Anda di halaman 1dari 14

UJIAN MANAJEMEN FARMASI RUMAH SAKIT

ASTRI ARNITHA (D1A120176)

ANGKATAN IV PROFESI APOTEKER UNIMERZ

1. Bagaimana membuat perencanaan jika di Rumah Sakit anggarannya Rp. 1 M


sedangkan uang yang tersedia Rp. 500 juta ? Dengan catatan pelayanan tidak
terganggu

Jawab :

Dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang meliputi :

1) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek
terapi jauh lebih baik dibandingkan risiko efek samping yang akan ditimbulkan
2) Jumlah obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan
kesamaan jenis
3) Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik
4) Dihindarkan penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi tersebut
mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal
5) Apabila jenis obat banyak, maka kita akan memilih berdasarkan drug of choice dari
penyakit yang prevalensinya tinggi.

Perencanaan obat merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga obat
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk periode pengadaan yang akan datang.
Perencanaan dipengaruhi berbagai hal seperti :

 beban epidemiologi penyakit,


 keefektifan obat terhadap suatu penyakit
 dipertimbangkan pula harga obat

Dalam pengelolaan obat yang baik, perencanaan sebaiknya dilakukan dengan berdasarkan
data yang diperoleh dari tahap akhir pengelolaan, yaitu penggunaan obat periode yang lalu.
Gambaran penggunaan obat dapat diperoleh berdasarkan data riel konsumsi obat (metode
konsumsi) atau berdasarkan data riil pola penyakit (metode morbiditas) dan gabungan dari
kedua metode tersebut. Pengadaan adalah suatu proses untuk mendapatkan barang atau obat
yang
2. Sebutkan dan jelaskan sistem pengadaan yang kamu ketahui !

Jawab :

Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-keputusan dan tindakan dalam


menentukan jumlah obat yang diperoleh, harga yang harus dibayar, dan kualitas obat-obat
yang diterima.
Siklus pengadaan obat mecakup pemilihan kebutuhan, penyesuaian kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, penetapan atau pemilihan pemasok, penetapan masa
kontrak, pemantauan status pemesanan, penerimaan dan pemeriksaan obat, pembayaran,
penyimpanan, pendistribusian dan pengumpulan informasi penggunaan obat.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang
cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.
Macam-macam metode pengadaan :
1. Pengadaan jumlah terbatas
 Order barang terbatas
 Modal terbatas
 Kecepatan aliran barang
 Stock obat
 Keberadaan PBF dalam kota (Lead time cepat)
2. Pengadaan secara berencana
 Order berdasarkan waktu tertentu
 Order berdasarkan periode musim tertentu
 Keberadaan PBF diluar kota ( Lead time lama)
3. Pengadaan secara spekulatif
 Kemungkinan kenaikan harga
 Bonus yang ditawarkan
Harus diperhatikan :
 Modal yang dimiliki
 Kecepatan aliran barang
4. Konsinyasi
 Produk yang masih dalam tahap promosi
 Bentuk pembayaran
Syarat –syarat dalam fungsi pengadaan :
1. Doelmatig : Sesuai tujuan dan rencana
2. Rechmatig : Sesuai hak dan kemampuan
3. Wetmatig : Sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Fungsi pengelolaan dan pengendalian persediaan di Apotik :


1) Memastikan pasien memperoleh obat yang dibutuhkan.
2) Mencegah resiko barang yang dipesan kualitasnya tidak baik sehingga harus
dikembalikan
3) Menyiapkan obat yang berhubungan dengan penyakit musiman dan mewabah
4) Mendapatkan keuntungan dari pembelian dengan memilih distributor yang
memeri harga bersaing, pengiriman cepat dan kualitas obat yang baik

Pengadaan perlu dikendalikan agar senantiasa tersedia barang dalam jumlah yang cukup
untuk dapat melayani setiap permintaan. Persediaan pengamanan (bufeer stok) merupakan
persediaan yang dibangun untuk menghadapi keadaan yang tidak menentu yang disebabkan
oleh :
a) perubahan pada permintaan ataupun kemungkinan perubahan pada pengisian
kembali,
b) Untuk mengatasi jika terjadi keterlambatan pengiriman obat dari Distributor (PBF)
c) Untuk mengatasi jika ada permintaan mendadak dalam jumlah besar

Bagaiman cara menghitung persediaan pengaman :


SS = LT x Ca Dimana :
SS : Safety stok
LT : Lead time
Ca : konsumsi rata - rata

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan persediaan pengaman :


