Anda di halaman 1dari 17

A.

Desinfeksi

Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan organisme patogen


pada benda atau instrumen dengan menggunakan campuran zat kimia cair tanpa
membunuh spora. Cairan yang digunanakan untuk desinfeksi adalah desinfektan.

1. Jenis-jenis desinfektan
2. Betadine
Suatu larutan organik dari bahan aktif Polivinil-Pirolidon, yang merupakan
kompleks Iodine yang larut dalam air.
 Fungsi : Sebagai desinfektan dan anti septik lokal yang juga dapat
membunuh jamur, virus, Protozoa dan spora.
 Bau : Khas, tidak menyengat.
Warna : Hitam-kekuning-kuningan
 Komposisi : Mundidone (Polyvinyl pyrolidone Iodine murni)
 Konsentrasi :
- Betadine Gargle 1% - kumur-kumur
- Betadine skin cleaner 7,5%
- Betadine solution 10%
- Betadine ointment 10%
- Betadine vag. Douche 10%
- Betadine vaginal GCL 10%
- Betadine shampoo 4%
 Perhatian : Larutan povidium yodium tidak untuk diminum atau
ditelan, atau juga untuk mencuci mata.

1
 Side effect : Dapat menimbullkan metabolilk asidosis bila povidium
yodium digunakan pada luka bakar yang luas, diare-bila terminum.

3. Hidrogen Peroksida (H2O2)


 Bau : Merangsang (menyengat) dan kecut. Warna : Bening kebiruan.
Komposisi : H2O (air) dan O2 (oksigen)
 Bila bersentuhan dengan tubuh pada jaringan luka atau mukosa, maka
akan terjadi pengelupasan O2 karena adanya enzim katalase dalam sel.
 Konsentrasi :
- Untuk desinfektan dan mencuci luka – 0,3% - 6%
- Untuk sterilisasi – 6% - 25%
- Larutan H2O2 yang biasa dipakai (standar) – 3%
 Gunanya :
- Vagina douche (mendesinfeksi vagina)
- Sebagai antiseptik yang non toxid
- Desinfektan luka dan borok
- Untuk deodorant
- Untuk kumur-kumur

2
 Problem dan efek samping :
- Akan merusak jaringan yang baru
- Berbahaya digunakan pada rongga tertutu
Misal : Abses = H2O2 akan melepas gas yang masuk ke dalam
pembuluh darah. 
- Penggunaan pada mukosa akan menimbulkan iritasi-bintik hitam
pada lidah.

4. Yodium Tincture
 Nama obat : Yodium Tincture
Bau : Khas, menyengat
Warna: Coklat
 Komposisi dan Konsentrasi :
- 2,4% Sodium iodide
- 2% Iodide
- alkohol Etyl 46
 Gunanya
- Sebagai desinfektan 
- Sebagai antiseptic
- Dipakai sebagai obat luar

3
 Kontra indikasi :
- Hypersensitif terhadap Iodine
- Dapat menimbulkan iritasi
- Jauhkan pemakaian rutin 

5. Mercurochrome
 Warna : Merah Bau : Khas
Komposisi : 
- Mercurochrome 2%
- Aqua Destilata 98%
- Dilarutkan dalam alkohol
 Gunanya : 
- Untuk merawat luka-luka kecil
- Untuk mengeringkan luka
- Untuk menghentikan darah pada luka tergores/kecil
 Kerugian :
- Menyebabkan parut

4
- Bukan merupakan anti bakterial/anti septik
Pelaksanaan : Olesi luka dengan menggunakan peralatan yang
tidak mudah menempel pada luka untuk mencegah pengotoran
luka

6. Kalium Permanganat (PK)


Nama Obat : PK (Kalium Permanganat)
 Bau : Tidak berbau, Warna : Ungu tua
Kompisisi :
Kalium Permanganat (KMnO4) 
Konsentrasi bila 1 : 1000
1 gr PK : 1 Liter air
 Gunanya :
- Kompres luka
- Menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri busuk
- Irigasi kandung kemih yang terinfeksi
- Untuk pembilasan akhir pada vulva dan penis hygiene
 Kontra indikasi :
- Dapat menimbulkan kepedihan 
Kalium Permanganat dapat larut dalam air. Dalam menghambat

5
pertumbuhan dan membunuh bakteri pembusuk yang dapat
disebabkan dari udara bebas, bakteri ini dapat dimatikan oleh kalium
permanganat dengan memperhatikan perbandingan yang sesuai
dengan jumlah materi organik yang ada.
Dalam penyiraman vagina/penis dalam tindakan vagina/penis hygiene
dengan konsentrasi antara 1 : 1000 s/d 1 : 5000. Bila larutan ini kuat
yaitu dengan perbandingan lebih dari 1 : 5000 dapat menimbulkan
kepedihan.

