“SYOK SEPSIS”
OLEH:
KELOMPOK 4
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah syok sepsis tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan agar dapat menambah
pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi tentang Asuhan Keperawatan “Syok Sepsis”.
Dalam menyelesaikan makalah kami mengalami banyak hambatan dan kesulitan
namun berkat bimbingan dan doronngan, serta bantuan dari semua pihak akhirnya
makalah ini terselesaikan.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepda pengajar atas bimbingan dan
pendidikan yang diberikan kepada kami dapat menyelesaikan tugas kami dengan baik.
Makalah ini meruapakan hasil diskusi kelompok. Pembahasan didalamnya kami dapat
dari kuliah, jurnal penelitian buku-buku, diskusi anggota, dan lain-lain. Kami sadari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang
menempuh pendidikan dan untuk kita semua.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4
C. TUJUAN...............................................................................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
1. DEFINISI..................................................................................................................................7
2. ANATOMI FISIOLOGI...........................................................................................................7
3. KLASIFIKASI..........................................................................................................................9
4. ETIOLOGI..............................................................................................................................10
5. MANIFESTASI KLINIS........................................................................................................10
6. PATOFISIOLOGI..................................................................................................................12
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..........................................................................................13
8. PENATALAKSANAAN........................................................................................................13
9. KOMPLIKASI........................................................................................................................15
1. PENGKAJIAN.......................................................................................................................17
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN...........................................................................................19
3. INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................................................20
1. KESIMPULAN.......................................................................................................................23
2. SARAN...................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini sepsis dan syok septik masih merupakan tantangan besar
bagi dunia kedokteran. Seiring penjalanan sepsis menjadi syok septik, risiko
kematian meningkat secara signifikan. Setiap jam keterlambatan pemberian
antibiotik telah terbukti meningkatkan angka kematian syok septik sebesar 7,6%.
Sebaliknya pasien systemic inflammatory response syndrome (SIRS) non-
infeksi yang salah didiagnosis sebagai sepsis, dapat secara tidak tepat diobati
dengan antibiotik spek- trum luas, sehingga menunda pengobatan inflamasi
sistemik yang mendasari dan memberikan kontribusi untuk munculnya resistensi
antibiotik. (Purwanto & Astrawinata, 2018).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Syok sepsis?
2. Apa saja Etiologi syok sepsis?
3. Apa Tanda dan Gejala Syok Sepsis?
4. Bagaimana Patofisiologi syok sepsis?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada syok sepsis?
6. Bagaimana penatalaksanaan manajemen syok sepsis?
7. Bagaimana fungsi dan peran perawat kritis?
8. Bagaiaman komplikasi syok sepsis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan syok sepsis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu syok sepsis
2. Untuk mengetahui etiologi syok sepsis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala syok sepsis
4. Untuk menegatahui patosifiologi syok sepsis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada syok sepsis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan syok sepsis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan manajemen syok sepsis
8. Untuk mengetahui fungsi dan peran perawat kinis
9. Untuk mengetahui komplikasi syok sepsis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan syok sepsis
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tanda dan gejala dan
dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat bagi pasien yang
mengalami syok sepsis
2. Bagi kampus diharapkan tulisan ini dapat menjadi bahan pembelajaran
untuk menambah wawasan terutama di bidang kesehatan pada pasien
yang mengalami syok sepsis
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat mengetahui tanda dan gejala serta
dapat melakukan pertolongan bagi orang yang mengalami syok sepsis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFENISI
Sepsis merupakan suatu keadaan disfungsi organ yang mengancam
jiwa yang disebabkan oleh adanya disregulasi respon tubuh terhadap infeksi
(Rahajeng, 2020)
2. ETIOLOGI
Penyebab terbesar sepsis adalah bakteri gram negatif (60-70%
kasus). Staphylococci, pneumococci, streptosossi, dan bakteri gram positif
lain lebih jarang menimbulkan sepsis dengan angka kejadian antara 20-40%
dari seluruh angka kejadian sepsis. Jamur oportunnistik, virus atau protozoa
juga dilaporkan dapat menimbulkan sepsis dengan insidensi yang lebih
jarang.
3. MANIFESTASI KLINIS
3. Variabel Inflamasi
Leukositosis (hitung leuositosis > 12.000), leeukopenia ( hitung
leukosit <4000), hitung leukosit normal dengan lebih dari 10% bentuk
imatur, C- reactiv protein plasma lebih dari dua SD di atas nilai normal,
prokalsitonin plasma lebih dari dua SD di atas nilai normal.