1) Konsumsi rata – rata
Yang dimaksud konsumsi rata – rata yaitu untuk pemakaian dalam satu periode
pemesanan
2) Lead time
Yang dimaksud Lead time yaitu waktu yang dibutuhkan antara saat memesan sampai
saat barang dating.
3) Frekuensi atau waktu pemesanan oleh Apotik
Jika Apotik melakukan pemesanan setiap minggu, berarti harus diperhatikan dalam
jumlah persediaan pengaman memperhitungkan pemakaian 1 minggu.
4) Ketersediaan modal dan sarana
Pesanan mempertimbangkan ketersediaan modal, jika modalnya kuat tentunya dapat
membuat persediaan modal
5) Keterbatasan persediaan PBF
Jika persediaan di PBF sering kosong ada peluan untuk meningkatkan stok pengaman

Dalam persediaan dibagi atas persediaan maksimum dan minimum :


 Persediaan minimum adalah persediaan yang ada selalu berada dalam kondisi
minimum.
Smin = ( LT x Ca ) + SS

 Persediaan maksimum adalah persediaan yang tidak melebihi suatu batas tertentu agar
tidak banyak persediaan yang tidak bergerak
Smax = Smin + ( PP x Ca )

Persediaan obat di apotik apabila terlalu besar atau terlalu kecil, menyebabkan :
 Pesediaan obat di apotik terlalu besar, mengakibatkan :
 Biaya untuk pembelian obat meningkat
 Biaya penyimpanan obat meningkat
 Biaya pemeliharaan akibat kemungkinan barang rusak
 Obat yang disimpan terlalu lama sehingga kadaluarsa

 Persediaan obat di apotik terlalu kecil


 Tidak dapat bekerja optimal
 Kehilangan penjualan
 Kehilangan kepercayaan konsumen
Titik pesan ( Reorder poin ) adalah merupakan titik dimana harus dilakukan
pemesanan kembali sehingga penerimaan barang yang dipesan tepat waktunya,
dengan demikian waktu datangnya barang yang telah dipesan tidak melewati buffer
stock yang ditentukan
Cara menetapkan titik pesan yaitu titik pesan ditetapkan berdasarkan penyimpanan
rata-rata, pelayanan dan pengisian persediaan. Dihitung dengan cara :
ROP = SS + LT Dimana :
ROP : titik pesan
SS : persediaan pengaman
LT : pemakaian selama waktu tenggang

Faktor apa yang harus dipertimbangkan dalam menentukan titik pesan :


 Konsumsi rata – rata
 Lead time

Cara – cara yang digunakan untuk menyusun prioritas pengadaan :


1. Kategori VEN
Analisi VEN berdasarkan atas :
a. Vital, berarti persediaan yang harus selalu tersedia unutk melayani permintaan
guna pengobatan atau penyelamatan karena penyakit yang menyebabkan
kematian
b. Esensial adalah perbekalan yang banyak diminta untuk digunakan dalam
tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak yang ada disuatu daerah atau
unit pelayanan kesehatan
c. Non esensial adalah perbekalan pelengkap agar tindakan atau pengobatan
menjadi lebih baik
2. Analisi PARETO (ABC)
Disusun berdasarkan atas penggolongan persediaaan yang mempunyai nilai atau
harga yang paling banyak
Kelompok A : perbekalan yang menyita sampai 80% pengeluaran apotik dimana
jumlah item yang dibeli hanya 20%
Kelompok B : menyita 15% pengeluaran apotik, dengan item obat yang dibeli sekitar
30%
Kelompok C : menyita 5 % pengeluaran apotik dengan item obat yang dibeli sekitar
50%
3. Analisis VEN ABC
Analisis ini menggabungkan kedua kelompok diatas dalam suatu matrik sehingga
analisi menjadi lebih tajam.
V E N
A VA EA NA
B VB EB NB
C VC EC NC

