Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SYOK SEPTIK DI


RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU NEGARA PADA
TANGGAL 11 APRIL 2022

Oleh :
Ni Putu Yuli Astari
NIM. 21089142060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2022
1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi
Syok Septik adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik
yang dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler sistemik serta
adanya penyebaran yang tidak normal dari volume vaskular Menurut (Yolani,
2020)

Syok septik merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan


darah disertai tanda kegagalan sirkulasi, meskipun telah dilakukan resusitasi
cairan secara adekuat atau memerlukan vasopressor untuk mempertahankan
tekanan darah dan perfusi organ Menurut (Alfidatul, 2020)

Syok septik adalah sepsis dengan hipotensi, meski terdapat resusitasi


cairan yang adekuat, disertai dengan adanya kelainan perfusi yang dapat
mencakup namun tidak terbatas pada asidosis laktat, oliguria atau perubahan
akut pada status metal Menurut (Miarta & Zulfariansyah, 2019)

B. Etiologi
Menurut (febyan, 2021) Syok septik diakibatkan oleh serangkaian
peristiwa hemodinamik dan metabolik yang dicetuskan oleh serangan
mikroba, serta yang penting lagi adalah oleh sistem pertahanan tubuh. Syok
septik dapat disebabkan oleh gejala serangan mikroorganisme yang berkaitan
dengan infeksi bakteri aerobic dan anaerobic terutama yang disebabkan oleh :
a. Bakteri gram negative seperti Escheria coli, Klebsiella sp, Pseudomonas
sp, Bacteroides sp, dan Proteus sp.
Bakteri gram negative mengandung lipopolisakarida pada dinding selnya
yang disebut endotoksin. Apabila dilepas dan masuk kedalam aliran darah,
endotoksin menghasilkan beragam perubahan-perubahan biokimia yang
merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang
menunjang syok septik.
b. Organisme gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus, dan
Pneunmokokus juga terlibat dalam timbulnya sepsis.
Organisme gram positif melepaskan eksotoksin yang berkemampuan untuk
mengerahkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.
c. Selain itu infeksi viral, fungal, dan riketsia dapat mengarah kepada
timbulnya syok sepsis.

C. Faktor-Faktor Risiko Untuk Syok Septik


1. Faktor-faktor penjamu
- Umur yang ekstrim
- Malnutrisi
- Kondisi lemah secara umum
- Penyakit kronis
- Penyalah gunaan obat atau alkohol
- Splenektomi
- Kegagalan banyak organ
2. Faktor-faktor yang tidak berhubungan
- Penggunaan kateter invasif
- Prosedur-prosedur operasi
- Luka karena cedera atau terbakar
- Prosedur dianostik invasif
- Obat-obatan (antibiotik, agen-agen sitotoksik, steroid)
D. Patofisiologi
Patofisiologi syok sepsis yaitu respon imun yang membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi (misalnya histamin) mempunyai berbagai
efek yang mengarah pada syok, yaitu peningkatan permeabilitas kapiler, yang
mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi. Sebelum
terjadinya syok sepsis biasanya didahului oleh adanya suatu infeksi sepsis.
Infeksi sepsis bisa disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif.
Pada bakteri gram negatif yang berperan adalah lipopolisakarida (LPS). Suatu
protein di dalam plasma dikenal dengan LBP (Lipopolysacharide Binding
Protein) yang disintesis oleh hepatosit, diketahui berperan penting dalam
metabolisme LPS. LPS masuk ke dalam sirkulasi, sebagian akan diikat oleh
faktor inhibitor dalam serum seperti lipoprotein, kilomikron sehingga LPS
akan dimetabolisme. Sebagian LPS akan berikatan dengan LBP
sehingga
mempercepat ikatan dengan CD14. Kompleks CD14-LPS menyebabkan
transduksi sinyal intraseluler melalui nuklear faktor kappaB (NFkB), tyrosin
kinase(TK), protein kinase C (PKC), suatu faktor transkripsi yang
menyebabkan diproduksinya RNA sitokin oleh sel. Kompleks LPS-CD14
terlarut juga akan menyebabkan aktivasi intrasel melalui toll like receptor-2
(TLR2).
Sedangkan pada bakteri gram positif, komponen dinding sel bakteri
berupa Lipoteichoic acid (LTA) dan peptidoglikan (PG) merupakan induktor
sitokin. Bakteri gram positif menyebabkan sepsis melalui 2 mekanisme :
eksotoksin sebagai superantigen dan komponen dinding sel yang
menstimulasi imun. Superantigen berikatan dengan molekul MHC kelas II
dari antigen presenting cells dan Vβ-chains dari reseptor sel T, kemudian
akan mengaktivasi sel T dalam jumlah besar untuk memproduksi sitokin
proinflamasi yang berlebih.
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai
dengan rangsangan endo atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga
terjadi aktivasi makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi
komplemen dan netrofil, sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel,
aktivasi sistem koagulasi dan trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi
ke berbagai jaringan dan disfungsi/kegagalan organ multiple. Penyebaran
infeksi bakteri gram negative yang berat potensial memberikan sindrom
klinik yang dinamakan syok sepsis.
Penyebab syok sepsis terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri
tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk
melawan suatu infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa
menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan peredaran darah.
Pathway

Infeksi Resiko infeksi

Pelepasan toksin

Pelepasan
mediator
Kimia (Histamin)

Efek-efek vaskuler peripheral Efek-efek miokardinal


 Vasodilatasi  Traksi ejeksi tertekan
 Maldisfungsi aliran darah  Penurunan kontratilitas
 Kerusakan endotel

Insufisiensi Pengalihan Aliran darah tidak


Penurunan TVS cukup
jaringan arteeriovena
mikrovaskuler

Hipoksia jaringan
Penurunan hebat
TVS
Gangguan
perfusi jaringan
Metabolism
anaerobic

Pembentukan
asam laktat

Penurunan Hipotensi Kegagalan


curah jantung refraktori banyak organ

Gangguan
pertukaran gas
kematian
E. Tanda dan Gejala
Pertanda awal dari syok sepsis sering berupa penurunan kesiagaan
mental (perubahan status mental) dan kebingungan yang timbul dalam waktu
24 jam atau lebih sebelum tekanan darah turun. Gejala ini terjadi akibat
berkurangnya aliran darah ke otak. Curahan darah dari jantung memang
meningkat, tetapi pembuluh darah melebar sehingga tekanan darah turun.
Pernapasan menjadi cepat sehingga paru-paru mengeluarkan karbondioksida
yang berlebihan dan kadarnya di dalam darah menurun.
Gejala awal berupa menggigil hebat, suhu tubuh yang naik sangat cepat,
kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang
turun naik. Produksi air kemih berkurang meskipun curahan darah dari
jantung meningkat. Pada stadium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai di
bawah normal.
Tanda dan gejala yang lain seperti:
- Demam tinggi
- Vasodilatasi
- Peningkatan HR
- Penurunan TD
- Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)
Bila syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan seperti :
- Ginjal : produksi air kemih berkurang
- Paru-paru : gangguan pernapasan dan penurunan kadar oksigen dalam
darah
- Jantung : penimbunan cairan dan pembengkakan. Dan bisa timbul bekuan
darah di dalam pembuluh darah.
-
F. Komplikasi Yang Mungkin Muncul
1. Sindrom Distress Pernapasan Dewasa/ Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS)
2. Koagulasi Intravaskulers Diseminata
3. Gagal ginjal akut
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi sistem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian

G. Pemeriksaan penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
a. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
b. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebelumnya,
diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) dengan peningkatan
pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
d. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit.
e. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/sirkulasi toksin/status syok.
f. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok.
g. Glukosa Serum: hiperglikemi yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis
dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler
dalam metabolisme.
h. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan
hati.
i. GDA : Alkalosis respiratorik dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis
metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
j. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokard

