SEPSIS
DI SUSUN OLEH :
Veneranda S 30120116027
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kepada kami segala limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini berisi mengenai penyakit sepsis yang merupakan sindroma yang
memberikan dampak terhadap morbiditas maupun mortalitas yang tinggi. Selain itu,
dibahas pula kajian mengenai perkembangan penelitian-penelitian mengenai sepsis yaitu
berkaitan dengan diagnosis dan tatalaksananya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
sebagai perbaikan pada masa yang akan datang.
Penulis
Daftar Isi.................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Pada pertemuan internasional tahun 2016 Society of Critical Care Medicine
(SCCM) dan European Society of Intensive Care Medicine (ESICM) mengajukan
definisi sepsis yang baru, dengan istilah Sepsis. Pada definisi sepsis terbaru dijelaskan
bahwa sepsis merupakan disfungsi organ yang mengancam nyawa (life-threatening) yang
disebabkan oleh disregulasi respons tubuh terhadap adanya infeksi.
Setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus sepsis di Amerika Serikat. Hal seperti ini
juga terjadi di negara berkembang, dimana sebagian besar populasi dunia bermukim.
Kondisi seperti standar hidup dan higienis yang rendah, malnutrisi, infeksi kuman akan
meningkatkan angka kejadian sepsis. Sepsis dan syok septik adalah salah satu penyebab
utama mortalitas pada pasien dengan kondisi kritis. Pada tahun 2004, WHO menerbitkan
laporan mengenai beban penyakit global, dan didapatkan bahwa penyakit infeksi
merupakan penyebab tersering dari kematian pada negara berpendapatan rendah.
European Society of Intensive Care Medicine mengeluarkan suatu konsensus yang
dinamakan sepsis-related organ failure assessment (SOFA) score untuk menggambarkan
secara kuantitatif dan seobjektif mungkin tingkat dari disfungsi organ. 2 hal penting dari
aplikasi dari skor SOFA ini adalah meningkatkan pengertian mengenai perjalanan
alamiah disfungsi organ dan hubungan antara kegagalan berbagai organ dan
mengevaluasi efek terapi baru pada perkembangan disfungsi organ.
Pada tahun 2001, SCCM, ACCP dan European Society of Critical Care Medicine
(ESICM) merevisi definisi sepsis dan menambahkan tingkat dari sepsis dengan akronim
PIRO (Predisposition, Infection, Response to the infectious challenge, and Organ
dysfunction). Kemudian pada tahun 2016, SCCM dan ESCIM mengeluarkan konsensus
internasional yang ketiga yang bertujuan untuk mengidentifikasi pasien dengan waktu
perawatan di ICU dan risiko kematian yang meningkat. Konsensus ini menggunakan
skor SOFA (Sequential Organ Failure Assesment) dengan peningkatan angka sebesar 2,
dan menambahkan kriteria baru seperti adanya peningkatan kadar laktat walaupun telah
diberikan cairan resusitasi dan penggunaan vasopressor pada keadaan hipotensi. Istilah
Sepsis menurut konsensus terbaru adalah keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa
yang disebabkan karena disregulasi respon tubuh terhadap infeksi.
Model sistem score beratnya penyakit telah banyak dipublikasikan, namun hanya
beberapa yang sering dipergunakan. Kebanyakan score tersebut dikalkulasi dari
pengumpulan data di hari pertama masuk rawatan ICU, beberapa diantaranya salah
satunya sistem APACHE score. Sistem skoring prognosis ini telah berkembang untuk
mengestimasi kemungkinan kematian terhadap pasien-pasien dewasa yang masuk ICU.
Sistem ini menggunakan variabel-variabel prediktor seperti diagnosis, usia, status
riwayat penyakit kronik dan keadaan fisiologik, yang mana kesemuanya mempunyai
dampak terhadap prognosis.
Pertama berkembang pada tahun 1981 di George Washington University Medical
Centre, sistem APACHE telah didemonstrasikan untuk membuktikan keakuratan dan
pengukuran yang memungkinkan terhadap beratnya penyakit pada pasien-pasien criticall
ill. Sistem APACHE score yang pertama (APACHE I) mengandung 34 variabel, nilai
variabel terburuk dicatat dan dinilai dalam 32 jam pertama masuk ICU dan hasil akhir
didapati sebagai skor fisiologik akut.
Pada tahun 1985, Knaus et al memperkenalkan versi sistem APACHE score yang
lebih disederhanakan yaitu APACHE II. Model ini mencatat nilai variabel terburuk
dalam 24 jam pertama masuk ICU terhadap 12 variabel fisiologik, usia, status
pembedahan (pembedahan emergensi atau elektif, bukan pembedahan), status riwayat
penyakit sebelumnya yang menerangkan penyebab masuknya ke ICU, yang dianalisa
secara model regresi multipel logistik yang ditransformasikan skornya untuk
memprediksi kemungkinan kematian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Sepsis?
2. Bagaimana kriteria SIRS, Sepsis, Sepsis Berat dan Syok Sepsis?
3. Apa saja instrumen dan tujuan pengukuran Sepsis?
4. Bagaimana cara pengukuran SOFA, qSOFA dan APACHE?
5. Apa perbandingan SOFA dan APACHE?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Sepsis?
2. Mengetahui bagaimana kriteria SIRS, Sepsis, Sepsis Berat dan Syok Sepsis?
3. Mengetahui apa saja instrumen dan tujuan pengukuran Sepsis?
4. Mengetahui bagaimana cara pengukuran SOFA, qSOFA dan APACHE?
5. Mengetahui perbandingan SOFA dan APACHE?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Sepsis
Sepsis adalah adanya sindroma respons inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory
Response Syndrome/SIRS) ditambah dengan adanya infeksi pada organ tertentu
berdasarkan hasil biakan positif di tempat tersebut. Definisi lain menyebutkan bahwa
sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi, berdasarkan adanya SIRS ditambah
dengan infeksi yang dibuktikan atau dengan suspek infeksi secara klinis. Bukti klinisnya
berupa suhu tubuh yang abnormal (>38ºC atau <36ºC), takikardi, asidosis metabolik,
biasanya disertai dengan alkalosis respiratorik terkompensasi dan takipneu, dan
peningkatan atau penurunan jumlah sel darah putih. Sepsis juga dapat disebabkan oleh
infeksi virus atau jamur (Guntur, 2008).