VA : vital dan mahal, bisa dibeli tapi dilihat dulu apakah obat tersebut fast moving
atau slow moving
VC : vital dan murah, harus dibeli
EA : essensial dan mahal, harus dibeli kalau permintaan banyak
EC : essensial dan murah, harus dibeli kalau permintaan banyak dan murah
NA : Non essensial dan mahal, jika tidak ada pelanggan tidak perlu dibeli
3. Sebutkan dan jelaskan sistem distribusi obat di Rumah Sakit yang dilakukan oleh
farmasi !
Jawab :
Sistem distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah
sediaan disiapkan oleh IFRS, dihantarkan kepada perawat, dokter atau profesional
pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada penderita.
Sistem distribusi obat adalah suatu tatanan jaringan sarana, personel, prosedur dan
Jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan
penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita.
Sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada tidaknya
satelit/depo farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat inap. Berdasarkan ada atau
tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu:
 Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu
tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap
unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan
disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim
ke IFRS, kemudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang baik dan
obat disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita tertentu.”
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A dan B karena
memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dengan perawatan pasien sangat jauh.
 Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang di
dekat unit perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit
farmasi. Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan
tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung
jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi.
Ada berbagai keuntungan penerapan IFRS desentralisasi bagi berbagai pihak yang terlibat,
antara lain:
1. Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsikan pada pasien
2. Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
3. Apoteker dapat berkomunikasi secara langsung dengan dokter dan perawat
4. Sistem distribusi obat berorientasi pada pasien sangat berpeluang diterapkan untuk
penyerahan obat kepada pasien melalui pasien
5. Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan pasien
secara efisien
6. Informasi obat dari Apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
7. Waktu kerja perawat dalam distribusi obat dan penyiapan obat untuk digunakan
pasien berkurang karena tugas itu lebih banyak dilakukan personel IFRS
desentralisasi
8. Spesialisasi terapi obat bagi Apoteker dalam bidang perawatan pasien dicapai lebih
efekfif sebagai hasil dari pengalaman klinik terfokus
9. Pelayanan klinik Apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan diberikan
secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita khusus yang diminta
dokter
10. Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik obat dan studi asesmen mutu
terapi oleh penderita
Sedangkan keterbatasan pelayanan IFRS desentralisasi adalah :
1. Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih rumit karena lokasi
IFRS cabang atau depo farmasi yang banyak untuk obat yang sama, terutama untuk
obat yang jarang ditulis
2. Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena anggota staf yang
berpraktik dalam lokasi fisik yang banyak
3. Lebih banyak alat diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi obat, lemari
pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik
4. Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat dapat melebihi
kapasitas ruangan dan personel dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil
Sedangkan berdasarkan jenis sisterm distribusi obat untuk pasien rawat inap  digunakan
empat sistem yaitu
 Sistem distribusi obat resep individual (Individual prescrebing) Sentralisasi
Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi adalah kegiataan distribusi sediaan obat
oleh IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada resep dokter atas nama pasien rawat inap
tertentu melalui perawat ke ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, semua obat yang
diperlukan untuk pengobatan didistribusikan dari IFRS. Resep orisinil oleh perawat di kirim
ke IFRS, kemudian resep itu diproses dengan kaidah “cara dispensing yang baik dan obat
disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien sesuai dengan resep”.
Keuntungan sistem distribusi obat ini adalah :
1. Semua resep di kaji langsung oleh Apoteker yang juga dapat memberi keterangan atau
informasi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien
2. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara Apoteker-Dokter-Perawat-
Pasien
3. Memungkinkan pengendalian yang dekat atas perbekalan
4. Memudahkan penagihan biaya obat pasien
Sedangkan keterbatasan pada sistem distribusi obat ini adalah :
1. Kemungkinan keterlambaat sediaan obat sampai pada pasien
2. Jumlah kebutuhan personel IFRS meningkat
3. Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di
ruangan pada waktu konsumsi obat
4. Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu penyiapan
konsumsi
Sistem distribusi obat resep individual sentralisasi ini kurang sesuai jika diterapkan pada
rumah sakit besar misalnya kelas A dan B dan yang memiliki daerah perawatan penderita
yang menyebar sehingga jarak antara IFRS dengan beberapa daerah perawatan pasien sangat
jauh. Sistem ini pada umumnya digunakan oleh rumah sakit kecil.
 Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang (floor stock)
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah suatu kegiatan penghantaran
sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada order obat, yang disiapkan dari
persediaan di ruang oleh perawat dengan mengambil dosis dari wadah persediaan yang
langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut.
Dalam sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan ini, semua obat yang dibutuhkan
oleh pasien tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruang tersebut, kecuai obat yang
jarang digunakan atau obat yang sangat mahal. Persediaan obat di ruang biasanya dipasok
oleh IFRS  dan seminggu sekali dilakukan pemeriksaan persediaan obat di ruangan tersebut
kemudian menambah persediaan obat yang sudah sampai pada batas pengisian kembali. Obat
yang di dispensing pada sistem ini terdiri atas obat penggunaan umum yang biayanya
dibebankan pada biaya paket perawatan menyeluruh dan order obat yang harus dibayar
sebagai biaya obat.
Keuntungan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan yaitu :
1. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
2. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
3. Pengurangan penyalinan kembali order obat
4. Pengurangan jumalah personel IFRS yang diperlukan
Sedangkan keterbatasan sistem distribusi obat ini adalah