4. Variabel Hemodinamik
Hipoteni arterial (TDS <90 mmHg, MAP< 70mmHg atau penurunan
TDS > 40 mmHg pada orang dewasa atau kurang dari dua SD di
bawah nilai normal usia tersebut)
4. PATOFISIOLOGI
Sepsis sekarang dipahami sebagai keadaan yang melibatkan aktivasi
awal dari respon pro-inflamasi dan anti-inflamasi tubuh. Bersamaan dengan
kondisi ini, abnormalitas sirkular seperti penurunan volume intravaskular,
vasodilatasi pembuluh darah perifer, depresi miokardial, dan peningkatan
metabolisme akan menyebabkan ketidakseimbangan antara penghantaran
oksigen sistemik dengan kebutuhan oksigen yang akan menyebabkan
hipoksia jaringan sistemik atau syok. Presentasi pasien dengan syok dapat
berupa penurunan kesadaran, takikardia, penurunan kesadaran, anuria. Syok
merupakan manifestasi awal dari keadaan patologis yang mendasari. Tingkat
kewaspadaan dan pemeriksaan klinis yang cermat dibutuhkan untuk
mengidentifikasi tanda awal syok dan memulai penanganan awal.
Patofisiologi keadaan ini dimulai dari adanya reaksi terhadap infeksi.
Hal ini akan memicu respon neurohumoral dengan adanya respon
proinflamasi dan antiinflamasi, dimulai dengan aktivasi selular monosit,
makrofag dan neutrofil yang berinteraksi dengan sel endotelial. Respon tubuh
selanjutnya meliputi mobilisasi dari isi plasma sebagai hasil dari aktivasi
selular dan disrupsi endotelial. Isi Plasma ini meliputi sitokin-sitokin seperti
tumor nekrosis faktor, interleukin, caspase, protease, leukotrien, kinin,
reactive oxygen species, nitrit oksida, asam arakidonat, platelet activating
factor, dan eikosanoid. Sitokin proinflamasi seperti tumor nekrosis faktor a,
interleukin-1ẞ, dan interleukin-6 akan mengaktifkan rantai koagulasi dan
menghambat fibrinolisis. Sedangkan Protein C yang teraktivasi (APC), adalah
modulator penting dari rantai koagulasi dan inflamasi, akan meningkatkan
prose fibrinolisis dan menghambat proses trombosis dan inflamasi. 10/20.
Aktivasi komplemen dan rantai koagulasi akan turut memuat pro.
tersebut. Endotelium vaskular merupakan tempat interaksi yang paling
dominan terjadi dan sebagai hasilnya akan terjadi cedera mikrovaskular,
trombosis, dan kebocoran kapiler. Semua hal ini akan menyebabkan
terjadinya iskemia jaringan. Gangguan endotelial ini memegang peranan
dalam terjadinya disfungsi organ dan hipoksia jaringan global.(Irvan dkk,
2018).
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi dan
organisme penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang
paling efektif.
2. SDP: Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebelumnya diikuti
oleh pengulangan leukositosis (1500-30.000) dengan peningkatan pita
(berpindah ke kiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur dalam
jumlah besar
6. PENATALAKSANAAN
Tata laksana dari sepsis menggunakan protokol yang dikeluarkan oleh
SCCM dan ESICM yaitu "Surviving Sepsis Guidelines". Surviving Sepsis
Guidelines pertama kali dipublikasi pada tahun 2004, dengan revisi pada
tahun 2008 dan 2012. Pada bulan Januari 2017, revisi keempat dari Surviving
Sepsis Guidelines dipresentasikan pada pertemuan tahunan SCCM dan
dipublikasikan di Critical Care Medicine dan Intensive Care Medicine dimana
didapatkan banyak perkembangan baru pada revisi yang terbaru.
Hal ini juga berhubungan dengan masa inap rumah sakit yang lebih
singkat dan penurunan komplikasi kardiovaskular seperti henti jantung,
hipotensi, dan gagal nafas akut.Pada tahun 2014, protokol EGDT ini
dibandingkan dengan 3 protokol lain seperti ARISE (Australasian
Resuscitation in Sepsis Evaluation), ProMISe (Protocolized Management in
Sepsis), dan ProCESS (Protocolized Care for Early Septic Shock) dan hal ini
mengubah rangkaian 6 jam dalam Surviving Sepsis Guideline dimana
pengukuran tekanan vena sentral dan saturasi oksigen vena sentral tidak
dilakukan lagi menekankan pemeriksaan ulang klinis sesering mungkin dan
pemeriksaan kecukupan cairan secara dinamis (variasi tekanan nadi arterial).