-
7. Larutan Nacl
- Bau : Tidak berbau 
- Warna : Bening
- Kompisisi : 
- Natrium
- Klorida
- Air
Pada cairan NaCl 0,9% yang biasa digunakan di sarana kesehatan,
CRS, Puskesmas terdiri dari :
Air : 500 ml
Sodium/Natrium : 150 mm/L
Klorida : 150mm/L

6
Rasa : Asin
 Fungsi Sodium :
- Untuk mempertahankan osonolaritas plasma
- Generasi dan transmisi potensial aksi
- Mempertahankan elektronetralisa (kenetralan elektrolit)
- Fungsi normal dari aktifitas fisiologik tubuh
 Fungsi Klorida :
- Mempertahankan keseimbangan asam-basa
- Mempertahankan elektrinetralitas plasma
- Formasi asam Hidrolik
 Fungsi cairan NaCl dalam perawatan luka :
- Sebagai pelarut/pengencer
- Untuk membersihkan luka
- Sebagai cairan infuse
- Sebagai cairan humidifer pada tabung O2
- Untuk irigasi kulit
- Untuk mengatur keseimbangan asam-basa

7
8. Klorin

Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit. Mekanisme

kerjanya adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme

dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat

dalam metabolisme karbohidrat .Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah

digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini

juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat

menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya

pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan

ini.Klorin juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.

9. Iodin

Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam

skala kecil. Dua tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk

mendesinfeksi 1 liter air jernih. Salah satu senyawa iodine yang sering

digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor. Sifatnya stabil, memiliki waktu

simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri,

namun tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah

terdispersi. Kelemahan iodofor diantaranya aktivitasnya tergolong lambat

8
pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat digunakan pada

suhu lebih tinggi dari 49 °C.

10. Alkohol

Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis,

contohnya termometer oral. Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil

alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak bersifat korosif terhadap logam,

cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet atau plastik.

9
11. Amonium Kuartener

Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus

alkil pada beberapa atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya. Umumnya

yang digunakan adalahen:cetyl trimetil ammonium bromide (CTAB) atau

lauril dimetil benzyl klorida. Amonium kuartener dapat digunakan untuk

mematikan bakteri gram positif, namun kurang efektif terhadap bakteri gram

negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam).

Senyawa ini mudah berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada

permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak korosif, memiliki umur simpan

panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap. Kelemahan

dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan

residu.

10
12. Formaldehida

Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif

sekitar 8%. Formaldehida merupakan disinfektan yang

bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun tidak korosif terhadap

metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan. Senyawa

ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida

juga dapat terinaktivasi oleh senyawa organik.

11
13. Fenol

Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2%

dalam air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol dapat diperoleh

melalui distilasi produk minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil,

tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat menyebabkan iritasi,  Mekanisme

kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan presipitasi

(pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan

kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.

Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:

 Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.

 Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.

 Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.

12
 Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan

 Struktur fisik benda

 Suhu dan PH dari proses desinfeksi.

2.4 Aseptis/Aseptik

Asepsis adalah prinsip mempertahankan keadaan bebas kuman ataupun

mikroorganisme sedangkan Aseptik usaha yang dilakukan guna mempertahankan

keadaan bebas kuman tersebut. Teknik aseptik adalah usaha mempertahankan objek

agar bebas dari mikroorganisme. 

Asepsis ada 2 macam:

1. Asepsis medis 

Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah

penyebaran mikroorganisme. Misalnya: mencuci tangan, mengganti linen

tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk obat. 

2. Asepsis bedah

Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh

mikroorganisme dari suatu daerah. 

Prinsip-Prinsip Tindakan Asepsis Yang Umum :

Semua benda yang menyentuh kulit yang luka atau dimasukkan ke dalam kulit

untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam

rongga badan yang dianggap steril haruslah steril. 