Sepsis adalah penyebab kematian utama di ruang perawatan intensif pada negara
maju, dan insidensinya mengalami kenaikan. Hal seperti ini juga terjadi di negara
berkembang, dimana sebagian besar populasi dunia bermukim. Kondisi seperti standar
hidup dan higienis yang rendah, malnutrisi, infeksi kuman akan meningkatkan angka
kejadian sepsis. Sepsis dan syok septik adalah salah satu penyebab utama mortalitas pada
pasien dengan kondisi kritis (WHO, 2010).
Sepsis merupakan suatu respon inflamasi sistemik terhadap infeksi, dimana
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses
inflamasi. Sepsis ditandai dengan perubahan temperatur tubuh, perubahan jumlah
leukosit, takikardi dan takipnu (PERDACI, 2014).
Jadi, Sepsis adalah adanya respon sistemik terhadap infeksi di dalam tubuh yang
dapat berkembang menjadi sepsis berat dan syok septik. Sepsis berat disertai dengan
kondisi disfungsi organ, yang disebabkan karena inflamasi sistemik dan respon
prokoagulan terhadap infeksi.
B. Tabel Kriteria SIRS, Sepsis, Sepsis Berat, Syok septik berdasarkan Konsensus
Konfrensi ACCP/SCCM 1991
Istilah Kriteria
1 dari 4 kriteria :
1. Temperatur > 38℃ atau <
36℃.
2. Laju Nadi > 90x/ menit.
3. Hiperventilasi dengan laju nafas
SIRS > 20x/menit atau CO2 arterial
kurang dari 32 mmHg.
4. Sel darah putih > 12.000 sel/uL
atau < 4000 sel/uL.
Sepsis SIRS dengan adanya infeksi (diduga
atau sudah terbukti)
Sepsis Berat Sepsis dengan disfungsi organ
Syok septik Sepsis dengan hipotensi walaupun
sudah diberikan resusitasi yang
adekuat.
Kriteria untuk diagnosis sepsis dan sepsis berat pertama kali dibentuk pada tahun
1991 oleh American College of Chest Physician and Society of Critical Care Medicine
Consensus mengeluarkan suatu konsensus mengenai Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS), sepsis, dan sepsis berat. Sindrom ini merupakan suatu kelanjutan dari
inflamasi yang memburuk dimulai dari SIRS menjadi sepsis, sepsis berat dan septik
syok.
Sumber: Knaus WA, Draper EA, Wagner DP, Zimmerman JB, 1985.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis adalah penyebab kematian utama di ruang perawatan intensif pada
negara maju, dan insidensinya mengalami kenaikan. Hal seperti ini juga terjadi di
negara berkembang, dimana sebagian besar populasi dunia bermukim. Kondisi seperti
standar hidup dan higienis yang rendah, malnutrisi, infeksi kuman akan meningkatkan
angka kejadian sepsis. Sepsis dan syok septik adalah salah satu penyebab utama
mortalitas pada pasien dengan kondisi kritis
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar masalah kesehatan khususnya
Sepsis teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari dan semoga makalah ini bermanfaat, dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca
dan penulisnya sendiri.
LAMPIRAN
A. Telaah Jurnal
No Judul jurnal Nama jurnal Tahun Nama penulis Hasil
1. Sistem Skor Acute Respir Indo Vol. 34 Diah Rerata skor APACHE
Physiology And No. 1 Handayani, II berdasarkan outcome
Chronic Health Januari Nirwan Arief, menunjukkan skor
Evaluation(Apache 2014 Boedi APACHE II lebih
) II Sebagai Swidarmoko, tinggi pada kelompok
Prediksi Mortalitas Pudjo pasien meninggal
Pasien Rawat Astowo, dibandingkan pasien
Instalasi Perawatan Muhammad hidup yang secara
Intensif Sopiyudin statistik bermakna.
Dahlan Perbedaan tingkat
mortalitas disebabkan
perbedaan derajat
penyakit pasien, pasien
meninggal masuk
perawatan IPI dalam
kondisi penyakit yang
berat dan rerata skor
APACHE II lebih
daripada cut off point.
Nilai cut off point skor
APACHE II adalah 16
dengan sensitivitas
79,9% dan spesifiksitas
88%. Skor ini juga
menunjukkan
diskriminasi yang baik
(AUC 0,906) tetapi
tidak menunjukkan
kalibrasi yang baik
(p<0,5). Penentuan cut
off point skor
APACHE II
berdasarkan nilai
sensitivitas dan
spesifiksitas maksimal
didapatkan cut off
point skor APACHE II
untuk menentukan
prediksi mortalitas
adalah 16 dengan
sensitivitas 79,7% dan
spesifi sitas 88,3%.
Jika skor APACHE II
hari pertama pasien
rawat IPI diatas 16
berarti dapat diprediksi
mati sebaliknya jika
skor APACHE II hari
pertama di bawah 16
maka pasien diprediksi
hidup.