Hal ini merupakan perubahan yang signifikan, karena pada protokol
sebelumnya merekomendasikan bahwa klinisi harus menentukan angka
tekanan vena sentral secara spesifik dan ternyata tekanan vena sentral
memiliki manfaat terbatas untuk menentukan respon tubuh terhadap
pemberian cairan. Protokol ini menekankan bahwa klinisi harus melakukan
teknik "fluid challenge" untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan dari
pemberian cairan. Ketika status hemodinamik membaik dengan pemberian
cairan, pemberian cairan lebih lanjut dapat dipertimbangkan. Namun
pemberian carian harus dihentikan apabila respon terhadap pemberian cairan
tidak memberikan efek lebih lanjut. Maka dari itu, protokol ini telah berubah
dari strategi resusitasi kuantitatif ke arah terapi resusitasi yang fokus
terhadap kondisi pasien tersebut dengan dipandu pemeriksaan dinamis untuk
mengevaluasi respon dari terapi tersebut. Pemeriksaan lain yang dapat
digunakan seperti carotid doppler peak velocity, passive leg raising,
ekokardiografi. Karena infeksi menyebabkan sepsis, penanganan infeksi
merupakan komponen penting dalam penanganan sepsis. Tingkat kematian
akan meningkat dengan adanya penundaan penggunaan antimikroba. Untuk
meningkatkan keefektifitas penggunaan antibiotik, penggunaan antibiotik
berspektrum luas sebaiknya disertai dengan kultur dan identifikasi sumber
penularan kuman. Dan hal ini dilakukan sesegera mungkin. Protokol terbaru
merekomendasikan bahwa penggunaan antibiotik harus diberikan maksimal
dalam waktu 1 jam. Rekomendasi ini berdasarkan berbagai penelitian yang
meunjukkan bahwa penundaan dalam penggunaan antibiotik berhubungan
dengan peningkatan resiko kematian. Penggunaan vasopressor yang
direkomendasikan adalah norepinefrin untuk mencapai target MAP ≥ 65
mmHg. Penggunaan cairan yang direkomendasikan adalah cairan kristaloid
dengan dosis 30 ml/kgBB dan diberikan dengan melakukan fluid challenge
selama didapatkan peningkatan status hemodinamik berdasarkan variabel
dinamis (perubahan tekanan nadi, variasi volum sekuncup) atau statik
(tekanan nadi, laju nadi).Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Bemard
et al, penggunaan drotrecogin a (Human Activate Drotein menurunkan tingkat
kematian pada pasien dengan sepsis. 12/20 y teraktivasi akan menghambat
pembentukan thrombin dengan met Va, Villa dan akan menurunkan respon
inflamasi. (Irvan dkk, 2018).
9. KOMPLIKASI
Komplikasi bervariasi berdasarkan etiologi yang mendasari. Potensi
komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
a. Cedera paru akut (acute lung injury) dan sindrom gangguan fungsi respirasi
akut (acute respiratory distress syndrome) Milieu inflamasi dari sepsis
menyebabkan kerusakan terutama pada paru. Terbentuknya cairan inflamasi
dalam alveoli mengganggu pertukaran gas, mempermudah timbulnya kolaps
paru, dan menurunkan komplian, dengan hasil akhir gangguan fungsi
respirasi dan hipoksemia. Komplikasi ALI/ ARDS timbul pada banyak kasus
sepsis atau sebagian besar kasus sepsis yang berat dan biasanya mudah
terlihat pada foto toraks, dalam bentuk opasitas paru bilateral yang konsisten
dengan edema paru. Pasien yang septik yang pada mulanya tidak
memerlukan ventilasi15 mekanik selanjutnya mungkin memerlukannya jika
pasien mengalami ALI ARDS setelah resusitasi cairan.
a. Identitas
Pengkajian identitas meliputi usia, Syok Sepsis biasanya sering terjadi
pada usia bayi dan lansia.
b. Keluhan utama
Keluhan utama umumnya penderita sepsis akan mengalami gejala demam diatas
38 derajat celcius, denyut jantung diatas 90 detakan per menit, laju pernapasan lebih dari
20 napas per menit, menurunnya kesadaran, tensi darah turun, gagal ginjal hingga gagal
hati karena komplikasi yang berlebihan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Mengkaji perubahan pola nafas, perubahan haluaran urine, penurunan
kesadaran, perubahan pemenuhan nutrisi dan
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji Riwayat Kesehatan yang lalu biasanya paisen dengan syok sepsis
memiliki Riwayat hipertensi, diare, hipotensi peningkatan dan penurunnan
tekanan darah.
e. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breath)
Dispnea, penapasan> 28 X/menit, terdapat pernafasan cuping hidung,
terdapat suara nafas tambahan, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak).
2) B2 (Blood)
Biasanya ditemukan sianosis dan akral dingin, frekuensi nadi cepat tidak
teratur, terjadi hipotensi.