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hipotensi dan syok sepsis merupakan tindakan
resusitasi yang perlu dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan
secara intensif dalam 6 jam pertama, dimulai sejak pasien tiba di unit gawat
darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing; b) circulation; c)
oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan.
Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai
tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65
mmHg dan produksi urin >0,5 ml/kgBB/jam.
1) Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat disfungsi
atau kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun perfusi.
Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan
hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan curah
jantung. Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan menyebabkan
daya angkut oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke jaringan
dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler,
mikrotrombus dan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan yang
mengalami iskemia. Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan
upaya meningkatkan saturasi oksigen di darah, meningkatkan transpor
oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
2) Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan
baik kristaloid maupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu
dimonitor kecukupannya agar tidak kurang ataupun berlebih. Secara klinis
respon terhadap pemberian cairan dapat terlihat dari peningkatan tekanan
darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan
ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu
diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena
jugular, ronkhi, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen. Pada keadaan
serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik melebihi
tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. Transfusi
eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan perdarahan aktif, atau bila
kadar Hb rendah pada keadaan tertentu misalnya iskemia miokardial dan
renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis dipertahankan
pada 8-10 g/dl.
3) Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi
dengan pemberian cairan secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami
hipotensi. Terapi vasopresor diberikan mulai dosis rendah secara titrasi
untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanan sistolik 90 mmHg. Untuk
vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis >8 mcg/kg/menit,
norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau
epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat digunakan adalah
dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin
0,1-0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan
milrinon).
4) Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum
bikarbonat <9 meq/l, dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan
hemodinamik.
5) Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis
maupun hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration). Pada
hemodialisis digunakan gradien tekanan osmotik dalam filtrasi substansi
plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakan gradien tekanan
hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
6) Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan,
vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bila tidak memungkinkan beru diberikan
secara parenteral.
7) Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi
adrenal, dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan
tersebut. Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali selama 7
hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan mortalitas
dibanding kontrol.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Syok Septik
A. Pengkajian 
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada 
(Hidayat, 2021). Adapun yang perlu dikaji sebagai berikut:
B. Pengkajian Primer 
Tujuan dari primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas
yang dilakukan pada primary survey antara lain (Maria Imaculata, 2020): 
a. Airway 
Penilaian kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya 
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat  berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian  adanya suara
napas tambahan seperti snoring. 
b. Breathing 
Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi  pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas  tambahan seperti ronchi,
wheezing dan kaji adanya trauma pada dada. 
c. Circulation 
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, dan nadi. 
d. Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala  syok
seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut, atau
punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah. 
e. Exposure  
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien mengalami
cidera tertentu. 
C. Secondary Survey  

1) Riwayat penyakit Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) yang perlu  dikaji pada
riwayat penyakit diantaranya: 
a. Riwayat penyakit terdahulu: catatan tentang penyakit yang pernah dialami
pasien sebelum masuk rumah sakit. 
b. Riwayat penyakit sekarang: catatan tentang riwayat penyakit pasien saat
dilakukan pengkajian. 
c. Riwayat penyakit keluarga: catatan tentang penyakit keluarga
yang berhubungan dengan penyakit pasien saat ini. 
2) Tanda-tanda vital pasien  
Pengkajian tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui kondisi  pasien
meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah,  pernafasan (frekuensi,
irama, kedalaman dan pola pernafasan) dan suhu  tubuh (Dewi & Rahayu,
2010). 
3) Pengkajian fisik  
Pada pengkajian fisik menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) meliputi 
pemeriksaan pada : 
a. Kepala dan leher  
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut dan kulit kepala, adakah  pembesaran pada
leher, ada tidaknya nyeri telan, telinga kadang kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering  terasa tebal, mukosa bibir, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
b. Sistem integument  
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur  rambut dan kuku 
c. Sistem pernafasan  

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, adakah suara nafas  tambahan
seperti ronchi dan wheezing. 
d. Sistem kardiovaskuler  

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau


berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e. Sistem gastrointestinal  
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,  dehidrasi, bising
usus, perubahan berat badan, peningkatan lingkar  abdomen, obesitas.
f. Sistem urinary  

Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat  berkemih. 
g. Sistem musculoskeletal  

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,


lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.  
h. Sistem neurologis  

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek


lambat, kacau mental, disorientasi, dan kekuatan  otot. 

D. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan vasodilatasi,


kerusakan fungsi jantung dan deficit volume cairan.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipertensi pulmonal,
edema dan ARDS.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan syok.

2. Rencana Asuhan Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Penurunan curah NOC : NIC :
jantung yang  Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
berhubungan  Circulation Status  Evaluasi adanya nyeri dada
dengan vasodilatasi,  Vital Sign Status (intensitas,lokasi, durasi)
kerusakan fungsi Kriteria Hasil:  Catat adanya tanda dan gejala
jantung dan deficit  Tanda Vital dalam rentang penurunan cardiac putput
volume cairan. normal (Tekanan darah, Nadi,  Monitor status pernafasan yang
respirasi) menandakan gagal jantung
 Dapat mentoleransi aktivitas,  Monitor abdomen sebagai
tidak ada kelelahan indicator penurunan perfusi
 Tidak ada edema paru, perifer,  Monitor balance cairan
dan tidak ada asites  Monitor adanya perubahan
 Tidak ada penurunan tekanan darah
 Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan
stress

Vital Sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Gangguan NOC : NIC :
pertukaran gas  Respiratory Status: Gas Airway Management
yang berhubungan exchange  Posisikan pasien untuk
dengan hipertensi  Respiratory Status: ventilation memaksimalkan ventilasi
pulmonal, edema  Vital Sign Status  Auskultasi suara nafas,
dan ARDS Kriteria Hasil : catat adanya suara tambahan
 Mendemonstrasikan  Berika bronkodilator bial perlu
peningkatan ventilasi dan  Atur intake untuk cairan
oksigenasi yang adekuat mengoptimalkan keseimbangan.
 Memelihara kebersihan paru  Monitor respirasi dan status O2
paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan Respiratory Monitoring
 Mendemonstrasikan batuk  Monitor rata – rata, kedalaman,
efektif dan suara nafas yang irama dan usaha respirasi
bersih, tidak ada sianosis dan  Catat pergerakan dada,amati
dyspneu (mampu kesimetrisan, penggunaan otot
mengeluarkan sputum, mampu tambahan, retraksi otot
bernafas dengan mudah, tidak supraclavicular dan intercostal
ada pursed lips)  Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
 Tanda tanda vital dalam hiperventilasi, cheyne stokes, biot
rentang normal  Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan

AcidBase Managemen
 Monitro IV line
 Pertahankan jalan nafas paten
 Monitor status
hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
 Monitor pola respirasi
 Lakukan terapi oksigen
Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
dengan syok.  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
 Risk control  Instruksikan pada pengunjung
Kriteria Hasil : untuk mencuci tangan saat
 Klien bebas dari tanda dan berkunjung dan setelah
gejala infeksi berkunjung meninggalkan pasien
 Menunjukkan kemampuan  Gunakan sabun antimikrobia
untuk mencegah timbulnya untuk cuci tangan
infeksi  Cuci tangan setiap sebelum dan
 Jumlah leukosit dalam batas sesudah tindakan kperawtan
normal  Gunakan baju, sarung tangan
 Menunjukkan perilaku sebagai alat pelindung
hidup sehat  Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
 Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
 Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA

Alfidatul. (2020). Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 2(November), 361–370.

febyan. (2021). Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline Terbaru. X, 62–73.
Miarta, A., & Zulfariansyah, A. (2019). Tatalaksana Pasien Ketoasidosis Diabetikum yang

Disertai Syok Sepsis Management of Diabetic Ketoacidosis Patient Complicated with

Septic Shock. 90–96.

Yolani, E. (2020). I LAPORAN KASUS Sepsis Sepsis.

Anda mungkin juga menyukai