi memperoleh sanksi berupa penjara dan sanksi berupa hukuman
finansial, yaitu hukuman yang diberikan kepada terpidana korupsi berupa uang yang
harus dikembalikan ke negara karena sebuah tindakan korupsi. Hukuman finansial
adalah gabungan nilai hukuman denda, hukuman pengganti, dan perampasan barang
bukti (aset).

Anda mungkin juga menyukai