3) B3 (Brain)
GCS abnormal, terjadi kelemahan otot, parestesia, kacau mental,
hipertermi, Hopoksia dan iskemia pada otak.
4) B4 (Bladder)
Biasanya terjadi oliguria dan anuria.
5) B5 (Bowel)
Biasanya pasien mengalami diare dan bising usus menurun.
6) B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, otot, tonus otot menurun, lemah, dan letih,
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektik b/d Hambatan upaya napas (D.0005)
b. Perfusi perifer tidak efektif b/penurunan aliran arteri dan atau vena (D.0009)
c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d disfungsi pancreas (D.0027)
d. Risiko perfusi serebral tidak efektif d/d infeksi
e. Gangguan eliminasi urine b/d Penurunan Kapasitas kandung kemih
(D.0040)
f. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient (D.0019)
g. Risiko ketidak seimbangan elektrolit d/d ketidakseimbangan cairan
(D.0037)
h. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(D.0056)
3. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif b/d Hambatan keperawatan selama1×6 Observasi:
upaya nafas (D.0005) diharapkan Pola Napas Membaik - Monitor pola nafas
dengan kriteria hasil:
(frekuensi, kedalaman,
usaha nafas) R/ mengetahui
- Frekuensi nafas membaik
perkembangab kondisi
- Penggunaan otot bantu
pasien.
nafas menurun
- Monitor bunyi nafas
- Dispnea menurun
tambahan (mis. Gurgling,
- Kedalaman nafas
mengi, wheezing, ronkhi
membaik
kering) 34 R/ suara nafas
tambahan dapat menjadi
indikator gangguan
kepatenan jalan nafas dan
tentunya akan berpengaruh
terhadap kecukupan
pertukaran udara.
- Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma) R/ untuk
mengetahui (jumlah, warna,
aroma) sputum yang
dikeluarkan pasien.
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas dengan head-tilt
dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
- Posisikan semi-fowler atau
fowler R/ diberikan agar
klien nyaman dan membuat
sirkulasi darah berjalan
dengan baik.
- Berikan minum hangat R/
agar membantu
mengencerkan dahak pada
pasien.
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 destik R/
untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas.
- Berikan oksigen R/ untuk
mempertahakan saturasi
oksigen.
Edukasi :
- Ajarkan teknik batuk efektif
R/ agar membantu
mengeluarkan dahak/secret
pada pasien.
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik R/ untuk
melegahkan jalan napas.
2. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
efektif b/d penurunan keperawatan selama 1×6 jam Observasi
aliran arteri dan atau diharapkan perfusi perifer - Periksa sirkulasi perifer (mis.
vena (D.0009) meningkat dengan kriteria hasil: nadi perifer, edema, pengisian
- Denyut nadi perifer kapiler, wama, suhu, ankle-
meningkat brachial index)
- Penyembuhan luka - Identifikasi faktor risiko gangguan
meningkat sirkulasi (mis, diabetes, perokok,
- Pengisian kapiler membaik orang tua, hipertensi dan kadar
- Akral membaik kolesterol linggi)
- Turgor kulit membaik - Monitor panas, kemerahan,
nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremilas dengan
keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area yang cedera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan
kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
- Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis,
melembabkan kulit kering pada
kaki)
- Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis,
rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
(mis, rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
- Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih
dart 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik:
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi:
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antiemetik). Jika perlu
- -Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
7. Risiko ketidak Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Elektrolit (I.03122)
seimbangan elektrolit keperawatan selama 1x6 jam Observasi:
d/d maka diharapkan - Identifikasi kemungkinan
ketidakseimbangan ketidakseimbangan cairan penyebab ketidakseimbangan
cairan (D.0037) meningkat (L.03021) dengan elektrolit
kriteria hasil: - Monitor kadar elektrolit serum
- Serum natrium meningkat - Monitor mual, muntah, diare
- Serum kalium meningkat - Monitor kehilangan cairan, jika
- Serum klorida perlu
- Monitor tanda dan gejala
hipokalemia (mis: kelemahan
otot, interval QT memanjang,
kelelahan, parestesia,
penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus
menurun, pusing, depresi
pernapasan)
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Anjurkan strategi koping
untung mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Aristo, I., Putra, S., Septic, E., & Process, S. (2019). Update Tatalaksana Sepsis.
48(11), 681-685.
Ferianto dkk. (2021). Pemberian Dini Vasopresor Pada Syok Sepsis. Jumal Kesehatan
Dan Lingkungan, 3. 8-17.
https://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/kes-ling/article/view/419
Irvan dkk. (2018). Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline Terbaru. X, 62-73.
https://doi.org/https://doi.org/10.14710/jai.v10i1.20715