1. Kesalahan obat sangat meningkat karena order obat tidak dikaji oleh Apoteker, selain
itu penyiapan dan konsumsi obat dilakukan oleh perawat sendiri tidak ada
pemeriksaan ganda.
2. Persediaan obat di unit perawat meningkat, dengan fasilitas ruangan yang sangat
terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu kurang diperhatikan oleh perawat.
Akibatnya penyimpanan yang tidak teratur, mutu obat cepat merosot, dan tanggal
kadaluarsa kurang diperhatikan sehingga sering terjadi sediaan obat yang tak terpakai
karena telah kadaluarsa.
3. Pencurian obat meningkat
4. Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
5. Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan obat yang
sesuai di setiap daerah perawatan pasien
6. Diperlukan waktu tambahan bagi pasien untuk menangani obat
7. Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
Karena keterbatasan/kelemahan sistem distribusi obat ini sangat banyak, maka sistem ini
hendaknya tidak digunakan lagi. Dalam sistem ini tanggung jawab besar dibebankan kepada
perawat yang sebenarnya adalah tanggung jawab Apoteker. Maka diperkenalkanlah sistem
distribusi obat desentralisasi yang melaksanakan sistem persediaan lengkap di ruang tetapi
dibawah pimpinan seorang Apoteker yang dikenal dengan depo farmasi.
 Sistem distribusi obat kombinasi resep individu dengan persediaan ruangan
Jenis dan jumlah obat yang tersedia di ruangan ditetapkan oleh PFT dengan masukan dari
IFRS dan dari pelayanan keperawatan. Sistem kombinasi biasanya diadakan untuk
mengurangi beban kerja IFRS, obat yang disediakan di ruangan adalah obat yang diperlukan
oleh banyak pasien, yang setiap hari diperlukan dan biasanya adalah obat yang harganya
relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas.
Sistem distribusi obat ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1. Semua resep individual di kaji langsung oleh Apoteker
2. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara Apoteker-Dokter-Perawat-Pasien
3. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita (obat persediaan di ruang)
4. Beban IFRS dapat berkurang
Sedangkan keterbatasan dalam sistem ini adalah
1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada pasien (obat resep
individual)
2. Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persediaan di ruang)
 Sistem distribusi obat dosis unit (Unit Dose)
Walaupun konsep dosis unit ini telah diperkenalkan lebih dari 20 tahun yang lalu,
kebanyakan rumah sakit lambat menerapkanya karena sistem ini memerlukan biaya mula
yang besar dan memerlukan peningkatan jumlah yang besar dari staf apoteker. Namun karena
adanya dua kegunaan utama dalam sistem ini yaitu mengurangi kesalahan obat dan
mengurangi keterlibatan perawat dalam penyiapan obat, banyak rumah sakit yang sudah
mulai menerapkan sistem ini .
Sistem distribusi obat dosis unit adalah obat yang diorder oleh dokter untuk pasien yang
terdiri dari satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Pada sistem ini
pasien membayar hanya obat yang dikonsumsi saja. Walaupun distribusi obat dosis unit
adalah tanggung jawab IFRS, hal tersebut tidak dapat dilakukan di rumah sakit tanpa kerja
sama dengan staff medik, perawat, pimpinan rumah sakit dan staff administrasi.
Sistem distribusi obat dosis unit adalah metode dispensing dengan pengendalian obat yang
dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk
tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit, Akan tetapi ada beberapa unsur khusus
berikut yang harus diperhatikan :
1. Dasar dari semua sistem dosis unit yaitu obat yang dikandung dalam kemasan unit
tunggal
2. Di dispensing dalam bentuk siap konsumsi
3. Untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis
4. Dihantarkan ke atau tersedia pada ruang perawatan pasien pada setiap waktu.
Pada sistem distribusi obat ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan salah satu metode di
bawah ini yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi suatu rumah sakit :
1. Sistem distribusi obat unit dapat diselenggarakan secara sentralisasi. Sentralisasi
dilakukan oleh IFRS sentral ke semua daerah perawatan pasien rawat inap di rumah
sakit secara keseluruhan artinya di rumah sakit itu mungkin hanya mempunyai satu
IFRS tanpa adanya depo farmasi di beberapa area perawatan pasien
2. Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa cabang IFRS
di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi obat desentralisasi ini sama
dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja sistem
distribusiini dikelola seluruhnya oleh Apoteker yang sama dengan pengelolaan dan
pengendalian oleh IFRS sentral
3. Dalam sistem distribusi obat dosis unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi
biasanya hanya dosis mula dan dosis keadaan darurat dilayani depo farmasi. Dosis
selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral.
Sistem distribusi obat unit sentralisasi Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi
Keuntungan sistem distribusi obat ini adalah sebagai berikut :
1. Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat
yang dikonsumsinya saja
2. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS, jadi
perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung ke pasien
3. Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasi resep dokter dan
membuat profil pengobatan penderita oleh Apoteker dan perawat memeriksa obat
yang disiapkan oleh IFRS sebelum diberikan kepada pasien, jadi pada sistem ini bisa
mengurangi terjadinya kesalahan obat.
4. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan pekerjaan menulis
di unit perawat dan IFRS
5. Pegurangan kerugiaan biaya obat yang tidak terbayar oleh pasien
6. Penyiapan sediaan intravena dan dan rekonstitusi obat oleh IFRS
7. Meningkatkan penggunaan personel profesional dan nonprofesional yang lebih efisien
8. Mengurangi kehilangan pendapatan
9. Menghemat ruangan di unit perawat dengan melakukan persediaan ruang obat-obatan
10. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
11. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak
dari dokter menulis resep sampai pasien menerima dosis unit
12. Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat, kekuatan,
nomor kendali dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsikan pada pasien.
Hal ini mengurangi kesempatan salah obat, juga membantu dalam penerusan kembali
kemasan apabila terjadi penarikan obat.
13. Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik
14. Apoteker dapat datang ke unit perawat/ruang pasien, untuk melakukan konsultasi
obat, membantu memberikan masukan kepada tim sebagai upaya yang diperlukan
untuk perawatan penderita yang lebih baik
15. Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat
16. Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh
17. Pengendalian yang lebih besar oleh Apoteker atas pola beban kerja IFRS dan
penjadwalan staff
18. Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi dan otomatisasi