13
1. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.

2. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan

demikian objek-objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah

terjadinya kontaminasi diluar pengawasan. 

3. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril. 

4. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang

sudah steril. 

5. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung

pembungkusnya tidak mengarah pada si petugas. 

6. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang

tidak steril. 

7. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang

sehingga cairan desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu

sudah tercemar.

14
B. Antisepsis dan Antiseptik

Antisepsis adalah cara dan tindakan yang diperlukan untuk mencapi kedaan bebas

kuman pathogen sedangkan Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan kimia yang dipakai

untuk mencapai keadaan bebas kuman dan pathogen tersebut. Tujuannya yaitu

memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai

daya tahan yang sangat kuat sehingga masih tetap hidup. Macam-macam bahan yang

sering digunakan untuk antiseptik dan kegunaanya yaitu:

1. Ethyl alkohol Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya

kerjanya akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah atau lebih

tinggi. 

2. Jodium Tinctura. Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu

desinfeksi yang sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk mendisinfeksi kulit

dengan membasmi kuman-kuman yang ada pada permukaan kulit.

Penggunaan desinfektan/antiseptic: 

1. Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi) dengan larutan savlon 1:30 dalam

alkohol 70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.

2. Desinfeksi tangan dan kulit dengan Chlorrhexidine 4% (hibiscrup) minimal 2

menit

3. Untuk kasus Obgin (persiapan partus, vulva hygiene, neonatal hygiene).

Hibiscrup 0,5% dalam Aquadest Savlon 1:300 dalam aqua hibiscrup.

15
DAFTAR PUSTAKA

 A’ian P Ramadhan, (2011). Sterilisasi Desinfeksi Aseptik. Di akses dari :

http://aianpramadhan.blogspot.co.id/2011/06/sterilisasi-desinfeksi-aseptik-dan.html

 Nur Chamidah, (2010). Sterilisasi Desinfeksi Aseptik. Di akses dari :

http://blognyachami.blogspot.co.id/2010/10/sterilisasi-desinfeksi-aseptik-dan.html

 Suryani Ningsih, (2015). Makalah Sterilisasi. Di akses dari :

http://dokumen.tips/documents/makalah-sterilisasi-561edeb752413.html

 Dewi, (2012). Cairan Untuk Disinfeksi. Di akses dari :

http://dewifullcolour.blogspot.co.id/2012/09/cairan-untuk-desinfeksi.html

 Andri Dariel, (2015). Disinfeksi : https://id.wikipedia.org/wiki/Disinfektan

Jurnal :

1. Djasio Sanropie. 1989. Komponen Sanitasi Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan

Tenaga Sanitasi. Jakarta: Dep.Kes R[.

2. Depkes RI. 1991. Petunjuk Penyusunan Pedoman Pengendalian Infel<si Nosokomial

RumahSakit. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medik.

3. Depkes RI. 1988. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Cetakan IL Jakarta:

Dirjen PPM & PLP.

4. Frank Gohr. 1980. Hospital Sanitation. Journal of Sanitary Science Volume 23,

Nopember 2nd, 1980.

5. Ben Freedman. 1987. Sanitation's Handbook 4th editions, New Orleans: Pearl's

Publishing Company.

16
6. Depkes RI. 2002. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Edisi Baru. Jakarta:

Dirlen PPM & PLP.

7. Depkes RI. 1993. Keputusan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman Nomor : HK.00.06 .6.44 Tarrggal 18 Pebruari

1993 tentang Persyaratan dan Petunjuk Telcnis Tatacara Penyehatan Lingkungan

Rumah Sakit. Jakana: Dirjen PPM & PLP.

8. Izobel M Maurer. 1973. Hospital Hygiene. London: Edward Arnold.

9. Marthinus Sutena. Desinfeksi Ruang di Rumah Sakit. Makalah disampaikan pada

Pelatihan Ketrampilan Tenaga Sanitasi Rumah Sakit se Indonesia Wilayah Barat dan

Tengah di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, 6-8 Januari 2003.

10. Anonim. 1992. Pedoman Gerakan Rumah Sakit Bersih dan Sehat. Yogyakarta:

RSUP Dr. Sardjito.

17

Anda mungkin juga menyukai