Oleh :
Ni Putu Yuli Astari
NIM. 21089142060
A. Definisi
Syok Septik adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan vasogenik
yang dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler sistemik serta
adanya penyebaran yang tidak normal dari volume vaskular Menurut (Yolani,
2020)
B. Etiologi
Menurut (febyan, 2021) Syok septik diakibatkan oleh serangkaian
peristiwa hemodinamik dan metabolik yang dicetuskan oleh serangan
mikroba, serta yang penting lagi adalah oleh sistem pertahanan tubuh. Syok
septik dapat disebabkan oleh gejala serangan mikroorganisme yang berkaitan
dengan infeksi bakteri aerobic dan anaerobic terutama yang disebabkan oleh :
a. Bakteri gram negative seperti Escheria coli, Klebsiella sp, Pseudomonas
sp, Bacteroides sp, dan Proteus sp.
Bakteri gram negative mengandung lipopolisakarida pada dinding selnya
yang disebut endotoksin. Apabila dilepas dan masuk kedalam aliran darah,
endotoksin menghasilkan beragam perubahan-perubahan biokimia yang
merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang
menunjang syok septik.
b. Organisme gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus, dan
Pneunmokokus juga terlibat dalam timbulnya sepsis.
Organisme gram positif melepaskan eksotoksin yang berkemampuan untuk
mengerahkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.
c. Selain itu infeksi viral, fungal, dan riketsia dapat mengarah kepada
timbulnya syok sepsis.
Pelepasan toksin
Pelepasan
mediator
Kimia (Histamin)
Hipoksia jaringan
Penurunan hebat
TVS
Gangguan
perfusi jaringan
Metabolism
anaerobic
Pembentukan
asam laktat
Gangguan
pertukaran gas
kematian
E. Tanda dan Gejala
Pertanda awal dari syok sepsis sering berupa penurunan kesiagaan
mental (perubahan status mental) dan kebingungan yang timbul dalam waktu
24 jam atau lebih sebelum tekanan darah turun. Gejala ini terjadi akibat
berkurangnya aliran darah ke otak. Curahan darah dari jantung memang
meningkat, tetapi pembuluh darah melebar sehingga tekanan darah turun.
Pernapasan menjadi cepat sehingga paru-paru mengeluarkan karbondioksida
yang berlebihan dan kadarnya di dalam darah menurun.
Gejala awal berupa menggigil hebat, suhu tubuh yang naik sangat cepat,
kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang
turun naik. Produksi air kemih berkurang meskipun curahan darah dari
jantung meningkat. Pada stadium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai di
bawah normal.
Tanda dan gejala yang lain seperti:
- Demam tinggi
- Vasodilatasi
- Peningkatan HR
- Penurunan TD
- Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)
Bila syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan seperti :
- Ginjal : produksi air kemih berkurang
- Paru-paru : gangguan pernapasan dan penurunan kadar oksigen dalam
darah
- Jantung : penimbunan cairan dan pembengkakan. Dan bisa timbul bekuan
darah di dalam pembuluh darah.
-
F. Komplikasi Yang Mungkin Muncul
1. Sindrom Distress Pernapasan Dewasa/ Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS)
2. Koagulasi Intravaskulers Diseminata
3. Gagal ginjal akut
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Disfungsi sistem saraf pusat
7. Gagal jantung
8. Kematian
G. Pemeriksaan penunjang
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
a. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
b. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebelumnya,
diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) dengan peningkatan
pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi SDP tak matur
dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
d. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit.
e. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/sirkulasi toksin/status syok.
f. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok.
g. Glukosa Serum: hiperglikemi yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis
dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler
dalam metabolisme.
h. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan
hati.
i. GDA : Alkalosis respiratorik dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis
metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
j. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokard
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hipotensi dan syok sepsis merupakan tindakan
resusitasi yang perlu dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan
secara intensif dalam 6 jam pertama, dimulai sejak pasien tiba di unit gawat
darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing; b) circulation; c)
oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan.
Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai
tekanan vena sentral (CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65
mmHg dan produksi urin >0,5 ml/kgBB/jam.
1) Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat disfungsi
atau kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun perfusi.
Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan
hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan curah
jantung. Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan menyebabkan
daya angkut oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke jaringan
dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler,
mikrotrombus dan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan yang
mengalami iskemia. Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan
upaya meningkatkan saturasi oksigen di darah, meningkatkan transpor
oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
2) Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan
baik kristaloid maupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu
dimonitor kecukupannya agar tidak kurang ataupun berlebih. Secara klinis
respon terhadap pemberian cairan dapat terlihat dari peningkatan tekanan
darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan
ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu
diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena
jugular, ronkhi, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen. Pada keadaan
serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik melebihi
tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. Transfusi
eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan perdarahan aktif, atau bila
kadar Hb rendah pada keadaan tertentu misalnya iskemia miokardial dan
renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis dipertahankan
pada 8-10 g/dl.
3) Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi
dengan pemberian cairan secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami
hipotensi. Terapi vasopresor diberikan mulai dosis rendah secara titrasi
untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanan sistolik 90 mmHg. Untuk
vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis >8 mcg/kg/menit,
norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau
epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat digunakan adalah
dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin
0,1-0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan
milrinon).
4) Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum
bikarbonat <9 meq/l, dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan
hemodinamik.
5) Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis
maupun hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration). Pada
hemodialisis digunakan gradien tekanan osmotik dalam filtrasi substansi
plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakan gradien tekanan
hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
6) Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan,
vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bila tidak memungkinkan beru diberikan
secara parenteral.
7) Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi
adrenal, dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan
tersebut. Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali selama 7
hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan mortalitas
dibanding kontrol.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Syok Septik
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada
(Hidayat, 2021). Adapun yang perlu dikaji sebagai berikut:
B. Pengkajian Primer
Tujuan dari primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas
yang dilakukan pada primary survey antara lain (Maria Imaculata, 2020):
a. Airway
Penilaian kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara
napas tambahan seperti snoring.
b. Breathing
Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing dan kaji adanya trauma pada dada.
c. Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, dan nadi.
d. Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala syok
seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut, atau
punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
e. Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien mengalami
cidera tertentu.
C. Secondary Survey
1) Riwayat penyakit Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) yang perlu dikaji pada
riwayat penyakit diantaranya:
a. Riwayat penyakit terdahulu: catatan tentang penyakit yang pernah dialami
pasien sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang: catatan tentang riwayat penyakit pasien saat
dilakukan pengkajian.
c. Riwayat penyakit keluarga: catatan tentang penyakit keluarga
yang berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.
2) Tanda-tanda vital pasien
Pengkajian tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien
meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi,
irama, kedalaman dan pola pernafasan) dan suhu tubuh (Dewi & Rahayu,
2010).
3) Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) meliputi
pemeriksaan pada :
a. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut dan kulit kepala, adakah pembesaran pada
leher, ada tidaknya nyeri telan, telinga kadang kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, mukosa bibir, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
b. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, adakah suara nafas tambahan
seperti ronchi dan wheezing.
d. Sistem kardiovaskuler
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
g. Sistem musculoskeletal
AcidBase Managemen
Monitro IV line
Pertahankan jalan nafas paten
Monitor status
hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
Monitor pola respirasi
Lakukan terapi oksigen
Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
dengan syok. Knowledge : Infection control Batasi pengunjung bila perlu
Risk control Instruksikan pada pengunjung
Kriteria Hasil : untuk mencuci tangan saat
Klien bebas dari tanda dan berkunjung dan setelah
gejala infeksi berkunjung meninggalkan pasien
Menunjukkan kemampuan Gunakan sabun antimikrobia
untuk mencegah timbulnya untuk cuci tangan
infeksi Cuci tangan setiap sebelum dan
Jumlah leukosit dalam batas sesudah tindakan kperawtan
normal Gunakan baju, sarung tangan
Menunjukkan perilaku sebagai alat pelindung
hidup sehat Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
DAFTAR PUSTAKA
febyan. (2021). Sepsis dan Tata Laksana Berdasar Guideline Terbaru. X, 62–73.
Miarta, A., & Zulfariansyah, A. (2019). Tatalaksana Pasien Ketoasidosis Diabetikum yang