Distribusi obat adalah meliputi kegiatan pengendalian persediaan barang,


penyimapanan, transportasi serta penyelesaian ke pabeanan
Dimana Tujuan Distribusi adalah :
1. Menjamin ketersediaan obat
2. Memelihara mutu obat
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
4. Menjaga kelangsungan persediaan
5. Memperpendek waktu tunggu
6. Pengendalian persediaan
7. Memudahkan pencarian dan pengawasan waktu tunggu
8. Memudahkan pencarian dan pengawasan
4. Sebutkan penggunaan obat rasional dan obat irrasional beserta dampaknya !

Jawab :

Penggunaan obat dikatakan rasional menurut WHO apabila pasien menerima obat yang tepat
untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan untuk jangka waktu yang
cukup, dan dengan biaya yang terjangkau baik untuk individu maupun masyarakat.

Penggunaan obat rasional ditinjau dari tiga indikator utama yaitu peresepan, pelayanan
pasien, dan fasilitas.

Menurut Modul obat rasional yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan tahun 2011,
kriteria penggunaan obat yang rasional antara lain:

(1) tepat diagnosis

(2) tepat indikasi penyakit,

(3) tepat memilih obat,

(4) tepat dosis,

(5) tepat penilaian kondisi pasien,

(6) waspada terhadap efek samping,

praktik penggunaan obat secara tidak rasional yang sering terjadi di masyarakat. Berikut
beberapa di antaranya:

 Menggunakan terlalu banyak jenis obat (polifamasi). Puyer yang berisi banyak obat
menjadi salah satu pintu gerbang polifarmasi yang tidak rasional
 Penggunaan antibiotic dan suntikan Penulisan resep yang tida sesuai dengan pedoman
klinis
 Pengobatan mandiri yang tidak tepat, tanpa pergi ke fasilitas atau tenaga kesehatan

Adapun Dampak buruk penggunaan obat yang tidak rasional :

 Resistensi antibiotic
 Mengurangi kepercayaan masyarakat kepada tenaga kesehatan
 Efek samping obat dan kesalahan pengobatan yang membahayan tubuh
 Membuang biaya yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai